Anda di halaman 1dari 13

BAB 6.

REKURSI

BAB 6. REKURSI
Kompetensi Dasar: memahami konsep dasar rekursi, dapat
menyelesaikan suatu relasi rekursi, dan dapat menyelesaikan
persoalan aplikasi relasi rekursi.

A. Pengertian Rekursi

tahuan. Diantaranya, dalam bidang


matematika, sebagai model mate-
matika, dalam bidang pemrogram-
an sebagai program atau sub
program yang dapat memanggil
dirinya sendiri (program rekursi),
dan bidang komputer grafik
sebagai self similarity yang banyak
Pengertian rekursi banyak dijumpai terkait dengan pengembangan
dalam berbagai bidang ilmu penge- geometri fraktal.

Relasi rekursi merupakan salah satu topik penting dalam matematika


diskrit. Topik ini semakin banyak dipelajari karena banyak aplikasinya dalam
pembuatan model matematika dan penyelesaiannya dapat mudah dilakukan
akibat tersedianya komputer. Dalam bidang ilmu komputer topik ini sering
digunakan untuk memprediksi cacah operasi yang diperlukan oleh suatu
algoritma dalam menyelesaikan masalah.

Rekursi pertama kali dikemukakan oleh matematikawan Italia,


Leonardo of Pisa, pada tahun 1175-1250 dalam bukunya Liber Abaci.
Leonardo mengemukakan relasi ini dalam usaha untuk mencari penyelesaian

MATEMATIKA DISKRIT hal 57


BAB 6. REKURSI

masalah menentukan cacah pasang kelinci setelah kurun waktu tertentu.


Kasus tersebut adalah sebagai berikut.

tiap akhir bulan 1 pasang kelinci


dewasa memproduksi satu pasang
kelinci kecil dan dianggap tidak
terdapat pasang kelinci yang mati
selama masa pengamatan, maka
problemanya adalah berapa cacah
Leonardo da Pisa pasang kelinci yang akan diperoleh
orang tersebut setelah 1 tahun
Andaikan bahwa seseorang pemeliharan kelinci. Ternyata
mempunyai satu pasang kelinci jawaban atas problema pasang
kecil. Setelah berumur 1 bulan kelinci tersebut merupakan awal
pasang kelinci tersebut telah munculnya barisan Fibonacci yang
dewasa dan siap memproduksi merupakan salah satu relasi
satu pasang kelinci baru setelah rekursi yang penting dalam mate-
akhir satu bulan kemudian. Jika matika.

Definisi. Hubungan rekursi pada suatu barisan a 0 , a 1 , a 2 , ..., a n2 , a n1 , a n


adalah suatu persamaan yang menghubungkan a n dengan suku suku
sebelumnya, yaitu a 0 , a 1 , a 2 , ..., a n2 , a n1 . Selanjutnya a 0 disebut
sebagai kondisi awal.

Contoh (1). Seseorang menabung uangnya sebesar Rp 1000000,- di suatu


bank dengan bunga 18 % per tahun. Jika a n menyatakan
besarnya uang tabungan setelah tahun ke n, maka hubungan
rekursif yang diperoleh adalah a n = 1.18 a n1 . Hubungan rekursi

MATEMATIKA DISKRIT hal 58


BAB 6. REKURSI

ini mempunyai kondisi awal a 0 = 1000000. Dengan hubungan ini


dapat dihitung besarnya uang tabungan setelah, katakan tahun
ke 3, yaitu a 3 = 1.18 a 2 = 1.18(1.18 a 1 ) = 1.18(1.18 (1.18 a 0 )).
Sehingga diperoleh penyelesaian a 3 = 1.18 3 a 0 = 1643032.
Perhatikan bahwa secara umum a n = 1.18 n a 0 , yang
selanjutnya dikenal sebagai bentuk penyelesaian umum dari
hubungan rekursi itu.
dianggap bahwa kelinci itu telah
dewasa dan siap berproduksi.
Akibatnya a 1 = 1. Dengan demikian
terdapat dua kondisi awal, yaitu
a 0 = a 1 = 1. Tambahan cacah
pasang kelinci dari bulan ke n-1 ke
bulan ke n adalah sebesar a n -
a n1 . Tambahan ini diakibatkan
oleh adanya cacah pasang kelinci
Contoh (2). Pada barisan yang lahir pada satu bulan
Fibonacci, yaitu hubungan pada sebelumnya, yaitu bulan ke n-2.
problema cacah pasang kelinci, Padahal cacah pasang kelinci
dapat diperoleh hubungan rekursi pada bulan ke n-2 adalah a n2 .
sebagai berikut. Andaikan bahwa Sehingga hubungan rekursi
a i menyatakan cacah pasang barisan itu adalah a n2 + a n1 = a n .
kelinci pada bulan ke i dengan a 0 =
1 yang merupakan cacah 1 padang
kelinci kecil. Setelah satu bulan

