Anda di halaman 1dari 28

38

Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Perda Provinsi Lampung No 10 Tahun 2007 tentang

pembentukan, organisasi dan tata kerja lembaga teknis Provinsi Lampung dan

Per-Gub Lampung No. 16 Tahun 2008 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja

LTD Provinsi Lampung mempunyai tugas yaitu :

 Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang

pelayanan rumah sakit, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang

diberikan pemerintah kepada Gubernur dan tugas lain sesuai dengan

kebijakan yang ditetapkan oleh Guberbur berdasarkan peraturan per-UU

yang berlaku.

 Rumah Sakit Umum dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksudkan

diatas menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a) Perumusan kebijakan teknis dibidang pelayanan rumah sakit.

b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang

pelayanan rumah sakit

c) Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pelayanan rumah sakit

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernurdi bidang pelayanan

rumah sakit

e) Pengelolaan administratif
39

Gambaran Umum Instalasi Gizi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi

Lampung

Sejarah Instalasi Gizi

Sebelum tahun 1963, kegiatan Instalasi gizi RSUDAM hanya

menyelenggarakan pemberian makanan bagi pasien rawat inap, pada waktu itu

instalasi gizi masih disebut ‘bagian dapur’. Setelah tenaga ahli ditempatkan di

RSUDAM pada tahun 1963, kegiatan instalasi gizi selain menyelenggarakan

makanan juga memberikan konsultasi gizi bagi pasien yang dirawat.

Dengan semakin berkembangnya rumah sakitdiikuti bertanbahnya ahli gizi

dan tenaga pengatur gizimaka pada tahun 1977 nama ‘bagian dapur’ diganti

menjadi ‘bagian gizi’. Pada saat ini berkembang pula poliklinik konsultasi gizi.

Setelah keluarnya SK Menteri Kesehatan RI nomor 134 tahun 1978, tentang

susunan dan pengorganisasian rumah sakit dimana pelayanan gizi di rumah sakit

ditetapkan sebagai pelayanan penunjang medis di dalam struktur organisasi rumah

sakit dengan wadah kegiatan disebut “Instalasi Gizi”, maka dimulainya

perencanaan menyusun kegiatan instalasi gizi RSUDAM mengikuti kegiatan yang

ditetapkan berdasarkan surat keputusan tersebut.

Struktur Organisasi Instalasi Gizi

Struktur Organisasi Instalasi Gizi dibuat berdasarkan SK Menteri

Kesehatan RI Nomor 134 tahun 1978 dimana struktur organisasi instalasi gizi

bersifat fungsional terdiri dari kepala instalasi gizi yang membawahi 5 sub

instalasi yaitu:
40

a) Sekretariat Instalasi Gizi

b) Sub. Instalasi Asuhan Gizi Rawat Inap

c) Sub. Instalasi Produksi makanan

d) Sub. Instalasi Konsultasi dan penyuluhan gizi (Asuhan Gizi Rawat Jalan)

Sub. Instalasi penelitian dan pengenbangan gizi terapan

Kelima sub instalasi tersebut mempunyai masing-masing memiliki fungsi dan

tanggung jawab untuk membantu kepala instalasi gizi dalam menjalankan

tugasnya. Struktur Organisasi Instalasi gizi dapat dilihat pada lampiran.

Fungsi dan tugas Instalasi Gizi RSUDAM

Fungsi Instalasi Gizi RSUDAM adalah menyelenggarakan pelayanan gizi

kepada pasien, masyarakat dan pegawai berdasarkan kebijakan yang ditetapkan

oleh direktur rumah sakit.

Adapun tugas Instalasi Gizi RSUDAM adalah sebagai berikut :

a. Merencanakan kebutuhan, penyimpanan dan mengawasi bahan makanan

rumah sakit.

b. Mempersiapkan, mengolah dan menyerahkan makanan biasa dan diit

serta snack kepada pasien dan pegawai serta pemanfaatannya.

c. Mengawasi penyaluran makanan biasa/diit dan snack kepada pasien dan

pegawai serta pemanfaatannya.

d. Melaksanakan pendidikan gizi dan pendidikan pelayanan gizi rumah

sakit untuk siswa dan mahasiswa.

e. Melaksanakan penyuluhan dan konsultasi gizi untuk pasien, masyarakat

dan pegawai.
41

f. Merencanakan kebutuhan, penyimpanan dan menyalurkan peralatan, tempat

dan sarana pengangkutan makanana pasien serta peralatan kebutuhan pengolahan

makanan rumah sakit.

