Defining the Problem – From an Accounting and an Ethical Point of View

LEARNING OBJECTIVES

By the end of this chapter you should be able to:

1. Understand the concept of problem-definition. (Pahami konsep definisi masalah.)

2. Deepen your understanding of how problem solving requires both finding and formulating
problems. (Perdalam pemahaman Anda tentang bagaimana pemecahan masalah membutuhkan
baik menemukan dan merumuskan masalah.)

3. Understand the nature of problems as the gap between the current and the desired state. (Pahami
sifat masalah sebagai celah antara kondisi saat ini dan keadaan yang diinginkan.)

4. Understand the difference the and relationship between the accounting problem and the ethical
problem. (Memahami perbedaan dan hubungan antara masalah akuntansi dan masalah etika.)

5. Understand how problems can be found and addressed or even prevented. (Pahami bagaimana
masalah dapat ditemukan dan ditangani atau bahkan dicegah.)

6. Understand principles that may enhance your ability to detect and define ethical problems in
accounting.( Pahami prinsip-prinsip yang dapat meningkatkan kemampuan Anda untuk
mendeteksi dan mendefinisikan masalah etika dalam akuntansi.)

ACCOUNTING AS DECISION-MAKING

Reminder: The purpose of financial accounting is to prepare financial statements with high quality
information to be communicated to various stakeholders. The accounting standards establish the
guidelines for preparing financial statements, and professional codes of ethics express the basic
principles for accountants’ long-term conduct and specific practices

Pengingat: Tujuan akuntansi keuangan adalah untuk menyiapkan laporan keuangan dengan
informasi berkualitas tinggi untuk dikomunikasikan kepada berbagai pemangku kepentingan. Standar
akuntansi menetapkan pedoman untuk menyiapkan laporan keuangan, dan kode etik profesional
mengungkapkan prinsip-prinsip dasar untuk perilaku jangka panjang akuntan dan praktik spesifik.

Reminder: Decision-making is a crucial feature of accounting practice. Competent decision making

includes both technical proficiency and ethical sensibility.

Pengingat: Pengambilan keputusan adalah fitur penting dalam praktik akuntansi. Pengambilan
keputusan yang kompeten mencakup kemampuan teknis dan kepekaan etis.

Reminder: Understanding accounting ethics as decision-making implies seeing the ethical problem
faced by accountants as consisting of a series of challenges throughout the decision-making process
(from problem-definition to action).
Pengingat: Memahami etika akuntansi sebagai pengambilan keputusan berarti melihat masalah
etika yang dihadapi oleh akuntan terdiri dari serangkaian tantangan selama proses pengambilan
keputusan (dari definisi masalah hingga tindakan).

INTRODUCTION

In the first part of this book,we introduced our understanding of accounting ethics.In Chapter Two, we
introduced our decision-making perspective on accounting ethics. This is summarized in the decision
model upon which the next sections of the book are based. In the following chapters, we will provide
a step by step discussion of the key stages of the ethical decision-making process in accounting.

Di bagian pertama buku ini, kami memperkenalkan pemahaman kami tentang etika akuntansi.
Dalam Bab Dua, kami memperkenalkan perspektif pengambilan keputusan kami tentang etika
akuntansi. Ini diringkas dalam model keputusan yang menjadi dasar bagian-bagian berikutnya dari
buku ini. Dalam bab-bab berikut, kami akan memberikan pembahasan langkah demi langkah
tentang tahapan kunci dari proses pengambilan keputusan etis dalam akuntansi.

The problem treated in this chapter is the most fundamental decision-making problem: finding and
formulating the problem it self.The chapter thus deals with the first step of any decision-making
process, which is to figure out what the decision to be made actually entails.This is arguably an
overlooked aspect of decision making – especially in educational contexts.Often we are presented
with problems to be solved as pre-defined and pre-labeled.Yet a key feature of decision-making in
real-life situations is that the task of finding and understanding problems and making decisions is
often left to the individual. In the real world, decisions do not come pre-labeled; therefore the first
challenge faced by the decision maker is to identify the problem that must be solved and define its key
features. This requires attention, effort, skill, and motivation.

