Syarat Tumbuh Kopi Robusta
Syarat Tumbuh Kopi Robusta
(Gandul, 2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan memerlukan
syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh lebih
tinggi. Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi
lainnya. Saat ini lebih dari 90 % dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri atas
Dicotyledonae dan bergenus Coffea dari famili Rubiaceae. Jenis kopi ini memiliki
akar tunggang yang tumbuh tegak lurus sedalam hampir 45 cm dengan warna
kuning muda. Batang dan cabang-cabang kopi Robusta dapat tumbuh hingga
tergantung didaerah mana kopi tersebut tumbuh. Benih Robusta berbentuk oval
dan biasanya lebih kecil daripada kopi arabika. Kopi tumbuh baik pada zona
20 °LU – 20 °LS pada Elevasi 400 – 800 m DPL dan dengan temperatur rata-rata
tahunan 24-30 °C. Pada umumnya ketinggian atau elevasi lokasi tumbuh tanaman
kopi sangat berpengaruh terhadap besarnya biji kopi, jika berada di tempat yang
lebih tinggi maka biji kopi akan menjadi lebih besar. Beberapa varietas yang
termasuk kopi robusta antara lain Quillou, Uganda, dan Chanephora, ketiga
varietas tersebut masing-masing memiliki karakter fisik dan sifat yang berbeda
(http://www.bironk.com/robusta-coffee, 2012).
menggunakan bahan tanam dari biji berasal dari pohon yang memiliki buah lebat
atau bahkan dari benih sapuan. Salah satu upaya untuk meningkatkan
bahan tanam anjuran dapat dilakukan secara bertahap, baik dengan metode
sambungan di lapangan pada tanaman kopi yang telah ada, maupun penanaman
baru dengan bahan tanaman asal setek. Adapun klon-klon kopi robusta yang
dianjurkan adalah BP 42, BP 234, BP 288, BP 358, BP 409, dan SA 203. Oleh
poliklonal, dapat 3-4 klon untuk tiap hamparan kebun. Demikian pula sifat kopi
robusta yang sering menunjukkan reaksi berbeda apabila ditanam pada kondisi
lingkungan berbeda, Komposisi klon kopi robusta untuk suatu lingkungan tertentu
berbunga) antar klon untuk kondisi lingkungan tertentu serta keseragaman ukuran
Djaenudin, dkk (2003) adalah kopi robusta tumbuh dan berproduksi pada kisaran
suhu 19-32 °C. Tanaman kopi robusta dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang
gembur, permeabilitas sedang, drainase baik, subur, reaksi tanah (pH) berkisar
antara 4,5-7,0 yang optimum antara 4,3-6,0. Potensi produksi kopi robusta yang
Sumber: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (2011).
per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 0C
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah
dan pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian
sebagai kapasitas lahan itu sendiri untuk suatu macam atau tingkat penggunaan
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit.
Ordo adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian
tidak sesuai (N=Not Suitable). Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam
tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing
skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan
tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang
tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai
(S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang
tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-kelas. (2) Untuk
atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N)
• Kelas S1: Sangat sesuai (Highly Suitable) yaitu lahan tidak mempunyai
berikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti secara nyata
dilakukan.
• Kelas N1: Tidak sesuai saat ini (Currently Suitable) yaitu lahan
• Kelas N2: Tidak sesuai untuk selamanya (Permanently not Suitable) yaitu
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan-
masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa
lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang
dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau
Survei Tanah
memberikan informasi dan kontribusi yang berguna dan tepat guna untuk
mendukung program pembangunan pertanian. Oleh karena itu, data sumber daya
lingkungan fisik, walaupun hal ini harus memperhitungkan juga teknologi dan
Sebuah peta tanah dalam survei tanah adalah representasi dari pola tanah
di lanskap. Skala dari peta dan kompleksitas dari pola tanah menentukan apa yang
dapat ditampilkan pada peta tanah. Dalam merancang survei tanah, penggunaan
proyeksi survei dan kompleksitas pola tanah sangat menentukan skala peta tanah.
