SKRIPSI
Oleh :
Nadya Khoirun Nisa’
20181700229027
Skripsi
Diajukan kepada:
Fakultas Syariah Institut Pesantren KH. Abdul Chalim
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaiakan
Program Sarjana Ekonomi Syariah
Oleh :
Nadya Khoirun Nisa’
20181700229027
i
MOTTO
(QS. Al-Mujadalah:11)
ii
ABSTRAK
Nisa’, Nadya Khoirun, 2021, Analisis Faktor Pendorong Masyarakat untuk Bermigrasi
dan Dampaknya terhadap Perekonomian (Studi Kasus Migrasi Masyarakat
Desa Marparan, Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang). Skripsi Prodi Ekonomi
Syariah, Fakultas Syariah, Institut Pesantren KH. Abdul Chalim.
iii
Abstract
Nisa ', Nadya Khoirun, 2021, Analysis of Community Driving Factors to Migrate and Their
Impact on the Economy (Case Study of Community Migration in Marparan Village,
Sreseh District, Sampang Regency). Thesis of Sharia Economics Study Program,
Faculty of Sharia, KH. Abdul Chalim.
The purpose of this study is to identify, describe and analyze the factors that encourage and
attract Madurese people to migrate. Positive and negative impacts of migration and the
existing socio-economic system of migration on the Madurese community. Some of the
theories used in this research are structural functional theory, economic concept and
migration concept. A qualitative descriptive approach was used in this study. The location
and research center are in Marparan Village, Sreseh District in Sampang. Sources of data
included in this study are primary data and secondary data. Data collection techniques were
carried out through observation and interviews. The use of qualitative data analysis
techniques. Two driving factors emerged from the results of this study, namely environmental
factors and the economic conditions of the community. In addition, there are pull factors such
as the availability of more suitable jobs and the presence of relatives living in the destination.
The positive impact of this migration activity is an increase in the family economy, while the
negative is that there is still no record of the number of migrants, uncontrolled child
development, reduced family harmony and changes in lifestyle. The social system owned by
the Madurese community allows the culture of migration to persist today because of its ability
to adapt to change, which is then accompanied by a strong goal of building a family economy.
The recommendations that the researchers can offer are the creation of an integrated system
for registration and data collection of the migrating Madurese community and tourism
development in Marparan village by paying attention to local aspects and involving the local
community.
iv
DAFTAR ISI
Motto_______________________________________________________________ ii
Abstrak Bahasa Indonesia______________________________________________ iii
Abstrak Bahasa Inggris________________________________________________ iv
Daftar Isi____________________________________________________________ v
Daftar Gambar_______________________________________________________vii
BAB I______________________________________________________________ 1
PENDAHULUAN_____________________________________________________1
A. Latar Belakang Masalah__________________________________________ 1
B. Rumusan Masalah_______________________________________________ 7
C. Tujuan Penelitian________________________________________________ 7
D. Manfaat Penelitian_______________________________________________ 7
BAB II______________________________________________________________ 8
KAJIAN PUSTAKA___________________________________________________ 8
A. Definisi Operasional_____________________________________________ 8
B. Kajian Teori____________________________________________________ 9
1. Definisi Migrasi______________________________________________ 9
2. Jenis Migrasi Berdasarkan Ruang atau Wilayah____________________ 11
3. Faktor Determinasi Migrasi____________________________________ 14
4. Faktor Karakteristik Individu___________________________________18
5. Faktor Karakteristik Rumah tangga______________________________ 20
6. Faktor Status Sosial Ekonomi__________________________________ 21
7. Dampak Kegiatan migrasi_____________________________________ 24
8. Migrasi Dalam Perspektif Islam________________________________ 25
9. Teori Pembangunan Arthur Lewis_______________________________27
10. Makna Kesejahteraan________________________________________28
C. Penelitian Terdahulu____________________________________________ 30
D. Kerangka Pemikiran____________________________________________ 31
BAB III____________________________________________________________ 33
METODOLOGI PENELITIAN_________________________________________ 33
A. Pendekatan dan Metode Penelitian_________________________________ 33
v
B. Tempat dan Waktu Penelitian_____________________________________ 34
C. Data dan Sumber Data Penelitian__________________________________ 35
D. Teknik Pengumpulan Data________________________________________35
E. Teknik Analisis Data____________________________________________ 37
DAFTAR PUSTAKA_________________________________________________ 39
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Faktor-faktor yang terdapat pada daerah asal dan daerah tujuan dan
rintangan antara_______________________________________________________ 3
Gambar 2 Skema bentuk-bentuk mobilitas peenduduk_________________________9
Gambar 3 Faktor-faktor determinan mobilitas penduduk______________________ 15
Gambar 4 Kerangka Pemikiran__________________________________________ 32
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi negara tidak lepas dari optimalisasi alokasi sumber daya
yang tersedia. Baik itu sumber daya modal fisik (seperti gedung, uang, mesin),
sumber daya modal manusia, dan sumber daya alam. Masing-masing sumber daya
tersebut memiliki peran dan fungsi yang berbeda dalam pembangunan.
Pembangunan sosial ekonomi di negara berkembang memiliki faktor pengganggu
yang khas, yaitu laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi. Laju pertumbuhan
penduduk sebagaimana dimaksud pada kutipan di atas menggambarkan jumlah
pertambahan penduduk yang meningkat setiap tahunnya.1 Laju pertumbuhan
penduduk juga dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu kesuburan (kelahiran), kematian
(mortalitas), dan mobilisasi penduduk (pergerakan). 2
Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya, bahasa dan etnis.
Setiap daerah yang ada memiliki bahasa dan budaya daerah yang berbeda dengan
daerah lainnya. Sebagian besar wilayah di Indonesia kini dihuni oleh etnis minoritas
akibat mobilitas penduduk. Migrasi dari daerah asal ke daerah lain disebut juga
dengan merantau. Faktor yang mendorong masyarakat untuk migrasi adalah faktor
ekonomi yang biasanya disebabkan meningkatnya pengeluaran sehingga
membutuhkan pendapatan yang lebih untuk kebutuhan sehari-hari.3 Keadaan tempat
asalnya seringkali menjadi alasan mengapa seseorang mengikuti tradisi merantau,
terutama mereka mendengar bahwa orang-orang sebelumnya atau mereka yang
pergi telah sukses dengan mata pencaharian yang baru setelah bermigrasi. Sebab,
menurut mereka, migrasi akan mengubah perekonomian keluarga di masa depan,
karena kesempatan kerja di kota sangat banyak dan beragam.4
1
Pardoko, Mobilitas Migrasi dan Urbanisasi. (Bandung: Angkasa, 1987), 7.
2
Ida Bagus Mantra, Pengantar Studi Demografi, (Yogyakarta: Nur Cahya, 1985), 149.
3
Mochtar Naim, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau Edisi Ketiga. (Jakarta : PT Remaja
Rosdakarya, 2013), 7.
4
Ibid, 9.
1
Ketidakseimbangan yang terjadi antara satu daerah dengan daerah lainnya
menyebabkan penduduk termotivasi atau tertarik untuk berpindah dari satu daerah
ke daerah lain. Oleh karena itu, pembangunan daerah harus diarahkan pada
pembangunan lebih lanjut dan menyelaraskan laju pertumbuhan antardaerah, baik
perkotaan maupun perdesaan. Mobilitas penduduk dari perdesaan ke perkotaan
merupakan contoh kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan pembangunan antara
perdesaan dan perkotaan.
Selama ini para migran menggunakan motif ekonomi sebagai alasan seseorang
pindah. Sebagian besar penduduk pindah karena alasan ekonomi. Faktor ekonomi
yang dibahas meliputi status pekerjaan, tingkat upah, pendapatan total, kepemilikan
rumah dan lahan pertanian. Orang biasanya pindah ke daerah yang menjanjikan
kehidupan yang lebih baik.5 Penduduk desa lebih sering bermigrasi daripada
penduduk kota dan wanita yang bermigrasi lebih banyak daripada laki-laki.6 Hasil
penelitian Santoto dan Wajdi (2010) menunjukkan bahwa tingkat migrasi laki-laki
lebih tinggi daripada perempuan. Hasil penelitian Erlando (2014) menunjukkan
bahwa semakin banyak penduduk kota yang melakukan migrasi sirkuler.7
Ada beberapa jenis perpindahan penduduk seperti migrasi, imigrasi,
perpindahan, pipeline hingga urbanisasi. Urbanisasi adalah perpindahan orang dari
pedesaan ke kota. Banyak hal yang mendorong masyarakat untuk berpindah dari
pedesaan ke kota, salah satunya adalah masalah kemiskinan. Hal ini dimulai dengan
motivasi yang terkait dengan status sosial, pendidikan dan bakat serta keterampilan
melalui pemanfaatan fasilitas yang ada di perkotaan, misalnya melalui
kewirausahaan. Menurut Lee ada empat faktor yang membuat orang memutuskan
untuk bermigrasi. 8
1. Faktor-faktor daerah asal.
2. Faktor-faktor yang terdapat pada daerah tujuan.
3. Rintangan yang menghambat.
4. Faktor-faktor individual.
5
Aris Ananta, Sepuluh Windu Trasnmigrasi di Indonesia 1905-1985. (Jakarta: Universitas
Indonesia.1985), 258
6
E.G. Ravenstein, ” The Laws of Migration”. Journal of the Statistical Social of London. Vol.48. No.
2. (1885) 167-235.