Masalah yang dibahas dalam bab ini adalah masalah pengambilan keputusan yang paling
mendasar: menemukan dan merumuskan masalah itu sendiri. Dengan demikian, bab ini
membahas langkah pertama dari setiap proses pengambilan keputusan, yaitu untuk mencari
tahu apa keputusan yang akan dibuat sebenarnya. Hal ini bisa dibilang merupakan aspek
pengambilan keputusan yang terabaikan - terutama dalam konteks pendidikan. Seringkali kita
dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan sebagai yang telah ditentukan dan diberi label
sebelumnya. Namun fitur utama dari pengambilan keputusan dalam situasi kehidupan nyata adalah itu
tugas menemukan dan memahami masalah serta membuat keputusan sering kali diserahkan kepada
individu. Di dunia nyata, keputusan tidak harus diberi label sebelumnya; Oleh karena itu, tantangan
pertama yang dihadapi oleh pembuat keputusan adalah mengidentifikasi masalah yang harus
diselesaikan dan mendefinisikan fitur utamanya. Ini membutuhkan perhatian, usaha, keterampilan,
dan motivasi.

In this chapter,we address the first step of the decision-making process – defining the problem. As
indicated in the chapter title, ethical problems in accounting have a dual nature. On the one hand, they
are accounting problems that need to be understood within the framework of accounting knowledge
and accounting principles. On the other hand, they are ethical problems in their own right, yet within
the accounting context. This means that they have ethical implications for a business environment and
in the wider society. These ethical dimensions should be considered as an integral part of the problem
to be addressed in the decision-making process.
Dalam bab ini, kami membahas langkah pertama dari proses pengambilan keputusan -
mendefinisikan masalah. Seperti yang diindikasikan pada judul bab, masalah etika dalam
akuntansi memiliki sifat ganda. Di satu sisi, mereka adalah masalah akuntansi yang perlu
dipahami dalam kerangka pengetahuan akuntansi dan prinsip akuntansi. Di sisi lain, mereka
adalah masalah etika dalam dirinya sendiri, namun dalam konteks akuntansi. Ini berarti bahwa
mereka memiliki implikasi etika bagi lingkungan bisnis dan masyarakat luas. Dimensi etika ini
harus dianggap sebagai bagian integral dari masalah yang akan ditangani dalam proses pengambilan
keputusan.

In order to make an appropriate and justifiable decision, the decision maker needs to understand a
given problem clearly and define its particular features in a manner that renders the problem
manageable for the decision maker. This chapter deals with the process of finding, understanding and
defining problems in accounting ethics. In ourdecision model(reproduced in Figure3.1), this chapter is
represented by the first box on the left-hand side of the model: Defining the Problem. As the model
illustrates, this step is the entryway into the decision-making process. The way in which the problem
is identified and defined serves as a “frame” for the individual’s decision making effort: this frame
determines which characteristics of the situation and its environment should be considered, as well as
which problem-solving resources are appropriate to apply. This frame influences the decision
alternatives that are considered, thus it affects the final decision. Each of these steps is treated in the
following chapters.

Untuk membuat keputusan yang tepat dan dapat dibenarkan, pembuat keputusan perlu memahami
masalah yang diberikan dengan jelas dan mendefinisikan fitur khususnya dengan cara yang
membuat masalah dapat dikelola untuk pembuat keputusan. Bab ini membahas proses
menemukan, memahami dan mendefinisikan masalah dalam etika akuntansi.

Dalam model keputusan kami (direproduksi pada Gambar 3.1), bab ini diwakili oleh kotak pertama
di sisi kiri model: Mendefinisikan Masalah. Seperti yang diilustrasikan oleh model, langkah ini
adalah jalan masuk ke dalam proses pengambilan keputusan.