MATEMATIKA DISKRIT hal 58


BAB 6. REKURSI

B. Penyelesaian Hubungan Rekursi Sederhana

Tanpa bantuan komputer, pada umumnya hubungan rekursi sangat


sukar untuk diselesaikan. Dalam hal ini mencari penyelesaian hubungan
rekursi berarti mencari penyelesaian umum dari rekursi itu dan jika diperlukan
mencari nilai a n untuk suatu nilai n tertentu. Akan tetapi untuk beberapa
bentuk hubungan rekursi sederhana masih terdapat kemungkinan mencari
penyelesaian, misalnya dengan teknik iterasi (perulangan) atau teknik
koefisien tak tentu ataupun teknik fungsi pembangkit. Sedangkan pembuktian
kebenaran hubungan rekursi untuk semua harga n dapat dilakukan dengan
teknik pembuktian induksi.
Contoh (3). Tentukan penyelesaian umum dari hubungan rekursi a n = 3 a n1
dengan kondisi awal a 0 = 1.
Dengan teknik iterasi penyelesaian umum dari hubungan tersebut
dapat ditentukan sebagai berikut
a n = 3 a n1 = 3 (3 a n2 ) = 3 (3 (3 a n3 )) = ... = 3 n a 0 = 3 n
Dengan demikian penyelesaian umum dari hubungan rekursi a n = c a n1
dengan koefisien c konstan adalah a n = c n a 0 .
Contoh (4). Tentukan penyelesaian umum dari hubungan rekursi berikut
2 2
untuk a n , n  0. a n 1  5a n dengan a 0 = 2, dan kemudian
tentukan nilainya untuk n = 12.
Dengan mengambil permisalan b n = a 2n maka akan diperoleh
hubungan rekursif baru yang mempunyai penyelesaian umum
b n = 4 . 5 n , yang berakibat penyelesaian umum dari hubungan

rekursi semula adalah a n = 2( 5n ) . Untuk n =12, nilai dari a n =


31250

MATEMATIKA DISKRIT hal 58


BAB 6. REKURSI

C. Hubungan Rekursi Homogen Dengan Koefisien Konstan

Suatu bentuk hubungan rekursi yang cukup sederhana untuk diselesaikan


secara eksak adalah hubungan rekursi linier ordo satu dan ordo dua,
khususnya dengan koefisiennya konstan.

Definisi. Andaikan bahwa k suatu bilangan bulat positif dan a n  k , ..., a n2 ,
k
a n1 , a n dengan a n  0. Suatu hubungan rekursi c n k a n  k  f ( n)
k 0

disebut hubungan rekursi linier ordo k dengan koefisien konstan.


Perhatikan bahwa untuk ordo k terdapat k buah kondisi awal.
Selanjutnya jika f(n) = 0, maka hubungan rekursi itu disebut homogen.

Bertolak dari model penyelesaian tersebut akan dikemukakan penyelesaian


hubungan rekursi homogen linier ordo 2, yang mempunyai bentuk umum
c 2 a n2 + c 1 a n1 = a n dengan kondisi awal a 1 dan a 0 . Andaikan bahwa a n =
At n , yang jika disubstitusikan ke dalam persamaan (hubungan) rekursi akan
menghasilkan suatu persamaan karakteristik berbentuk persamaan kuadrat,
yaitu t2- c 1 t - c 2 = 0. Dengan mencari akar persamaan kuadrat ini dapatlah
diperoleh penyelesaian umum (PU) dari hubungan rekursi (HR) linier
homogen ordo dua.