7
Angga Erlando, “Analisis Terhadap Migran Sirkuler di Kota Surabaya”. Jurnal Ilmiah Prasyarat
Ujian Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang,
(2014).
8
Everett S Lee, Suatu teori migrasi. Diterjemahkan oleh daeng hans. Jakarta, (1976).
2
Gambar 1
Faktor-faktor yang terdapat pada daerah asal dan daerah tujuan dan
rintangan antara
9
Ida Bagus Mantra, Demografi Umum…240.
3
migrasi tidak perlu pindah secara permanen atau meninggalkan desa asal untuk
selamanya. Mungkin sebaiknya lebih baik, menggunakan kata-kata dari Mabogunje
maksud migrasi adalah “menjadikan kota asli tempat yang baik untuk kembali”.10
Pelaku migrasi biasanya berusia kerja. Banyak pendatang yang bermigrasi antara
usia 15-24 tahun, sedangkan non-migran (penduduk tidak berpindah) berada pada
rentang usia 35-44 tahun.11 Keputusan migrasi dibuat terutama oleh kaum muda.
Seperti dalam penelitian Shaw dalam Gilbert dan Gugler (1996), remaja lebih sering
bermigrasi daripada kelompok usia 20-29 tahun.
Fenomena migrasi mewarnai berbagai suku bangsa di Indonesia. Migrasi adalah
perpindahan orang dari satu daerah ke daerah lain. Migrasi lebih dikenal oleh
masyarakat Indonesia sebagai migrasi dan merupakan tradisi yang sudah ada sejak
lama. Fenomena migrasi merupakan hal yang sering terjadi pada manusia di banyak
tempat di Indonesia. Migrasi pada dasarnya tidak berbeda dengan mengembara,
tetapi migrasi merupakan jenis migrasi khusus yang memiliki konotasi budayanya
sendiri. Berbagai suku bangsa di Indonesia telah bermigrasi ke daerah lain di luar
daerah asalnya, seperti Madura, Batak, Banjar, Minangkabau, Bugis, Manado,
Ambon, Bengkulu dan Mandaras Sulawesi Selatan.
Salah satu suku bangsa yang cukup terkenal dalam melakukan proses
perpindahan penduduk adalah suku Madura. Pada dasarnya faktor ekonomi,
pendidikan dan sosial mempengaruhi faktor pendorong masyarakat Madura untuk
melakukan kegiatan migrasi. Kurangnya mata pencaharian di Madura yang
memaksa penduduknya untuk bermigrasi, karena mata pencaharian bagi para
pendatang lebih mudah didapat. Madura sangat terkenal dengan perantau yang
tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan juga di setiap wilayah Indonesia
terdapat pendatang yang sudah lama berasal dari Madura. Salah satunya adalah
masyarakat Marparan, Kecamatan Sreseh Sampang, yang sudah merantau dari masa
lalu. Tujuan migrasi masyarakat Marparan untuk meninggalkan kampung
halamannya adalah untuk mengubah kehidupan mereka menuju perekonomian yang
lebih baik secara keseluruhan.
Migrasi akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Marparan. Banyak orang
Marparan yang mencoba keluar daerah daripada berbisnis di kampung halamannya.
10
Mochtar Naim, . Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau Edisi Ketiga. (Jakarta : PT Remaja
Rosdakarya. 2013).9
11
Sukamdi, dan Mujahid, Ghazy, Internal Migrations in Indonesia. (UNFPA Indonesia. Monografi
Series No.3. 2015),137.
4
Hal ini dikarenakan Marparan tidak memiliki cukup sawah untuk ditanami dan tidak
memiliki akses jalan raya, sehingga sulit untuk bepergian ke daerah lain. Selain itu,
minimnya pendidikan di Marparana menyebabkan masyarakat merantau untuk
mencari ilmu dan menimba pengalaman di luar Marparana.
Kecamatan Sreseh terletak di bagian selatan Kabupaten Sampang, 95 meter di
atas permukaan laut. Iklim tropis dan suhu sedang. Batas utara Kabupaten Sreseh
adalah Kecamatan Jrengik, sebelah timur Kecamatan Pangarengan, sebelah selatan
kawasan Selat Madura dan sebelah barat Kabupaten Bangkalan. Luas totalnya 71,95
km2. Data sensus terbaru tahun 2019 menunjukkan jumlah penduduk Marparan
sebanyak 30.356 jiwa. Desa Marparan memiliki luas 8,57 km2, dengan 2 RT dan 2
RW. Jumlah penduduk pada pertengahan tahun 2016 sebanyak 2.251 jiwa, terdiri
dari 1.044 laki-laki dan 1.207 perempuan.
Para migran Marparan memiliki segala macam usaha pendapatan yang juga
mereka hasilkan, mereka juga membantu membangun Marparan dan membantu
keluarga di kampung halaman dengan mengirimkan uang dan sumbangan lainnya.
Tujuan para pendatang yang ingin membantu keluarganya dan membangun
kampung halamannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu
sendiri, mempercepat penanggulangan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan
pembangunan antar daerah sebagai solusi perubahan sosial ekonomi. Namun yang
terjadi di Marparana secara umum, tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat,
namun tidak terlihat adanya kesetaraan, terbukti dengan adanya keluarga miskin di
Marparana saat ini.
Permasalahan dari penelitian tersebut adalah masyarakat yang bermigrasi ke
daerah lain pasti memiliki faktor dan tujuan tertentu, baik faktor asal yang sudah
tidak memungkinkan lagi untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga
kebutuhan hidup tidak terpenuhi, dan faktor daerah yang dituju memiliki peluang
yang besar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak guna memenuhi kebutuhan
hidupnya, inilah yang disebut dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi
sosial ekonomi adalah keberadaan dan kondisi individu dan keluarga dalam
kehidupannya, dan yang membedakan satu keluarga dengan yang lain, seperti
pendidikan, mata pencaharian, pendapatan, perumahan, interaksi sosial keluarga,
dan sebagainya. Dari faktor lemahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat maka
perlu adanya jalan keluar, karena kondisi ekonomi masyarakat yang buruk akan
berdampak negatif, antara lain meningkatnya pengangguran, jumlah anak putus
5
sekolah dan keberadaan masyarakat. tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari,
inilah yang disebut sebagai masalah sosial ekonomi masyarakat.
Permasalahan sosial ekonomi masyarakat merupakan permasalahan yang masih
menghantui masyarakat Indonesia. Beberapa masalah sosial ekonomi tersebut
adalah rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya fasilitas kesehatan, kurangnya
kesempatan kerja dan tingkat pendapatan yang rendah. Hal ini mendorong
masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya manusia untuk kelangsungan hidup
guna meningkatkan perekonomian masyarakat. Faktor penyebab rendahnya tingkat
kehidupan di negara berkembang seperti Indonesia adalah kurangnya penggunaan
tenaga kerja yang efisien dibandingkan dengan negara maju. Dimana keterbatasan
ketersediaan lapangan kerja tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang ingin
mendapatkan pekerjaan.
Berkaitan dengan masalah tersebut, ada satu sektor yang berperan dalam
mendukung penyediaan tenaga kerja yaitu sektor informal. Sektor informal adalah
istilah yang digunakan untuk menunjukkan sejumlah kegiatan dalam skala kecil.
Dimana pada dasarnya sektor ini mampu menyerap tenaga kerja terutama tenaga
kerja yang tidak memiliki ketrampilan, ketrampilan atau pendidikan yang tidak
sesuai dengan tuntutan pekerjaan di sektor formal. Salah satu bentuk penyediaan
tenaga kerja pada sektor informal adalah usaha perdagangan, dimana usaha ini tidak
memerlukan pendidikan formal seperti pada sektor formal.12
Pengusaha kecil adalah cara mencari nafkah. Ini karena orang yang
berpendidikan rendah dengan pengalaman dan keterampilan yang terbatas merasa
sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Persaingan yang semakin ketat dan
perkembangan ekonomi menuntut para pedagang untuk lebih efektif dalam
mengelola usaha yang dijalankannya. Keberhasilan atau kegagalan para pedagang
ini biasanya ditunjukkan oleh kemampuannya dalam mengelola bisnis yang
dijadikan patokan untuk masa depan. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti
berharap dapat mengetahui lebih jauh tentang migrasi masyarakat Madura Marparan
Sampang dengan judul "Analisis Faktor Pendorong Masyarakat untuk Bermigrasi
dan Dampaknya terhadap Perekonomian Daerah".
12
Damsar, Sosiologi Ekonomi. (Jakarta: Rajawali Pers, 1997), 108.
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Praktis
a. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah
Kabupaten Sreseh dalam membuat kebijakan pembangunan ekonomi
masyarakat dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga
dapat berperan serta dalam proses pelaksanaan pembangunan daerah.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat akan
dampak migrasi, baik terhadap diri sendiri, daerah asal maupun tujuan
migrasi.
2. Aspek Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan ilmu sosial dan
ekonomi khususnya ilmu ekonomi dan memberikan kontribusi pengetahuan
tentang karakteristik individu, karakteristik rumah tangga, status sosial dan
status ekonomi dalam mempengaruhi keputusan untuk melakukan migrasi
internal di Indonesia.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Operasional
13
Nana Yulia Fitri & Nurhadi, “Analisis dan Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Penilaian
Kinerja Guru dengan Menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW) pada SMK Yadika
Jambi”, Manajemen Sistem Informasi, 1 (Maret, 2017), 2.