Cara di mana masalah diidentifikasi dan didefinisikan berfungsi sebagai "kerangka" untuk upaya
pengambilan keputusan individu: kerangka ini menentukan karakteristik situasi dan
lingkungannya yang harus dipertimbangkan, serta sumber pemecahan masalah mana yang
tepat untuk diterapkan. Kerangka ini mempengaruhi alternatif keputusan yang dipertimbangkan,
sehingga mempengaruhi keputusan akhir. Masing-masing langkah ini dibahas dalam bab-bab berikut.
The chapter is structured as follows. First, we explore the nature of problem definition and its place in
the decision-making process. Second, we outline the two problem dimensions in accounting ethics
and illuminate the distinction between the accounting problem and the ethical problem. Third, we
discuss the challenge of identifying the problem.Fourth, we discuss the challenge of formulating the
problem. Finally, we summarize the chapter and point forward to the following chapters.

Bab ini disusun sebagai berikut. Pertama, kami mengeksplorasi sifat definisi masalah dan
tempatnya dalam proses pengambilan keputusan. Kedua, kami menguraikan dua dimensi masalah
dalam etika akuntansi dan menjelaskan perbedaan antara masalah akuntansi dan masalah etika .
Ketiga, kita membahas tantangan dalam mengidentifikasi masalah. Keempat, membahas tantangan
merumuskan masalah. Akhirnya, kami meringkas bab tersebut dan menunjuk ke bab-bab berikutnya.

PROBLEM-DEFINITION: FINDING AND FORMULATING THE PROBLEM

Any decision-making or problem-solving process begins with the decision maker noticing a problem
and then making sense of what the problem actually entails. This step of decision-making is typically
called theproblem-definition.The authors’ view of problem definition assumes an active and conscious
approach to problem-definition.Yet it should be noted that all-too-often decision maker stake the
nature of the problem as given and do not spend enough time reflecting on the precise nature of the
problem or defining its features clearly.This failure to reflect adequately carries the risk of
misunderstanding the problem and can lead the decision maker to solve the wrong problem.

Setiap pengambilan keputusan atau proses pemecahan masalah dimulai dengan pembuat
keputusan memperhatikan masalah dan kemudian memahami apa sebenarnya masalah
tersebut. Langkah pengambilan keputusan ini biasanya disebut definisi masalah. Pandangan penulis
tentang definisi masalah mengasumsikan pendekatan aktif dan sadar untuk definisi masalah.
Namun perlu dicatat bahwa pengambil keputusan yang terlalu sering mempertaruhkan sifat masalah
seperti yang diberikan dan tidak menghabiskan cukup waktu untuk merenungkan sifat sebenarnya dari
masalah atau mendefinisikan fitur-fiturnya dengan jelas. Kegagalan untuk mencerminkan secara
memadai ini membawa risiko kesalahpahaman masalah dan dapat mengarahkan pembuat
keputusan untuk memecahkan masalah yang salah.

Problem-definition involves identifying the nature of the problem in its key features and refers to the
process whereby the decision maker makes sense of the decision to be made. Hence, there are two
distinct processes that are part of problem-definition: (1) realizing that one is faced with a problem,
and (2) understanding what the problem entails. A common understanding of problem-definition is
that it involves identifying “the gap between the current state and the ideal state”. By this we mean
that there is something undesirable or unsatisfactory in the current situation with regard to how we
would like things to be.This does not necessarily mean that one is faced by a problem in the negative
sense–it may only mean that there is something that needs to be addressed and handled well. Someone
must take care of the problem; that is,solve it. For instance, if a company is expanding its sales staff,
we may consider the process of finding candidates and selecting new staff as “ a problem” without
implying that this is a negative circumstance for the organization. Yet until the task of hiring has been
completed, the expansion constitutes a problem that needs a resolution.

