Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

IMUNISASI, MALARIA, INFEKSI CACING, DAN INFEKSI JAMUR

DISUSUN OLEH :

NAMA : Sri ayu nengsi

NIM : PO713201191043

KELAS : 2A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


MAKALAH

IMUNISASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : Sri ayu nengsi

NIM : PO713201191043

KELAS : 2A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan
demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 21 Maret 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya.
Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya
tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh
disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut sebagai antioksidan. Berhasil
tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti
yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen
yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh
tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasaranya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3, dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibody, tubuh
anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman, berarti
bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit ganas tanpa bantian pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, bahan kimia) yang mungkin akan
merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah
beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas
tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh
antigen, artinya anak tersebut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja definisi dari imunisasi?
2. Reaksi apa yang akan timbul?
3. Apa saja jenis vaksin?
4. Perbedaan imunisasi aktif dan pasif?
5. Penyakit apa saja yang harus dicegah dengan vaksin?
6. Bagaimana cara pemberian imunisasi?
7. Apa saja efek samping dari imunisasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja definisi dari imunisasi
2. Untuk mengetahui reaksi apa saja pada imunisasi
3. Untuk mengetahui apa saja jenis imunisasi
4. Untuk mengetahui perbedaan imunisasi aktif dan pasif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Imunisasi adalah memberikan vaksin yang mengandung kuman yang sudah
dilemahkan, caranya bisa diteteskan melalui mulut seperti imunisasi polio dan bisa juga
melalui injeksi. Vaksin yang masuk dalam tubuh bayi itu akan merangsang tubuh
memproduksi antibodi. Antibodi itu akan melawan bibit penyakit yang masuk dalam
tubuh.
Imunisasi merupakan salah satu usaha memberikan kekebalan bayi dan anak dengan
cara vaksin ke dalam tubuh. Tujuan imunisasi sendiri adalah agar tubuh terlindung dari
beberapa penyakit berbahaya. Jikapun bayi dan anak sakit, dapat menghindarkan dari
perkembangan penyakit yang menyebabkan cacat atau meninggal dunia.
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi
terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga
membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin
maka banyak penyakit masa kanak-kanank yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan.
B. Reaksi antigen-antibodi
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.
Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya.
Bila antigen untuk pertama kali masuk kedalam tubuh manusia, zat anti yang dibuat tubuh
tersebut disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut antioksidan. Berhasil
tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat yang
dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antiegn yang kuat. Antigen
yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh
tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasaranya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3, dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-antibody, tubuh
anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman, berarti
bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit ganas tanpa bantian pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, bahan kimia) yang mungkin akan
merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah
beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas
tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh
antigen, artinya anak tersebut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Sebagai ringkasan mengenai pengertian dasar imunologi ialah :
1. Apabila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kumna) memasuki tubuh,
maka tubuh akan berusaha untuk menolaknya. Tubuh membuat zat anti yang berupa
antibodi atau antitoksin.
2. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen, berlangsung lambat dan lemah, sehingga
tidak cukup banyak antibodi terbentuk
3. Pada reaksi atau respons yang kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah lebih
mengenal jenis antigen tersebut. tubuh sudah lebih pandai membuat zat anti, sehingga
dalam waktu yang lebih singkat akan dibentuk zat anti cukup banyak.
4. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk
mempertahankan agar tubuh tetap kebal, perlu diberikan antigen/suntukan/imunisasi
ulang. Ini merupakan rangsangan bagi tubuh untuk membuat zat anti kembali

Di manakah zat anti tersebut dibentuk tubuh? Yaitu pada tempat-tempat yang
strategis terdapat alat tubuh yang dapat memproduksi zat anti. Tempat itu adalah hati,
limpa, kelenjar tumus dan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening misalnya,
tersebar luas diseluruh jaringan tubuh, seperti di sekitar rongga hidung dan mulut,
leher, ketiak, selangkangan, rongga perut.
“amandel” atau tonil merupakan kelenjar gertah bening yang terdapat pada
rongga mulut sebelah dalam. Berbagai alat tubuh yang disebutkan tadi merupakan
pusat jaringan terbentuknya kekebalan pada manusia. Kerusakan pada alat ini akan
menyebabkan seringnya anak terserang berbagai jenis infeksi, lazimya dikatankan “
daya tahan tubuh anak merendah”
C. Jenis Imunisasi
1. Imunisai BCG adalah prosuder memasukkan vaksin BCG yang bertujuan memberi
kekebalan tubuh terhadap kuman mycobakterium tuberculosis dengan cara
menghambat penyebaran kuman.
2. Imunisasi hepatitis B adalah tindakan imunisasi dengan pemberian vaksin hepatitis B
ke tubuh bertujuan memberi kekebalan dari penyakit hepatitis.
3. Imunisasi polio adalah tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral) atau di
kenal dengan nama oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberi kekebalan dari
penyakit poliomelitis.Imunisasi dapat di berikan empat kali dengan 4-6 minggu.
4. Imunisasi DPT adalah merupakan tindakan imunisasi dengan memberi vaksin DPT
(difteri pertusis tetanus) /DT (difteri tetanus) pada anak yang bertujuan memberi
kekebalan dari kuman penyakit difteri,pertusis,dan tetanus. Pemberian vaksin pertama
pada usia 2 bulan dan berikutnya dengan interval 4-6 minggu.
5. Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak pada
anak yang bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat di
berikan pada usia 9 bulan secara subkutan,kemudian ulang dapat diberikan dalam
waktu interval 6 bulan atau lebih setelah suntikan pertama . ( Asuhan neonatus bayi
dan balita : 98-101)
D. Imunisasi Aktif dan Imunisasi Pasif
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi yaitu imunisasi pasif (passive
immunization). Imunisasi pasif ini adalah “Immunoglobulin” jenis imunisasi ini dapat
mencegah penyakit campak (measles pada anak-anak).
Imunisasi aktif (active immunization), imunisasi yang diberikan pada anak, adalah :
BCG, untuk mencegah penyakit TBC, DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis
dan tetanus, polio untuk mencegah penyakit poliomilitis, campak untuk mencegah
penyakit campak (measles), dan hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis B.

Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif adalah :

1. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus
meningkat. Pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lama untuk membuat
zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif
2. Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun),
sedangkan pada imunisasi pasisf hanya berlangsung untuk 1-2 bulan
 Imunisasi aktif : tubuh anak sendiri membuat zat anti. Si anak mendapatnya dari luar
tubuh dengan cara penyuntikan bahan/serum yang telah mengandung zat anti.
 Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak berlangsung lama. Kadang-
kadang imunisasi aktif dan pasif diberikan dalam waktu yang bersamaan, misalnya
pada penyakit tetanus. Bila seorang anak terluka dan diduga akan terinfeksi kuman
tetanus, maka ia memerlukan pertolongan sementara yang harus cepat diberikan. Saat
itu belulm pernah mendapat imunisasi tetanus. Untuk memperoleh kekebalan yang
langgeng, saat itu juga sebaiknya mulai diberikan imunisasi aktif berupa penyuntikan
toksoid tetanus. Kekebalan pasif diperoleh dengan penyuntikan serum anti tetanus
hanya berlangsung selama 1-2 bulan