4. Tanggung Jawab dan Ketenagaan Instalasi Gizi

a) Tanggung jawab Instalasi Gizi RSUDAM

Instalasi Gizi RSUDAM bertanggung jawab terhadap hal-hal sebagai

berikut :

a. Tanggung jawab instalasi gizi dalam menyelenggarakan makanan

terbatas pada makanan yang ada di instalasi gizi dan diserahkan kepada

pengambil makanan di loket instalasi gizi, keluar dari instalasi gizi makanan

tersebut menjadi tanggung jawab atau bagian dari ruangan yang mengambil.

b. Instalasi gizi tetap berkewajiban melakukan pengawasan atas penyampaian

makanan sampai tujuan.

c. Instalasi gizi bertanggung jawab atas peralatan, tempat dan sarana

pengangkutan makanan yang telah diserahkan ke ruangan.


42

b) Ketenagaan

Ketenagaan yang ada di Instalasi Gizi saat ini saat ini berjumlah 51 orang, yaitu :

Table 4.1
Ketenagaan di Instalasi Gizi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Propinsi Lampung

Jenjang Jumlah (Orang)


Pendidikan
S2 2

S1 1

D III Gizi 7

D III Keputrian 1

D III Komputer 1

D I Gizi 4

SKKA 13

SMA 4

SMEA 3

KPPA 1

SM P 3

SD 9

Sumber : Sekretariat Instalasi Gizi


43

Pelayanan Gizi Rumah Instalasi Gizi RSUDAM

Pelayanan gizi rumah sakit di Instalasi gizi merujuk pada SK Menteri

Kesehatan No.134/Menkes/SK/IV/1978 yang telah diperbarui dengan SK Menteri

Kesehatan No. 983/Menkes/SK/XI/1992 dinyatakan pelayanan gizi sebagai

penunjang medis di dalam struktur organisasi di rumah sakit dan dikelola oleh

instalasi gizi yang dalam pelaksanaan kegiatannya terintegrasi dengan pelayanan

kesehatan yang ada di rumah sakit. Pelayanan Gizi Rumah Sakit di Instalasi Gizi

meliputi 4 kegiatan utama, yaitu:

a) Produksi makanan, merupakan kegiatan penyelenggaraan makanan bagi

pasien rawat inap dan karyawan. Kegiatan ini terdiri dari 10 langkah kegiatan,

yaitu:

1) Perencanaan Anggaran Belanja

2) Perencanaan Menu dan Siklus Menu

3) Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan

4) Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan

5) Penerimaan Bahan Makanan

6) Penyimpanan Bahan Makanan

7) Persiapan Bahan Makanan

8) Pemasakkan atau Pengolahan Bahan Makanan

9) Pendistribusian Makanan

10) Pencatatan dan Pelaporan


44

b) Pelayanan gizi pasien rawat inap

Merupakan serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang

berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi di ruang rawat

inap, dengan serangkaian kegiatan:

1) pengkajian status gizi

2) penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya

3) penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan penyakitnya

4) konsultasi gizi

5) evaluasi dan tindak lanjut pelayanan gizi.

Dimana pelayanan gizi rawat inap ini terdiri dari 4 tahapan :

1) Asessment atau pengkajian gizi, tujuannya untuk mengetahui apakah pasien

membutuhkan asuhan gizi secara khusus.

2) Perencanaan pelayanan gizi

Dengan menetapkan tujuan dan strategi. Berdasarkan masalah gizi yang

diidentifikasi melalui tahap assessment maka ditetapkan rencana pelayanan gizi

yang meliputi penetapan diet (preskripsi diet), tujuan diet, dan strategi mencapai

tujuan.

3) Implementasi pelayanan gizi sesuai rencana,

Implementasi pelayanan gizi hedaknya sesuai dengan rencana yang

disusun dalam hal penyediaan diet yang tepat secara oral, enteral, atau parenteral,
45

pengukuran biokimia darah, dan urine yang diperlukan , pengukuran

antropometri, serta penyuluhan dan konsultasi gizi yang sesuai.