14
Thamrin Nasution dan Muhammad Nur, Peranan orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Anak. (Jakarta: Gunung Mulia, 1986). 34.
8
B. Kajian Teori
1. Definisi Migrasi
Mobilitas penduduk dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas vertikal dan
mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dikenal sebagai perubahan status,
misalnya status dan jabatan pekerjaan. Mobilitas penduduk secara horizontal atau
sering disebut juga dengan mobilitas penduduk geografis adalah perpindahan
penduduk yang melintasi perbatasan ke daerah lain dalam kurun waktu tertentu.15
Mobilitas horizontal dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk permanen
(migrasi) dan mobilitas penduduk tidak tetap. Mobilitas non permanen terbagi
menjadi dua, yaitu commuting (ulang-aling) dan stay night (kost).
Gambar 2.
Skema Bentuk- Bentuk Mobilitas Penduduk16
15
Ida Bagus Mantra, Demografi Umum. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004). 172.
9
perpindahan tempat tinggal seseorang dari satu tempat ke tempat lain, dan biasanya
berada di luar batas wilayah administratif.17
Batas wilayah administrasi yang dimaksud Pardoko tidak dijelaskan secara
spesifik apakah wilayah pemerintahan tersebut adalah desa, kecamatan, kabupaten,
kota, provinsi, pulau, atau negara bagian. Definisi ruang dalam analisis migrasi
menimbulkan masalah yang sama. Karena migrasi tidak dapat didefinisikan secara
tepat, beberapa penulis berpendapat bahwa migrasi dianggap sebagai rangkaian
keseluruhan yang mencakup semua jenis perpindahan penduduk. Perpindahan
termasuk dari pindah sementara ke pindah secara permanen.18
Pengertian migrasi menurut Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat dua lokasi
yang berbeda yaitu daerah asal dan daerah tujuan, terlepas dari jaraknya dekat atau
jauh. Penentuan migrasi tergantung pada batas administratif atau politik yang
digunakan. Pengertian migrasi secara luas adalah pergantian tempat tinggal yang
permanen, tidak ada batasan baik jarak pergerakan maupun sifatnya, baik itu
sukarela maupun paksa, dan tidak ada perbedaan antara perpindahan di dalam dan
luar negeri.19
Batas waktu yang ditetapkan menurut BPS adalah 6 bulan sesuai dengan konsep
tempat tinggal. Artinya seseorang dikatakan bermigrasi jika tempat tinggalnya di
tempat baru atau berniat tinggal di tempat baru minimal selama 6 bulan. Batas
waktu 6 bulan diterapkan pada sensus penduduk tahun 2000 dan 2010, sedangkan
pada sensus sebelumnya batas migrasi minimal adalah 3 bulan. Konon jika
seseorang pindah, hal itu terlihat dari perubahan tempat tinggalnya. Berdasarkan
pendapat berbagai sumber di atas. Pengertian migrasi dapat dikatakan perbuatan
seseorang dalam melakukan perpindahan yang melintasi batas-batas administratif
suatu wilayah, baik itu desa / kota / kabupaten / provinsi / pulau atau bahkan antar
negara yang menetap minimal enam bulan.
17
Pardoko, Mobilitas Migrasi dan Urbanisasi, (Bandung: Angkasa, 1987), 7.
18
Elispeth Young, Migrasi. (Alih Bahasa: Nin. Bakdi Sumanto dan Riningsih Saladi). (Yogyakarta:
UGM Press, 1995).
19
Handiyatmo, Migrasi Internal Penduduk Indonesia. Jakarta: BPS Indonesia, 2011)
10
2. Jenis Migrasi Berdasarkan Ruang atau Wilayah
20
H Ruslan Prawiro, Kependudukan Teori, Fakta, dan Masalah. (Bandung: Alumni, 1983).
21
Ida Bagus Mantra, Pengantar Studi Demografi. (Yogyakarta: Nur Cahya, 1985).
11
Transmigrasi merupakan salah satu bentuk migrasi internal yang terjadi di
Indonesia. Pemukiman kembali secara permanen dari Jawa ke luar Jawa
merupakan ciri dominan transmigran. Transmigrasi direncanakan mulai dari
seleksi hingga proses pemberian bantuan fasilitas dengan tujuan agar
transmigrasi berjalan dengan lancar.22 Kebijakan ini ditempuh oleh pemerintah
karena sebaran penduduk di wilayah Indonesia dianggap sepihak, terdapat
wilayah yang terlalu padat dan ada pula yang penduduknya terlalu jarang.
Sehingga kehidupan penduduk dan perkembangan daerah serta masyarakatnya
tidak sesuai dengan yang diharapkan.23
b) Migrasi Spontan
Migrasi spontan atau yang lebih dikenal dengan transmigrasi swakarsa adalah
transmigrasi yang tidak dibantu oleh pemerintah. Para pendatang biasanya
memilih untuk pindah atas kemauan sendiri dan kondisi yang dihadapi saat ini.
Secara umum dapat didefinisikan empat arah pergerakan penduduk, yaitu dari
desa ke desa, dari desa ke kota, dari kota ke desa, dari kota ke kota. Perpindahan
penduduk dari pedesaan ke perkotaan dapat berupa sirkulasi dan migrasi
pergantian.
2) Migrasi Internal Menurut Sukamdi dan Mujahid
Sukamdi dan Mujahid mengartikan migrasi internal sebagai perpindahan orang
dalam batas negara, yang merupakan kebalikan dari migrasi internasional yang
melintasi batas negara. Migrasi internal menyebabkan perbedaan redistribusi
populasi antar wilayah di negara tersebut. Penelitian Sukamdi dan Mujahid
membagi migrasi internal menjadi empat dimensi berdasarkan data sensus, yaitu:24
a) Migrasi Antar Koridor Ekonomi
Menetapkan koridor ekonomi berdasarkan Rencana Induk Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di bawah Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Klaster pembangunan ada tiga bagian,
yaitu pengembangan koridor ekonomi, kedua, penguatan koneksi nasional,
dan ketiga, peningkatan potensi sumber daya manusia, iptek. Pada klaster
pertama, Indonesia dibagi menjadi enam koridor ekonomi, antara lain
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan
22
Sadi Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, (LP3ES. 1988), 107.
23
H Ruslan Prawiro, Kependudukan Teori, Fakta, dan Masalah.. 113.
24
Sukamdi, dan Mujahid, Ghazy, Internal Migrations in Indonesia. (UNFPA Indonesia. Monografi
Series No.3, 2015).
12
Papua. Setiap koridor ekonomi menjalankan kegiatan ekonomi yang
menciptakan peluang lapangan kerja tambahan. Kesempatan ini adalah puncak
dari perpindahan.
b) Migrasi Antar Provinsi
Migrasi antar provinsi adalah perpindahan lintas batas administrasi provinsi.
Data migrasi antar provinsi menunjukkan arus dan jumlah migran yang masuk
dan keluar dari tiap provinsi. Perbedaan antara orang yang masuk dan keluar
provinsi akan mengakibatkan migrasi netto. Hasil migrasi net dibedakan
menjadi dua, yaitu migrasi net positif dan migrasi net negatif. Migrasi positif
bersih menunjukkan bahwa ada lebih banyak migran masuk daripada migran
keluar, dan di sisi lain, migrasi negatif bersih terjadi ketika ada lebih banyak
migran keluar daripada migran keluar.
c) Migrasi Antar Wilayah Kabupaten/ Kota
Migrasi antarkabupaten / kota adalah perpindahan penduduk yang melintasi
batas kabupaten dan kota dalam suatu provinsi. Perhitungannya hampir sama
dengan migrasi antar provinsi. Jumlah migran yang masuk dan keluar akan
dihitung, diikuti dengan jumlah bersih migran dari kabupaten / kota.
d) Migrasi desa kota
Migrasi dari desa ke kota merupakan prasyarat untuk berpindah dari desa ke
kota, istilah lain disebut urbanisasi. Urbanisasi dapat terjadi sesuai dengan
kemungkinan dan kondisi orang yang bersangkutan. Urba (seseorang yang
melakukan migrasi dari desa ke kota) akan mengharapkan pekerjaan dan
pendapatan yang tinggi jika mereka pindah ke kota. Harapan berpenghasilan
tinggi, lebih didasarkan pada membandingkan pengalaman rekan kerja atau
keluarga yang pertama kali melakukan urbanisasi di kota.
3) Migrasi Internal Menurut BPS
Setiap sepuluh tahun, BPS selalu melakukan sensus untuk menentukan negara
bagian dan penduduk Indonesia. Sensus mencakup pertanyaan migrasi internal, oleh
karena itu BPS memecah data migrasi internal menjadi dua bagian, yaitu:
a) Migrasi Seumur Hidup dan
Migrasi seumur hidup (migran seumur hidup) Yang dimaksud dengan
migrasi seumur hidup mencakup orang-orang yang berpindah dari tempat
lahirnya ke tempat tinggalnya saat ini, terlepas dari kapan mereka pindah.
Konsep migrasi vital diperoleh dari data tempat lahir dan tempat tinggal
13
responden saat ini. Jika kedua pernyataan itu berbeda, itu termasuk migrasi
untuk hidup.25
b) Migrasi Risiko.
Migrasi meningkat (pendatang baru). Migrasi meningkat pada orang yang
pindah dalam lima tahun terakhir (mulai lima tahun sebelum pencacahan).
