Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KLINIK KARDIOVASKULER I


PADA PASIEN ANAK HIPERTENSI
DIRUANGAN HCU IRNA KEBIDANAN DAN ANAK
RSUP DR. MDJAMIL PADANG

OLEH:
MONICHA YUZA UTAMI
183110221
3B

Dosen Pembimbing:
Tisnawati,S.St.M.Kes

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN 2019 / 2020


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi pada anak merupakan masalah di bidang pediatri dengan prevalens
sekitar 1-3%. Prevalens hipertensi pada anak, khususnya pada usia sekolah
mengalami peningkatan. Hal ini mungkin disebabkan meningkatnya obesitas pada
kelompok usia tersebut. Beberapa penelitian membuktikan bahwa hipertensi pada
orang dewasa sudah dimulai sejak masa anak. Hipertensi merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit jantung koroner pada orang dewasa, dan hipertensi pada anak
memberikan kontribusi terhadap terjadinya penyakit jantung koroner sejak dini.
Penyebab hipertensi pada anak terutama masa preadolesens, umumnya
adalah sekunder. Di antara penyebab sekunder tersebut, penyakit parenkim ginjal
merupakan penyebab yang paling banyak ditemukan, memasuki usia remaja
penyebab tersering hipertensi adalah primer. Oleh sebab itu perhatian serta
pengetahuan tentang masalah hipertensi pada anak harus ditingkatkan agar upaya
deteksi dini hingga pencegahan komplikasi hipertensi pada anak dapat dilakukan
secara tepat..

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memahami gambaran umum tentang asuhan keperawatan dengan
Hipertensi pada anak.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari laporan kasus ini adalah agar penulis mampu :
a. Mampu melakukan pengkajian dengan Hipertensi pada anak.
b. Mampu menyusun rencana keperawatan dengan Hipertensi pada anak.
c. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan
dengan Hipertensi pada anak.
d. Melakukan evaluasi dengan Hipertensi pada anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Suatu
keadaan tanpa gejala dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri
sehingga dapat menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma,
gagal jantung, dan kerusakan ginjal.
Hipertensi didefinisikan sebagai rerata tekanan darah sistolik (TDS) dan/atau
tekanan darah diastolic (TDD) ≥ persentil 95 sesuai dengan jenis kelamin, usia
dan tinggi badan pada ≥ 3 kali pengukuran. Pre-hipertensi pada anak didefinisikan
sebagai rerata TDS atau TDD ≥ persentil 90 tetapi < persentil 95, keadaan ini
berisiko tinggi berkembang menjadi hipertensi.

B. Etiologi
Etiologi hipertensi pada bayi dan anak diantara- nya karena: penyakit ginjal,
penyakit endokrin, penyakit pembuluh darah, penyakit syaraf, hipertensi essensial.
Penyebab terbanyak adalah hipertensi sekunder, 78% di antaranya disebabkan
oleh penyakit ginjal' baik mengenai penyakit parenkim ginjal ataupun penyakit
pembuluh darah ginjal. Pada penyakit parenkim ginjal diantaranya adalah GNAPS
bahwa hipertensi akan timbul pada serangan akut dari sedang sampai krisis
dengan gejala enselopati atau payah jantung yang merupakan keadaan gawat
darurat yang perlu pertolongan segera walaupun GNAPS. Demikian halnya
hipertensi sekunder lebih banyak disebabkan oleh GNAPS dan penderita dibawa
ke rumah sakit lebih banyak dengan hipertensi berat.
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
Hipertensi primer ( esensial ) dan sekunder
1. Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui. Faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer,
seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, dapat
disebabkan oleh gangguan kesehatan lain, seperti kelainan pembuluh darah
ginjal, penyakit kelenjar tiroid dan paratiroid, dan obesitas.

C. Klasifikasi
Untuk anak-anak dan remaja hingga usia 17 tahun dikatakan hipertensi jika
tekanan darah sistolik dan atau tekanan diastolik berada pada ≥95 persentil
menurut jenis kelamin, usia, dan tinggi badan sedikitnya pada dua kesempatan
pengukuran tekanan darah yang berbeda. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan
darah, hipertensi pada anak dan remaja hingga usia 17 tahun diklasifikasikan
sebagai berikut:

Klasifikasi Tekanan Darah

Normal <90 persentil

90 Persentil – 95 persentil, atau jika


Pre hipertensi tekanan darah >120/80 mmHg walaupun
tekanan darah tidak berada diantara 90-95
persentil

