Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan


seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas,
organisasi maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia
berinteraksi dengan sesamanya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat
menghindari dari suatu tindakan yang disebut komunikasi. Komunikasi
merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik,
seperti sistem verbal (kata-kata), verbal dan nonverbal. Sistem ini dapat
disosialisasikan secara langsung/ tatap muka atau melalui media lain (tulisan,
oral dan visual).
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan bagi Abdalati (1989)
komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong
sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar.
Untuk itu menurut Johnson (1989), perawat memerlukan kemampuan khusus
dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang / cinta
dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi tidak saja akan
mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya
masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah
sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk
memberikan pertolongan terhadap sesama manusia (Purba, 2003:1).

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep komunikasi dalam islam?


2. Apa sajakah ayat Al-Quran dan hadis yang berkaitan dengan
komunikasi?
3. Bagaimanakah konsep hubungan antara manusia dengan Tuhan,
lingkungan, manusia lain di masyarakat?
4. Bagaimanakah adabnya?

C. Tujuan

Tujuan dari disusunnya makalah ini antara lain:


1. Untuk mengetahui konsep komunikasi dalam islam
2. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Quran dan hadis yang berkaitan
dengan komunikasi
3. Untuk mengetahui konsep dari hubungan antara manusia
dengan Tuhan, lingkungan, manusia lain di masyarakat
4. Untuk mengetahui adab-adab

D. Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah penulis
dan pembaca dapat memperoleh informasi tentang konsep islam dalam
komunikasi keperawatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

I. Konsep Komunikasi dalam Islam

Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak


terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu
disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi
yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika yang berarti
komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi). Selain
itu, kita mendapati Rasulullah SAW dalam berkomunikasi dengan keluarga,
sahabat dan umatnya. Komunikasi Rasulullah sudah terkumpul dalam ratusan
ribu hadits yang menjadi penguat, penjelas Al-Qur’an dan sebagai petunjuk
bagi kehidupan umat manusia.
Komunikasi Islam merupakan bentuk frasa dan pemikiran baru muncul
dalam penelitian akademik sekitar tiga dekade belakangan ini. Munculnya
pemikiran dan aktivisme komunikasi Islam didasarkan pada kegagalan
falsafah, paradigma dan pelaksanaan komunikasi barat yang lebih
mengoptimalkan nilai-nilai pragmatis, materialistis serta penggunaan media
secara kapitalis. Kegagalan tersebut menimbulkan implikasi negatif terutama
terhadap komunitas Muslim di seluruh penjuru dunia akibat perbedaan agama,
budaya dan gaya hidup dari negara-negara (barat) yang menjadi produsen ilmu
tersebut.
Dari perspektif agama, Islam dilihat sebagai agama yang bersifat
mission yang mendesak penganutnya supaya berteruskan menyebarkan pesan
baik kepada sesama muslim ataupun non muslim. setiap individu muslim
dianggap komunikator agama dimana diwajibkan menyampaikan pesan
berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing. tanggung jawab ini membuat
tugas komunikasi penting, bahkan diperlihatkan oleh Nabi Muhammad SAW.
yang mendesak supaya setiap muslim menyampaikan pesan dari beliau
walaupun hanya “satu ayat”. simbolis kepada “satu ayat” menunjukkan betapa
pentingnya kebenaran ajaran agama disampaikan dengan efektif berdasarkan

3
prinsip-prinsip komunikasi tertentu yang digariskan oleh Al-Qur’an dan
Hadits.
Komunikasi Islam lebih berfokus kepada teori-teori komunikasi yang
dikembangkan oleh para pemikir Muslim. Tujuan akhirnya adalah menjadikan
komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif, terutama dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang bersesuaian dengan fitrah penciptaan
manusia.

II. Ayat Al-Quran dan Hadis yang Berkaitan dengan Komunikasi

Dalam Al-Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh


kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hamba-Nya melalui
wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-
ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk
meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat
Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul,
kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui
tangan mereka terkumpul sekian banyak buku- buku tafsir.
Penerapan komunikasi Islam terdapat dalam ayat-ayat Al- Qur’an seperti :
 QS An-Nahl: 125

Terjemah Arti: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan


hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

 QS Al-Baqarah: 83

Terjemah Arti: Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani
Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan

4
orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu
tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu,
dan kamu selalu berpaling.

 QS Ali Imran: 154

Terjemah Arti: Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah


menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi
segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan
oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar
terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: "Apakah
ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?".
Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah".
Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka
terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita
barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita
tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya
kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan
akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan
Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu
dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha
Mengetahui isi hati.