Informasi ini berasal dari pertanyaan dimana dia tinggal lima tahun yang
lalu dan dimana dia tinggal sekarang. Jika kedua tempat ini berbeda, maka
dapat diklasifikasikan sebagai migrasi inkremental
25
Sri Wahyuni dan Nuraini,. Estimasi Parameter Demografi: Tren Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi.
Hasil sensusu penduduk 2010. (Jakarta: BPS Indonesia. 2012), 91.
26
Ida Bagus Mantra, Pengantar Studi Demografi. (Yogyakarta: Nur Cahya, 1985).
14
Adanya tambahan tiga komponen dari pendapat Lee, yaitu migrasi kembali,
kesempatan antara, dan migrasi paksaan (force migration). Noriss berpendapat bahwa
faktor daerah asal merupakan faktor terpenting. Dapat dikatakan bahwa penduduk
migran adalah penduduk yang bersifat bi local population, yaitu dimanapun mereka
bertempat tinggal, pasti mengadakan hubungan dengan daerah asal.
Gambar 3
Faktor-faktor Determinan Mobilitas Penduduk
15
Manusia mengalami tekanan (stress) akibat berbagai faktor ekonomi, sosial dan
psikologis. Setiap orang juga memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Jadi, ketika
menghadapi masalah, seseorang ada yang merasa bisa memenuhi kebutuhan,
sementara ada yang mengatakan tidak. Nilai kegunaan suatu daerah dari satu tempat
ke tempat lain berbeda. Inilah yang menyebabkan terjadinya perpindahan. Jika tidak
ada nilai manfaat dari daerah tersebut, tidak akan ada lalu lintas atau migrasi.
Bodvarsson dan Berg mengembangkan teori Lee tentang faktor pendorong dan
penarik serta hambatan migrasi. Bondvarsson dan Berg, selain faktor pendorong dan
penarik, menambahkan keputusan pasca migran pasca migrasi, yaitu tetap tinggal
atau meninggalkan negara tujuan (stay away).27 Ravenstein menyebutkan bahwa
para migran lebih suka bermigrasi relatif dekat dan cenderung pindah ke kota-kota
besar. Sebagian besar penduduk perkotaan berasal dari migrasi, terutama di daerah
terpencil.28
Orang yang tinggal di daerah pedesaan lebih mungkin untuk bermigrasi
daripada orang yang tinggal di daerah perkotaan. Lebih banyak wanita daripada pria
yang bermigrasi. Menurut Root dan De Jong dalam Sumantri, terdapat enam faktor
penentu migrasi keluarga, yaitu:29
1. Kaitannya dengan sistem migrasi, digambarkan dengan informasi dari para
migran sebelumnya.
2. Ikatan antara pendatang dan keluarganya di daerah asal.
3. Tekanan keluarga, dijelaskan oleh mereka yang mengatur atau menghambat
migrasi dari anggota keluarga.
4. Susunan keluarga ditentukan oleh banyaknya anggota keluarga, anggota
keluarga yang belum kawin berumur 15 tahun ke atas, dan jenis rumah tangga.
5. Sumber daya ekonomi keluarga mencakup tahun-tahun pembelajaran yang
berhasil bagi anggota keluarga yang berusia di atas 18 tahun, kepemilikan tanah,
pendapatan pertanian, anggota keluarga berusia 18 tahun ke atas yang bekerja di
pertanian, dan ketersediaan uang.
6. Pengalaman migrasi digambarkan oleh persentase anggota keluarga yang
pernah mengalami migrasi sebelumnya.
27
Bodvarsson, Orn B & Berg, Hendrik Van den, The Economics if Immigration, the Theory and Policy.
(New York: Springer, 2009). 7.
28
E.G. Ravenstein, ” The Laws of Migration”. Journal of the Statistical Social of London. Vol.48. No.
2. (1885), 167-235.
29
Sumantri, Cecep Sukria. Tukiran. Kasto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Rumah
Tangga: Eksplorasi Data Sakerti 1997-2000”. Jurnal Sosiosains. Volume 18(2).(2005),pp 359-372.
16
Menurut Bodvarsson, terdapat teori modern tentang migrasi internal. Secara
khusus, migran terbagi menjadi tiga alasan, yaitu:30
a. Memaksimalkan investasi dalam sumber daya manusia.
b. Sebagai konsumen fasilitas dan barang umum.
c. Sebagai produsen dalam rumah tangga yang menghasilkan barang dan jasa.
Sjaastad adalah orang pertama yang menggambarkan hubungan antara migrasi
dan investasi dalam human capital. Ia mengklaim bahwa calon migran akan
menghitung peluang masuk di daerah sasaran dengan mengurangi biaya pindah
(diasumsikan dari jarak migrasi yang dihitung) dan memilih untuk memaksimalkan
pendapatan di daerah sasaran. Pekerja akan bermigrasi setidaknya satu migrasi
sebelum membuat keputusan menetap. Para pendatang akan membandingkan
perbedaan pendapatan di setiap daerah.31
Model Sjaastad menggunakan jarak sebagai tolak ukur untuk menghitung biaya
migrasi. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka semakin banyak pula biaya yang
akan dikeluarkan, seperti transportasi, makan, biaya akomodasi untuk diri sendiri
atau keluarga. Keputusan migrasi juga bergantung pada informasi yang tersedia
tentang lowongan kerja, baik secara informal (melalui teman dan kerabat) atau
secara formal (iklan dan perantara kerja). Biaya lain-lain meliputi kerugian atas
penjualan rumah, mobil atau perlengkapan lain, dan biaya tambahan yang timbul
untuk mengganti aset tertentu di tempat tujuan. Selain itu, mereka terkadang
kehilangan pekerjaan, program pensiun, dan tunjangan lainnya.32
Model ini mengabaikan faktor non-ekonomi seperti iklim yang lebih baik,
kesempatan rekreasi, lingkungan sosial, politik, agama, dan jumlah barang publik
yang tersedia di tempat tujuan. Faktor non-ekonomi tidak diperhitungkan karena
tidak termasuk dalam laba atas investasi human capital. Model Sjaastad mencakup
empat aspek, yaitu sinkronisasi manfaat dan biaya dari waktu ke waktu, perbedaan
keuntungan antara daerah asal dan tujuan, perbedaan biaya hidup antara tempat asal
dan tujuan, tingkat preferensi waktu para migran. Modelnya bersifat tunggal,
sehingga tidak dapat menghitung dan menganalisis keputusan migrasi orang-orang
di sekitarnya, seperti anggota keluarga, istri, dan anak.
30
Bodvarsson, Orn B & Berg, Hendrik Van den. The Economics if Immigration..
31
Larry A. Sjaastad, “The Costs and Returns of Human Migration”. Journall of Poltical Economy. Vol
70. No. 5 part2. (1962), 80-93.
32
Ibid.
17
Ide dasar di balik model ekuilibrium adalah bahwa orang bermigrasi saat
mereka menyesuaikan konsumsi dengan perubahan kehidupan di kemudian hari
seperti pendapatan, harga komoditas, penawaran barang, jasa, dan fasilitas lainnya.
Model ini mengakui bahwa tidak semua fungsi utilitas seseorang atas barang dan
jasa dapat terpenuhi di setiap daerah. Barang-barang yang diinginkan tetapi tidak
banyak tersedia disebut amenesties, antara lain pemandangan yang menarik, iklim
yang menyenangkan, udara bersih, dan sebagainya. Permintaan fasilitas dapat
berubah dengan siklus hidup. Mereka dapat berubah karena perubahan budaya atau
perubahan pendapatan ekonomi dan jenis produk yang tersedia. Misalnya, kemajuan
teknologi jangka panjang akan meningkatkan pendapatan riil masyarakat,
meningkatkan permintaan akan tunjangan kompensasi. Karena amenesties tidak
merata di seluruh wilayah, migrasi akan terjadi dan pasar yang efisien akan segera
menyeimbangkan kembali. Akibatnya, daerah kaya rentan terhadap migrasi,
penurunan upah dan kenaikan harga tanah. Di daerah miskin, upah akan naik dan
harga sewa akan turun.
33
Michael P Todaro, Kajian Ekonomi Migrasi Internal di Negara Berkembang,(Yogyakarta: Pusat
Penelitian Kependudukan UGM, 1992).
34
Hungu, “Pengertian Jenis Kelamin”. Repository. (2007).usu.ac.id Pada Tanggal 21 Juni 2016.
18
dari wanita. Meskipun tidak sama di negara dunia ketiga.35 Secara
keseluruhan, tingkat migrasi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Dalam
masyarakat tradisional, peran perempuan adalah mengasuh anak di rumah.
Situasi ini mengarah pada dominasi migrasi oleh laki-laki. Beberapa temuan
penelitian tentang migrasi, jumlah laki-laki yang beremigrasi lebih banyak
daripada perempuan.36
b. Umur
Umur adalah usia yang dihitung dengan cara dibulatkan menjadi atau sama
dengan umur pada hari ulang tahun terakhir.37 Secara umum, orang muda
berusia 15-64 tahun lebih sering bermigrasi daripada orang tua. Gibler dan
Gugler (1996) juga menemukan bahwa kaum muda berusia belasan tahun
bermigrasi lebih sering daripada kelompok lain yang berusia 20-29 tahun.