Hipertensi Tahap I 95 persentil plus mmHg


Hipertensi Tahap II >99 persentil plus mmHg

D. Tanda dan Gejala


Hipertensi ringan atau sedang pada anak umumnya tanpa menunjukkan gejala
nyata kecuali gejala ringan berupa sakit kepala, pusing, vertigo, epistaksis,
gangguan penglihatan, sakit perut, disuria, poliuria, hematuria, arthralgia,
edema atau bengkak pada tubuh, kelemahan otot, kram otot, palpitasi, keringat
berlebih, penurunan berat badan adalah gejala klinik yang sering dijumpai pada
hipertensi berat. Pada krisis hipertensi timbul kejang fokal maupun kejang umum
dan diikuti dengan penurunan kesadaran
E. Patofisiologi
Perubahan sistem kardiovaskular, neurohormonal dan ginjal sangat berperan.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat memicu peningkatan kerja jantung yang
berakibat peningkatan curah jantung. Kelainan pada pembuluh darah berperan
terhadap total resistensi perifer. Pola diet tinggi garam terutama pada pasien
dengan sensitivitas garam yang tinggi berkontribusi dalam menimbulkan tekanan
darah tinggi. Pola hidup yang tidak sehat seperti inaktivitas fisik dan pola diet
yang salah dapat menimbulkan obesitas. Obesitas juga berperan dalam
meningkatkan risiko hipertensi esensial sebagaimana suatu studi menunjukkan
penurunan berat badan diikuti penurunan tekanan darah. Obesitas dapat memicu
hipertensi melalui beberapa mekanisme di antaranya kompresi ginjal oleh lemak
retroperitoneal dan visceral. Peningkatan lemak visceral terutama lemak
retroperitoneal dapat memberikan efek kompresi pada vena dan parenkim renal
sehingga meningkatkan tekanan intrarenal, mengganggu natriuresis tekanan
hingga mengakibatkan hipertensi.
Selain itu peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat dipicu oleh leptin.
Studi menunjukkan ikatan leptin pada reseptornya terutama pada neuron
proopiomelanocortin (POMC) di hipotalamus dan batang otak berperan dalam
peningkatan tersebut. Perangsangan saraf simpatis menyebabkan peningkatan
kadar angiotensin II dan aldosterone. Pada obesitas, peningkatan jaringan lemak
dan laju metabolik meningkatkan curah jantung sebagai usaha untuk memenuhi
kebutuhan aliran darah. Tak hanya itu, obesitas juga berkaitan dengan sindroma
metabolik.
Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan
perubahan struktural pembuluh darah. Perubahan struktur meliputi perubahan
struktur makro dan mikrovaskular. Perubahan makrovaskular berupa arteri
menjadi kaku serta perubahan amplifikasi tekanan sentral ke perifer. Perubahan
mikrovaskular berupa perubahan rasio dinding pembuluh darah dan lumen pada
arteriol besar, abnormalitas tonus vasomotor serta ‘structural rarefaction’
(hilangnya mikrovaskular akibat aliran darah tidak mengalir di semua
mikrovaskular demi mempertahankan perfusi ke kapiler tertentu).
Perubahan struktur tersebut akan mengganggu perfusi jaringan. Oleh karena
tu dalam jangka waktu lama dapat timbul kerusakan organ target.[10] Walaupun
autoregulasi tubuh terhadap tekanan darah akan berusaha mempertahankan aliran
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik, kemampuan regulasi tersebut
menurun pada pasien hipertensi. Organ target yang dapat  rusak meliputi jantung,
ginjal, mata serta otak.
F. WOC

Gg Kesehatan Gaya Faktor keturunan Obesitas


Jenis Kelamin
lainnya/ hidup (Riwayat keturunan
komplikasi penyakit jantung
penyakit dalam keluarga)

