SITTI NURJANNAH
PO713201191042
2A
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................5
B. Rumusan Masalah...........................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................6
A. MALARIA
a. Defenisi ....................................................................................7
c. Etiologi .....................................................................................7
d. Patofisiologi .............................................................................8
h. Komplikasi ...............................................................................17
B. CACINGAN
a. Defenisi ....................................................................................18
b. Etiologi .....................................................................................18
c. Patofisiologi .............................................................................19
f. Pengobatan ...............................................................................20
g. Pencegahan ..............................................................................21
h. Komplikasi ...............................................................................21
C. INFEKSI JAMUR
a. Defenisi ....................................................................................22
D. IMUNISASI
a. Defenisi ....................................................................................26
A. Kesimpulan......................................................................................29
B. Saran.................................................................................................30
C. DAFTAR PUSTAKA..........................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan terutama Bayi dan
anak, maka di perlukan upaya kesehatan seperti peningkatan terhadap upaya
pencegahan suatu penyakit dan peningkatan terhadap pelayanan pengobatan.untuk
memenuhi tujuan tersebut pemerintah harus memberikan pelayanan yang terbaik.
Untuk mewujudkan peningkatan derajat kesehatan Bayi dan anak ini perlu
adanya sumber daya manusia yaitu tenaga kesehatan misalnya
dokter,bidan,perawat dan dsb yang profesional. Sarana dan prasarana yang
memadai dan alat-alat yang tersedia sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk
pelayanan kesehatannya.apabila dari komponen di atas kurang maka pelayanan
kesehatan yang di berikan akan kurang berkualitas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Definsi Malaria?
2. Bagaimana Anatomi Fisiologi Sel Darah?
3. Bagaimana Etiologi malaria?
4. Bagaimana Patofisiologi malaria?
5. Bagaimana Manifestasi klinik malaria?
6. Apa saja Test Diagnostik malaria?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Medis malaria?
8. Apa saja Komplikasi malaria?
9. Apa Definisi Cacingan?
10. Apa saja Penyebab cacingan?
11. Bagaimana Patofisiologi cacingan?
12. Bagaimana Manifestasi Klinis cacingan?
13. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang cacingan?
14. Bagaimana Pengobatan pada cacingan?
15. Bagaimana Pencegahan pada cacingan?
16. Apa saja Komplikasi dari cacingan?
17. Apa Definisi infeksi jamur?
18. Bagaimana Gejala Infeksi Jamur?
19. Apa Penyebab Infeksi Jamur?
20. Apa Definisi imunisasi?
21. Apa Tujuan imunisasi?
22. Apa saja Macam_Macam dari Imunisasi?
23. Apa saja Jenis-Jenis Imunisasi?
24. Bagaimana Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit?
C. TUJUAN MASALAH
A. MALARIA
a. Definisi
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam,
anemia dan splenomegali (Mansjoer, 2001, hal 406).
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh
suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air
liur nyamuk (Corwin, 2000, hal 125).
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat
intraseluler dari genus plasmodium (Harijanto, 2000, hal 1).
Malaria adalah penyakit infeksi dengan demam berkala, yang disebabkan
oleh Parasit Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopeles (Tjay &
Raharja, 2000).
c. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat
menyebabkan infeksi yaitu :
1. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan
menyebabkan malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
2. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai
perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan
dan menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
3. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae (demam tiap hari empat).
4. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat,
diIndonesia dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi
yang paling ringan dan dapat sembuh spontan tanpa pengobatan,
menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan
spesies plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari,
Plasmodium ovale 11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium
falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).
d. Patofisiologi
Patofisiologi pada malaria masih belum diketahui dengan pasti. Berbagai
macam teori dan hipotesis telah dikemukakan. Perubahan patofisiologi pada
malaria terutama mungkin berhubungan dengan gangguan aliran darah
setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada
endothelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat
tetap hidup. Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi
mungkin terlibat dalam patogenesis demam dan peradangan. Skizogoni ekso-
eritrositik mungkin dapat menyebabkan reaksi leukosit dan fagosit, sedangkan
sprozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik.(9,13)
e. Manifestasi klinik
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :
- Malaria tertian
Disebabkan oleh plasmodium vivax. Serangan pertama dimulai dengan sindrom
prodormal berupa: sakit kepala, sakit punggung, mual, malaise umum. Demam
tidak teratur pada 2-4 hari pertama, tetapi kemudian menjadi intermitten
dengan perbedaan yang nyata pada pagi dan sore hari, dimana suhu meninggi
kemudian turun menjadi normal.