4) Monitoring dan evaluasi pelayanan gizi.

Implementasi pelayanan gizi dimonitoran dievaluasi yaitu nilai biokimia

darah, dan urin, ntropometri, asupan makanan ,dan pengetahuan tentang diet yang

harus dijalani.

c) Pelayanan gizi pasien rawat jalan

Adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang

berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet

hingga evaluasi rencana kepada klien/pasien rawat jalan. Pelayanan gizi rawat

jalan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi:

1) Assesmen atau pengkajian status gizi

Setelah pasien mengunjungi klinik rawat jalan, perlu dilakukan assesmen

awal atau skrining kepada pasien untuk mengetahui apakah ia membutuhkan

asuhan gizi secara khusus.

2) Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya.

Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada pasien/klien atas dasar status

gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium.

3) Penentuan macam atau jenis diet penyakitnya.

4) Konseling gizi
46

Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat rencana

konseling yang mencakup: penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi, metode,

penilaian, dan tindak lanjut.

5) Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut terapi gizi

d) Penelitian dan pengembangan, meliputi kegiatan penelitian dan pengembangan

gizi terapan.

e) Gambaran Umum Ruang Kelas Utama Sudhanirmala RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Propinsi Lampung

Ruang Paviliun Sudhanirmala merupakan salah satu instalasi rawat inap

yang ada di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung yang termasuk

dalam kelas utama (VIP) dengan kapasitas 48 TT, sebagai kelas perawatan untuk

penyakit umum. Ruang Paviliun Sudhanirmala terbagi menjadi 3 ruang yaitu

Sudhanirmala A, B dan C, dengan pembagian kapasitas TT masing-masing 8 TT,

16 TT, dan 24 TT. Ahli gizi yang bertugas di Ruang Paviliun Sudhanirmala

sebanyak 2 orang, 1 ahli gizi bertanggung jawab di VIP A dan B, 1 ahli gizi

bertanggung jawab di VIP C. Ahli gizi yang bertugas bertanggung jawab atas

pelaksanaan asuhan gizi bagi pasien yang dirawat. Ruang Paviliun Sudhanirmala

termasuk dalam struktur IRNA IV. Struktur organisasi ruang paviliun

Sudhanirmala dapat dilihat pada lampiran 7 dan 8.


47

f. Hasil Penelitian

1) Karakteristik Pasien

Hasil dalam penelitian karakteristik pasien dapat dilihat pada tabel 4.1

sampai dengan 4.8 berikut

a) Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Ruang
Kelas Utama Sudhanirmala RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung
Tahun 2010
(n=56)

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1 Laki-laki 22 39,3

2 Perempuan 34 60,7

Jumlah 56 100
Sumber : Diolah dari kuisioner Identitas Responden, 2010

Pasien yang menjalani rawat inap yang diteliti berdasarkan tabel pada

tabel 4.1 terlihat bahwa jenis kelamin terbanyak responden adalah perempuan

yaitu sebanyak 34 responden atau 60,7%.


48

b) Umur

Tabel 4.3
Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur Responden di Ruang Kelas
Utama Sudhanirmala RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung
Tahun 2010
(n=56)

No Pembagian umur (thn) Jumlah Persentase (%)

1 17-21 tahun 4 7,14


2 21-40 18 32,14
3 40-60 24 42,86
4 >60 10 17,86
Jumlah 56 100
Sumber : Diolah dari kuisioner Identitas Responden, 2010

Dari hasil penelitian pada tabel 4.2 terlihat bahwa umur responden

terbanyak yaitu responden berumur 21-40 tahun sebanyak 24 responden atau

32,14%.

c) Pendidikan

Tabel 4.4
Distribusi Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur Responden di Ruang Kelas
Utama Sudhanirmala RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung
Tahun 2010
(n=56)

No Jenjang pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tamat SD 3 5,35
2 Tamat SMP 0 0
3 Tamat SMA 36 64,3
4 Tamat PT 17 30,35

Jumlah 56 100
49

Sumber : Diolah dari kuisioner Identitas Responden , 2010

Dari hasil penelitian pada tabel 4.3 menunjukan responden berdasarkan

jenjang pendidikan. Pendidikan responden terbanyak yaitu dengan pendidikan

tamat SMA sebanyak 36 responden atau 64,3%.

Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1 PNS 19 33,93

2 TNI/POLRI 0 0

3 Wiraswasta 5 8,93

4 Pensiunan 10 17,85

5 Mahasiswa 5 8,93

6 Lainnya ( IRT) 17 30,36

Jumlah 56 100

Sumber : Diolah dari kuisioner Identitas Responden, 2010

Dari hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukan responden berdasarkan

jenjang pekerjaan. Pekerjaan responden terbanyak yaitu dengan pekerjaan sebagai

PNS sebanyak 19 responden atau 33,93%.


50

Makanan Diet

Tabel 4.5

DISTRIBUSI KARAKTERISTIK PASIEN BERDASARKAN MAKANAN

DIET RESPONDEN

(n=56)

No Makanan diit Jumlah Persentase (%)

1 Makanan biasa 13 23,22

2 Makanan lunak 11 19,64

3 Makanan saring 0 0

4 Makanan cair 0 0

5 Diet khusus 32 57,14

Jumlah 56 100

Sumber : Diolah dari kuisioner Identitas Responden, 2010

Dari hasil penelitian pada tabel 4.5 di atas menunjukan jenis dan macam

diet responden. Makanan diet terbanyak yaitu responden dengan makanan diet

khusus sebanyak 30 responden atau 53,58 %.


51

Diagnosa penyakit

Tabel 4.6

DISTRIBUSI KARAKTERISTIK PASIEN BERDASARKAN DIAGNOSA

PENYAKIT RESPONDEN

(n=56)

No Diagnosa Penyakit Jumlah Persentase (%)

1 DM 12 21,43

2 Post Op 7 12,5

3 Hipertensi 5 8,9

4 CRF 5 8,9

5 Fibris 4 7,14

6 Typhoid 4 7,14

7 DC 4 7,14

8 Ca 3 5,36

9 GE 3 5,36

10 Hepatitits 2 3,57

11 Asma 2 3,57

12 SN 1 1,78

13 DBD 1 1,78
52

14 Pre Op 1 1,78

15 Alergi 1 1,78

16 Dyspepsia 1 1,78

Sumber : Diolah dari kuisioner Identitas Responden, 2010


Tabel 4.6 menunjukan responden berdasarkan diagnosa penyakit.

Diagnosa penyakit terbanyak yaitu DM Tipe II yaitu sebanyak 12 responden atau

21,43%.

Jumlah Konsultasi Gizi Diberikan

Tabel 4.7

DISTRIBUSI KARAKTERISTIK PASIEN BERDASARKAN JUMLAH

KONSULTASI GIZI YANG DIBERIKAN

(n=56)

No Jumlah Konsultasi Jumlah Persentase (%)

yang diberikan

1 1 kali 40 71,43

2 2 kali 15 26,78

3 >2 kali 1 1,79

Jumlah 56 100

Sumber : Diolah dari kuisioner Identitas Responden, 2010


53

Pasien yang mendapat konsultasi gizi yang diteliti berdasarkan hasil

penelitian pada tabel 4.7, jumlah pemberian konsultasi terbanyak kepada pasien

yaitu 1 kali sebanyak 40 responden atau 71,43%.

Lama Dirawat

Tabel 4.8

DISTRIBUSI LAMA DIRAWAT RESPONDEN

(n=56)

Lama dirawat Jumlah Persentase (%)

≤2 hari 10 17,86

> 2 hari 46 82,14

Diolah dari kuisioner Identitas Responden, 2010


Lama hari dirawat responden, berdasarkan tabel 4.8 distribusi terbanyak

pasien dirawat lebih dari 2 hari yaitu sebanyak 46 responden atau 82,14%.