Seperti pendapat Todaro dan Gibler, Gugler. Aritonang juga menyatakan hal
yang sama, bahwa laki-laki bermigrasi ke tempat yang jauh sedangkan
perempuan menempuh jarak yang relatif pendek.38 Banyak migran yang
bermigrasi antara usia 15-24, sedangkan non-migran (non-migran) berada
pada rentang usia 35-44.39
c. Status Pernikahan
Terlepas dari jenis kelamin dan usia, status perkawinan adalah ciri individu
lainnya. Status perkawinan menurut BPS adalah berstatus kawin, apabila pada
pencacahan telah kawin, baik tinggal bersama maupun terpisah, kawin sah
atau tinggal bersama, yang secara hukum diakui oleh masyarakat sekitar
sebagai suami istri. Status perkawinan dalam data demografi dibagi menjadi
status belum menikah, menikah, berpisah atau cerai, janda atau janda. Status
perkawinan juga mempengaruhi migran. Penelitian Sukamdi dan Mujahid
(2015) menunjukkan bahwa jumlah migran yang menikah lebih banyak dari
pada yang lain.40
35
Alan Gilbert dan Josef Gugler, Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. (Alih Bahasa: Anshori
dan Juanda).(Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1996). 71
36
Insaf Santoso, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi Penduduk Indonesia
antara Tahun 2000-2007 (Analisis Data IFLS 2000 dan 2007)“. Tesis tidak diterbitkan. (2010).
PPs-UI.68
37
Handiyatmo, Migrasi Internal Penduduk Indonesia. (Jakarta: BPS Indonesia,2011).
38
Hasnani Rangkuti, “Pengaruh Kesenjangan Penghasilan dalam Keputusan Bermigrasi Tenaga Kerja
di Indonesia: Analisis Data IFLS 1993 dan 2000”. Tesis FE.UI: Jakarta.(2009).
39
Sukamdi, dan Mujahid, Ghazy, Internal Migrations in Indonesia. UNFPA Indonesia. Monografi
Series No.3. (2015).
40
Ibid.
19
5. Faktor Karakteristik Rumah tangga
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal sebagian atau seluruhnya
dalam satu bangunan fisik dan biasanya berbagi makanan dan mengelola makanan
dari satu dapur. Dapat dikatakan bahwa dalam satu rumah tidak hanya ada satu
rumah tangga, tetapi lebih dari satu rumah tangga. Salah satu dapur yang dimaksud
adalah mengelola kebutuhan sehari-hari yang dikelola dalam satu. Ciri rumah tangga
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kawasan Tempat Tinggal
Kawasan pemukiman merupakan tempat tinggal suatu rumah tangga yang
terbagi menjadi dua bagian yaitu pedesaan atau perkotaan. Desa adalah negara
bagian yang 75 persen penduduknya bekerja di bidang pertanian dan minim
sarana dan prasarana umum. Wilayah perkotaan di mana 25 persen
penduduknya bekerja di bidang pertanian, dengan peralatan dan infrastruktur
yang lengkap dan sesuai.Perbedaan kondisi kehidupan di pedesaan atau di
kota adalah ciri-ciri dasar pengambilan keputusan migrasi. Migrasi dari
pedesaan ke perkotaan tidak hanya melibatkan migrasi dari kota ke pedesaan.
Arus migrasi bergeser dari daerah yang sedikit tertinggal ke daerah yang lebih
berkembang. 41 Para migran bisa berpindah dari perkotaan ke pedesaan.
Kondisi ini terjadi karena adanya kesadaran para pendatang yang ingin
mengembangkan daerah asalnya. Tingkat pengalaman dan pendidikan yang
diperoleh para migran di daerah perkotaan dapat memberikan kesempatan
kepada para migran untuk kembali ke tempat asalnya.
b. Jumlah Anggota Rumah tangga
Jumlah anggota rumah tangga adalah banyaknya orang dalam rumah tangga
yang terdiri dari anggota keluarga biologis (darah), anggota keluarga lain, dan
orang di luar keluarga, baik bayi, anak, dewasa, maupun lansia. Banyaknya
anggota rumah tangga terdiri dari anggota rumah tangga yang produktif dan
tidak produktif. Anggota rumah tangga produktif adalah anggota rumah
tangga yang telah memasuki usia produktif dan mampu bekerja untuk
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan anggota rumah tangga, sedangkan
anggota keluarga yang belum produktif, sebaliknya.
41
A. Mulawarman, “Trend Dinamika Kependudukan Kota Makasar Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
1980-2010”. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesesia. 1(1). (2004). 9 – 14.
20
Beban tanggungan yang berasal dari banyaknya anggota rumah tangga yang
menjadi pertimbangan seseorang saat memutuskan untuk bermigrasi, terutama
jika anggota rumah tangga tersebut tidak tergolong tenaga kerja. Asumsi
tersebut dibenarkan oleh Leuwol bahwa salah satu pendorong migrasi adalah
tingginya tingkat ketergantungan yaitu banyaknya anak yang dimiliki
pendatang.42 Faktor biologis, kaum muda lebih mudah mencari pekerjaan di
daerah tujuan karena lebih banyak kesempatan kerja dan penghasilan lebih
tinggi dibandingkan di daerah asalnya, terutama di pedesaan. Rasio anggota
keluarga yang produktif dan tidak produktif dapat mempengaruhi keputusan
seseorang untuk bermigrasi. Apabila jumlah anggota keluarga non produktif
lebih banyak daripada jumlah anggota keluarga produktif, maka tanggungan
kebutuhan rumah tangga akan menjadi beban anggota keluarga produktif.
Dampaknya, anggota keluarga yang produktif akan lebih memilih
meninggalkan rumah tangganya dan mencari pekerjaan di tempat lain yang
lebih tinggi, seperti perkotaan.
42
Budijanto, Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengambilan Keputusan Wanita Migran
Bermigrasi Ke Kota Malang. Affecting Factor Migrant Women’s Decision to Migrate to Malang City.
Jurnal Forum Geografi. Vol. 25 No. 2.(2011), 116-129.
43
Thamrin Nasution dan Muhammad Nur, Peranan orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Anak. (Jakarta: Gunung Mulia.,1986), 34.
21
4. Memiliki ladang yang luas
5. Ekonomi perdagangan yang lebih berorientasi pada produk
6. Pekerjaan yang lebih spesifik
Berdasarkan karakteristik status sosial ekonomi maka secara sederhana dapat
dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan, pendapatan, kepemilikan rumah
dan pekerjaan.
a. Pendidikan
Pendidikan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 Tahun
2003, pasal 1 pendidikan berbunyi: “Upaya sadar dan terencana untuk
menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran bagi peserta didik untuk
secara aktif mengembangkan potensi kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan
yang mereka butuhkan: masyarakat, bangsa, dan negara ".
Fungsi dan tujuan pendidikan dalam pasal 3 berbunyi: “Fungsi pendidikan
nasional dalam rangka mengembangkan kemampuan dan bermartabat
membentuk karakter dan peradaban bangsa sebagai bagian dari pendidikan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia.
berkarakter, menjadi warga negara yang sehat, kompeten, kreatif, mandiri dan
demokratis serta bertanggung jawab."
b. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan kepala keluarga dan anggota
keluarga lainnya yang berwujud uang dan barang. Pendapatan dapat membuat
suatu pergerakan mungkin dilakukan. Pendapatan rendah dari daerah asal dan
ekspektasi tinggi akan pendapatan yang lebih baik di daerah sasaran
merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi migrasi. Pendapatan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan bermigrasi. Semakin
tinggi pendapatan yang diperoleh di kota, semakin besar pula keputusan para
migran untuk melakukan migrasi sirkuler ke kota.44
Hasil penelitian Rangkuti menunjukkan bahwa keputusan bermigrasi sebagai
manifestasi ketimpangan pendapatan antar daerah menunjukkan pengaruh
yang positif dan signifikan sebagai dasar pertimbangan partisipasi dalam
44
J. Kallan, “A Multilevel Analysis of Elderly Migration”. Social Science Quarterly 74: (1993). pp
403-416.
22
migrasi tahun 1993-2000. Migrasi juga ternyata berdampak positif bagi
pertumbuhan pendapatan individu. Hal ini dibuktikan dengan adanya
kesenjangan pendapatan antara migrasi dan pasca migrasi turun.45
c. Kepemilikan Rumah
Keputusan untuk bermigrasi adalah proses yang selektif. Para migran yang
bermigrasi cenderung berusia muda untuk menerima manfaat migrasi yang
lebih lama. Selain itu, keberadaan aset seperti kepemilikan rumah berpengaruh
terhadap keputusan bermigrasi. Karena adanya aset yang mengikat orang di
daerah asal, yang akan membuat orang enggan untuk pindah. Memiliki tanah
pertanian dan rumah di daerah asalnya menyebabkan seseorang tidak pindah
secara permanen ke kota. Mereka lebih memilih tinggal di daerah asalnya
sehingga para pendatang melakukan migrasi sirkuler. Semakin luas lahan
pertanian maka semakin banyak faktor produksi yang dialokasikan untuk
kegiatan tersebut. Pasokan migran akan berkurang.
d. Pekerjaan
Ketimpangan pertumbuhan ekonomi antara pedesaan dan perkotaan
menciptakan peluang untuk menemukan kehidupan yang layak melalui
pekerjaan yang lebih baik. Proporsi penduduk usia kerja yang tinggi, baik di
pedesaan maupun perkotaan, meningkatkan permintaan akan pekerjaan, yang
akan mengarah pada migrasi. Kondisi ini disebabkan karena pekerjaan di
pedesaan didominasi oleh pekerjaan di sektor pertanian, sedangkan di
perkotaan lebih banyak difokuskan pada sektor industri. Kedua sektor tersebut
memiliki tingkat upah yang berbeda yang mengakibatkan pekerja bermigrasi
ke kota berpenghasilan lebih tinggi.