 QS An-Naba’: 2-3

Terjemah Arti: Tentang berita yang besar

Terjemah Arti: Yang mereka perselisihkan tentang ini.

5
 QS Al-Furqan: 63

Terjemah Arti: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu


(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

 QS Fussilat: 33

Terjemah Arti: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang


yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah
diri?"

 QS An-Nisaa: 154

Terjemah Arti: Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit
Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari)
mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka: "Masuklah pintu
gerbang itu sambil bersujud", dan Kami perintahkan (pula) kepada
mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu",
dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.

 QS Al-‘Ankabuut: 460

dan masih banyak lagi lainnya. Ayat-ayat diatas memberikan


penegasan tentang esensi (hakikat) komunikasi Islam sampai kepada
tahap pelaksanaannya.
Di dalam hadits, ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana
Rasulullah SAW mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Misalnya, pertama,
qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit

6
rasanya). Kedua, falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau
tidak bisa,diamlah). Ketiga, laa takul qabla tafakkur (janganlah berbicara
sebelum berpikir terlebih dahulu).
Keempat, Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa
yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama
hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu
menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”. Kelima,
selanjutnya Nabi SAW berpesan, “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada
orang-orang…yaitu mereka yang menjungkirkan-balikkan fakta (fakta) dengan
lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan
lidahnya”. Pesan Nabi tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi
hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami
(Fitriyani, 2016:1).

III. Konsep Hubungan Antara Manusia dengan Tuhan, Lingkungan,


Manusia Lain di Masyarakat

Dewasa ini banyak kisah menarik yang menunjukkan kekuasaan Allah


terhadap kesembuhan seseorang. Meski secara medis agak sulit dipahami,
tetapi karena ia melakukannya dengan ikhlas, maka Allah mendengar
permohonannya, sehingga pasien yang lama tak sadarkan diri, segera sadar.
Hal ini sekali lagi menunjukkan kebesaran Allah SWT dalam menerima upaya
manusia untuk proses penyembuhan. Jadi, doa, memiliki makna sangat positif,
tidak hanya bagi kesembuhan pasien, juga bagi dokter. Karena doa akan
menambah keimanannya kepada kekuasaan dan takdir Allah SWT.

Antara manusia dan lingkungan memiliki hubungan ketergantungan


yang sangat erat. Manusia dalam hidupnya senantiasa berinteraksi dengan
lingkungan di mana manusia itu berada. Lingkungan hidup mencakup keadaan
alam yang luas. Dalam lingkungan alamnya manusia hidup dalam sebuah
ekosistem yakni suatu unit atau satuan fungsional dari makhluk-makhluk
hidup dengan lingkungannya. Dalam ekosistem terdapat komponen abiotik

7
pada umumnya merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi makhluk-
makhluk hidup diantaranya: tanah, udara atau gas-gas yang membentuk
atmosfer, air, cahaya, suhu atau temperatur, sedangkan komponen biotik
diantaranya adalah: produsen, konsumen, dan pengurai. Kehidupan manusia
sangat tergantung pada keadaan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan lingkungan
fisik yang ada disekitarnya.

Lingkungan dapat mengalami suatu perubahan dalam proses interaksi


dengan hidup manusia. Perubahan lingkungan banyak terjadi di daerah kota
bila dibandingkan dengan daerah pelosok (pedesaan) dimana penduduknya
lebih sedikit dan terkesan primitif. Perubahan lingkungan mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan manusia. Perubahan yang terjadi pada lingkungan
hidup manusia menyebabkan adanya gangguan terhadap keseimbangan karena
berkurangnya fungsi dari sebagian komponen lingkungan. Dengan campur
tangan manusia dan faktor alami yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya
perubahan lingkungan. Dampak dari perubahannya belum tentu sama, tetapi
manusia yang memiliki kemampuan berfikir dan penalaran yang tinggi,
memiliki budaya, pranata sosial dan pengetahuan serta teknologi yang makin
berkembang, maka manusia dimampukan untuk dapat menghadapi serta
mengatasinya. Perubahan lingkungan terhadap kehidupan manusia akan
membawa dampak bagi kehidupan manusia baik secara positif ataupun
negatif. Perubahan lingkungan berdampak positif berarti baik dan
menguntungkan bagi kehidupan manusia maupun lingkungan tersebut, serta
berdampak negatif berarti tidak baik dan tidak menguntungkan karena dapat
mengurangi kemampuan alam lingkungan hidupnya untuk menyokong
kehidupannya maupun merugikan manusia. Contoh dampak perubahan
lingkungan yang positif: penebangan pohon untuk dimanfaatkan kayunya
dengan menanam kembali pohon untuk mengganti yang telah ditebang;
penerapan panca usaha tani untuk meningkatkan produktivitas; serta
penanaman kembali pohon karena kebakaran untuk daerah resapan air dan
mencegah erosi. Contoh dampak negatif perubahan lingkungan: lahan menjadi
gersang dan gundul karena bencana gunung meletus atau penebangan hutan
secara liar; terjadinya erosi karena penggundulan hutan; terjadi banjir di
daerah pemukiman karena tidak ada saluran air dan daerah resapan air yang