Secara alamiah imunisasi aktif mungkin terjadi, sehingga tanpa disadari sebenarnya
tubuh si anak telah menjadi kebal. Keadaan demikian pada umumnya hanya terjadi pada
penyakit yang tergolong ringan, tetapi jarang sekali pada penyakit yang berat. Misalnya
penyakit tifus, yang pada anak tidak tergolong penyakit berat. Tanpa disadari seorang
anak dapat menjadi kebal terhadap penyakit tifus secara alamiah. Mungkin ia telah
mendapat kuman tifus tersebut dalam jumlah yang sangat sedikit, misalnya dari makanan
yang kurang bersih, jajan dan sebagainya. Akan tetapi kekebalan yang diperoleh secara
alamiah ini sukar diramalkan, karena seandainya jumlah kuman tifus yang masuk dalam
tubuh itu cukup banyak, maka penting pula untuk diperhatikan bahwa jaminan imunisasi
terhadap tertundanya anjak dari suatu penyakit, tidaklah mutlak 100%. Dengan demikian
mungkin saja anak anda terjangkit difteria, meskipun ia telah mendapat imunisasi
difteria. Akan tetapi penyakit difteria yang diderita oleh anak anda telah mendapat
imunisasi akan berlangsung sangat ringan dan tidak membahayakan jiwanya. Namun
demikian tetap dianjurkan : “meskipun bayi/anak anda telah mendapat imunisasi,
hindarkanlah ia dari hubungan dengan anak lain yang sedang sakit.
E. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
1. TBC
Untuk mencegah timbulnya tuberculosis (TBC) dapat dilakukan imunisasi BCG.
Imunisasi BCG adalah singkatan dari Basillus Calmatto Guenin. Nama ini diambil
dari nama penemu kuman yaitu Calmotto dan Guenin yang digunakan tersebut sejak
tahun 1920 dibiakkan sampai 230 kali selama 13 tahun di negara yang telah maju,
imunisasi BCG diberikan kepada mereka yang mempunyai resiko kontak dengan
penderita TBC dan uji tuberkulinya masih negatif, misalnya dokter, mahasiswa
kedokteran, dan perawat. Uji tuberculin adalah suatu tes (uji) untuk mengetahui
seseorang telah memilki zat anti terhadap penyakit TBC atau belum. Di Indonesia
pemberian imunisasi BCG tidak hanya terbatas pada mereka yang memiliki resiko
tinggi mengingat tingginya kemungkinan infeksi kuman TBC. Imunisasi BCG
diberikan pada semua bayi baru lahir sampai usia kurang dari dua bulan. Penyuntikan
biasanya dilakukan di bagian atas lengan kanan (region deltoid) dengan dosis 0,05 ml
reaksi yang mungkin timbul setelah penyuntikan adalah : kemerah-merahan disekitar
suntikan, dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah suntikan, dan terjadi
pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntukan (biasanya di daerah ketiak). Bila
terjadi hal tersebut di atas yang penting adalah menjaga kebersihan terutama disekitar
luka dan segera bawa ke dokter.
2. Difteri, Pertusis, dan Tetanus
Penderita difteri, pertusis, dan tetanus ini bila tidak segera mendapat pertolongan yang
memadai maka berakibat fatal. Imunisasi DPT dimaksudkan untuk mencegah ketiga
penyakit tersebut diatas. Imunisasi dasar diberikan tiga kali, pertama kali bersama
dengan BCG dan Polio, kemudian berturut-turut dua kali dengan jarak masing-masing
4 minggu dan pada saat usia masuk sekolah dasar (5-6 tahun). Imunisasi selanjutnnya
dianjurkan tiap lima tahun dengan imunisasi DT (tanpa pertusis)
3. Poliomyelitis
Penderita poliomyelitis apabila terhindar dari kematian banyak yang menderita
kecatatan sehigga imunisasi usaha pencegahan sangat dianjurkan. Imunisasi polio di
Indonesia dilakukand engan cara meneteskan vaksin sabin sebanyak 2 tetes dimulut.
Pertama kali diberikan bersama BCG dan DPT pertama pada usia dua bulan.
Kemudian di ulang dengan jarak 4 minggu sebanyak 4 kali. Imunisasi ulangan
dilakukan satu tahun, setelah imunisasi dasar ke-4 dan saat masuk SD (6-7 tahun).
Imunisasi tambahan dapat diberikan apabila resiko kontak dengan virus ganas.
4. Hepatitis B
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksin hepatitis B yang dipakai untuk
program pemerintah di Indonesia adalah vaksin buatan Korean Green Cross yang
dibuat dari plasma darah penderita hepatitis B. Adapula vaksin yang dibuat secara
sintetis. Vaksin ini dibuat dari selragi, misalnya H-B Vak II yang dikembangkan oleh
MSD (Merek Sharp dan Dohme). Adapun cara pemakiannya (vaksin dari Korean
Green Cross) sebagai yaitu :
a. Imunisasi dasar dilakukan tiga kali. Dua kali pertama merangsang tubuh
menghasilkan zat anti dan ketiga untuk meningkatkan jumlah zat anti yang sudah
ada
b. Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah untuk bayo baru lahir (0-11 bulan)
dengan satu kali suntikan dosis 0,5 ml satu bulan kemudian mendapat satu kali
lagi. Setelah itu, imunisasi ketiga diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan,
mengenai waktu pemberian suntikan yang ketiga ada beberapa pendapat. Untuk
pelaksanaan program diberikan 1 bulan setelah suntikan kedua. Hal ini semata-
mata untuk kemudahan dalam pelaksanaan, tetapi kekebalan yang didapat tidaklah
berbeda. Imunisasi hepatitis B ulangan dilakukan setiap 5 tahun sekali.
5. Campak
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan melalui imnunisasi. Imunisasi campak
dilakukan ketika bayi berumur sekitar 9 bulan. Imunisasi campak hnaya dilakukan
sattu klai dan kekebalannya bisa berlangsung seumur hidup. Imunisasi campak bisa
diberikan sendiri atau bersama dalam imunisasi MMR (Sudarmanto, 1997 : 22)
F. Cara Pemberian
1. BCG (Bacillus Calmatte Guerin)
- Dosis pemberian 1 kali pada usia 0-1 bulan
- Setelah penyuntikan imunisasi ini, akan timbul benjolan putih pada lengan bekas
suntikan yang akan membentuk luka serta reaksi panas. Jangan dipecahkan
2. DPT + Hb (Kombo)
- Dosis pemberian 3 kali pada usia 2-11 bulan
- Anak akan mengalami padas dan nyeri pada tempat yang diimunisasi. Beri obat
penurun panas ¼ tablet dan jangan membungkus bayi dengan selimut tebal
3. Polio
- Dosis pemberian 4 kali melalui tetes mulut (2 tetes) pada usia 0-11 bulan
- Setelah imunisasi, tidak ada efek samping. Jika anak menderita kelumpuhan
4. Campak
- Dosis pemberian 1 kali pada usia 9 bulan
- Setelah 1 minggu imunisasi, terkadang bayi akan panas dan muncul kemerahan.
Cukup beri ¼ tablet penurun panas
G. Efek Samping dan Penatalaksana
1. BCG
Pembengkakan kelenjar regional menjadi pecah; ulkus, luka dibiarkan (tidak perlu
diinsisiataupun kompres)
2. DPT
Efek samping dan penatalaksana imunisasi DPT adalah sebagai berikut :
- Demam ringan berikan kompres dan anti piretik
- Rasa sakit di daerah suntikan (1-2) hari kapan perlu diberikan analgetik
- Jarang demam tinggi atau kejang
- Penanganan kejang positif, berikan anti convulsan
3. Polio
Efek samping imunisasi polio yaitu, sangat jarang bila terjadi kelumpuhan ekstremitas
segera konsul, diare, dehidrasi (tergantung derajat diare, biasanya hanya diare ringan)
4. Hepatitis B
Tidak ada efek sampingnya
5. Campak
Efek samping dan penatalaksanaan imunisasi campak yaitu, demam ringan diberikan
kompres dan obat analgetik, nampak sedikit bercak merah pada pipi dan bawah
telinga pada hari 7-8 setelah penyuntikan tidak berbahaya lakukan observasi. (Dick
George, 1992 :37)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.
Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi
terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga anak tetap sehat, tetapi juga membantu
membasmi penyakit serius yang timbul pada masa kanak-kanak.
Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin
jauh lebih besar dari efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya vaksin maka
banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang
ditemukan
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin
terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai pengalaman untuk
mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3, dan berikutnya, tubuh anak sudah
pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen/antibodi, tubuh
anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman, berarti
bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar
dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.