- Malaria quartana atau Malaria malariae
Disebabkan oleh plasmodium malariae. Serangan demam lebih teratur dan
terjadi pada sore hari. Perjalanan penyakitnya tidak terlalu berat
- Malaria tropika atau Malaria serebral
Disebabkan oleh plasmodium falciparum. Penyakit ini merupakan spesies yang
paling berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat.
Demam tidak teratur, disertai gejala terkenanya otak, koma, dan kematian
mendadak.
- Malaria ovale
Disebabkan oleh plasmodium ovale. Gejalanya mirip dengan malaria vivax,
serangannya sama hebat tetapi penyembuhannya sering secara spontan dan
relapsnya lebih jarang.
Perjalanan penyakit malaria terdapat serangan demam yang disertai oleh gejala
lain diselingi oleh periode bebas penyakit. Gejala khas demamnya adalah
periodisitasnya masa tunas intrinsik pada malaria adalah waktu antara
sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbulnya gejala demam, biasanya
berlangsung antara 8-38 hari, tergantung pada spesies parasit. (terpendek untuk
P. Falciparum, terpanjang untuk P. malariae), pada beratnya infeksi dan pada
pengobatan sebelumnya atau derajat resistensi hospes. Disamping itu juga
tergantung pada cara infeksi, yang mungkin disebabkan oleh tusukan nyamuk
atau secara induksi, misalnya melalui transfusi darah yang mengandung stadium
aseksual.
Masa prepaten berlangsung sejak saat infeksi sampai ditemukan parasit malaria
dalam darah untuk pertama kali, karena jumlah parasit telah melewati ambang
mikroskopik (Microscopic threshold).
Periode laten klinis, yaitu bila infeksi malaria tidak menunjukkan gejala diantara
serangan pertama dan relaps, walaupun mungkin ada parasitemia dan gejala
lain seperti splenomegali. Periode laten parasit terjadi bila parasit tidak dapat
ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium ekso-eritrosit masih bertahan dalam
jaringan hati.
Tiap serangan terdiri atas beberapa serangan demam yang timbulnya secara
periodik, bersamaan dengan sporulasi (sinkron). Timbulnya demam juga
bergantung kepada jumlah parasit (pyrogenic level, fever threshold). Berat
infeksi pada seseorang ditentukan dengan hitung parasit (parasit count)
pada sediaan darah. Demam biasanya bersifat intermitten (febris
intermitens), dapat juga remiten (febris remittens) atau terus menerus
(febris kontinous).(7,8,11)
f. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada
manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya
parasit (plasmodium) di dalam penderita. Uji imunoserologis yang dirancang
dengan bermacam-macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan
mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey
epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis
definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium
dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.
c. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik
terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau
eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama
menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
d. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/
plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap
yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak
DNA.
g. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan malaria menurut keperluannya dibagi menjadi pencegahan bila obat
diberikan sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif bila obat diberikan untuk
mencegah timbulnya gejala klinis, pengobatan kuratif untuk pengobatan infeksi
yang sudah terjadi terdiri dari serangan akut dan radikal, dan pengobatan untuk
mencegah transmisi atau penularan bila obat digunakan terhadap gametosit dalam
darah
h. Komplikasi
Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat
terjadi pada penyakit malaria adalah :
a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%)
bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai
secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk
disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat
fokal atau menyeluruh.
b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3
mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai
50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran
darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi
penurunan filtrasi pada glomerulus.
c. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan.
Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang
menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult
Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
d. Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun
B. CACINGAN
a. Definisi
Askariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi cacing Ascaris
Lumbricoides atau cacing gelang (Noer, 1996: 513). Hal senada juga terdapat
dalam Kamus Kedokteran (Ramali, 1997: 26).
Ascariasis merupakan infeksi cacing yang paling sering ditemui.
Diperkirakan prevalensi di dunia 25 % atau 1,25 miliar penduduk di dunia.
Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah tropis dan di
negara berkembang dimana sering terjadi kontaminasi tanah oleh tinja manusia
atau penggunaan tinja sebagai pupuk (Soegijanto, 2005).
Dilihat dari uraian diatas jelas negara Indonesia adalah salah satu negara
yang berisiko tinggi adanya kasus ascariasis ini.