Kepuasan Pasien

Hasil penelitian berupa persepsi pasien terhadap pelayanan konsultasi gizi

di ruang kelas utama Sudhanirmala dapat dilihat pada tabel 4.9 sampai dengan

4.13 berikut:

Dimensi Mutu Tangible


54

Tabel 4.9

DISTRIBUSI KEPUASAN PASIEN DARI ASPEK DIMENSI MUTU

TANGIBLE

(n=56)

No Kepuasan Penampilan ahli gizi Sikap

∑ (%) ∑ (%)
1 Tidak Puas 0 0 0 0
2 Kurang Puas 0 0 0 0
3 Cukup Puas 35 62,5 33 58,92
4 Puas 21 37,5 23 41,08
5 Sangat Puas 0 0 0 0
Jumlah 56 100 56 100
Sumber : Diolah dari kuisioner Kepuasan Responden, 2010

Dari hasil penelitian pada tabel 4.9 di atas menunjukan kepuasan

responden dilihat dari aspek tangible (dapat dilihat dan dirasa). Dari pertanyaan

tentang “penampilan ahli gizi” sebagian besar responden merasa cukup puas

sebanyak 35 responden atau 62,5%. Sedangkan dari hasil wawancara tentang

“sikap” ahli gizi saat melakukan konsultasi gizi, 33 responden atau 58,92%

merasa cukup puas.

Dimensi Mutu Reliability

Tabel 4.10
55

DISTRIBUSI KEPUASAN PASIEN DARI ASPEK DIMENSI MUTU

RELIABILITY

(n=56)

No Kepuasan Ketepatan waktu Kesesuaian

∑ (%) ∑ (%)
1 Tidak Puas 5 8,93 5 8,93
2 Kurang Puas 15 26,79 18 32,14
3 Cukup Puas 25 44,64 22 39,29
4 Puas 11 19,64 11 19,64
5 Sangat Puas 0 0 0 0
Jumlah 56 100 56 100
Sumber : Diolah dari kuisioner Kepuasan Responden, 2010

Dari hasil penelitian pada tabel 4.10 di atas menunjukan kepuasan

responden dalam hal ini pasien dilihat dari aspek reliability (kehandalan).

Kehandalan yang dimaksud adalah kemampuan ahli gizi dalam melakukan

pelayanan konsultasi gizi. Dari pertanyaan tentang “ ketepatan waktu” sebanyak

25 responden atau 44,64% merasa cukup puas, namun masih terdapat responden

yang merasa tidak puas dan kurang puas. Sedangkan dari hasil pertanyaan tentang

“kesesuaian” sebanyak 22 responden atau 39,29 merasa cukup puas, namun

sebanyak 18 responden atau 32,14% merasa kurang puas.


56

Dimensi Mutu Responsiveness

Tabel 4.11

DISTRIBUSI KEPUASAN PASIEN DARI ASPEK DIMENSI MUTU

RESPONSIVENESS

(n=56)

No Kepuasan Tanggapan terhadap Pemahaman pasien


keluhan

∑ (%) ∑ (%)
1 Tidak Puas 0 0 0 0
2 Kurang Puas 12 21,43 10 17,86
3 Cukup Puas 31 55,36 31 55,36
4 Puas 13 23,21 15 26,78
5 Sangat Puas 0 0 0 0
Jumlah 56 100 56 100
Sumber : Diolah dari kuisioner Kepuasan Responden, 2010

Dari hasil penelitian pada tabel 4.11 di atas menunjukan kepuasan

responden dilihat dari aspek responsiveness (ketanggapan). Dari hasil penelitian

pertanyaan tentang “tanggapan terhadap keluhan” sebanyak 31 atau 55,36%

responden memberi jawaban cukup puas, namun masih terdapat 12 responden

atau 21,43% yang merasa kurang puas terhadap tanggapan dari ahli gizi tentang

keluhan responden. Sedangkan dari hasil pertanyaan tentang “pemahaman pasien”

sebanyak 31 responden atau 55,36% responden merasa cukup puas.


57

Dimensi Mutu Assurance

Tabel 4.12

DISTRIBUSI KEPUASAN PASIEN DARI ASPEK DIMENSI MUTU

ASSURANCE

(n=56)

No Kepuasan Jaminan ahli gizi dalam


menimbulkan kenyamanan pasien
Jumlah Persentase (%)
1 Tidak Puas 0 0
2 Kurang Puas 0 0
3 Cukup Puas 38 67,85
4 Puas 18 32,15
5 Sangat Puas 0 0
Jumlah 56 100
Sumber : Diolah dari kuisioner Kepuasan Responden, 2010