B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, penulis mohon
maaf. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://landasanteori.blogspot.com/2010/10/makalah-imunisasi.html

http://kuliahiskandar.blogspot.com/2012/05/makalah-imunisasi.html

http://muhsakimsg.blogspot.com/2011/06/makalah-imuniasai.html

http://www.dokteranak.net/arti-dari-imunisasi-23.htm

http://badry7.blogspot.com/2014/04/makalah-imunisasi.html#ixzz6peHEjdpY
MAKALAH

INFEKSI CACING

DISUSUN OLEH :

NAMA : Sri ayu nengsi

NIM : PO713201191043

KELAS : 2A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan
demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 21 Maret 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang kompleks yang saling berkaitan dengan
masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah
kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus
dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat-sakit” atau
kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhinya baik itu kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat.Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia
dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk
beberapa jenis cacing yang termasuk Nematoda usus. Sebagian besar dari Nematoda
ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara
Nematoda usus tedapat sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah (Soil
Transmitted Helminths) diantaranya yang tersering adalah Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Trichuris trichiura.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja dampak kecacingan tehadap kesehatan?
2. Apa penyebab cacingan?
3. Apa gejala dari cacingan?
4. Bagaimana pencegahan cacingan
5. Apa saja faktor penyebab cacingan berdasarkan host, agen, environment?
C. Tujuan
1. Mengetahui dampak cacingan terhadap kesehatan
2. Mengetahui penyebab cacingan
3. Mengetahui gejala dari cacingan
4. Mengetahui pencegahan cacingan
5. Mengetahui faktor penyebab cacingan berdasarkan host, agen, environment
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya
merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang
termasuk Nematoda usus. Sebagian besar dari Nematoda ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara Nematoda usus tedapat sejumlah spesies
yang penularannya melalui tanah (Soil Transmitted Helminths) diantaranya yang
tersering adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale
dan Trichuris trichiura.
Penyakit cacingan merupakan kondisi tubuh manusia yang terinfeksi cacing atau
parasit yang tinggal di dalam usus. Penyakit ini bisa menyerang anak-anak dan juga orang
dewasa. Bentuk cacing yang menginfeksi bisa berupa cacing pipih atau cacing gelang.
Kebersihan lingkungan yang tidak terjaga menjadi salah satu faktor yang dapat
mempermudah penyebaran penyakit ini.
Cacing yang menginfeksi seseorang akan bertahan hidup di dalam tubuh manusia
dengan cara mengambil sari makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan.
Munculnya penyakit ini pada orang dewasa ditandai dengan ciri-ciri seperti sakit perut,
diare, mual, muntah, kelelahan, dan menurunnya berat badan.
B. Penyebab Cacingan
Penyebab cacingan pada diri seseorang berbeda-beda tergantung dari jenis cacing apa
yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa jenis cacing yang paling umum menyebabkan
penyakit cacingan pada manusia, yaitu:
1. Cacing Pita
Cacing pita atau Cestoda, dapat dikenali dari bentuknya yang tampak seperti pita
yaitu pipih dengan ruas-ruas pada seluruh tubuhnya. Panjang cacing pita dewasa dapat
mencapai 4,5 hingga 9 meter. Cacing pita memasuki tubuh manusia ketika tangan
bersentuhan dengan tinja atau tanah yang mengandung telur cacing kemudian terbawa
ke dalam mulut ketika sedang makan. Selain itu, cacing pita juga dapat masuk melalui
konsumsi makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi telur cacing. Konsumsi
daging babi, sapi ataupun ikan yang mentah atau dimasak kurang matang juga dapat
menyebabkan masuknya cacing pita ke dalam tubuh manusia.
2. Cacing Tambang
Cacing tambang dalam bentuk larva dan dewasa dapat hidup dalam usus halus
manusia dan dapat menyerang binatang peliharaan, termasuk kucing dan anjing.
Umumnya infeksi cacing tambang terjadi karena bersentuhan dengan tanah di
lingkungan hangat dan lembap yang di dalamnya terdapat telur atau cacing
tambang.Cacing tambang dewasa dengan panjang sekitar 5-13 milimeter dapat
menembus kulit, misalnya melalui telapak kaki yang tidak menggunakan alas,
kemudian masuk ke sirkulasi darah dan ikut terbawa ke dalam paru-paru dan
tenggorokan. Jika tertelan, maka cacing akan memasuki usus. Infeksi cacing tambang
masih umum terjadi di daerah iklim tropis dan lembap dengan sanitasi lingkungan
yang buruk, termasuk Indonesia.
3. Cacing Kremi
Cacing kremi berwarna putih dan halus, dengan panjang sekitar 5-13 milimeter.
Infeksi cacing kremi paling banyak dialami oleh anak-anak usia sekolah.Infeksi
cacing kremi umumnya disebabkan oleh menelan telur cacing kremi yang sangat kecil
secara tidak sengaja. Telur cacing ini sangat mudah menyebar. Bisa melalui makanan,
minuman atau jari yang terkontaminasi. Telur cacing kemudian masuk ke usus dan
berkembang menjadi cacing dewasa dalam beberapa minggu. Jika telur cacing
mencapai anus dan digaruk, maka telur cacing dapat berpindah ke jari, lalu
menyentuh permukaan benda atau orang lain.
4. Cacing Gelang
Cacing ini berukuran cukup besar, dengan panjang sekitar 10 -35 cm. Cacing gelang
dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui tanah yang telah terkontaminasi telur
cacing. Ketika masuk ke dalam tubuh, telur akan menetas di usus, kemudian
menyebar melalui pembuluh darah atau saluran getah bening ke organ tubuh lain
seperti paru-paru atau empedu.
C. Gejala Cacingan
Gejala cacingan sangat beragam, bergantung pada jenis cacing yang menginfeksi.
Namun, beberapa hal berikut bisa menjadi pertanda adanya cacingan:
1. menemukan cacing dalam feses atau saat buang air besar
2. memiliki ruam kemerahan, gatal, dan berbentuk seperti cacing pada kulit
3. mengalami diare atau sakit perut selama lebih dari dua minggu
4. terkadang juga terdapat keluhan konstipasi/ sembelit
5. perut yang terlihat bengkak atau mengalami perut kembung
6. mengalami penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas
7. gatal hebat pada area anus, terutama pada malam hari
8. reaksi pada kulit, seperti ruam, biduran, dan reaksi alergi lainnya pada kulit