Menurut Behrman (1999), infeksi paling sering terjadi pada anak pra
sekolah atau anak umur sekolah awal, dan jumlah kasus terbesar pada negara-
negara yang memiliki iklim yang lebih panas. Meskipun demikian, ada sekitar 4
juta individu yang terinfeksi terutama anak, di Amerika Utara.
b. Penyebab
Penyebab dari Ascariasis adalah Ascaris Lumbricoides. Ascaris termasuk
Genus Parasit usus dari kelas Nematoda: Ascaris Lumbricoides: cacing gelang
(Garcia, 1996: 138). Menurut Reisberrg (1994: 339) ascaris adalah cacing gilig
usus terbesar dengan cacing betina dengan ukuran panjang 20-35 cm dan jantan
dewasa 15-35 cm. Rata-rata jangka hidup cacing dewasa sekitar 6 bulan.
Ascaris lumbricoides
STADIUM
DEWASA
Di lumen usus halus –> migrasi ke lambung, saluran empedu, appendiks –
> keluar bersama tinja
Bolus –> menyumbat usus –> menembus dinding usus –> PERITONITIS
TELUR
Di luar tubuh resisten terhadap kebanyakan zat kimia (mati) –> sinar
matahari langsung, panas > 80 C –> makanan / minuman –> lambung –>
Duodenum, jejunum bagian atas
LARVA
Dinding usus –> sistim porta/limfe –> paru –> alveoli –> trachea –>
epiglottis –> esophagus –>lambung –>usus halus –> duodenum (2-3
bulan)
c. Patofisiologi
Telur Askaris yang infektif di dalam tanah tertelan lewat makanan yang
terkontaminasi, Masuk ke lambung dan duodenum kemudian menetas, Larva
menembus dinding usus, Via sirkulasi portal ke jantung kanan, Sirkulasi
pulmonal ke paru-paru Melepas antigen askaris Reaksi alergi, Tembus kapiler
masuk alveoli dan bronchi, Pelepasan histamin.
Secara ascenden ke trakhea, faring, epiglottis, esofagus peningkatan
permiabilitas kapiler dan sensasi gatal
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Soegijanto (2005), tergantung pada intensitas
infeksi dan organ yang terlibat. Pada sebagian besar penderita dengan infeksi
rendah sampai dengan gejalanya asymtomatis. Gejala klinis paling sering
ditemui berkaitan dengan penyakit paru atau sumbatan pada usus atau saluran
empedu. Ascaris dapat menyebabkan Pulmonari ascariasis ketika memasuki
alveoli dan bermigrasi ke bronki dan trakea. Manifestasi pada paru mirip dengan
Syndrom Loffler dengan gejala infiltrat paru sementara. Tanda-tanda yang paling
khas adalah batuk, spuntum bercak darah, dan eosinofilia. Tanda lain adalah
sesak.
Cacing dewasa dapat menimbulkan penyakit dengan menyumbat usus
atau cabang-cabang saluran empedu sehingga mempengaruhi nutrisi hospes.
Cacing dewasa akan memakan sari makanan hasil pencernaan host. Anak-anak
terinfeksi yang memiliki pola makan yang tidak baik dapat mengalami
kekurangan protein, kalori, atau vitamin A, yang akhirnya akan mengalami
pertumbuhan lambat.
Adanya cacing dalam usus halus menyebabkan keluhan tidak jelas seperti
nyeri perut, dan kembung. Obstruksi usus juga dapat terjadi walaupun jarang
yang dikarenakan oleh massa cacing pada anak yang terinfeksi berat, insiden
puncak terjadi pada umur 1-6 tahun. Mulainya biasanya mendadak dengan nyeri
perut kolik berat dan muntah, yang dapat berbercak empedu ; gejala ini dapat
memburuk dengan cepat dan menyertai perjalanan yang serupa dengan
obstruksi usus akut dengan etiologi lain. Migrasi cacing Ascaris ke saluran
empedu telah dilaporkan, terutama yang terjadi di Filiphina dan Cina;
kemungkinan keadaan ini bertambah pada anak yang terinfeksi berat.mulainya
adalah akut dengan nyeri kolik perut, nausea, muntah, dan demam. Ikterus
jarang ditemukan (Berhman, 1999).
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium merupakan diagnosa pasti dari askariasis.
Diagnosa askariasis ditegakkan dengan pemeriksaan feses pasien dimana
dijumpai telur cacing askaris. Setiap satu ekor cacing askaris mampu
memproduksi jumlah telur yang banyak, sehingga biasanya pada pemeriksaan
pertama bisa langsung ditemui.
Saat cacing bermigrasi masuk ke paru biasanya berhubungan dengan
eosinophilia dan ditemui gambaran infitrat pada foto dada. Bahkan pada kasus
obstruksi tidak jarang diperlukan foto polos abdomen, USG atau pemeriksaan
lainnya.