Bila menggunakan peta tanah, ingat bahwa skala, akurasi, dan detail yang tidak
sama. Skala adalah hubungan antara jarak yang sesuai pada peta dan aktual
jarak di tanah. Akurasi adalah derajat atau presisi dengan memetakan informasi
yang diperoleh, diukur, dan dicatat, dan detail sesuai jumlah informasi yang
ditampilkan. Peta skala, akurasi, dan detail yang saling terkait. Sebuah peta skala
besar belum tentu lebih akurat dibandingkan peta skala kecil, namun, peta
berskala besar umumnya menunjukkan lebih detail dibandingkan peta skala kecil.
tanah, desain unit tanah peta, intensitas pengamatan lapangan dan pengumpulan
(2005), salah satu diantaranya adalah LECS (A Land Evaluation Computer System
Methodology and User Manual) (Wood and Dent, 1983). LECS dipakai oleh
Pusat Penelitian Tanah pada LREP-I (Land Resource Evaluation and Planning
Project), tahun 1987-1990. Hasil LREP-I adalah tersedianya data dan informasi
potensi sumber daya lahan nasional dalam bentuk Database Sumber Daya Lahan
dengan berbagai skala dan format, baik tabular maupun spasial (Arsyad, 2010).
Oleh Rossiter dan Van Wambekke (1997) dalam Ritung, dkk (2007)
1939, meskipun ide mengenai kelas kemampuan lahan telah muncul jauh
tiga kategori utama yaitu Kelas, Subkelas, dan Satuan Kemampuan (capability
USDA dan dikemukakan dalam Agricultural Handbook No. 210 (Klingebiel dan
Montgomery, 1961). Sistem ini dibagi dalam tiga kategori, yaitu kelas, sub-kelas,
Jika survey sumberdaya lahan telah dilaksanakan dan data telah dianalisis,
proses klasifikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) metode parametrik
dan (2) metode faktor penghambat. Pada metode parametrik kualitas lahan atau
sifat-sifat lahan yang mempengaruhi kualitas lahan diberi nilai dari 10 sampai 100
atau 1 sampai 10. Kemudian setiap nilai digabungkan dengan penambahan atau
perkalian dan ditetapkan selang nilai untuk setiap kelas. Dengan nilai tertinggi
untuk kelas terbaik dan berkurang dengan semakin kecilnya selang nilai. Dengan
metode faktor penghambat, maka setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahan
diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil
hambatan atau ancamannya sampai yang terbesar. Kemudian disusun tabel kriteria
untuk setiap kelas. Penghambat yang terkecil untuk kelas yang terbaik dan
(Arsyad, 2010).
dapat berupa cakupan areal efektif yang dapat diusahakan, kondisi biofisik
kriteria lahan yang dapat dinilai secara objektif. Acuan penilaian kesesuaian lahan
digunakan kriteria klasifikasi lahan yang sudah dikenal, baik yang bersifat umum
maupun yang khusus. Tetapi pada umumnya disusun berdasarkan pada sifat-sifat
berdasarkan potensial kelas kesesuaian lahan yang terbentuk (Karim, dkk, 1996).
lahan adalah :
Iklim
1. Temperatur
optimum yang konstan dan area itu daun, batang, dan akarnya biasanya berada
dalam kisaran beberapa derajat dari suhu udara dan tanah sekelilingnya. Karena
Tanaman kina dan kopi, misalnya, menyukai dataran tinggi atau suhu
rendah, sedangkan karet, kelapa sawit dan kelapa sesuai untuk dataran rendah.
Pada daerah yang data suhu udaranya tidak tersedia, suhu udara diperkirakan
semakin rendah suhu udara rata-ratanya dan hubungan ini dapat dihitung dengan
tepung seperti jagung dan kentang memberikan hasil lebih tinggi di daerah
oleh letak tempat pada suatu lintang (latitude), tinggi tempat dari muka laut
2. Curah Hujan
Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting untuk pertanian
tropis, baik pada keadaan berlebih maupun kurang. Penyebaran curah hujan
seperti musim hujan atau musim kering. kelembaban merupakan faktor pembatas
pada sekitar ¾ lahan yang dapat di tanami di daerah tropis. Curah hujan semusim
bervariasi dari nol hingga 10.000 mm dan secara umum menurun dengan
menaiknya lintang, tetapi bentuk wilayah dan kondisi lainnya saling berhubungan
jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah.
bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah
hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan <100 mm.
Kriteria ini lebih diperuntukkan bagi tanaman pangan, terutama untuk padi.