9. rasa gelisah dan kecemasan, timbul karena adanya iritasi akibat zat beracun dan sisa
metabolisme cacing kepada sistem saraf pusat manusia
10. merasa lelah dan kurang tenaga
11. nyeri sendi dan otot
12. pada anak dapat timbul gejala tumbuh kembang yang terhambat dan malnutrisi
13. kaki gajah
D. Pencegahan Cacingan
Sebagai tindakan untuk mencegah cacingan, perlu Anda perhatikan beberapa hal berikut:
1. Menjaga kebersihan dan membiasakan diri untuk mencuci tangan. Terutama setelah
menggunakan kamar kecil, sebelum makan, atau mempersiapkan makanan. Bawalah
cairan disinfektan yang dapat digunakan sepanjang hari.
2. Cuci buah dan sayur hingga bersih sebelum dimasak.
3. Masak makanan hingga matang. Perhatikan bahwa berbagai sumber protein perlu
suhu tertentu untuk mencapai kematangan masing-masing.
4. Konsumsi air putih dalam kemasan atau air putih yang matang.
5. Berikan obat cacing pada hewan peliharaan secara rutin, terutama untuk anjing dan
kucing.
6. Buang kotoran hewan peliharaan di tempat sampah secepatnya. Gunakan masker dan
sarung tangan saat melakukan hal ini.
7. Selalu gunakan alas kaki.
8. Simpan alas kaki yang digunakan untuk aktivitas luar ruangan di luar rumah
E. Faktor penyebab cacingan berdasarkan host, agen, environment
1. Agent
Agent merupakan penyebab penyakit, dapat berupa makhluk hidup maupun
tidak hidup. Agent penyakit cacingan ini tentu saja adalah cacing.
2. Host
Host atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Manusia merupakan satu-
satunya host bagi E. vermicularis. Manusia terinfeksibila menelan telur infektif.
Telur akan menetas di dalam usus dan berkembang menjadi dewasa dalam caecum,
termasuk appendix (Mandell et al., 1990). Faktor penjamu yang biasanya
menjadi faktor untuk timbulnya suatu penyakit sebagaiberikut:
- Umur
Anak-anak lebih rentan terkena penyakit cacingan. Data departemen
kesehatan (1997) menyebutkan, prevalensi anak usia SD 60 –80% dan
dewasa 40 –60% (Kompas, 2002). Cacing ini sebagian besar menginfeksi anak-
anak, meski tak sedikit orang dewasa terinfeksi cacing tersebut. Semua umur
dapat terinfeksi cacing ini dan prevalensi tertinggi terdapat pada
anak-anak.
- JenisKelamin
Prevalensi menurut jenis kelamin sangat erat hubungannya dengan
pekerjaan dan kebiasaan penderita. Distrik Mae Suk, Provinsi Chiangmai
Thailand ditemukan anak laki-laki lebih banyak yaitu sebesar 48,8%
dibandingkan dengan anak perempuan yang hanya 36,9% pada umur 4,58 ± 2,62
tahun (Chaisalee et al., 2004). Sedangkan di Yogyakarta infeksi cacing
lebih banyak ditemui pada penderita laki-laki dibandingkan
penderitaperempuan.
- Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiriPenyakit ini
sangat erat hubungannya dengan keadaan sosial-ekonomi, kebersihan diri
dan lingkungan. Tingkat infeksi kecacingan juga dipengaruhi oleh jenis
aktivitas atau pekerjaan. Semakin besar aktivitas yang berhubungan atau
kontak langsung dengan lingkungan terbuka maka semakin besar kemungkinan
untuk terinfeksi. Selain itu, prevalensi kecacingan yang berhubungan
dengan status ekonomi dan kebersihan lingkungan diteliti di Cirebon, Jabar.
Ternyata prevalensi kecacingan semakin tinggi pada kelompok sosial
ekonomi kurang dan kebersihan lingkungan buruk, dibandingkan kelompok
sosial ekonomi dan kebersihan lingkungan yang sedang dan baik
(Tjitra, 1991)
3. Environment
Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit
cacingan. Hal ini karena faktor ini datangnya dari luar atau biasa disebut dengan
faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi:
- LingkunganFisikYang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah yang
berwujud geogarfik dan musiman. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari
udara, keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai
sumber penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi,
dll.Infeksi cacing terdapat luas di seluruh Indonesia yang beriklim tropis,
terutama di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat penduduknya.
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan subtropis , dan
biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut , sungai dan
kakus meluap, dan larva cacing bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh
11manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3
minggu untuk berkembang.
- Lingkungan Sosial Ekonomi
Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem
ekonomi yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan
berdampak pada penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi
kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang cukup besar
adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan
kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat,
kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang
kesemuanya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan terutama
munculnya bebagai penyakit cacingan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya
merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang
termasuk Nematoda usus. Penyakit Cacingan di indonesia di sebabkan oleh Ascaris
Lumbricoides, Necator Americanus, Ancylostoma Duodenale dan Trichurus
Trichura.penyebab penyakit, dapat berupa makhluk hidup maupun tidak hidup. Agent
penyakit cacingan ini tentu saja adalah cacing.
Host atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Manusia merupakan satu-
satunya host bagi E. vermicularis. Manusia terinfeksi bila menelan telur infektif.
Telur akan menetas di dalam usus dan berkembang menjadi dewasa dalam caecum,
termasuk appendix.lingkungan fisik adalah yang berwujud geogarfik dan musiman.
Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air sebagai
sumber hidup dan sebagai sumber penyakit
Faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi yang berlaku yang
mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan yang akan
berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang
cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan
kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan
hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang kesemuanya dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit
cacingan.
B. Saran
Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan kesalahan, penulis mohon
maaf. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.merdeka.com/jabar/mengenal-penyakit-cacingan-beserta-gejala-penyebab-dan-cara-
mencegahnya-kln.html