Diagnosis askariasis ditegakkan dengan menemukan Ascaris dewasa atau
telur Ascaris pada pemeriksaan tinja.
f. Pengobatan
1. Pada anak dengan infeksi berat garam piperazin (sitrat, adipat, atau fosfat)
diberikan secara oral dengan dosis per hari 50-75 mg/kg selama 2 hari.
Dosis tunggal lebih efektif dari pada regimen 2, dalam mengurangi beban
cacing pada anak yang terinfeksi. Karera piperazin menyebabkan paralisis
neuromuskuler parasit dan pengeluaran cacing relatif cepat , maka obat ini
adalah obat plihan untuk obstruksi usus atau saluran empedu (Berhman,
1999).
2. Obat ascariasis usus tanpa komplikasi dapat digunakan albendazole (400
mg P.O. sekali untuk segala usia), mabendazole (10 mg P.O. untuk 3 hari
atau 500 mg P.O. sekali untuk segala usia).
g. Pencegahan
Menurut Soegijanto (2005), program pemberian antihelmitik yang
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Memberikan pengobatan ada semua individu pada daerah endemis.
2. Memberikan pengobatan pada kelompok tertentu dengan frekuensi
infeksi tinggi seperti anak-anak sekolah dasar.
3. Memberikan pengobatan pada individu berdasarkan intensitas penyakit
atau infeksi tinggi seperti yang telah lalu.
4. Peningkatan kondisi sanitasi.
5. Menghentikan penggunaan tinja sebagai pupuk.
6. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara-cara pencegahan
ascariasis.
Menurut Berhman (1999), praktek-praktek pencegahan seperti
menghindari pengunaan tinja sebagai pupuk dan menjaga kondisi sanitasi
lingkungan yang baik serta upaya penyediaan fasilitas pembuangan sampah
yang baik adalah cara-cara pencegahan ascariasis yang paling efektif.
h. Komplikasi
Selama larva sedang bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi
alergi yang berat dan pneumonitis, dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya
pneumonia.
C. INFEKSI JAMUR
a. Definisi
Infeksi jamur merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit
ini dapat dialami oleh siapa saja. Namun demikian, individu dengan sistem
kekebalan tubuh lemah lebih berisiko terserang infeksi jamur. Misalnya,
penderita HIV/AIDS, pasien kemoterapi, serta pasien pasca transplantasi organ.
Jamur adalah organisme yang dapat hidup secara alami di tanah atau
tumbuhan. Bahkan jamur bisa hidup di kulit manusia. Meskipun normalnya tidak
berbahaya, namun beberapa jamur dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
serius.
Gejala infeksi jamur sangat beragam, tergantung bagian tubuh yang terinfeksi,
yang meliputi:
5. Aspergillosis
Aspergillosis disebabkan oleh perpaduan antara sistem kekebalan
tubuh yang lemah dan paparan jamur Aspergillus. Jamur ini dapat ditemukan
di tumpukan kompos, tumpukan gandum, dan sayuran yang membusuk.
Selain pada individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah (misalnya
kondisi sel darah putih rendah atau sedang mengonsumsi obat kortikosroid,
risiko aspergillosis lebih tinggi pada penderita asma atau cystic fibrosis.
6. Infeksi jamur mata
Infeksi jamur mata adalah kondisi yang jarang, namun tergolong
serius. Infeksi jamur mata paling sering disebabkan oleh
jamur Fusarium yang hidup di pohon atau tanaman. Jamur Fusarium bisa
masuk ke mata bila mata tidak sengaja tergores bagian tanaman tersebut.
Selain akibat cedera mata, infeksi jamur mata dapat terjadi pada
pasien yang menjalani operasi katarak atau transplantasi kornea. Pada kasus
yang jarang, infeksi jamur mata juga terjadi akibat penggunaan obat tetes
mata atau cairan pembersih lensa kontak yang sudah terkontaminasi, serta
pengobatan dengan suntikan kortikosteroid pada mata.
7. Pneumocystis pneumonia (PCP)
PCP disebabkan oleh jamur Pneumocystis jirovecii, yang menyebar
melalui udara. PCP menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh
lemah, seperti penderita HIV/AIDS, atau pada pasien pasca menjalani
transplantasi organ dan obat imunosupresif.
8. Cryptococcus neoformans
Infeksi ini disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans. Spora
jamur tersebut dapat terhirup secara tidak sengaja, namun tidak
menyebabkan infeksi. Hanya saja, individu dengan kekebalan tubuh lemah
berisiko tinggi terinfeksi jamur ini.
9. Histoplasmosis
Histoplasis disebabkan oleh jamur Histoplasma. Jamur ini dapat
ditemukan di tanah yang terpapar kotoran burung atau kelelawar. Infeksi
terjadi ketika spora jamur di tanah terhirup dan masuk ke saluran
pernapasan.