Beberapa penelitian dari negara berkembang menunjukkan bahwa masyarakat
di negara berkembang berpindah dari daerah pedesaan ke kota karena
kurangnya pekerjaan di daerah pedesaan dan berharap mendapatkan pekerjaan
dan pendapatan yang lebih layak di kota. Tujuan di kota juga harapan akan
lebih banyak pekerjaan dan pendapatan yang lebih besar. Faktor-faktor yang
mendorong orang bermigrasi antara lain adalah: sumber daya alam yang
berkurang, dan permintaan yang berkurang untuk beberapa barang yang sulit
didapat. Kondisi ini membatasi kesempatan kerja di tempat asal, ada tekanan
45
Hasnani Rangkuti, “Pengaruh Kesenjangan Penghasilan dalam Keputusan Bermigrasi Tenaga Kerja
di Indonesia: Analisis Data IFLS 1993 dan 2000”. Tesis FE.UI: Jakarta. (2009).
23
atau diskriminasi di bidang politik, agama, etnis asal, kurangnya kepatuhan
terhadap adat dan budaya.
24
seperti kemandirian dan kemampuan mengendalikan emosi. Selain itu, dari segi
perasaan, anak merasa rendah diri.46
3. Perubahan gaya hidup, migrasi juga menyebabkan perubahan gaya hidup
keluarga yang ditinggalkan. Pertumbuhan ekonomi keluarga menjadikan
keluarga lebih konsumtif.
Dengan membahas sejarah hijrah, dalam hal ini meniru hijrah Nabi Muhammad
SAW. Mengenai peristiwa tersebut, perlu dipahami bahwa hijrah bukan hanya soal
agama. Diketahui bahwa Nabi memerintahkan migrasi. Teman-teman Habasyah
pada tahun 615 ingin mencari suaka politik bagi umat Islam.47 Jafar bin Abi Thalib,
Zubair bin Awwam, Abdulrrahman bin Auf dan lainnya.48
Negara tersebut dipilih oleh Nabi karena letak geografis yang jauh dari Mekah,
sehingga Qurais tidak memiliki kendali yang kuat serta pemimpin dikenal karena
kejujurannya dalam memimpin. Tentang ini, Nabi. Melihat peluang hijrah, tempat
hijrah terbaik buat teman-teman, lalu hijrah kembali terjadi pada 622 M. Hijrah ini
bukan kembali ke Habasyah, melainkan ke Madinah. Demikianlah dengan beberapa
pertimbangan Nabi di atas. Terus pikirkan efek positif pindah ke kota untuk
melemahkan dan menipu musuh yang mengejar Muhajirin atau mereka yang sudah
hijrah.
Selain itu, Madinah dipilih oleh Nabi sebagai tujuan migrasi karena letak
geografis Madinah sangat strategis untuk perdagangan suku-suku Arab ke Suriah.
Jika melihat kondisi politik, sosial dan agama, kita tahu bahwa kota ini terdiri dari
berbagai macam orang. Di kota ini yang mayoritas penduduknya adalah orang Arab,
terutama suku Auz dan Khazraj yang merupakan penduduk terbesar di daerah
tersebut, serta Yahudi sebagai pendatang dari Palestina. Sebelum Kedatangan Nabi.
Kedua suku ini selalu mengalami konflik, tidak hanya antara kedua suku tersebut,
tetapi orang Arab dan Yahudi di Madinah saling bertentangan.
46
Betty Permatasari, Dampak Psikologi Anak Yang Ditinggal Orang Tuanya Merantau. Skripsi
Dipublikasikan. (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.2015), 16.
47
Ismail Rajil al-Faruqi, Hakikat Hijrah Strategi Islam Membangun Tatanan Dunia Baru, Terj. Badria
Saleh, Cet 3, (Bandung: Mizan, 1992), 10
48
Munir al-Ghadaban, Manhaj Haraki dalam Sirah Nabi Saw., Terj. Aunur Rofiq Saleh Tamhid dkk,
Jilid 1, (Jakarta: Robbani Press, 1992), 77
25
Jika kita melihat sejarah orang Yahudi di Madinah, itu dimulai pada tahun 75 M.
54 Setelah orang Yahudi menetap di Madinah, terjadilah interaksi antara kedua
bangsa. Oleh karena itu, bangsa Arab mendapat informasi tentang kedatangan Nabi
beserta teori-teori kenabian seperti hari kebangkitan, hari hitung mundur, serta
pahala terbaik dari Tuhan berupa pahala.49 Apalagi dalam kehidupan sehari-hari,
orang Yahudi memegang peranan penting dalam perspektif ekonomi, sehingga
kuatnya peran bangsa membuat semua bidang kehidupan seperti pertanian, industri
dan keuangan dimonopoli oleh orang Yahudi dan inilah yang menyebabkan suku
Auz dan Khazraj mengirim delegasi untuk bertemu Rasulullah SAW Di Mekkah
untuk melawan rival dari kedua suku tersebut. Namun, delegasi tersebut tidak
kembali ke tujuan semula karena menerima pesan yang dipanggil oleh Nabi
Muhammad.
Lalu, jika kita menceritakan tentang peristiwa hijrah Nabi SAW. Pergi ke
Madinah, diketahui bahwa Nabi (saw). Memiliki kota itu karena faktor kekerabatan
antara Nabi dan masyarakat Madinah. Mengenai kota, Nabi Muhammad tetap dekat
dengan Bani Al Najjar karena paman kakeknya Abdul Muthalib dimakamkan di
Madinah. Jika Anda melihat kisah Nabi, Rasulullah dikenal pernah melihatnya.
Ketika dia masih kecil, ibunya Amina membawanya ke kuburan ayahnya. Kemudian
ibunya meninggal di Al Abwa, daerah antara Mekah dan Madinah, dalam perjalanan
kembali ke Mekah. Karenanya, Nabi juga melihat peluang yang sangat besar bagi
Madinah untuk menjadi tempat migrasi dan tonggak awal kejayaan Islam.50 Allah
berfirman dalam Q.S An-Nisaa / 4: 100.
Artinya :
“Barang siapa berhijrah di jalan allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini
tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya
dngan maksud berhijrah kepada allah dan rasul-nya, kemudian kematian
menimpanya (sebelum sampai ketempat yang dituju), maka sungguh telah tetap
pahalanya di sisi allah maha pengampun lagi maha penyayan” (An-Nisaa/4: 100).
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang tidak terikat dengan kota atau negara
mereka. Karena itu, jika mereka tidak bisa mempertahankan agama dan ibadah di
negaranya sendiri, mereka harus bermigrasi. Ayat ini mengatakan jangan berpikir
49
Khalil Abdul Karim, Hegemoni uraisy Agama, Budaya, dan Kekuasaan, Trj. M. faisal Fatawi,
(Yogyakarta: Lkis, 2002), 221.
50
M. Husein Haykal, The Life Of Muhammad, Terj. Islam Raji Al Faruqi, (Kuala Lumpur: Ilamic
Book Trust, 1993), 149-150.
26
bahwa tanah ini hanya berakhir di kota dan negara mereka saja. Bumi Allah sangat
luas. Siapapun yang meninggalkan rumahnya dan berhijrah karena Allah, maka
Tuhan akan membukakan pintu kesuksesan baginya. Dia akan menerima kehidupan
yang lebih luas di dunia ini, selain itu, jika kematian membawanya dalam perjalanan
hijrah, mendapat pahala dari Allah. Meskipun dalam ayat ini hijrah dimaksudkan
untuk melindungi agama, semua hijrah untuk perlindungan agama, semua hijrah
yang dimotivasi Tuhan termasuk di dalamnya. Sebagai hijrah untuk belajar atau
berkhotbah.
Teori pembangunan Arthur Lewis, dasar teori ini yakni pembahasan mengenai
proses pembangunan yang terjadi antara daerah desa dan kota, yang mengikutsertakan
proses migrasi yang terjadi di antara kedua tempat tersebut. Selain itu juga membahas
pola investasi dan sistem penetapan upah yang terjadi di sektor modern, yang pada
akhirnya akan memperngaruhi besarnya arus migrasi yang ada.51
Mengawali teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara
pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional (daerah pedesaan)
dimana perekonomian ini memiliki ciri yaitu mengalami surplus tenaga kerja, tingkat
hidup masyarakat yang berada pada kondisi subsisten akibat perekonomian yang
bersifat subsisten pula. Hal ini ditandai dengan nilai produktivitas marginal tenaga
kerja yang bernilai nol, yaitu fungsi produksi sektor pertanian telah sampai pada
tingkat berlakunya hukun Low of Diminishing Return. , perekonomian industri (di
daerah perkotaan), perekonomian ini mempunyai ciri yaitu tingkat produktivitas yang
tinggi dari input yang digunakan, termasuk tenaga kerja. Hal ini menyiratkan bahwa
nilai produktivitas marginal bernilai positif. Dengan demikian, perkotaan menjadi
daerah tujuan bagi para pekerja yang berasal dari pedesaan, karena nilai produktivitas
marginal dari tenaga kerja positif maka menunjukkan bahwa faktor produksi belum
berada pada kondisi optimal yang mungkin dicapai, karena industri di perkotaan
masih menyediakan lapangan kerja yang akan diisi oleh pekerja dari pedesaan dengan
berurbanisasi.52
51
Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan. (Yogyakarta:Fakultas Ekonomi UGM, 1999).