HIPERTENSI

Kerusakan
vaskuler

Perubahan
struktur

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembuluh darah Retina

Pembuluh darah Spasme


Suplai Resistensi Sistemik Koroner
ginjal tersumbat arteriole
O2 otak pembuluh
darah otak
Iskemi miocard
Pasokan Vosokontriks Diplopia
Sinkop darah ginjal
Nyeri Gg/ Pola terganggu Nyeri Dada
kepala tidur Afterload
Gg.
Resiko
Perfusi Kerja ginjal
tinggi
terganggu
Penurunan Fatique
Curah
Gagal ginjal
G. Penatalaksanaan
Intoleransi
Pengobatan hipertensi pada anak adalah mengurangi risiko jangka pendek
Aktivitas
maupun panjang terhadap penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ.
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan Farmakologis
Hipertensi pada anak yang merupakan indikasi pemberian anti hipertensi
antara lain; hipertensi simtomatik, adanya kerusakan organ target
(retinopati, hipertrofi ventrikel kiri dan proteinuria), hipertensi sekunder,
hipertensi tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan perubahan
gaya hidup, dan hipertensi tingkat 2. Perlu ditekankan bahwa tidak ada
satupun obat antihipertensi yang lebih superior.
2. Pengobatan Non Farmakologis
Pada tahap awal anak remaja yang menderita hipertensi primer paling
baik diobati dengan cara non-farmakologis, seperti penurunan berat
badan, diet rendah lemak dan garam, olah raga secara teratur. Anak dan
remaja yang mengalami prehipertensi atau hipertensi tingkat 1 dianjurkan
untuk mengubah gaya hidupnya. Anak yang tidak kooperatif dan tetap
tidak dapat mengubah gaya hidupnya perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan obat anti hipertensi. Penurunan berat badan terbukti efektif
mengobati hipertensi pada anak yang mengalami obesitas. Diet rendah
garam yang dianjurkan adalah 1,2 g/hari pada anak usia 4-8 tahun dan
1,5 g/hari pada anak yang lebih besar. Diet rendah garam yang
dikombinasikan dengan buah dan sayuran serta diet rendah lemak serta
makanan mengandung kalium dan kalsium menunjukkan hasil yang baik
untuk menurunkan tekanan darah pada anak.
H. Pemeriksaan Penunjang
Setelah hipertensi dapat didiagnosis, maka perlu dilakukan anamnesis pada
anak dan pemeriksaan fisik secara teliti agar dapat dideteksi adanya penyebab
dasar serta kerusakan organ target. Informasi yang didapat secara akurat melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik harus diikuti dengan
pemeriksaan urin rutin dan kimia dasar. USG abdomen merupakan alat diagnostik
yang tidak invasif tetapi sangat bermanfaat dalam mengevaluasi ukuran ginjal,
deteksi tumor adrenal dan ginjal, penyakit ginjal kistik, batu ginjal, dilatasi sistem
saluran kemih, ureterokel, dan penebalan dinding vesika urinaria.
Pemeriksaan laboratorium pada anak dengan hipertensi harus dapat
menyaring penyebab hipertensi dan penyakit yang menyertainya serta melakukan
evaluasi terhadap kerusakan organ (dikenal juga target organ damage atau TOD).

Pemeriksaan Laboratorium Pada Anak Dengan Hipertensi


1. Darah Lengkap dengan hitung diferensial, Angka leukosit
2. Elektrolit, BUN, Kreatinin, Kalsium, Fosfor, Asam Urat
3. Ultrasonografi renal
4. Urinalisis, Kultur Urin
5. Skrinning obat-obatan
6. Panel lipid puasa, glukosa puasa, insulin
7. Polisomnografi
8. Ekokardiografi
9. Pemeriksaan retina
10. Urin tampung 24 jam untuk protein dan kreatinin, pemeriksaan klirens
kreatinin
11. Pencitraan lanjutan berupa: renal scan, MRA (Magnetic Resonance
Angiogram), Duplex Doppler Flow, CT 3D, arteriografi (klasik atau
digital substraction)
12. Monitor tekanan darah ambulasi
13. Kadar hormon tiroid dan adrenal
14. Kadar renin plasma
15. Kadar katekolamin di urin dan plasma
- Terapi
Tujuan terapi hipertensi adalah mengurangi risiko kejadian kardiovaskular.
Penurunan tekanan darah dilakukan secara bertahap dengan target pengobatan
yakni menurunkan tekanan darah sampai < persentil ke-95 (dengan kata lain
sudah tidak masuk kategori hipertensi). Jika sudah ditemukan komorbiditas
atau kerusakan organ, target penurunan tekanan darah lebih rendah lagi yakni <
persentil ke-90.

I. Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam waktu lama akan merusak pembuluh darah
sehingga mempercepat terjadinya penyempitan dan pengerasan pembuluh darah
arteri. Komplikasi dari hipertensi termaksud rusaknya organ tubuh seperti
jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah factor
risiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attact),
penyakit arteri coroner (infark myocard, angina), gagal ginjal. Anak yang
mengalami hipertensi berat meningktakan risiko terjadinya stroke dan penyakit
jantung koroner di kemudian hari.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tempat tanggal
lahir, umur, nama orang tua, pekerjaan orang tua. Kejadian hipertensi ini
kebanyakan terjadi pada usia muda.
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada anak yang mengalami hipertensi: sakit kepala,
muntah, jantung berdebar, sesak napas, kejang, atau nyeri dada.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala.
Gejala yang di maksud adalah sakit kepala, pendarahan di hidung,
pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang bisa terjadi pada
penderita hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahun tidak di
obati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, muntah, sesak nafas,
pandangan menjadi kabur, yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit yang pernah dialami sebelumnya, biasanya anak
yang mengalami hipertensi pernah memiliki riwayat penyakit gagal
ginjal dan klien mengalami sakit yang sangat berat.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang mengalami hipertensi.
4) Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara orang
tu mengatasinya serta sebagaimana perilaku orangtua terhadap
tindakan yang dilakukan terhadap anaknya.