https://www.alodokter.com/kenali-penyebab-lalu-cegah-penyakit-cacingan

https://www.klikdokter.com/penyakit/cacingan#:~:text=Cacingan%20merujuk%20pada%20infeksi
%20cacing,o%20Trematode%2C%20misalnya%20Schistosima%20japonicum
MAKALAH

INFEKSI JAMUR

DISUSUN OLEH :

NAMA : Sri ayu nengsi

NIM : PO713201191043

KELAS : 2A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan
demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 21 Maret 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai jamur. Sebelum kita membahas jamur
terlebih dahulu mengetahui pengertian dari jamur itu sendiri. Jamur merupakan kelompok
organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnura fungi. Jamur pada
umumnya roultiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya
dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Jamur
tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di udara, tanah, air, pakaian,
bahka di tubuh manusia sendiri. Ada ribuan spesies yang berbeda dengan karakteristik
yang berbeda yang berada di kelas ini. Mereka terdiri dari dinding sel yang kaku dan juga
memiliki membran inti terikat. Organisme ini gagal untuk fotosintesis karena mereka
tidak memiliki klorofil. Karena karakteristik unik dari jamur, mereka telah dikategorikan
ke dalam kelompok terpisah, berbeda dari tumbuhan dan hewan.
Meskipun banyak jenis jamur yang bermanfaat bagi kita dalam beberapa cara atau
yang lain, ada spesies tertentu yang dapat menyebabkan beberapa penyakit pada manusia.
Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh jamur berasal dari makanan yang kita makan sehari-hari, atau juga dari
konsumsi jamur beracun. Banyak orang meremehkan penyakit karena jamur, seperti panu
atau kurap. Padahal, penyakit inni bisa menular lewat sentuhan kulit, atau juga dari
pakaian yang terinfeksi spora jamur. Banyak anggapan, penyakit panu atau kurap sekedar
masalah kosmetik. Bahkan jamur bisa mengenai manusia dari kepala hingga ujung kaki,
dari bayi hinga orang dewasa dan orang lanjut usia. Pada manusia, jamur hidup pada
lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan
peradangan dan iritasi berwarna merah dna gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak
warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang
berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang
menyerang.
Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-Cilag, sebagai negara tropis
Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu,, penyakit-penyakit akibat
jamur sering kali menjangkiti masyarakat. “Kita lihat, banyak masyarakat tak menyadari
bahwa dirinya terinfeksi jamur. Bahkan, jamur bisas mengenai manusia dari kepala
hingga ujung kaki, dari bayi hingga orang dewasa dan orang lanjut usia,” ujar Jimmy.
Oleh karena itu, makalah ini membahas tentang berbagai penyakit yang disebabkan oleh
jamur serta gejalanya. Sebelum mengetahui apa saja penyakitnya maka kita akan lebih
dulu mempelajari jenis-jenis jamur tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jamur?
2. Apa saja jamur yang menyebabkan penyakit?
3. Penyakit apa saja yang disebabkan oleh jamur?
4. Apa saja faktor yang menyebabkannya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan jamur
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penyakit jamur
3. Untuk memahami gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jamur
Jamur adalah spesies tanaman yang memiliki membran nuklir (eukariotik), tidak
memiliki klorofil, tidak dapat menghasilkan makanan sendiri (heterotopia), sebagian
besar hidup sebagai parasit, saprofit, memiliki mutualisme simbiosis dan membentuk
lichen.
Jamur adalah tubuh buah yang muncul di permukaan media dan tumbuh dari
sekelompok jamur (Basidiomycota) yang memiliki bentuk payung dan terdiri dari tegak
(“batang”) dan bagian horizontal atau bulat. Secara teknis, tubuh buah ini disebut
basidium.
Beberapa jamur aman untuk dikonsumsi manusia, yang lain dianggap obat dan
lainnya beracun. Contoh jamur yang dapat dimakan: jamur jerami (Volvariela volvacea),
jamur tiram (Pleurotus), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur kancing atau jamur
(Agaricus campestris) dan jamur shiitake (Lentinus edulis).
B. Penyakit Jamur Pada Manusia
Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu mikosis superficial
dan mikosisi sitemik. Mikosisi superfisial merupakan mikosis yang menyerang kuku,
kulit, dan rambut terutama disebabkan oleh 3 genera jamur, yaitu Trichopyton,
Microsporum, Epidermophyton. Sedangkan mikosis sitemik merupakan mikosis yang
menyerang alat-alat dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, jantung, mukosa mulut,
usus, dan vagina.
1. Jenis Mikosis Superfisial
a. Tineacapitis
Merupakan infeksi jamur yang menyerang stratura corneura kulit kepala dan
rambut kepala, yang disebabkan oleh jamur Mycrosporum dan Trichophyton.
Gejalanya adalah rambut yang terkena tampak kusam, mudah patah dan tinggal
rambut yang pendek-pendek pada daerah yang botak. Pada infeksi yang berat
dapat menyebabkan edematous dan bernanah
b. Tineafavosa
Merupakan infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan kuku.
Penyebabnya adalah Trichophyton schoenleinii. Gejalanya berupa bintik-bintik
putih pada kulit kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna
kuning kotor. Kerak ini sangat lengket dan bila diangkat akan meninggalkan luka
basah atau bernanah
c. Tineabarbae
Merupakan infeksi jamur yang menyerang daerah yang berjanggut dan kulit leher,
rambut, dan folikel rambut. Penyebabnya adalah Trichophyton mentagrohytes,
Trichophyton violaceum, Microsorum cranis.
d. Dermatophytosis (Tinea pedis, Athele foot)
Merupakan infeksi jamur superfisial yang kronis mengenai kulit terutama kulit di
sela-sela jari kaki. Dalam kondisi berat dapat bernanah. Penyebabnya adalah
Trichophyton sp.
e. Tineacruris
Merupakan infeksi mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas sebelah
dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya. Penyebabnya
adalah Epodermophyton floccocum atau Trichophyton sp.
f. Tineaversicolor (panu)
Merupakan mikosis superfisial dengan gejala berupa bercak putih kekuning-
kuningan disertai rasa gatal, biasanya pada kulit dada, bahu punggung, axilla,
leher, dan perut bagian atas. Penyebabnya adalah Malassezia furtur
g. Tineacircinata (Tineacorporis)
Merupakan mikosis siperfisial berbentuk bulat-bulat (cincin) dimana terjadinya
jaringan granulamatous, pengelupasan lesi kulit disertau rasa gatal. Gejalanya
berupa pupula kemerahan yang melebar.
h. Otomycosis (mryngomycosis)
Merupakan mikosis superfisial yang menyerang lubang telinga dan kulit di
sekitarnya yang menimbulkan rasa gatal dan sakit. Bila ada infeksi sekunder akan
menjadi bernanah. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum dan
Trichophyton sp
2. Jenis Mikosis Sistematik
a. Nocardiosis
Merupakan mikosis yang menyerang jaringan subkutan, yakni terjadi
pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya lubang-lubang yang
mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula. Penyebabnya adalah Nocardia
asteroides
b. Candidiasis
Merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku atau organ tubuh seperti jantung
dan paru-paru, selaput lendir, dan juga vagina. Infeksi ini terjadi karena faktor
predisposisi, misalnya diabetes, AIDS, daerah kulit yang lembab dan obesitas.
Penyebabnya adalah Candida albicans
c. Actinomycosis
Merupakan mikosis yang ditandai dengan adanya jaringan granulomatous,
bernanah disertai dengan terjadinya abses dan fistula. Penyebabnya adalah
actinomyces bovis
d. Maduromycosis (Madurafoot)
Merupakan mikosis pada kaki yang ditandai dengan terjadinya massa
granulamatous yang biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang kaki. Gejalanya
dimulai dengan adanya lesi pada tapak kaki bagian belakang, timbul massa
granulomatous dan abses yang kemudian terjadi sinus-sinur yang mengeluarkan
nanah dan granula. Penyebabnya adalah Allescheris boydii, Cephalosporium
falciforme, Madurella mycetomi, dan Madurella grisea.
e. Coccidioidomycosis
Merupakan mikosis yang mengenai paru-paru yang disebabkan oleh coccidioides
immitis. Gejalanya mirip dengan pneumonia yang lain, berupa batuk dengan atau
tanpa sputum yang biasanya disertai dengan pleuritis
f. Sporotrichosis
Merupakan mikosis yang bersifat granuomatous menimbulkan terjadinya benjolan
gumma, ulcus dan abses yang biasanya mengenai juga kulit dan kelenjar lympha
superfisial. Penyebabya adalah sporotrichum schenckii. Gejala awalnya berupa
benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian membesar, merah, meradang,
mengalami nekrosis kemudian terbentuk ulcus. Nodul yang sama terjadi
sepanjang jaringan lympha
g. Blastomycosis
Merupakan mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera, tulang, dan sistem
saraf. Penyebabnya adalah Blastomyces dermatitidis dan Blastomyces
brasieliensis. Blastpmucosis kulit gejalanya berupa papula atau pustula yang
berkembang menjadi ulcus kronis dengan jaringan granulasi pada alasnya. Kulit
yang sering terkena adalah wajah, leher, lengan, dan kaki. Bila menyerang organ
dalam, gejalanya mirip tuberculosis
C. Penyakit Yang Disebabkan Jamur
1. Kaki atlet
Dinamakan penyakit kaki atlet karena kebanyakan jamur ini menyerang bagian kaki
seorang olahragawan yang biasanya lembab karena rutinisa olahraganya. Jika
terinfeksi jamur ini akan timbul rasa gatal, terbakar, kuit mengelupas, bahka bisa lecet
dan luka, serta timbul bau tidak sedap. Jamur ini timbul di area yang lembab seperti
kaki para atlet, kolam renang, sungai, kaos kaki. Dan ketika jamur ini bertemu dengan
sel mati dari kulit, kulit kepala, kuku, dan lain-lain maka jamur tersebut akan
berkembang biak dengan subur. Gejala pada penyakit ini : rasa gatal, kulit
mengelupas, kulit retak, rasa terbakar, dan pelunakan.
Cara pengobatan : pengobatan bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara
mengoleskan salep anti jamur pada area yang terinfeksi dan mengkonsumsi obat-
obatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Kurap
Kurap dalam bahasa ilmiah disebut tinea comporis adalah sejenis penyakit jamur yang
lainya. Biasanya infeksi tertular dari sentuhan langsung maupun tidak langsung
dengan orang yang sudah terinfeksi, hewan, pakaian, atau furniture yang terdapat
pada jamur ini. Gejala pada penyakit ini : terlihat area yang terinfeksi berbentuk
melingkar seperti cincin yang berwarna merah.
Cara pengobatan : mengoleskan salep anti jamur di area yang terinfeksi, atau bisa juga
dengan obat oles lainnya. Jika kasus lebih berat maka diperlukan pengobatan dari
dalam dengan cara mengonsumsi obat yang menaikkan daya tahan tubuh