52
Ibid.
27
10. Makna Kesejahteraan
53
Umar Chapra, The Future of Economics: An Islamic perspective (terj.), (Jakarta: SEBI, 2001), 3
54
Warkum Sumito, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait. Cet. ke-4, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2010), 17.
55
Ikhwan Abidin Basri. Islam dan Pembangunan Ekonomi. (Jakarta: Gema Insani Press 2005), 24.
56
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), 887.
28
kesejahteraan sosial merupakan bagian dari dakwah Islam itu sendiri. Misi ini juga
merupakan misi kerasualan Nabi Muhammad, seperti yang tertuang dalam ayat:
Artinya:
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh
alam.” (Q.S. al-anbiya’:107).
Adapun dari isi kandungannya terlihat bahwa semua aspek ajaran Islam selalu
berkaitan dengan masalah kesejahteraan. Misalnya hubungan dengan Tuhan harus
berjalan seiring dengan hubungan dengan orang lain (hablum min allah hablum min
us). Demikian pula anjuran keimanan selalu disertai anjuran untuk beramal saleh,
termasuk terciptanya kesejahteraan. Apalagi ajaran pokok Islam (rukun Islam)
seperti shahadah, sholat, puasa, zakat dan haji, sangat erat kaitannya dengan
kesejahteraan.
Upaya mencapai kesejahteraan sosial telah menjadi misi khilafah sejak zaman
Nabi Adam As. Quraish Shihab menyatakan bahwa kesejahteraan sosial yang
diinginkan oleh Al-Qur'an tercermin di surga, yang dihuni oleh Adam dan istrinya
sebelum mereka turun ke bumi untuk menjalankan tugas kekhalifahan.
Kesejahteraan dalam Islam adalah pilar terpenting dari keimanan seorang Muslim,
itu adalah keyakinan bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT. Dia tidak tunduk
kepada siapa pun selain Allah SWT.
Artinya:
…Katakanlah "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan
tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru
(manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali". (Q.S. Ar-Ra’d:36)
Inilah dasar piagam kebebasan sosial Islam dari segala bentuk perbudakan.
Mengenai hal ini, Al-Qur'an dengan jelas menyatakan bahwa tujuan utama dari
dakwah kenabian Muhammad SAW. adalah melepaskan manusia
Artinya:
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
29
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. “(Q.S.
Al-A’raf:157).
Islam mengakui pandangan umum bahwa kebebasan individu adalah bagian dari
kemakmuran yang sangat tinggi. Soal masalah kesejahteraan individu dalam
hubungannya dengan masyarakat.
C. Penelitian Terdahulu
57
Purnomo, Fenomrna Migrasi Tenaga Kerja Dan Peranya Bagi Pembagunan Daerah Asal: Studi
Empiris Di Kabupaten Wonogir, (Wonogiri: FE Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009).
Vol. 10, No.1, 84-102.
30
terpelajar yang belum menyelesaikan sekolah dasar bermigrasi ke pedesaan.
Sebanyak 78,62 persen. Para migran dengan pendidikan menengah dan tinggi
beremigrasi ke kota.58
D. Kerangka Pemikiran
Migrasi mobilitas tenaga kerja memang telah terjadi di banyak daerah. Hal ini
dapat disebabkan oleh banyak faktor yang dapat mempengaruhi keputusan individu,
khususnya terkait migrasi pekerja. Dari analisis teori-teori yang ada diatas
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi minat untuk melakukan migrasi, yaitu faktor individu yang meliputi
jenis kelamin, status perkawinan dan tingkat pendidikan. Kedua, faktor pendorong
mencakup pendapatan, pekerjaan, status tempat tinggal, kepemilikan tanah, dan
status kemiskinan.
Analisis teoritis menunjukkan bahwa terdapat beberapa teori yang dapat
digunakan sebagai landasan teori untuk memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi migrasi, yang dapat mengacu pada teori pergerakan atau mobilitas
orang terjadi tidak hanya karena pasar tenaga kerja, tetapi juga karena faktor lain
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk bermigrasi.
Salah satu faktor positif yang mempengaruhi daya tarik pendatang adalah tingkat
pendapatan perkapita daerah, daya tarik kota, faktor naluri sosial dan keresahan
sosial.
Mobilitas penduduk dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas vertikal dan
mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dikenal sebagai perubahan status,
misalnya status dan jabatan pekerjaan. Mobilitas penduduk secara horizontal atau
sering disebut juga dengan mobilitas penduduk geografis adalah perpindahan
penduduk yang melintasi perbatasan ke daerah lain dalam kurun waktu tertentu.59
Mobilitas horizontal dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk permanen
(migrasi) dan mobilitas penduduk tidak tetap( sirkuler).
58
Insaf Santoso, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi Penduduk Indonesia
antara Tahun 2000-2007 (Analisis Data IFLS 2000 dan 2007)“. Tesis tidak diterbitkan. PPs-UI.(2010).
59
Ida Bagus Mantra, Demografi Umum. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004). 172.
31
Gambar 4
Kerangka Pemikiran
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
60
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Gaung Persada, 2009) cet.1. 11.
61
Ibid.
33
Selain itu, metode kualitatif dilakukan dengan beberapa pertimbangan sebagai
berikut:62
a. Mengadaptasi metode kualitatif lebih mudah jika dihadapkan pada banyak
kenyataan
b. Metode ini memastikan hubungan langsung antara peneliti dan responden
c. Metode ini lebih sensitif dan beradaptasi lebih baik dengan beberapa pengaruh
bersama dan pola nilai.
Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa metodologi penelitian kualitatif adalah
suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.63 Interaksi
selama beberapa bulan untuk menyelidiki latar belakang, kebiasaan, perilaku, serta
karakteristik fisik dan mental seseorang. Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa
ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:64
1. Alamiah.
2. Datanya deskriptif, bukan numerik.
3. Analisis data induktif.
4. Relevansi sangat penting dalam penelitian kualitatif.
Studi kasus digunakan untuk mempelajari kasus atau fenomena yang memiliki
waktu dan aktivitas yang jelas. Dalam hal ini peneliti mengumpulkan informasi
yang lengkap, dimana pengumpulan data berlangsung sesuai dengan prosedur
pengumpulan data pada waktu tertentu. Sebagai ilmuwan program studi, acara, dan
kegiatan untuk bisnis masa depan, ilmuwan menggunakan teknik wawancara.
62
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) cet. 18, 5.
63
Ibid.
64
Robert C. Bogdan and sari Knop Biklen, Qualitative Reseach for Eduication (London: Allyn &
Bacon, Inc, 1982), 28.
34
berbagai pertimbangan dan keterbatasan waktu. Namun demikian penelitian ini tetap
dibatasi waktunya, yang diperkirakan sampai tanggal 06 Maret 2021.
Dalam suatu penelitian diperlukan data sebagai hasil akhir penelitian. Untuk
mengumpulkan data tertentu, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data berikut ini:
1. Observasi
Pengamatan saat menggunakan metode observasi, cara yang paling efektif
adalah dengan melengkapinya dengan format observasi atau blanko sebagai
instrumen. Format yang tersusun mencakup blangko peristiwa atau perilaku yang
menggambarkan apa yang akan terjadi.65 Sebagai metode ilmiah, observasi
65
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
229.
35
diartikan sebagai pengamatan terhadap catatan sistematis dari fenomena yang
dipelajari.66
Dalam penelitian, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data,
antara lain:
- Pengamatan terhadap Desa Marparan.
- Mengamati aktivitas masyarakat Marparan.
- Pengamatan lokasi penelitian dan sekitarnya.
- Mengamati aktivitas komunitas migran di luar kawasan.
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi non partisipan, dimana peneliti
hanya berperan sebagai pemerhati fenomena yang diteliti. Pengamatan dilakukan
secara langsung untuk mendapatkan gambaran lengkap terkait subjek penelitian.
Hasil observasi dikumpulkan dalam catatan lapangan. Isi catatan lapangan berupa
kejadian rutin, berjangka waktu, interaksi dan interpretasinya.
2. Wawancara
Selain waktu pengumpulan data yang lama, peneliti juga harus memikirkan
implementasinya dengan menggunakan metode wawancara. Menyerahkan kuesioner
kepada narasumber dan menginginkan jawaban tertulis lebih mudah daripada
mendapatkan jawabannya secara langsung. Wawancara adalah percakapan dengan
tujuan tertentu. Wawancara dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang
menjawab pertanyaan tersebut.67
Wawancara dilakukan dalam bentuk dialog dan tanya jawab dengan masyarakat
Marparan yang saat ini bermigrasi ke Mojokerto. Hasil wawancara kemudian
disajikan dalam struktur yang dirangkum, dimulai dengan uraian singkat tentang
identitas, uraian situasi atau konteks, identitas masalah, uraian data, standarisasi dan
penutupan dengan munculnya tema.
3. Dokumentasi
Yang tidak kalah pentingnya dengan metode lainnya adalah metode
dokumentasi, yang terdiri dari pencarian data tentang suatu hal atau variabel berupa
catatan, transkripsi, buku, koran, prasasti, risalah rapat, sesi yang lebih panjang,
kalender, dll. Dibandingkan dengan metode lain. , metode ini sedikit lebih mudah
66
Suwardi Lubis, Metodologi Penelitian Sosial, (Medan : USU Prees, 1987), 101.