Dari hasil penelitian pada tabel 4.9 di atas menunjukan kepuasan

responden dalam hal ini pasien dilihat dari aspek assurance (jaminan), sebanyak

38 atau 67,85% responden mempunyai persepsi cukup puas terhadap pelayanan

konsultasi gizi yang diberikan ahli gizi. Berdasarkan hasil penelitian dari

pertanyaan tentang
58

Dimensi Mutu Empathy

Tabel 4.13

DISTRIBUSI KEPUASAN PASIEN DARI ASPEK DIMENSI MUTU

EMPATHY

(n=56)

No Kepuasan Perhatian ahli gizi Motivasi yang


terhadap pasien diberikan ahli gizi

∑ (%) ∑ (%)
1 Tidak Puas 0 0 7 12,5
2 Kurang Puas 12 21,43 27 48,3
3 Cukup Puas 31 55,36 11 19,6
4 Puas 13 23,21 11 19,6
5 Sangat Puas 0 0 0 0
Jumlah 56 100 56 100
Sumber : Diolah dari kuisioner Kepuasan Responden, 2010

Tabel 4.10 di atas menunjukan kepuasan responden dalam hal ini pasien

dilihat dari aspek empathy (empati). Berdasarkan hasil penelitian tentang

“perhatian ahli gizi terhadap pasien” sebanyak 31 responden atau 55,36%

memberikan jawaban cukup puas. Sedangkan pada pertanyaan “motivasi yang

diberikan ahli gizi” sebanyak 27 responden atau 48,22% memberi jawaban kurang

puas.
59

Pembahasan

Karakteristik Responden

Dari penelitian ini didapatkan karakteristik responden yang bervariasi,

untuk jenis kelamin pasien dari 56 pasien yang diwawancara sebagian besar

adalah perempuan (60,7%). Karakteristik pasien ini perlu diperhatikan oleh pihak

rumah sakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Lamb et.al (2002) yang menyatakan

konsumen laki-laki dan perempuan berbeda dalam memenuhi kebutuhan,

sedangkan Kotler dan Amstrong (2001) menyatakan jenis kelamin dan budaya

merupakan karakteristik konsumen yang memberi stimulan bagi konsumen untuk

membeli suatu produk atau jasa.

Sebagian besar responden dirawat berapa lebih dari 2 hari yaitu sebanyak

46 responden atau 82,14%. Umur responden sesuai dengan kriteria yang

ditentukan berkisar antara umur 21 sampai 40 tahun, dan kebanyakan responden

pada kelompok umur 40 sampai dengan 60 tahun yaitu sebesar 42,86 %, sehingga

dapat memberikan informasi secara benar. Hasil ini mengindikasikan kenaikan

umur seseorang mempengaruhi seseorang tersebut memakai jasa kesehatan,


60

khususnya rumah sakit, karena peningkatan usia cenderung memperlihatkan

penurunan kesehatan.

Sebagian besar tingkat pendidikan responden berasal dari pendidikan

tamat SMA sebesar 62,5% disusul dengan responden pendidikan tamat PT

sebanyak 32,14%. Hal ini mengindikasikan tingkat kesadaran dan kemampuan

seseorang yang berpendidikan lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan di rumah sakit, khususnya rawat inap. Sedangkan jenis pekerjaan

responden sebagian besar adalah PNS sebanyak 33,93%. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Prima (2005) di RSUD di Provinsi Sumatra Barat

dari 217 responden sebanyak 52 responden atau 24% pasien rawat inap bekerja

sebagai pegawai negeri. Pekerjaan akan mempengaruhi pendapatan seseorang

sehingga mempengaruhi seseorang tersebut dalam membeli produk barang atau

jasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Schiffman dan Kanuk (2004) bahwa

pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan mempunyai hubungan sebab akibat yang

mempengaruhi konsumen dalam memilih suatu produk

Jumlah penyakit terbanyak dari 56 responden yaitu DM Tipe II yaitu

sebanyak 12 responden atau 21,43%. Menurut Ananta (2005) jumlah pasien

dengan diagnosa Diabetes Millitus akan terus meningkat, diperkirakan dalam

jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan

peningkatan jumlah pasien diabetes yang akan jauh lebih besar yaitu 86-138%, hal

tersebut dipengaruhi oleh faktor geografi, gaya hidup yang ke barat-baratan serta

berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi.