5 kelas utama (A, B, C, D dan E). Sedangkan Schmidt & Ferguson (1951)
membuat klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan yang berbeda, yakni bulan
basah (>100 mm) dan bulan kering (<60 mm). Kriteria yang terakhir lebih bersifat
umum untuk pertanian dan biasanya digunakan untuk penilaian tanaman tahunan
akan menghasilkan komunitas hujan tropis, sedangkan curah hujan yang sama
tetapi kondisi suhu rata-rata sedang komunitas yang hidup diatasnya adalah hutan
temperate, penurunan curah hujan antara 30-60 mm pada suhu lingkungan sejuk
komunitasnya adalah hutan gugur. Dan pada suhu panas dengan curah hujan lebih
kecil dari 30 mm maka komunitas yang ditemui adalah padang rumput, akan
tetapi jika curah hujan lebih kecil dari 10 mm komunitasnya berubah menjadi
(curah hujan, suhu, kelembaban, penyinaran, dll) atau pembatas tidak permanen
seperti elemen-elemen tanah (unsur hara, bahan organik, pH, dll). Sehingga
tingkat perbaikan atau tingkat asumsi perbaikan faktor pembatas yang dilakukan
(Karim, 2007).
1. Tekstur
tanah yang terdiri atas fraksi lempung, debu, dan pasir. Tekstur tanah bersifat
permanen/tidak mudah diubah dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat
dan bahan organik yang berasal dari sisa tumbuhan atau tanaman, fauna dan
jenis agregat tanah. Tanah merupakan suatu ekosistem yang hidup dan
(0-30 cm) dan lapisan bawah (30-60 cm) dikelompokkan sebagai berikut; (t 1 )
tanah bertekstur halus meliputi liat berpasir, liat berdebu, liat. (t 2 ) tanah bertekstur
agak halus meliputi lempung liat berpasir, lempung berliat, dan lempung liat
berpasir halus, dan lempung berpasir sangat halus. (t 5 ) tanah bertekstur kasar
2. Kedalaman Efektif
pertumbuhan akar tanaman, yaitu kedalaman sampai pada lapisan yang tidak
dapat ditembus oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa lapisan padas
keras (hard pan), padas liat (clay pan), padas rapuh (Fragi-pan) atau lapisan
tidak mempunyai lapisan padat yang dapat menghambat penetrasi akar, maka
efektif sebagai berikut; Ke-1 = > 90 cm (dalam), Ke-2 = 50-90 cm (sedang), Ke-3
3. Permeabilitas
Permeabilitas adalah kualitas tanah untuk meloloskan air atau udara, yang
diukur berdasarkan besarnya aliran yang melalui satuan tanah yang telah dijenuhi
terlebih dahulu per satuan waktu tertentu. Permeabilitas sangat dipengaruhi oleh
(Sutanto, 2005).
Air keluar dari suatu areal tertentu dapat melalui beberapa bentuk seperti
aliran bawah tanah (Ground waterflow), dan aliran sungai (Stream flow)
(Arsyad, 2010).
4. Drainase
segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga
peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas samapai ke bawah (150 cm)
berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak kuning, coklat atau
pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah. (d 3 ) agak buruk, lapisan tanah
kuning, kelabu, atau coklat. Bercak-bercak ditemukan pada seluruh lapisan bagian
buruk, seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah
atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama.
(Arsyad, 2010).
Aliran permukaan pada tanah pasir lebih kecil daripada aliran permukaan pada
(Sutanto, 2005).
Cara keluarnya atau cara mengeluarkan air lebih dari tanah dapat melalui
permukaan tanah berupa aliran permukaan atau melalui aliran ke bawah di dalam
profil tanah. Jika air lebih tersebut terdapat terutama di atas permukaan tanah dan
5. Bahaya Erosi
apabila < 0,15 % lapisan atas hilang, ringan apabila 0,15-0,9 % lapisan atas
hilang. Kelas sedang apabila 0,9-1,8 % lapisan atas dan bawah hilang, kelas berat
apabila 1,8-4,8 % lapisan bawah hilang, dan termasuk sangat berat apabila > 4,8
tanah terangkut dalam bentuk suspensi dari tempat yang lebih tinggi ke tempat
buruk, penebangan tanaman penutup tanah pada lahan miring, pengolahan tanah
(Arsyad, 2010).