Teorema 1. Andaikan terdapat suatu HR linier ordo dua dengan koefisien


konstan yang disajikan sebagai c 2 a n2 + c 1 a n1 = a n di mana
koefisiennya adalah konstan.
a. Jika sn dan u n merupakan PU HR, maka a n = As n + Bu n untuk suatu
kostan A dan B juga merupakan PU HR tersebut.

MATEMATIKA DISKRIT hal 59


BAB 6. REKURSI

b. Jika r adalah akar dari persamaan karakteristik hubungan linier


homogen ordo dua, maka rn merupakan penyelesaian dari HR.

Teorema 2. Jika kedua akar karakteristik dari persamaan karakteristik suatu


hubungan rekursif t2- c 1 t - c 2 = 0 adalah sama dengan r, maka
terdapatlah konstanta b dan d sedemikian hingga an = b rn + d n rn
adalah penyelesaian hubungan rekursif asalnya.

Perhatikan bahwa akar karakteristik dari suatu persamaan karakteristik


tidaklah harus bilangan real saja; tetapi dapat berupa bilangan komplek.
Untuk lebih memahami pengertian dalam kedua teorema di muka,
khususnya dalam penggunaan untuk menyelesaikan masalah, perhatikanlah
contoh soal ini.

Contoh (1) . Tentukan penyelesaian umum dari hubungan rekursif pada


barisan Fibonacci.
Hubungan rekursi dari barisan Fibonacci adalah a n = a n1 + a n2
Hubungan ini mempunyai persamaan karakteristik t 2 - t - 1 = 0 yang
1
mempunyai akar karakteristik r = (1  5 ). Akibatnya penyelesaian
2
1 1
umumnya adalah a n = b [ (1 + 5 ) ] n + d [ (1 - 5 ) ] n .
2 2
Karena a 0 = a 1 = 1, maka koefisien konstan b dan d dapat dicari.
b+d=1 untuk a 0 = 1
1 1
b (1 + 5 ) + d (1 - 5 ) = 1 untuk a 1 = 1
2 2
1 1
(1  5 ) (1  5 )
Sehingga diperoleh :b = 2 dan d = - 2 .
5 5

MATEMATIKA DISKRIT hal 60


BAB 6. REKURSI

Dengan demikian diperoleh PU HR barisan Fibonacci adalah:


1 1 1 1
an = ( ) [ (1 + 5 ) ] n1 + ( ) [ (1 - 5 ) ] n1
.
5 2 5 2

Contoh (2). Untuk d 0 = d 1 = 1 selesaikan hubungan rekursif


d n = 4 (d n1 - d n-2)
HR ini mempunyai persamaan karakteristik t2- 4 t + 4 = 0 dengan
akar karakteristiknya adalah r = 2. Dengan demikian berdasarkan
Teorema 2, d n = a 2 n + b n 2 n . Karena d 0 = d 1 = 1, maka a + 0 b
1
= 1, berarti a = 1; dan 2a + 2b = 1. Akibatnya diperoleh b = - .
2
Penyelesaian umumnya menjadi : d n = 2 n - n 2 n .

Contoh (3). Untuk n  2, a 0 = 1 dan a 1 = 2, selesaikan hubungan rekursi


a n = 2 (a n1 - a n-2).
HR di atas mempunyai persamaan karakteristik t2-2t+2 = 0 dengan
akar karakteristiknya adalah r = 1  i di mana i = 1 . Dengan
Teorema 1, diperoleh bahwa PUnya adalah a n = b ( 1+ i) n + d (1+i) n .
Anda dapat menghitung bilangan komplek tersebut dengan sifat
bilangan komplek dan teorema De Moivre. Hasilnya adalah:
 
1+i = 2 (Cos ( ) + i Sin ( )) dan
4 4

MATEMATIKA DISKRIT hal 61


BAB 6. REKURSI

 
1-i= 2 (Cos ( ) - i Sin ( )) . Selain itu,
4 4
n n  
(1 + i) = ( 2 ) (Cos (n ) + i Sin (n )) dan
4 4
n  
(1 + i) = ( 2 ) n (Cos (n ) + i Sin (n )).
4 4
Dengan substitusi dapat diperoleh :
 
an = ( 2 ) n [ k 1 Cos (n ) + k 2 Sin (n )] di mana k 1 = c 1 + c2
4 4
dan k 2 = i (c 1 - c 2 ). Untuk a 0 = 1, maka k 1 = 1 dan a 1 = 2, maka 1
+ k 2 = 2, atau k 2 = 1. Dengan demikian diperoleh PU, yang tidak