8
dipengaruhi oleh pembangunan gedung baik perumahan, kantor, dan toko;
berkurangnya ekosistem yang hidup di air karena terjadi pencemaran di air;
serta penggunaan pupuk buatan dan pestisida secara terus-menerus yang
mengakibatkan pencemaran dan lama-kelamaan dapat mengurangi kesuburan
tanah.
Konsep hubungan manusia dengan manusia lain di masyarakat ini
seperti setiap aktivitas keperawatan yang senantiasa diawali dengan
komunikasi antara perawat dan pasien dengan tujuan untuk menjalin hubungan
antarpribadi, agar proses keperawatan dapat berjalan dengan baik dan efektif.
Menurut Taylor, Lilis dan LeMone (1993) menyatakan bahwa hubungan yang
dilakukan bertujuan memberi pertolongan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi oleh pasien. Alat yang efektif dalam hal ini adalah pribadi perawat.
Terkait dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi
pada klien. Oleh karenanya, perawat harus mampu untuk melihat
permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk
mampu melakukan hal ini perawat harus memahami dan memiliki kemampuan
mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.
Terlepas dari itu maka yang terpenting menurut Murray & Judith (1997
dalam Suryani 2005) bahwa dari akhir komunikasi adalah seorang perawat
harus tahu tentang teknik menyimpulkan yang merupakan usaha untuk
memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan
membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama. Dengan
dilakukannya penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan
bahwa keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima
dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat (Suryani 2005:3).

IV. Adab Berkomunikasi dan Berperilaku Baik

Orang-orang zaman sekarang makin sembarangan dan serampangan


dalam berbicara, karena melupakan adabnya. Ada yang berbicara kotor,
makian, umpatan, dengan mudahnya, dan menjadi perkataannya sehari-hari,
mereka tidak sadar dampak buruk dari perkataan tersebut.

9
Kita tidak bisa menafikan, ada lho orang yang bunuh diri karena kata-
kata buruk dari orang lain yang terus dilontarkan kepada dirinya. Ada pula
orang yang awalnya hidup susah dan melarat, lantas menjadi kaya raya karena
kekuatan kata-kata positif yang terus-menerus dia dapatkan dari orang
terdekatnya, “Kamu bisa… kamu hebat… kamu bisa melalui semua ini!”

Oleh sebab itulah, adab berbicara amat perlu kita perhatikan dan
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini beberapa adab dalam
berbicara yang telah diatur dalam ajaran Islam:

1. Berbicara hanya hal yang bermanfaat

Jika tidak bermanfaat, maka tinggalkanlah. Seseorang yang berbicara hal


yang tidak penting dan tidak bermakna… sesungguhnya menunjukkan
kebodohan dirinya sendiri.“Lisan orang memiliki akal timbul dari hati
nuraninya. Maka saat ingin berbicara, lebih dahulu dia kembalikan kepada
nuraninya. Jika ada manfaat bagi dirinya, dia berbicara dan jika berbahaya,
maka dia menahan diri. Sementara itu, hati orang bodoh berada di mulutnya,
dia berbicara sesuai apa saja yang dia mau.” (HR. Bukhari-Muslim)
Bagaimana jika perkataan yang kita ucapkan hanya untuk mengakrabkan
diri dengan teman-teman sebaya? Maka ini menunjukkan adanya manfaat dari
perkataan tersebut. Hanya saja, tetap perlu memperhatikan adab-adab lainnya
dalam berbicara. Jangan sampai hanya demi pergaulan, kita melanggar aturan
Islam dalam berkata-kata.“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. Al Bukhari)

2. Jangan memuji seseorang berlebihan

Menghina orang tentu tidak boleh, tapi bagaimana dengan memuji? Jika
ditujukan untuk menjilat, atau menyanjung berlebihan, tentu saja tidak
diperbolehkan juga. Mari kita simak haditsnya:
Dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: “Berdiri seseorang memuji seorang
pejabat di depan Miqdad bin Aswad dengan berlebihan, maka Miqdad
mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang tersebut, kemudian

10
berkata: Nabi Shalallaahu ‘alaihi wassalam memerintahkan kepada kami untuk
menaburkan pasir di wajah orang yang suka memuji.” (HR. Muslim)

3. Membicarakan kekurangan orang lain

Jika ada teman yang cacat fisik, misalnya hidung pesek, tubuh pendek,
janganlah menyebut-nyebut kekurangannya tersebut, itulah yang disebut
ghibah, dan dosanya amat besar.