6. Bahaya Banjir
apabila tidak ada banjir dalam periode satu tahun, (f1) apabila ringan yaitu dalam
periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak, (f2) sedang yaitu
selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir. (f3) apabila agak berat yaitu selama
2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir. (f4) apabila berat yaitu selama 6 bulan
dan lamanya banjir (Y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara
7. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua sifat topografi yang paling
berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Unsur lain yang mungkin
dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak 100 m yang
selatan, timur, dan barat) berpengaruh terhadap hubungan permukaan tanah dan
kedalaman air tanah, ketahanan terhadap erosi, dan gerakan air lateral di dalam
tanah. Di samping itu, juga mempengaruhi iklim mikro dan sebaran tumbuhan
(Sutanto, 2005).
Pada lereng yang lebih curam dari 8% atau tanah yang lebih peka erosi,
guludan mungkin tidak akan mampu mengurangi erosi sampai batas laju erosi
yang masih dapat dibiarkan. Dalam keadaan ini dapat digunakan metode lain yaitu
8. Batuan Permukaan
penyebaran batuan diatas permukaan tanah sebagai berikut: (b0) apabila kurang
90 % (sangat banyak).
bekembang mempunyai karakteristik yang cukup dekat antara sifat batuan induk
dan sifat tanah (latosol). Sifat bahan induk tanah juga berpengaruh terhadap aras
kelompok berdasarkan: kompisisi mineral dan kimiawi, sifat fisik batuan (struktur
(b0) apabila kurang dari 2% (tidak ada), (b1) 2 - 10% (sedikit), (b2) apabila 10 -
50% (sedang), (b3) 50 - 90% (banyak), dan (b4) apabila lebih dari 90% (sangat
banyak).
1. pH Tanah
yang berhubungan dengan ion H+, Al3+, dan Fe3+ yang teradsorpsi di permukaan
koloid tanah. Kemasaman residual atau disebut juga kemasaman yang tidak dapat
bahan induk yang tak terhancurkan, seperti Pyrit (Mukhlis dkk, 2011).
pengapuran (kapur, kapur tohor, dolomit, kalsit). Cara ini tidak selalu berhasil
dipergunakan untuk usaha tani atau budidaya, sehingga tanah ini perlu ada upaya
kation akan lebih mudah, sehingga hara dalam keadaan tersedia untuk
pH tersebut. Pada reaksi tanah ini, konsentrasi Ca, Mg, dan P tersedia cukup
untuk pertumbuhan tanaman. Tingkat kadar hara mikro dalam larutan tanah juga
melebihi konsentrasi ion OH-. Tanah-tanah ini dapat mengandung Al, Fe, dan Mn
kelarutan unsur yang cenderung seimbang dengan fase padat. Kelarutan oksida
dan hidroksida Al dan Fe langsung ditentukan oleh OH-. Semakin tinggi pH suatu
tanah semakin sukar pula senyawa itu terlarut. Ion H+ bersaing langsung dengan
kation penerima pasangan elektron seperti Cu dan Zn terhadap tempat yang sangat
rumpil, dan oleh karena itu kelarutan senyawa kompleks Cu dan Zn bertambah
dinyatakan dalam milliekuivalen per 100 gram. Kation-kation yang berbeda dapat
Jumlah ion yang diserap sering tidak setara dengan yang ditukarkan. Ion-ion
divalen biasanya diikat lebih kuat dari pada ion-ion monovalen, sehingga lebih
Tekstur tanah, tanah yang bertekstur liat akan memiliki nilai KTK yang lebih
besar dibandingkan tanah yang bertekstur pasir. Hal ini karena liat merupakan
koloid tanah. (2) Kadar bahan organik, oleh karena sebagian bahan organik
merupakan humus yang berperan sebagai koloid tanah, maka semakin banyak
bahan organik akan semakin besar nilai KTK tanah. (3) Jenis mineral liat yang
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubunganya
dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan
menyediakan unsur hara lebih baik dibandingkan tanah dengan KTK rendah.
kandungan hara tidak akan mudah tercuci oleh air (Hardjowigeno, 1995).
basa dengan jumlah semua kation-kation (kation basa dan kation asam) yang
terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat
diserap tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut..