mengandung bilangan komplek, yaitu : a n = ( 2 ) n [Cos (n ) + Sin
4

(n )]
4
Selanjutnya dapat Anda perhatikan bahwa Teorema 2 dapat diperluas untuk
hubungan Rekursif linier homogen dengan koefisien konstan ordo k. Jika r
adalah akar karakteristik rangkap m, dapat anda tunjukkkan bahwa r n , n r n
, n 2 r n , ... , n m1
. r n adalah juga merupakan penyelesaian hubungan
rekursifnya (Jonhsonbough, 1986 :105).

Seperti yang telah dikemukakan di muka, hubungan ini sangat sukar untuk
diselesaikan. Untuk membatasi pembahasan, hanya akan dibahas untuk ordo
satu dan ordo dua. Penyelesaiannya akan dilakukan lewat dua teknik dasar,
yaitu teknik koefisien tak tentu dan teknik fungsi pembangkit.

D. Teknik Koefisien Tak Tentu

Perhatikan hubungan rekursif linier ordo satu yang tidak homogen berikut:
a n = c a n1 + f(n) dengan n  1 dan c = 1

MATEMATIKA DISKRIT hal 62


BAB 6. REKURSI

Hubungan ini dapat menghasilkan sistem persamaan :


a 1 = a 0 + f(1)
a 2 = a 1 + f(2) = a 0 + f(1) + f(2)
a 3 = a 2 + f(3) = a 0 + f(1) + f(2) + f(3)
...
an = a0 +  i 1, n
f (i )

Persamaan terakhir ini merupakan suatu PU HRTH.


Contoh (1).Untuk a 0 = 7, selesaikan hubungan rekursif a n = a n1 + 3n 2
Dengan menggunakan penjelasan di muka diperoleh bahwa an =a0 + 3 atau
.
E. Fungsi Pembangkit

Definisi. Andaikan terdapat suatu barisan tak hingga dari bilangan real {ai} =

a0,a1, a2, … dan suatu fungsi f dengan nilai f(x) =  a k x k , maka


k 0

fungsi f disebut sebagai fungsi pembangkit (fungsi pembangkit aljabar)


dari barisan bilangan {ai} tersebut.

Beberapa contoh fungsi pembangkit adalah sebagai beirkut


1
1. f(x) =  1  x  x 2  x 3 ... adalah pembangkit barisan 1, 1, 1, …
1 x
1
2. f(x) =  1  2 x  3x 2  4 x 3 ... adalah pembangkit barisan
(1  x ) 2
bilangan alam.
x 2 3
3. f(x) = 2  x  2 x  3x ... adalah pembangkit barisan bilangan
(1  x)
cacah.

MATEMATIKA DISKRIT hal 63


BAB 6. REKURSI

1
4. f(x) =  1  ax  (ax ) 2  (ax) 3 ... adalah pembangkit barisan
1  ax
bilangan 1, a, a2, a3, ….

Keuntungan utama dari konsep fungsi pembangkit adalah dapat


digunakannya fungsi pembangkit dalam mencari penyelesaian langsung dari
hubungan rekursi tak homogen (HRTH).

Secara rinci algoritma dari pemakaian fungsi pembangkit dalam penyelesaian


HRTH adalah sebagai berikut.
1. Sajikan HRTH ke dalam sistem persamaan dengan memasukkan nilai
setiap nilai n.
2. Gandakan persamaan ke k dengan xk.
3. Jumlahkan sistem persamaan dalam langkah 2.

4. Dengan memisalkan f(x) = a


k 0
k x k , tuliskan kembali hasil langkah 3

dalam persamaan f(x).


5. Selesaikan persamaan dalam langkah 4, yaitu mencari f(x) dan sajikan
dalam bentuk pecahan bagian (parsial)
6. Tentukan koefisien dari xn dari masing-masing pecahan bagian.
7. Penyelesaian dari HRTH, yaitu an, adalah koefisien xn dari hasil
langkah 6.