Sedangkan untuk jumlah konsultasi yang diberikan kepada pasien,

sebagian besar responden telah diberikan konsultasi gizi sebanyak 1 kali yaitu 40
61

responden atau 71,43%, untuk responden yang telah diberi konsultasi gizi

sebanyak 2 kali sebanyak 15 responden atau 26,78%. Konsultasi gizi merupakan

salah satu kegiatan dari asuhan gizi pasien rawat inap yang dilakukan oleh

instalasi gizi. Pelayanan ini bertujuan agar pasien memahami diit yang harus

dijalani sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Jumlah kunjungan ahli gizi

untuk melakukan konsultasi gizi ke pasien diindikasikan dapat mempengaruhi

kepuasan pasien.

Kepuasan Pasien

Menurut teori yang dikemukakan oleh Suryawati (2008) kepuasan pasien

ditentukan oleh 3 faktor yaitu: aspek kepuasan, variabel non-medik, dan

karakteristik pasien, sedangkan menurut Saleh (2009), teknik pengukuran

kepuasan pelanggan dapat dijabarkan dalam kategori : puas (sangat puas, puas,

dan cukup puas) dan tidak puas (tidak puas dan kurang puas).

Penelitian ini bertujuan melihat segi kepuasan pasien terhadap pelayanan

konsultasi gizi bagi pasien rawat inap. Pelayanan konsultasi gizi ini bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan pasien rawat inap terhadap diit yang harus

dijalani sesuai dengan kondisi penyakitnya. Menurut Warsinggih (2009) banyak

kasus malnutrisi terjadi pada pasien yang dirawat di beberapa rumah sakit di

Jakarta akibat minimnya pengetahuan tentang diit, sehingga dukungan asuhan gizi

melalui konsultasi atau pendidikan gizi sangat dibutuhkan oleh pasien rawat inap.

Dimensi Tangible

Dimensi tangible merupakan dimensi dalam pelayanan terhadap konsumen

yang terlihat secara fisik yang dilakukan oleh pelaku pelayanan tersebut. Dalam
62

penelitian ini terdapat lima indikator penentu kepuasan pasien terhadap pelayanan

konsultasi gizi.

Didapatkan distribusi terbesar dari pernyataan tentang “penampilan ahli

gizi” dari 56 responden, semua responden atau 100% menyatakan puas, juga pada

pertanyaan tentang “sikap” 100% responden memberi persepsi puas. Sesuai

dengan hasil penelitian Sunarto (2008) yang dilakukan di RS PKU

Muhammadiyah Bantul sebesar 80% pasien rawat inap menyatakan puas terhadap

pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit. Sejalan dengan hal tersebut

Gusmawati (2009) menyatakan hasil penelitiannya bahwa sebesar 89,8% pasien

rawat inap menyatakan puas terhadap pelayanan konsultasi gizi di RSU Meuraxa

Banda Aceh. Berdasarkan hasil tersebut dikatakan bahwa pelayanan konsultasi

gizi di RSUDAM Dsecara keseluruhan yang diberikan oleh ahli gizi ke pasien

sudah cukup baik dari segi penampilan dan sikap saat (tangible) melakukan

kunjungan ke pasien.

Dimensi Reliability

Dimensi reliability merupakan dimensi dalam pelayanan terhadap

konsumen yang merupakan sisi kehandalan yang dimiliki oleh pemberi pelayanan.

Kehandalan yang dimaksud yaitu kemapuan memberi layanan yang dijanjikan

dengan segera, akurat dan kemampuan yang dimiliki. Dalam penelitian ini

terdapat lima indikator penentu kepuasan pasien terhadap pelayanan konsultasi

gizi.

Didapatkan distribusi terbesar dari pernyataan tentang “ ketepatan waktu”

dari 56 responden, sebanyak 36 responden atau 64,28% merasa puas, dan 20


63

responden atau 35,72 memberi persepsi tidak puas. Sedangkan dari hasil

pernyataan tentang “kesesuaian” sebanyak 33 responden atau 58,93 menyatakan

puas, sisanya sebanyak 23 responden atau 41,07% menyatakan tidak puas.