3. Penyakit Jamur Tinea Capitis


Jamur ini menargetkan lokasi yang diserang hanya pada bagian kulit kepala dan
rambut saja. Penyakit ini biasa menyerang pada hewan, tetapi bisa pula menyerang
pada manusia. Gejala pada penyakit ini : menyebabkan rambut rontok pada beberapa
daerah, sering disertai ruam bersisik, bentuk yang terparah ketika ruam berbentuk
kasar dan rasa sakit yang amat sangat, jika tidak ditangani secepatnya maka akan
menyebabkan botak permanen.
Cara pengobatan : berbeda dengan penyakit jamur lainnya, pengobatan tinea capitis
harus dengan cara pengobatan teratur sealami sampai 3 bulan, dengan mengkonsumsi
obat khusus

4. Panu
Panu atau dikenal dengan nama lain tinea versicolor adalah infeksi jamur yang
merusak jaringan terluar kulit, biasanya terkena pada remaja dan anak-anak. Gejala
pada penyakit ini : tanda yang jelas pada penyakit ini adalah bintik-bintik putih pada
derah yang terinfeksi dalam jumlah yang banyak dan terpisah-pisah.
Cara pengobatan : karena yang terinfeksi hanya pada bagian teratas kulit maka
pengobatan dengan cara mengoleskan obat anti jamur maka akan teratasi dengan
cepat. Tetapi dari semua itu penyebab utama bukanlah jamur, melainkan lemahnya
imun tubuh. Cara menaikkan imun tubuh yang terbaik adalah dengan cara berpuasa
sunnah, sholat tahajud, dan bekam
5. Meningitis Jamu
Infeksi jamur ini disebabkan oleh kriptokokus yang mengarah ke peradangan pada
selaput tipis yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang. Sebuah kondisi yang
mengancam jiwa umum yang mempengaruhi banyak pasien HIV, infeksi biasanya
diperoleh melalui inhalasi sel jamur di udara. Organisme ini biasanya berkembang
dalam tubuh orang dengan sistem kekebalan tubuh melemah.
Gejala penyakitnya : mengantuk, sakit kepala, dan kebingungan. Diagnosa di buat
dari cairan tulang belakang dan pemeriksaan darah. Pengobatan anti jamur biasanya
yang diberikan secara intravena (melalui darah) yang dapat berlangsung selama
berminggu-minggu, pasien AIDS yang diberikan ART kurang mungkin untuk
mengembangkan infeksi opurtunistik ini. Namun jika terjadi pada pasien ini
pengobatan, pemeliharaan tahan lama dengan obat-obat yang diberikan untuk
mencegah kekambuhan
6. Infeksi Aspergillus
Jamur aspergillus menyebar diudara dan menyebabkan indeksi serius pada paru-paru
dan darah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah seperti penderita kenker
HIV atau penerima donor sum-sum tulang. Mereka ditemukan dalam sistem penyejuk
udara, ditempat tidur, tanaman, ruang bawah tanah, debu, dan hampir dimana-mana.
Jamur ini bertindak sebagai alergen potensial yang dapat memicu asma. Gejalanya
batuk dan demam. Infeksi ini dapat diobati dengan obat anti jamur seperti
vorikonzalol

7. Jockltch (Gatal Selangkangan)


Infeksi kulit ini biasanya dikenal sebagai tinea cruris disebabkan oleh jamur tinea.
Jamur ini hidup didaerah yang hangat dan lembab seperti alat kelamin, bokong, dan
paha bagian dalam. Infeksi sering terjadi dimusim panas, serta di iklim hangat dan
basah. Hal ini menyebabkan merah, ruam, gatal dengan bentuk cincin, kontak
langsung dengan orang yang terinfeksi dapat menyebabkan penyebaran infeksi.
Gejala termasuk gatal, terbakar, kemerahan, mengelupasm atau kulit pecah-pecah.
Perawatan termasuk penggunaan krim untuk infeksi yang bebas dijual dan resep anti
jamur ringan untuk infeksi berat. Jauhkan daerah yang terkena damak telah bersih dan
kering. Hal ini juga penting untuk mengganti apkaian anda sehari-hari.
8. Keputihan
Keputihan patologis, merupakan keputihan yang tidak normal yang terjadi karena
infeksi pada vagina, adanya benda asing pada vagina atau karena keganasan. Infeksi
bisa sebagai akibat dari virus, bakteri, jamur, dan parasit bersel satu trichomonas
vaginalis. Dapat pula disebabkan pleh iritasi karena berbagai sebab seperti iritasi
akibat bahan pembersih vagina, iritasi saat berhubungan seksual, penggunaan tampon,
dan alat kontrasepsi. Infeksi virus, bakteri, dan parasit bersel satu umumnya
didapatkan saat melakukan aktivitas seksual. Keputihan ini berupa cairan berwarna
kekuningan hingga kehijauan, jumlahnya banyak bahkan bisa sampai keluar fari
celana dalam, kental, lengket, berbau tidak sedap atau busuk, terasa sangat gatal atau
panas, dan menimbulkan luka di daerah mulut vagina. Keputihan jenis ini harus
diwaspadai mengingat dapat menjadi salah satu indikasi gejala adanya kanker leher
rahim. Oleh karena itu, keputihan patologis harus dicari penyebabnya dan diobati
secara adekuat sejak dini.
9. Penyakit histoplasmosis
Penyebab dari histoplasmosis adalah terpaparnya seseorang oleh jamur yang diberi
nama histoplasma capsulatum. Jamur ini terutama sering berada pada kandang ayam
dan merpati, lumbung tua, taman dan gua yang merupakan tanah basah yang kaya
organik, terutama kotoran dari burung dan kelelawar. Suhu tubuh burung yang terlalu
tinggi, menyebabkan burung tidak dapat terinfeksi dengan histoplasmosis, namun
burung dapat membawa H. Capsulatum di bulu mereka. Selain itu, kotoran burung
dapat mendukung pertumbuhan jamur. Kelelawar memiliki suhu tubh lebih rendah
dan dapat terinfeksi, namun seseorang tidak dapat terjangkit penyakit ini dari
kelelawar atau dari orang lain
10. Vaginitas
Penyakit vagina yang disebabkan oleh jamur dari bakteri. Jenis bakteri penyebab
penyakit ini adalah bakteri clhamydia dan gonorrhea. Walaupun jenis bakteri ini
kurang berbahaya, namun bakteri ini dapat menetap menimbulkan penyakit
11. Jamur candida atau monilia
Keputihan akibat jamur ini akan berwarna putih susu, kental, berbau, agak keras,
disertai rasa gatal yang dominan pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi
kemerahan dan meradang. Keputihan ini biasanya dipicu oleh kehamilan, penyakit
kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh. Bayi yang baru
lahir juga bisa tertular keputihan akibat jamur candida ini karena tanpa sengaja
tertelan cairan ibunya yang adalah penderita saat persalinan
D. Faktor Yang Menyebabkan Terinfeksi Jamur
1. Lembab dan panas dari lingkungan
2. Dari pakaian ketat dan pakaian tak menyerap keringat
3. Keringat berlebuh karena berolahraga atau karena kegemukan
4. Friksi atau trauma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk
5. Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena oemakaian antibiotik,
atau hormonal dalam jangka panjang
E. Cara Memastikan Penyakit Jamur
1. Pemeriksaan tampilan secara klinis
2. Pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV), kerokan kulit, mukosa, kuku
untuk pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis
jamurnya
3. Nampak untaian jamur (pemeriksaan mikroskop) terdiri dari spora dan hifa yang
saling bergabung satu sama lain
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Jamur
tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di udara, tanah, air, pakaian,
bahkan di tubuh manusia sendiri. Ada ribuan spesies yang berbeda dengan karakteristik
yang berbeda yang berada di kelas ini. Mereka terdiri dari dinding sel yang kaku dan juga
memiliki membran inti terikat. Organisme ini gagal untuk fotosintesis karena mereka
tidak memiliki klorofil. Karena karakteristik unik dari jamur, mereka telah dikategorikan
ke dalam kelompok yang terpisah, berbeda dari tumbuhan dan hewan.
B. Saran
Untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh jamur dalam kehidupan sehari-hari,
sebaiknya bila udara terasa panas, maka kita harus rajin menyeka keringat yang
menempek di badan. Baju yang dikenakan juga sebaiknya yang menyerap keringat. Bila
terpaksa harus mengenakan abju yang tidak menyerap keringat, kita harus sesering
mungkin mengganti baju tersebut.
MAKALAH

MALARIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : Sri ayu nengsi

NIM : PO713201191043

KELAS : 2A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompoj risiko tinggi
yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia
dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian
besar wilayah Indonesia. Angka kesakitan penyakit ini pun masih cukup tinggi, terutama
di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah transmigrasi dimana terdapat campuran
penduduk yang berasal dari daerah endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis
malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria. Oleh karena luar
biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinffi di daerah tersebut.
Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka
kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua,
akan tapi sekitar 107 juta jiwa orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang
tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat pendudukmya (Adiputro,
2008)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi malaria?
2. Apa etiologi/penyebab malaria?
3. Bagaimana patofisiologi malaria?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian malaria
2. Mengetahui penyebab malaria
3. Mengetahui bagaimana patofisiologi malaria
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah salah satu jenis penyakit serius dan berbahaya yang
disebabkan oleh infeksi parasit jenis Plasmodium.
Umumnya, parasit tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk, terutama oleh nyamuk
Anopheles. Salah satu jenis parasit Plasmodium yang paling umum menyebabkan
penyakit ini adalah P. falciparum.
Berikut adalah 5 jenis parasit Plasmodium yang memicu penyakit ini:
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium ovale
4. Plasmodium malariae
5. Plasmodium knowlesi
Apabila nyamuk Anopheles terinfeksi oleh Plasmodium dan menggigit Anda, parasit
tersebut dapat ditularkan dan dilepaskan ke dalam aliran darah Anda. Parasit akan
berkembang di dalam hati, dan dalam beberapa hari akan mulai menyerang sel darah
merah Anda.
Ketika Anda mulai terinfeksi, tanda-tanda dan gejala penyakit ini akan mulai tampak
setelah 10 hari hingga 4 minggu. Namun, terkadang gejala juga dapat muncul 7 hari
setelah Anda terinfeksi. Gejala-gejala yang paling umum adalah demam, sakit kepala, dan
muntah.
Apabila tidak segera ditangani, komplikasi yang mungkin muncul dengan penyakit ini
adalah anemia dan gula darah rendah (hipoglikemia). Pada kasus yang lebih serius,
penderita dapat mengalami penyakit malaria serebral, di mana pembuluh darah menuju
otak tersumbat dan berisiko mengakibatkan kematian.
B. Etiologi
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah manusia.
Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang disebut
plasmodium. Kerja plasmodium adalah termasuk merusak sel-sel darah merah. Dengan
perantara nyamuk anopheles, plasmodium masuk ke dalam darah manusia dan
berkembang biak dengan membelah diri.
Ada empat macam plasmodium yang menyebabkan malaria :
1. Falciparum, penyebab penyakit malaria tropika. Jenis malaria ini bisa menimbulkan
kematian
2. Vivax, penyebab malaria tersiana. Penyakit ini sukar disembuhkan dan sulit kambuh
3. Malaria, penyebab malaria quartana. Di Indonesia penyakit ini tidak banyak
ditemukan
4. Ovale, penyebab penyakit malaria ovale. Tidak terdapat di Indonesia
Penyebab lain terjadinya penyakit malaria yaitu :