Kejenuhan basa (KB) merupakan sifat yang berhubungan dengan KTK, yang
dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak
kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya >
80%, kesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 50-80 %, dan tidak subur
jika kejenuhan basanya < 50%. Suatu tanah dengan kejenuhan basa sebesar 80%
akan melepaskan basa-basa yang dapat dipertukarkan lebih mudah dari pada tanah
4. C-organik
mengandung C organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan
organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C organik dan biasanya
<1% di tanah gurun pasir. Ada beberapa metode yang biasa dilakukan dalam
analisis bahan organik tanah. Antara lain dengan pembakaran, oksidasi basah
C-organik. Kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45% - 60%
1,724. Kandungan C termasuk perakaran dan edafon yang masih hidup sehingga
oleh aras akumulasi bahan asli dan aras dekomposisi dan humifikasi yang sangat
atas sejumlah aktivitas kimia dalam tanah. Mereka terlibat dalam reaksi kompleks
dengan mengubah kondisi fisik, kimia, dan biologi dalam tanah (Tan, 1998).
ke larutan tanah. Kehadiran ion Na+ dalam jumlah tinggi dapat mempertahankan
disebut terakhir ini menurunkan porositas tanah dan aerasi terhambat secara parah
(Tan, 1998).
pada unsur hara, seperti defisiensi Ca2+. Pada tanah salin, kelarutan ion Cl-, SO 4 -,
HCO 3 -, Na+, Ca+, Mg+, dan kadang-kadang NO 3 - dan K+, dapat merusak tanaman
dengan cara menurunkan potensial osmotik. Namun, spesies dan varietas tanaman
dari satu spesies memiliki toleransi berbeda terhadap pengaruh ion-ion tersebut
material yang memiliki komposisi berbeda dengan bahan aslinya. Agen utama
terutama terjadi pada garam-garam yang larut air seperti NaCl, dan CaSO 4 .2H 2 O.
Terjadi pelarutan karena pengikatan antara molekul air kutub ganda dan kation
serta anion (penyusutan garam), serta kehilangan ion dalam larutan. Proses
disolusi sangat penting terutama pada proses desalinisasi tanah salin dan
(Sutanto, 2005).
mahal dan cepat. Sehingga EC selalu diukur dalam uji tanah laboratorium. EC
didasarkan kepada konsep bahwa arus listrik dihantarkan oleh larutan garam
(1) tanah salin, (2) tanah salin-alkali, (3) tanah bukan salin -alkali (sodik). Tanah
salin dicirikan oleh DHL > 4 mmhos/cm pada 25 ̊C dan PNT < 15%. tanah salin-
alkali adalah tanah dengan DHL > 4 mmhos/cm pada 25 ̊C dan PNT > 15%.
Tanah bukan salin alkali dicirikan dengan DHL < 4 mmhos/cm pada 25 ̊C dan
PNT > 15%. Pada DHL antara 2-4 mmhos/cm, hanya tanaman yang sangat rentan
akan terpengaruh, sedang pada nilai < 2 mmhos/cm pengaruh salinitas kecil dapat
budayanya juga dikenal sebagai daerah penghasil kopi arabika dan robusta terbaik
di dunia, seperti: kopi Sidikalang yang berasal dari dataran tinggi Dairi dan kopi
Mandailing yang berasal dari Mandailing Natal. Adanya produksi kopi ini yang
Baik melalui perdagangan kopi secara langsung, produk olahan dan sektor jasa.
Keadaan ini tentunya didukung oleh letak geografis, suhu dan curah hujan yang
luas Propinsi Sumatera Utara (7.160.000 ha). Kabupaten Dairi terletak sebelah
Barat Daya Propinsi Sumatera Utara. Sebagian besar Kabupaten Dairi terdiri dari
98030' BT dan 2015'00''- 3000'00" LU. Sebagian besar tanahnya berupa gunung-
gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan bervariasi sehingga terjadi iklim hujan
sub tropis. Kota Sidikalang adalah ibukota Kabupaten Dairi (BPS, 2012).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2012) yakni Luas Kecamatan
Sidikalang 70,67 Km2. Dari luas kecamatan tersebut terdapat luas tanah sawah
679 Ha. Rata-rata produksi padi sawah 3,68 ton/Ha. Tanaman palawija yang
paling dominan adalah jagung. Tanaman keras yang paling banyak adalah kopi
(kopi arabika) kemudian kemenyan, tingkat produktivitas kopi adalah 575 kg/Ha.