Apabila dilihat secara keseluruhan faktor reliability ini dapat dikatakan

dianggap penting diantara faktor lainnya, karena hal ini mencakup kemampuan

pemberi pelayanan (dalam hal ini ahli gizi) untuk memberikan pelayanan kepada

pasien rawat inap secara cepat, akurat sesuai dengan yang mereka inginkan karena

secara otomatis akan mempengaruhi kepuasan pasien. Faktor ini perlu

diperhatikan mengingat masih terdapat sebagian responden yang memberi

persepsi tidak puas terhadap kecepatan pelayanan yang diberikan.

Dimensi Responsiveness

Dimensi responsiveness merupakan dimensi dalam pelayanan terhadap

konsumen, yaitu keinginan para pemberi pelayanan untuk membantu klien atau

pelanggan dan memberikan pelayanan yang tanggap. Dalam penelitian ini

terdapat lima indikator penentu kepuasan pasien terhadap pelayanan konsultasi

gizi.

Didapatkan distribusi terbesar dari pernyataan “tanggapan terhadap

keluhan” sebanyak 44 responden atau 78,57% menyatakan puas, namun 12

responden atau 21,43 menyatakan tidak puas. Sedangkan dari hasil pernyataan

tentang “pemahaman pasien” sebanyak 46 responden atau 82,14% menyatakan

tidak puas, dan sisanya sebanyak 10 responden atau 17,86% menyatakan puas.

Hal tersebut menunjukan ahli gizi sudah cukup baik dalam menanggapi

keluhan pasien seputar masalah gizi yang dihadapi pasien. Namun perlu suatu
64

metode yang diterapkan agar pasien memahami informasi diit yang disampaikan.

Perlu ada kerjasama dengan berbagai pihak medis (dokter dan perawat) dalam

menyamakan persepsi seputar diit yang diterapkan ke pasien, karena beberapa

responden yang menjawab ‘kurang puas’ pada pertanyaan tentang kepahaman

pasien tentang diit yang disampaikan, informasi diit yang disampaikan oleh ahli

gizi terkadang berbeda dengan yang disampaikan oleh dokter.

Dimensi Assurance

Dimensi assurance merupakan dimensi dalam pelayanan terhadap

konsumen, yaitu kemauan para personel untuk menimbulkan rasa percaya dan

aman kepada pelanggan. Dalam penelitian ini terdapat lima indikator penentu

kepuasan pasien terhadap pelayanan konsultasi gizi.

Didapatkan distribusi terbesar dari pertanyaan tentang “jaminan” sebanyak

56 responden atau 100% responden mempunyai persepsi puas terhadap pelayanan

konsultasi gizi yang diberikan ahli gizi. Hal ini berarti persepsi kepuasan

responden berada di atas 80%, sehingga dapat dikatakan bahwa pelayanan

konsultasi gizi secara keseluruhan yang diberikan oleh ahli gizi ke pasien sudah

cukup baik dari segi jaminan akan rasa percaya pasien kepada ahli gizi.

Dimensi empathy

Dimensi empathy merupakan dimensi dalam pelayanan terhadap

konsumen, yaitu kemauan pemberi pelayanan untuk peduli dan memperhatikan

setiap pelanggan. Didapatkan distribusi terbesar dari 56 responden, dari

pertanyaan tentang “perhatian ahli gizi terhadap pasien” sebanyak 44 responden

atau 78,57% memberikan jawaban puas, dan sisanya sebanyak 12 responden atau
65

21,43% menyatakan tidak puas. Sedangkan pada pertanyaan “motivasi yang

diberikan ahli gizi” sebanyak 34 responden atau 60,8% menyatakan tidak puas,

dan sisanya 22 responden atau 39,2% memiliki persepsi puas.

Hal ini mencerminkan perhatian ahli gizi dalam menanggapi keluhan

pasien sudah cukup baik. Namun ahli gizi perlu meningkatkan mutu pelayanan

yang lebih intensif dalam hal memberikan motivasi kepada pasien untuk

mematuhi diit yang harus dijalankan pasien. Empati disini merupakan

kemampuan ahli gizi untuk memberi perhatian dan motivasi kepada pasien.

Ketika pasien merasa nyaman karena rasa empati yang diberikan ahli gizi maka

hal tersebut akan mempengaruhi kepuasan pasien.

Anda mungkin juga menyukai