Anda di halaman 1dari 10

RESUME JURNAL SEJARAH DAN PENGERTIAN

OKUPASI TERAPI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas UTS pada mata kuliah konsep okupasi
terapi
diampu oleh : Bambang Kuncoro,M.OT

Oleh:
FITRI RIDHA HAYATUN NUFUS (P27228020186)
RISKA NURUL FAIZAH (P27228020212)
ZALFA AFIFAH PUTRI WIDIARSO (P27228020222)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN SURAKARTA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN OKUPASI TERAPI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatuulahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yamg telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan resume ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyesaikan
pembuatan resume dari mata kuliah Konsep Okupasi Terapi dan Profesionalisme
dengan judul “Sejarah Dan Perngertian Okupasi Terapi”.

Kami tentu menyadari bahwa resume ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada resume ini kami mohon maaf sebesar-besarnya.

Demikian, semoga resume ini dapat bermanfaat

Sukoharjo, 14 Oktober 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

PENGERTIAN OKUPASI TERAPI


Terapi okupasi adalah profesi kesehatan yang berpusat pada klien yang peduli
dengan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan melalui pekerjaan. Tujuan utama
terapi okupasi adalah memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam aktivitas
dari kehidupan sehari-hari.
Terapis okupasi mencapai hasil ini dengan bekerja dengan orang dan
komunitas untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk terlibat dalam pekerjaan
yang mereka inginkan, butuhkan, atau diharapkan untuk dilakukan, atau dengan
memodifikasi pekerjaan atau lingkungan untuk lebih mendukung keterlibatan
pekerjaan mereka.
Terapis okupasi memiliki pendidikan yang luas di bidang medis, perilaku
sosial, psikologis, ilmu psikososial dan okupasi yang membekali mereka dengan
sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk bekerja secara kolaboratif dengan orang,
secara individu atau dalam kelompok atau komunitas.
Terapis okupasi dapat bekerja dengan semua orang, termasuk mereka yang
memiliki kerusakan struktur atau fungsi tubuh karena suatu kondisi kesehatan, atau
yang dibatasi dalam partisipasi mereka atau yang dikucilkan secara sosial karena
keanggotaan sosial mereka atau kelompok budaya minoritas.
Terapis okupasi percaya bahwa partisipasi dapat didukung atau dibatasi oleh
fisik, afektif atau kemampuan kognitif individu, karakteristik pekerjaan, atau fisik,
sosial, budaya, lingkungan sikap dan legislatif. Oleh karena itu, praktik terapi okupasi
difokuskan pada pemberdayaan individu untuk mengubah aspek pribadi, pekerjaan,
lingkungan, atau kombinasi dari semuanya untuk meningkatkan partisipasi pekerjaan.
Terapi okupasi dipraktikkan di berbagai pengaturan sektor publik, swasta dan
sukarela, seperti : lingkungan rumah seseorang, sekolah, tempat kerja, pusat
kesehatan, akomodasi yang didukung, perumahan untuk senior, pusat rehabilitasi,
rumah sakit, dan layanan forensik.
Klien secara aktif terlibat dalam proses terapi. Hasilnya digerakkan oleh klien
dan beragam dan diukur dalam hal partisipasi, kepuasan yang diperoleh dari
partisipasi pekerjaan atau peningkatan kinerja pekerjaan. Itu mayoritas negara
mengatur terapi okupasi sebagai profesi kesehatan dan membutuhkan tingkat
universitas tertentu pendidikan.
BAB II
POKOK BAHASAN

PASIEN-PASIEN YANG MEMBUTUH KAN PENANGANAN TERAPI


OKUPASI

Adapun tujuan utama terapi okupasi adalah membuat kualitas hidup pasien menjadi
lebih baik.

Terapi okupasi secara khusus dibutuhkan oleh:

 Orang yang sedang menjalani pemulihan dan kembali bekerja setelah


mengalami cedera yang berhubungan dengan pekerjaan.
 Orang yang menderita gangguan fisik dan mental sejak lahir.
 Orang yang secara tiba-tiba menderita kondisi kesehatan serius, seperti stroke,
serangan jantung, cedera otak, atau phantom limb syndrome setelah menjalani
amputasi.
 Orang yang menderita penyakit kronis, seperti radang sendi, atau penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK).
 Orang dengan gangguan mental atau masalah perilaku, seperti penyakit
Alzhemeir, autisme, atau ADHD, gangguan stres pascatrauma,
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, atau gangguan makan.

Selain untuk orang yang mengalami hal-hal di atas, terapi okupasi juga bisa diberikan
pada anak-anak yang menderita kondisi-kondisi tertentu, seperti:

 Sindrom Down.
Terapi okupasi bisa dilakukan kepada anak yang mengalami sindrom down
Kondisi ini muncul akibat adanya kelainan genetik yang menyebabkan
gangguan dalam perkembangan fisik dan mental, sehingga mengakibatkan
kesulitan dalam belajar.
 Cetebral Palsy.
Kondisi lain yang juga memerlukan terapi okupasi adalah cerebral palsy,
yaitu sebuah kelainan pada otak dan sistem saraf, sehingga gerakan
dan koordinasi tubuh anak menjadi tidak normal.
 Dispraksia.
Terapi okupasi juga bisa dilakukan kepada anak yang mengalami dispraksia,
di mana terjadi gangguan pada gerakan dan kemampuan koordinasi tubuh.
 Ketidak Mampuan Belajar.
Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, misalnya karena masalah
tumbuh kembang, juga memerlukan terapi okupasi.
Anak-anak dengan kebutuhan khusus ini biasanya akan dipandu oleh dokter,
psikolog, terapis, serta guru di sekolah, dalam belajar dan melakukan
aktivitas sehari-hari,.