67
Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam Ralia Jaya Villa
Dago Pamulang, Skripsi (Jakarta: Perpustakaan Umum,2004) 41.
36
dalam artian jika terjadi kesalahan, sumber data tetap tidak berubah. Dengan metode
dokumentasi, yang di observasi bukanlah makhluk hidup melainkan benda mati.
Dokumentasi berasal dari kata document yang artinya unsur tertulis. Para ahli
selalu menafsirkan dokumen dalam dua arti, yaitu: pertama, sumber informasi
sejarah tertulis sebagai lawan dari kesaksian lisan, artefak, gambar, dan sebagainya.
Kedua, untuk surat resmi dan surat negara seperti kontrak, undang-undang, hibah,
konsesi, dll.68 Dalam hal ini peneliti memperoleh data tentang migrasi penduduk
dari Kepala desa Marparan.
Menganalisis data penelitian adalah langkah yang sangat penting, baik Anda
menggunakan data statistik maupun non statistik. Analisis data adalah proses
pengorganisasian urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola, kategori, dan
unit deskripsi sehingga topik dapat ditemukan dan hipotesis dirumuskan seperti
yang disarankan oleh data. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara terus
menerus dari awal sampai akhir penelitian, baik di lapangan maupun di luar lokasi,
dengan menggunakan teknik seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman:69
a. Reduksi data yaitu melakukan abstraksi terhadap semua data yang diperoleh
dari semua catatan lapangan dari observasi wawancara dan telaah dokumen.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang mempertajam,
mengharapkan hal-hal penting, mengklasifikasikan arahan, menghilangkan yang
tidak perlu, dan mengatur data sehingga sistematis dan dapat menarik
kesimpulan yang bermakna. Dengan demikian, data yang diperoleh dari
observasi, wawancara dan telaah dokumen dikumpulkan, dipilih dan
dikelompokkan, kemudian diringkas tanpa menghilangkan nilai dari data itu
sendiri.
b. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi yang terstruktur yang
memungkinkan pengambilan kesimpulan dalam kegiatan yang dilakukan.
Proses penyajian data tersebut mengungkap seluruh kelompok data yang
diperoleh, sehingga mudah dibaca dan dipahami, penyajian data yang paling
68
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2009), 11
69
Mattew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (terj. Tjejep Rohendi Rohidi,
(Jakarta: UI-Press, 1992) 19-19.
37
sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teks naratif.70 Data yang
mempengaruhi migrasi penduduk Marparan.
c. Kesimpulan dan verifikasi. Data yang telah tersusun sedemikian rupa (berpola,
terfokus, tersusun sistematis) kemudian diringkas sehingga dapat ditemukan
makna dari data tersebut. Namun, kesimpulan ini hanya bersifat sementara dan
umum. Untuk mendapatkan kesimpulan yang "membumi", perlu dicari data
baru lainnya untuk menguji kesimpulan tentatif tentang dampak migrasi
penduduk Marparan. Dengan adanya kegiatan reduksi data, dan kesimpulan dari
hasil penelitian yang dilakukan akan memudahkan pembaca dalam memahami
proses dan hasil penelitian ini.
70
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuanititatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2008) cet.6, 341.
38
DAFTAR PUSTAKA
Al-Faruqi, Ismail Rajil, Hakikat Hijrah Strategi Islam Membangun Tatanan Dunia
Baru, Terj. Badria Saleh, Cet 3, Bandung: Mizan, 1992.
Al-Ghadaban, Munir Manhaj Haraki dalam Sirah Nabi Saw., Terj. Aunur Rofiq Saleh
Tamhid dkk, Jilid 1, Jakarta: Robbani Press, 1992.
Ananta, Aris, Sepuluh Windu Trasnmigrasi di Indonesia. Jakarta: Universitas
Indonesia. 1985.
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
Arsyad, Lincolin. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta:Fakultas Ekonomi UGM,
1999.
Basri. Ikhwan Abidin, Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press
2005.
Bodvarsson, Orn B & Berg, Hendrik Van den, The Economics if Immigration, the
Theory and Policy. New York: Springer, 2009.
Bogdan, Robert C. and Biklen, sari Knop, Qualitative Reseach for Eduication,
London: Allyn & Bacon, Inc, 1982.
Budijanto, Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pengambilan Keputusan
Wanita Migran Bermigrasi Ke Kota Malang. Affecting Factor Migrant Women’s
Decision to Migrate to Malang City. Jurnal Forum Geografi. Vol. 25 No. 2.
2011.
Chapra, Umar, The Future of Economics: An Islamic perspective (terj.), .Jakarta:
SEBI, 2001.
Damsar. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers.1997.
Erlando, Angga, “Analisis Terhadap Migran Sirkuler di Kota Surabaya”. Jurnal
Ilmiah Prasyarat Ujian Skripsi. Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya. Malang, 2014.
Gilbert, Alan dan Gugler, Josef, Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. (Alih
Bahasa: Anshori dan Juanda).Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1996.
Handiyatmo, Migrasi Internal Penduduk Indonesia. Jakarta: BPS Indonesia, 2011
39
Haykal, M. Husein, The Life Of Muhammad, Terj. Islam Raji Al Faruqi, Kuala
Lumpur: Ilamic Book Trust, 1993
Hungu, “Pengertian Jenis Kelamin”. Repository. 2007.usu.ac.id Pada Tanggal 21 Juni
2016.
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif Jakarta: Gaung Persada, 2009, cet.1.
Kallan, J. “A Multilevel Analysis of Elderly Migration”. Social Science Quarterly 74:
1993.
Karim, Khalil Abdul, Hegemoni uraisy Agama, Budaya, dan Kekuasaan, Trj. M.
faisal Fatawi, Yogyakarta: Lkis, 2002.
Lee, Everett S, Suatu teori migrasi. Diterjemahkan oleh daeng hans. Jakarta, 1976.
Lubis, Suwardi, Metodologi Penelitian Sosial, Medan : USU Prees, 1987.
Mantra, Ida Bagus, Pengantar Studi Demografi, .Yogyakarta: Nur Cahya, 1985.
Miles. Mattew B. dan Huberman, A. Michael, Analisis Data Kualitatif (terj. Tjejep
Rohendi Rohidi, Jakarta: UI-Press, 1992.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000, cet. 18.
Mulawarman, A., “Trend Dinamika Kependudukan Kota Makasar Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 1980-2010”. Jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesesia.
1(1). 2004.
Naim, Mochtar, Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau Edisi Ketiga. Jakarta : PT
Remaja Rosdakarya, 2013.
Nasution, Thamrin dan Nur, Muhammad.. Peranan orang Tua dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Anak. Jakarta: Gunung Mulia, 1986.
Pardoko, Mobilitas Migrasi dan Urbanisasi. Bandung: Angkasa, 1987.
Permatasari, Betty, Dampak Psikologi Anak Yang Ditinggal Orang Tuanya Merantau.
Skripsi Dipublikasikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.2015.
Poerwadarminto, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka,
1999.
Prawiro, H RuslanKependudukan Teori, Fakta, dan Masalah. Bandung: Alumni,
1983
Purnomo, Fenomrna Migrasi Tenaga Kerja Dan Peranya Bagi Pembagunan Daerah
Asal: Studi Empiris Di Kabupaten Wonogir, Wonogiri: FE Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009. Vol. 10, No.1, 84-102.
40
Rangkuti, Hasnani, “Pengaruh Kesenjangan Penghasilan dalam Keputusan Bermigrasi
Tenaga Kerja di Indonesia: Analisis Data IFLS 1993 dan 2000”. Tesis FE.UI:
Jakarta.2009.
Ravenstein, E.G. ” The Laws of Migration”. Journal of the Statistical Social of
London. Vol.48. No. 2. 1885.
Risnayanti, Implementasi Pendidikan Agama Islam Di Taman Kanak-Kanak Islam
Ralia Jaya Villa Dago Pamulang, Skripsi, Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004.
Rusli, Sadi, Pengantar Ilmu Kependudukan, LP3ES. 1988.
Santoso, Insaf “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi Penduduk
Indonesia antara Tahun 2000-2007 (Analisis Data IFLS 2000 dan 2007)“. Tesis
tidak diterbitkan. PPs-UI. 2010.
Santoso, Insaf, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bermigrasi Penduduk
Indonesia antara Tahun 2000-2007 (Analisis Data IFLS 2000 dan 2007)“. Tesis
tidak diterbitkan. 2010.
Satori, Djam’an dan Komariah. Aan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung :
Alfabeta, 2009.
Sjaastad, Larry A. “The Costs and Returns of Human Migration”. Journall of Poltical
Economy. Vol 70. No. 5 part2. 1962.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuanititatif, Kualitatif dan R&D
Bandung: Alfabeta, 2008, cet.6.
Sukamdi, dan Mujahid, Ghazy, Internal Migrations in Indonesia. UNFPA Indonesia.
Monografi Series No.3. 2015.
Sumito, Warkum, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait. Cet.
ke-4, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010.
Todaro, Michael P, Kajian Ekonomi Migrasi Internal di Negara Berkembang,
Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1992.
Wahyuni, Sri. & Nuraini. Estimasi Parameter Demografi: Tren Fertilitas,
Mortalitas dan Migrasi. Hasil sensusu penduduk 2010. Jakarta: BPS Indonesia, 2012.
41