1. Parasit
Untuk kelangsungan hidupnya, parasit malaria memerlukan dua macam siklus
kehidupan yaitu :
a. Siklus dalam tubuh manusia
Siklus dalam tubuh manusia juga disebut siklus seksual, dan siklus ini terdiri dari :
1) Fase di luar sel darah merah
Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hari. Pada
plasmodium vivax dan plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk
laten di dalam sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase
dari siklus hidup parasit yang nantinya dapat menyebabkan kumat/kambuh
atau rekurensi (long term relapse)
Plasmodium vivaz dapat kambuh berkali-kali bahkan sampai jangka
waktu 3-4 tahun. Sedangkan untuk plasmodium ovale dapat kambuh sampai
bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak dilakukan dengan baik. Setelah
sel hati pecah akan keluar merozoit yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer)
2) Fase dalam sel darah merah
 Fase sisogoni yang menimbulkan demam
 Fasee gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber
penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada
plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse), karena
siklus didalam sel darah merah masih berlangsung sebagai akibat
pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian besar masuk ke eritrosit
dan sebagian besar masuk ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk
diisap oleh nyamuk vektor malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk vektor
malaria, mengalami siklus sporogoni karena menghasilkan sporozoit
yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan kepada manusia
b. Fase seksual dalam tubuh nyamuk
Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena menghasilkan sporozoit,
yaitu bentuk parasit yang sudah siap untuk ditularkan oleh nyamuk manusia.
Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa inkubasi ekstrinsik, yang
sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara. Prinsip pengendalian
malaria, antara lain didasarkan pada fase ini yaitu dengan mengusahakan umur
nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik, sehingga fase sporogini
tidak dapat berlangsung. Dengan demikian rantai penularan akan terputus.
2. Nyamuk anopheles
Penyakit malaria pada manusia ditularkan oleh nyamuk anoplheles vektor betina. Di
seluruh dunia terdapat sekitar 2000 spesies nyamuk anopheles, 60 spesies diantaranya
diketahui sebagai vektor malaria. Di Indonesia terdapat sekitar 80 jenis nyamuk
anopheles, 22 spesies diantaranya telah terkonfirmasi sebagai vektor malaria. Sifat
masing-masing spesies berbeda-beda tergantung berbaagi faktor seperti penyebaran
geografis, iklim dan tempat perkembangbiakannya. Semua nyamuk vektor malaria
hidup sesuai dengan kondisi ekologi setempat, contohnya nyamuk vektor malaria
hidup di air payau (anopheles sundaicus dan anopheles subpictus), di sawah
(anopheles aconitus) atau di mata air (anopheles balabacensis dan anopheles
maculatus). Nyamuk anopheles hidup didaerah iklim tropis dan subtropis, tetapi juga
bisa hidup didaerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah
dengan ketinggian lebih dari 2500 meter dari permukaan laut. Tempat
perkembangbiakannyaa bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi
tiga ekosistem yaitu pantai, hutan dan pegunungan. Biasanya nyamuk anopheles
betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja hingga subuh.
Jarak terbang (flight range) antara 0,5-3 km dari tempat perkembangbiakannya. Jika
ada angin yang bertiup kencang, dapat terbawa sejauh 20-30 km. Nyamuk anopheles
juga daoat terbawa pesawat terbang, kapal laut atau angkutan lainnya dan
menyebarkan malaria ke daerah yang semula tidak terdapat kasus malaria. Umur
nyamuk anopheles dewasa di alam bebas belum banyak diketahui, tetapi di
labolatorium dapat mencapai 3-5 minggu. Nyamuk anopheles mengalami
metamorfosis sempurna. Telur yang diletakkan nyamuk betina diatas permukaan air
akan menetas menjadi larva, melakukan pergantian kulit (sebanyak 4 kali) kemudian
tumbuh menjadi pupa dan menjadi nyamuk dewasa. Waktu yang dibutuhkan untuk
perkembangan (sejak telur menjadi dewasa) bervariasi antara 2-5 minggu tergantung
spesies, makanan yang tersedia, suhu dan kelembaban udara.
3. Manusia yang rentan terhadap infeksi malaria
Secara alami penduduk di suatu daerah endemis malaria ada yang mudah dan ada
yang tidak mudah terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan
masalah. Sejak dulu, telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi di
daerah-daerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal
ini terjadi karena pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekbalan
sehingga rentan terinfeksi.
4. Lingkungan
Keadaan lingkungan berpengaruh terhadap penyakit malaria di suatu daerah. Adanya
danau, air payau, genangan air di hutan, persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan
dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya
penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perkembangbiakan
nyamuk vektor malaria
5. Iklim
Suhu dan curah hujan di suatu daerah berperan penting dalam penularan penyakit
malaria. Biasanya penularan malaria lebih tinggi pada musim kemarau dengan sedikit
hujan dibandingkan pada musim hujan. Pada saat musim kemarau dengan sedikit
hujan, genangan air yang terbentuk merupakan tempat yang ideal sebagai tempat
perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Dengan bertambahnya tempat
perkembangbiakan nyamuk, populasi nyamuk vektor malaria juga bertambah
sehingga kemungkinan terjadinya transmisi meningkat
C. Patofisiologi
Ada 4 patologi yang terjadi pada malaria, yaitu demam, anemia, imunopatologi dan
anoksia jaringan, yang disebabkan oleh perlengketan eritrosit yang terinfeksi pada endotel
kapiler,
Demam paroksimal berbeda untuk keempat spesies tergantung dari lama
manutaskizonnya. Serangan demam disebabkan pecahnya eritrosit sewaktu fase skizogom
eritrositik dan masuknya merozoit kedalam sirkulasi darah. Demam mengakibatkan
terjadinya vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Setelah merozoit masuk dan
menginfeksi eritrosit yang baru, demam turun dengan cepat sehingga penderita merasa
kepanasan dan berkeringat banyak. Anemia disebabkan oleh destruksi eritrosit yang
berlebihan, hemolisis autoimun dan gangguan eritropoesis. Diduga terdapat toksin
malaria yang disebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pecah saat
melalui limpa dan keluarlah parasit. Splenomegali disebabkan oleh adanya peningkatan
jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit sehingga terjadi aktivitas sistem RES untuk
memfagositosis eritrosit baik yang terinfeksi maupun yang tidak. Kelainan patologik
pembuluh darah kapiler disebabkan karena eritrosit yang terinfeksi menjadi kaku dan
lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga mekat pada endotel kapiler,
timbul hipoksia atau anoriksia jaringan. Juga terjadi gangguan integritas kapiler sehingga
terjadi pembesaran plasma. Manosit aau makrofag merupakan partisipan selalu terpenting
dalam fagositosis eritrosit yang terinfeksi (Soegijanti, 2004 : 5)
D. Penularan dan Penyebaran
Penularan penyakit malaria dari orang yang sakit kepada orang sehat, sebagian besar
melalui gigitan nyamuk. Bibit penyakit malaria dalam darah manusia dapat terhisap oleh
nyamuk, berkembang biak didalam tubuh nyamuk, dan ditularkan kembali kepada orang
sehat yang digigit nyamuk tersebut.
Jenis-jenis vektor (perantara) malaria, yaitu :
1. Anopheles sundaicus, nyamuk perantara malaria di daerah pantai
2. Anopheles aconitus, nyamuk perantara malaria daerah persawahan
3. Anopheles maculatus, nyamuk perantara malaria daerah perkebunan, kehutanan dan
pegunungan

Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Penurlaran secara alamiah (natural infection)


Malaria ditularkan oleh nyamuk anopheles. Nyamuk ini jumlahnya kurang lebih ada
80 jenis dan dari 80 jenis itu, hanya kurang lebih 16 jenis yang menjadi vvektor
penyebar malaria di Indonesia. Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan
nyamuk anopheles betina yang telah terinfeksi oleh plasmodium. Sebagian besar
spesies menggigit pada tengah malam dan menjelang pajar. Setelah nyamuk
anopheles betina menghisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual
anopheles betina menghisap darah yang mengandung parasit pada stadium seksual
(gametosit), gamet jantan dan betina bersatu membentuk ookinet di perut nyamuk
yang kemudian menembus di dinding perut nyamuk dan membentuk kista pada
lapisan luar dimana ribuan sporozoit dibentuk. Sporozoit-sporozoit tersebut siap untuk
ditularkan. Pada saat menggigit manusia, parasit malaria yang ada dalam tubuh
nyamuk masuk ke dalam darah manusia sehingga manusia tersebut terinfeksi lalu
menjadi sakit.
2. Penularan tidak alamiah (non natural infection)
a. Malaria bawaan
Terjadi pada bayi yang baru lahir karena ibunya menderita malaria. Penularannya
terjadi melalui tali pusat atau plasenta (transplasental)
b. Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah melalui jarum suntik
E. Gejala Klinis dan Masa Inkubasi Malaria
Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria.
Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis strain plasmodium imunitas tubuh dan jumlah
parasit yang menginfeksi. Waktu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis
dikenal sebagai waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai
ditemukan parasit dalam darah disebut periode prepaten
1. Gejala klinis
Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium (trias malaria), yaitu :
a. Periode dingin
Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri
dengan selimut dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi
saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur
b. Periode panas
Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan oanas badan
tertap tinggi dapat mencapai 400 C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala,
terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat
sampai dua jam atau lebih diikuti dengan keadaan berkeringat.
Demam disebabkan oleh pecahnya eritrosit matang yang berisi skizon yang
mengandung merozoit memasuki sirkulasi darah. Pada plasmodium
falcifarumnterval demam tidak jelas (setiap 24-48 jam). Plasmodium vivax dan
plasmodium ovale interval demam terjadi setiap 48 jam dan plasmodium malaria
setiap 72 jam. Stadium ini berlangsung 2-4 jam
c. Periode berkeringat
Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, lelah,
dan sering tidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melaksanakan pekerjaan seperti biasa.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit malaria adalah salah satu jenis penyakit serius dan berbahaya yang
disebabkan oleh infeksi parasit jenis Plasmodium.
Umumnya, parasit tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk, terutama oleh nyamuk
Anopheles. Salah satu jenis parasit Plasmodium yang paling umum menyebabkan
penyakit ini adalah P. falciparum.
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat melakukan penyuluhan secara intensif guna
memberi pemahaman kepada masyarakat tentang cara mencegah dan menanggulangi
malaria yaitu dengan memasang kasa nyamuk pada ventilasi rumah, menggunakan
kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur.

Anda mungkin juga menyukai