 Arthritis
Kondisi ini merupakan suatu keadaan dimana sendi seseorang sedang
mengalami peradangan seperti sulit untuk digerakkan, kaku, dan nyeri
di bagian tertentu. umumnya, keadaan ini dialami oleh seseorang yang
sudah lanjut usia. Namun, tidak menutup kemungkinan pula Arthritis
akan menyerang orang yang masih muda.

 Depresi
Depresi merupakan suatu kondisi dimana kesehatan spiritual seseorang
mengalami gangguan yang kronis, seperti halusinasi, kacau pikiran,
dan perupahan perilaku yang tidak jelas. Umumnya, penderita
gangguan ini akan merasa stress hingga hidupnya tidak berguna.
Dengan demikian, kondisi ini memerlukan penangan yang serius.
 Autisme

Tentu banyak yang tidak asing dengan ganguan mental yang juga menyerang
kaum anak-anak ini. Kondisi yang berhubungan dengan interaksi sosial ini
umumnya akan bertahan dari masa anak-anak hingga seumur hidup.
Penderita gangguan ini umumnya cenderung suka menyendiri dan tidak sukai
dalam lingkungan yang ramai. Oleh sebab itu, keberadaan seorang okupasi
terapis sangat dibutuhkan pada kondisi ini.

ALAT-ALAT YANG DI GUNAKAN OLEH TERAPIS OKUPASI


 Alat sensori integritasi
Fungsi: menunjukan tingkat perkembangan sensori-motor, kognitif, emosi, dan
sosialisasi yang sesuai dengan umurnya.
 Rapper snapper
Fungsi : meningkatkan kemampuan koordinasi bilateral juga menguatkan bahu.
 Hands grip
Fungsi : meningkatkan daya cengkram, meningkatkan kekuatan tangan.
 Finger training
Fungsi : untuk melancarkan sirkulasi darah, mencegah kejang pada otot,
meringankan tekanan pada otot dan menstimulasi saraf untuk proses
penyembuhan.

 Meja terapi ABK


Fungsi : Anak dan Terapis betah duduk sehingga pembelajaran dapat bertahan
lama, "mengunci" agar anak hiperaktif lebih mudah diarahkan, terutama saat
latihan makan, menulis dst.
 Gym ball
Fungsi : Meningkatkan Keterampilan Motorik, Meningkatkan Keterampilan
Motorik, Meningkatkan Perkembangan Kognitifnya.
 Sensory ball
Fungsi : Membantu dalam meningkat kan pada rangsangan indera pengelihatan,
indera peraba atau sentuhan, suara, bau dan gerakan.
 Massage ball
Fungsi : Melatih kekuatan tangan, pergelangan tangan bagian
bawah.Memberikan efek pijatan pada tangan Serta dapat memperlancar aliran
darah.
 Sqezee ball
Memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Mengurangi ketegangan Ketika menekan bola, otot-otot di lengan dan
pergelangan akan ketat, yang mana bila dilepas otot-otot ini menjadi rileks, dan
mengurangi ketegangan yang Anda rasakan.
2. Merangsang saraf Di dalam tangan terdapat banyak saraf yang sebagian
terhubung ke otak.
 Squezee massage ball
Memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Melatih kekuatan tangan, pergelangan tangan bagian bawah.
2. Memberikan efek pijatan pada tangan Serta dapat memperlancar aliran darah.
BAB III
KESIMPULAN

Terapi okupasi merupakan salah satu profesi kesehatan yang berpusat pada
klien yang serta peduli dengan peningkatan kesehatan dan kesejahteraan, melalui
pekerjaan, kegiatan, serta kebiasaan. Tujuan terapi okupasi adalah membantu mereka
yang membutuh kan layanan okupasi agar bisa lebih memaksimal kan potensi diri
agar dapat berpartisipasi dalam aktivitas dari kehidupan sehari-hari.
Terapi okupasi bisa bekerja dengan semua orang, termasuk kepada mereka
yang mengalami kerusakan stuktur atau fungsi tubuh karna suatu kondisi kesehatan,
atau yang di batasi dalam partisipasi mereka, yang di kucil kan secara sosial karena
keanggotaan sosial, bahkan juga bagi mereka yang memiliki keterbelakangan fisik,
hingga mental.
Adapun alat- alat yang bisa di gunakan para terapis okupasi sebagai berikut:
Alat sensori integrasi, Rapper snapper, Hands grip, Finger training, Meja terapi ABK,
Gym ball, Sensori ball, Massage ball, Sqezee ball, Squezee masage ball, dan lain
sebagainya
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, k. (2019). Aneka Layanan Terapi Okupasi dan Siapa yang


Membutuhkannya. Diaskes pada Oktober, 14, 2020, dari

https://www.alodokter.com/aneka-layanan-terapi-okupasi-dan-siapa-yang-
membutuhkannya.

( ). (2019). Beberapa Kondisi Medis Ini Sebaiknya Ditangani dengan Bantuan


Okupasi Terapi. Diaskes pada oktober, 14, 2020, dari

http://www.otcats.com/beberapa-kondisi-medis-ini-sebaiknya-ditangani-
dengan-bantuan-okupasi-terapi/.

WFOT. (2012). Definitions Of Occopation Therapy. Madrid: United World


Federation Occupational Therapist.

Anda mungkin juga menyukai