Setiap orang dapat terjangkit histoplasmosis. Akan tetapi, infeksi ini
lebih rentan terjadi pada petani, peternak, penjelajah gua, pekerja
konstruksi, dan petugas pengendali hama.
10. Mucormycosis
Mucormycosis terjadi akibat menghirup spora jamur
golongan Mucorales secara tidak sengaja. Infeksi juga dapat terjadi bila luka
terbuka di kulit terpapar jamur ini.
Jamur Mucorales bisa ditemukan di daun, kayu, tanah, atau di
tumpukan kompos. Namun walaupun jamur ini terdapat di alam, bukan
berarti infeksi pasti terjadi pada setiap orang yang terpapar spora jamur.
Infeksi lebih berisiko terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
lemah, seperti penderita kanker dan diabetes.
11. Sporotrichosis
Sporotrichosis disebabkan oleh jamur Sporothrix yang banyak
ditemukan di tanah atau tanaman. Infeksi terjadi ketika spora jamur masuk
ke tubuh melalui sentuhan, terutama melalui luka terbuka di kulit. Meskipun
sangat jarang, infeksi juga dapat terjadi bila menghirup spora jamur secara
tidak sengaja.
Beberapa orang dengan jenis pekerjaan tertentu lebih berisiko
terserang infeksi sporotrichosis, misalnya tukang kebun, petani, dan pasien
yang sedang menjalani terapi imunosupresif.
12. Talaromycosis
Talaromycosis disebabkan oleh jamur Talaromyces marneffei. Sama
seperti beberapa jenis infeksi jamur lain, talaromycosis umumnya menyerang
orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
D. IMUNISASI
a. Definisi
Imunisasi adalah suatu prosese untuk membuat sistem pertahanan tubuh
kebal terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki
kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan
terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain. Karena tidak tertular dari kita.
b. Tujuan imunisasi.
Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka penderitaan suatu
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat di hindari
dengan imunisasi yaitu :
Hepatitis.
Campak.
Polio.
Difteri.
Tetanus.
Batuk Rejan.
Gondongan
Cacar air
TBC
c. Macam_Macam Imunisasi.
1. Imunisasi Aktif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yang secara
aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio atau campak .
Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam :
2. Imunisasi Pasif.
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan
tubuhnya di dapat dari luar.Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanus
Serum).Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah:
Terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi
jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa
kandungan.misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini di bagi
yaitu:
d. Jenis-Jenis Imunisasi.
A. KESIMPULAN
Ascariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascariasis lumbricoides atau biasa
disebut dengan cacing gelang. Cacing gelang adalah parasit yang hidup dan berkembang
biak di dalam usus manusia. Ascariasis dapat ditemukan dimana saja, tetapi lebih sering
di wilayah dengan fasilitas kebersihan yang kurang memadai. Ascariasis umunya tida
menimbulkan gejala apapun. Aan tetapi, sebagaian orang yang terinfeksi cacing gelang
mengalami sejumlah gejala. Dimana, penyebab ascariasis terjadi apabila telur cacingi
Ascaris lumbricoides masuk ke dalam tubuh. telur cacing tersebut dapat ditemukan di
tanagh yang terkontaminasi oleh tinja manusia. Oleh karena itu, bahan makanan yang
tumbuh di tanah tersebut, dapat menjadi penyebab ascariasis.
Infeksi jamur pada anak terjadi ketika jamur ini terpapar antibiotik, mengalami
iritasi atau gesekan. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan mikroba dalam
tubuh. hingga membuat produksi candida menjadi berlebihan dan menimbulkan infeksi
jamur pada anak.
Imunisasi wajib adalah imunisasi yang wajiib diperoleh anak sebelum usia 1
tahun. Di Indonesia, ada 5 jenis imunisasi yang wajib diberikan pada ana. Masing-masing
jenis imunisasi tersebut perlu diberikan sesuai jadwalnya tersendiri guna memberikan
efek perlindungan yang maksimal terhadap penyakit. Dimana imunisasi merupakan
proses pemberian vaksin pada tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap
penyakit berbehaya yang bisa menyebabkan cacat atau bahkan kematian. Imunisasi wajib
sudah terbukti aman dan bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit pada anak
sekaligus mencegahnya menularkan penyakit kepada ana yang lain. Mesi terjangkit
infeksi, anak yang sudah mendapatkan vaksin juga biasanya akan menunjukkan gejala
yang lebih ringan dibandingkan anak yang tida diberikan imunisasi.
B. DAFTAR PUSTAKA