“Ghibah adalah kamu menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang


dibenci.” Orang itu kembali bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana
pendapatmu jika sesuatu yang diceritakan tersebut memang benar ada padanya
?” Rasulullah kemudian menjawab, “Kalau memang benar, itu namanya
ghibah. Bila tidak benar, maka engkau telah berbuat buhtan (mengada-ada).”
(HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad)

4. Berdusta

Bahkan pada anak kecil pun kita tidak boleh berbohong, inilah adab
yang diajarkan Islam.“Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, mari
kemari, saya beri ini, kemudian tidak memberi, maka itu bohong.” (HR.
Ahmad).Lagipula berdusta adalah salah satu tanda-tanda orang yang memiliki
sifat munafik di hatinya, Oleh sebab itu, pembicaraan yang dusta harus dijauhi
oleh siapapun yang mengaku beriman pada Allah.“Tanda-tanda orang munafik
itu ada tiga, jika dia bicara berdusta, jika dia berjanji mengingkari dan jika
diberi amanah dia berkhianat.” (HR. Bukhari)

5. Berlebihan dalam bicara

Ada orang yang berbicara dibuat-buat, lebay, difasih-fasihkan, dan


banyak bicara dalam artian… apapun dijadikan bahan obrolan sekalipun tidak
penting atau menyerepet privasi orang lain. Sesungguhnya hal seperti ini
dibenci oleh Allah dan RasulNya.“Dan sesungguhnya manusia yang paling
aku benci dan paling jauh dari aku nanti di hari Kiamat adalah orang yang

11
banyak bicara, orang pura-pura fasih dan orang yang mutafaihiqun”. Para
sahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa itu mutafaihiqun? Nabi menjawab:
“Orang-orang yang sombong”. (HR. At-Tirmidzi
6. Menjauhi perdebatan

Sekalipun benar, jangan pernah menceburkan diri dalam perdebatan baik


secara lisan maupun tulisan (online). Karena yang namanya berdebat, kalah
jadi abu… menang jadi arang, tidaklah bermanfaat jika perdebatan itu
dimaksudkan untuk berdakwah. Justru orang akan menjauh karena sifat ego
kita yang tidak mau kalah.

“Aku menjamin rumah di dasar surga untuk orang yang menghindari


berdebat walaupun dia benar, dan aku menjamin rumah di tengah surga untuk
yang menghindari dusta sekalipun bercanda, dan aku menjamin rumah di
puncak surga untuk yang akhlaknya baik.” (HR. Abu Daud)

7. Berkata kasar atau bohong demi memancing tertawaan orang

Satu hal lainnya yang menjadi adab dalam berbicara adalah


menghindarkan ucapan kotor, kasar, dusta, demi memancing tertawaan orang
lain.

“Sesungguhnya seseorang yang mengucapkan kata-kata, ia tidak


mengatakan-nya kecuali hanya untuk menarik orang (kumpulan/ hadirin/
majlis) agar mereka tertawa, maka ia meluncur kepada kehinaan lebih jauh
antara jarak langit dan bumi. Dan sesungguhnya lidah seseorang yang
tergelincir lebih berbahaya dari tergelincirnya kaki.” (H.R. Baihaqi)

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan kemampuan komunikasi yang baik dari perawat
dalam proses keperawatan merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam
melaksanakan proses keperawatan yang meliputi : tahap pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung
perawat bersama klien mengidentifikasi dan menentukan masalah,
merencanakan dan melaksanakan tindakan, serta mengevaluasi keberhasilan
tindakan yang dilakukan kepada klien.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sinaulan, Ramlani Lina. 2016. Komunikasi Terapeutik Dalam Perspektif Islam. Jurnal
Komunikasi Islam. Vol. 6, No. 1, Hal. 129-157.
Suryani, 2005, Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik, EGC, Jakarta.
Taylor, Lilis & LeMone. 1993, Fundamental of Nursing; the Art and Science of Nursing
Care. third edition, Lippincot-Raven Publication, Philadelphia.

14

Anda mungkin juga menyukai