5) Pengetahuan keluarga
Bagaimana perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua terhdap
anaknya yang Hipertensi.

2. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Klien lemah, biasanya pada anak hipertensi berat bisa mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
inspeksi untuk megetahui bentuk kelapa, warna rabut, kebersihan kulit
kepala, ketombe, kutu serta bekas luka, sedangkan palpasi untuk
mengetahui adanya bengkak atau benjolan pada kepala
b. Mata
Inspeksi untuk mengetahui apakah mata merah atau tidak serta
dilakukan pemeriksaan jarak pandang dengan menggunakan snelen.
Biasanya pada penderita hipertensi berat mengalami penglihatan
kabur. Biasanya tidak mengalami kelainan pada hidung
c. Hidung
Melihat adanya polib dan kebersihan lobang hidung adanya skret atau
tidak, alpasi dengan cara menekan untuk mengetahui rasa nyeri atau
tidak
d. Mulut
Biasanya Pada anak hipertensi umumnya tidak ada kelainan pada mulut

e. Dada
Secara umum biasanya klien Mengeluh sesak nafas saat aktivitas,
takipnea, orthopnea (ganguan pernafasan pada saat berbaring ), batuk
dengan atau tanpa sputum, pengunaan otot bantu ernapasan, terdengar
suara napas tambahan (ronkhi rales, wheezing) (Udjianti, 2013, )

f. Sistem Persyarafan
Biasnya Klien mengatakan pusing/ pening, sakit kepala berdenyut di
suboksipital, episode mati-rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi.
g. Abdomen
Temuan fisik fisik meliputi berat badan normal atau obesitas, edema,
kongesti vena, distensi vena ugularis, dan glikosuria. (Udjianti, 2013)
h. Sistem musculoskeletal
Dilakukan inspeksi untuk mengetahui adanya farices pada kedua
tungkai bawa, adanya luka serta kesimbangan berjalan dan
beraktivitas serta melihat kekuatan otot pada anggota gerka atas dan
bawah.
3. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (sepertiinfeksi/obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu)
4. Makanan/ Cairan
Biasanya sering mengalami mual dan muntah, Perubahan berat badan
akhir-akhir ini (meningkat/turun), Riwayat penggunaan obat diuretik.

3. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
2. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Resiko perfusi perifer tidak efektif ditandai dengan Hipertensi
5. Resiko perfusi renal tidak efektif ditandai dengan Hipertensi
4. Intervensi Keperawatan

Diagnosis Keperawatan SLKI SIKI


Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Perawatan Jantung
2x24 jam, diharapkan curah jantung dengan
berhubungan dengan perubahan criteria hasil: 1. Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan
afterload curah jantung
1. Tekanan arah membaik 2. Monitor tekanan darah
2. Rasa lelah menurun 3. Monitor berat badan setiap hari
3. Berat badan meningkat 4. Monitor keluhan nyeri dada
4. Dispnea menurun 5. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
6. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
peningkatan tekanan vaskuler selama 2 x 24 jam, diharapkan nyeri
berkurang dengan criteria hasil: 1. Identifikasi skala nyeri
serebral
2. Identifikasi faktor yg memperberat dan
1. Keluhan Nyeri bmenurun memperingan nyeri
2. Meringis menurun 3. Berikan terapi non farmakologi utk
3. Rasa Mual muntah menurun mengurangi nyeri
4. Nafsu makan membaik 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Pola tidur membaik 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
kolaborasi pemberian analgetik

Intoleransi Aktivitas berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Energi


dengan kelemahan selama 2x 24 jam, kelemahan menurun dengan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan
2. Monitor pola dan jam tidur
1. Tekanan darah membaik 3. Sediakan lingkungan yang nyaman
2. Frekuensi nafas membaikKekuatan tubuh 4. Anjurkan aktivitas secara bertahap
meningkat 5. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
3. Dispnea saat aktivitas manurun kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

Mansyoer, Arid dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
Wijayanigsih. 2013. Asuhan keperawatan anak. Jakarta: Trans Info Media.
Riyadi, sujono dan sukamin (2012).Asuhan keperawatan pada anak .
Yogyakarta :graha ilmu
SIKI
SDKI
SLKI

Anda mungkin juga menyukai