Contoh. Selesaikan hubungan rekursi tak homogen dari a n+1 = an + 3n2 - n


dengan a0 = 3
Jawab.
• sistem persamaan dari HRTH adalah
a1 = a0 + 3 02 - 0
a2 = a1 + 3 12 - 1

MATEMATIKA DISKRIT hal 64


BAB 6. REKURSI

a3 = a2 + 3 22 - 2, dan seterusnya
• penggandaan persamaan ke k dengan x k, menghasilkan
a1 x = a0 x + 3 x 02 - 0. x
a2 x2 = a1 x2 + 3 x2 12 - 1. x2
a3 x3 = a2 x3 + 3 x3 22 - 2. x3, dan seterusnya
• jumlahan dari sistem persamaan di atas, menghasilkan

a
k 1
k x k   a k x k  3 k 2 x k 1   k x k 1
k 0 k 0 k 0

• dengan pemisalan f(x) = a


k 0
k x k diperoleh

f ( x )  a 0  x f ( x )  3x  k 2 x k  x  k x k
k 0 k 0

• penyelesaian dari sistem persamaan di atas, diperoleh


3 3x 2 3x 3 x2
f ( x)    
1  x (1  x) 4 (1  x) 4 (1  x) 3
• dengan pecahan bagian, maka koefisien dari xn pada masing-masing
3
suku dari f(x) adalah koefisien xn dari adalah 3, koefisien xn dari
1 x
3x 2 n(n  1)(n  1) n 3x 3 n(n  1)(n  2 )
4 adalah , koefisien x dari 4 adalah
(1  x) 2 (1  x ) 2

x2 n(n  1)
, koefisien xn dari 3 adalah .
(1  x) 2
n(n  1)(n  1)
• penyelesaian dari HRTH adalah an = 3+ +
2
n(n  1)(n  2 ) n(n  1)
+ atau an = n3-2n2+n+3
2 2

MATEMATIKA DISKRIT hal 65


BAB 6. REKURSI

Soal Latihan

1. Jika relasi rekursi a n3  7 a n31 dengan a0 = 3, maka tentukan


penyelesaian umum dari hubungan rekursi tersebut.

an 1
2. Jika ditentukan bahwa an  dengan a0 = 1 dan a1 = 2.
a n22
Tentukan penyelesaian umum dari hubungan rekursi tersebut.

3. Jika a3 = -30, maka tentukan peny.umum dari 5 n a n + 2n a n-1 = 2 a n-1

4. Jika a3 = 153/49 dan a5 = 1377/2401 pada rekursi a n+1 – c an = 0,


maka tentukan nilai c tersebut

5. Dalam sebuah penelitian populasi ikan pada sebuah kolam ditentukan


pada tahap awal 3000 ekor bibit ikan. Ternyata pada setiap tahun
terdapat kenaikan cacah ikan sebanyak populasi ikan pada tahun
sebelumnya. Akan tetapi mengingat keperluan manajemen, pada
setiap akhir tahun populasi ikan diambil 200 ekor setelah perhitungan
kenaikan populasi ikan dilakukan. Buatlah hubungan rekursi yang
diperoleh jika diasumsikan tidak terdapat ikan yang mati, dan
kemudian selesaikan hubungan rekursi itu.

6. Tunjukkan bahwa pada barisan Fibonacci F berlaku

Fn 1  5
a. limn 
Fn 1 2
n
b. F
k 1
k  Fn 2  1

c. F1 + F3 + F5 + ... + F 2n-1 = F 2n – F0

MATEMATIKA DISKRIT hal 66


BAB 6. REKURSI

d. (Fn+2 )2 – (F n+1)2 = Fn . Fn+3

7. Selesaikan HRTH
a. a n+3 - 3 a n+2 + 3 a n+1 -an = 3 + 5n dengan a0=a1=a2=a3 = 1
n
b. a n+2 - an = sin ( ) dengan a0 = a1 = 1
2
c. a n  a n1  2 an 2 dengan a0 = 1 dan a1 = 2

8. Selesaikan hubungan rekursi tak homogen dari a n+1 = an + 3n - 1


dengan a0 = 1 dengan teknik fungsi pembangkit.

9. Selesaikan sistem persamaan rekursi a n+1 = - 2 an - 4 bn dan b n+1 =


a n + 2 bn dengan a0 = 1 dan b0 = 2

MATEMATIKA DISKRIT hal 67

Anda mungkin juga menyukai