Definisi masalah melibatkan pengidentifikasian sifat masalah dalam fitur-fitur utamanya dan
mengacu pada proses di mana pembuat keputusan memahami keputusan yang akan dibuat.
Oleh karena itu, ada dua proses berbeda yang merupakan bagian dari definisi masalah: (1)
menyadari bahwa seseorang dihadapkan pada masalah, dan (2) memahami apa yang
diperlukan dari masalah tersebut.

Pemahaman umum tentang definisi masalah adalah bahwa hal itu melibatkan pengidentifikasian
"kesenjangan antara kondisi saat ini dan kondisi ideal". Yang kami maksud dengan ini adalah
bahwa ada sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak memuaskan dalam situasi saat ini
berkenaan dengan apa yang kita inginkan. Ini tidak berarti bahwa seseorang dihadapkan pada
masalah di pengertian negatif – ini mungkin hanya berarti bahwa ada sesuatu yang perlu ditangani dan
ditangani dengan baik. Seseorang harus mengatasi masalahnya; yaitu, selesaikan. Misalnya, jika
perusahaan memperluas staf penjualannya, kita dapat mempertimbangkan proses menemukan
kandidat dan memilih staf baru sebagai "masalah" tanpa menyiratkan bahwa ini adalah keadaan
negatif bagi organisasi. Namun hingga tugas perekrutan selesai, perluasan tersebut merupakan
masalah yang perlu diselesaikan.

Problem-definition is a crucial part of decision-making,because during the stage of definition the

boundaries of the problem are constructed. This means that we are “framing”the problem in a
particular way so that we emphasize particular features of the problem while overlooking its other
aspects. This framing step is commonly referred to as“constructing the problem space”.The problem
space may be narrow or broad,and the boundaries we conceive “around the problem” determine how
we approach the special features of the problem.Since the definition of the problem builds on an initial
understanding that a certain situation poses aproblem,this stage of defining the problem serves as the
point of departure for the subsequent problem-solving measures.

Definisi masalah adalah bagian penting dari pengambilan keputusan, karena selama tahap
definisi batas-batas masalah dibangun. Ini berarti bahwa kami "membingkai" masalah dengan cara
tertentu sehingga kami menekankan fitur tertentu dari masalah sambil mengabaikan aspek lainnya.
Langkah pembingkaian ini biasanya disebut sebagai "membangun ruang masalah". Ruang masalah
mungkin sempit atau luas, dan batasan yang kita anggap "di sekitar masalah" menentukan bagaimana
kita mendekati fitur-fitur khusus dari masalah tersebut. masalah dibangun di atas pemahaman awal
bahwa situasi tertentu menimbulkan masalah, tahap mendefinisikan masalah ini berfungsi sebagai
titik tolak untuk langkah-langkah pemecahan masalah selanjutnya.

Consider, for example, the current climate crisis.It is common to think of climate change as a problem
of high emissions(forinstance,ofCO2).If we set the boundaries of the climate change problem as those
of high emissions,it follows that our problem solving measures will be tailored to reduce
emissions(i.e.,they will be directed at those who emit). This leads us to search for solutions that can
entice businesses and governments to change their practices in order to reduce emissions. If, by
contrast, we define the climate change problem in a different way – for example, defining the problem
more broadly than that of producers’ emissions and instead as a problem of a wide spread consumerist
lifestyle – this suggests that individuals’ social behavior must be addressed in solving the problem.
This opens up new possibilities, alternative solutions, for managing the problem. In this instance,
rather than attempting to influence airline companies into reducing their emissions (through
legislation or economic incentives), individuals might be encouraged to change their habits of
consumption and reduce their travel by airplane. How we construct the problem space, define the
problem, then, is crucial for how we address and solve that problem.

Pertimbangkan, misalnya, krisis iklim saat ini. Adalah umum untuk menganggap perubahan iklim
sebagai masalah emisi tinggi (misalnya, CO2). Jika kita menetapkan batas-batas masalah
perubahan iklim sebagai batas emisi tinggi, maka kita langkah-langkah pemecahan masalah akan
disesuaikan untuk mengurangi emisi (yaitu, mereka akan diarahkan pada mereka yang mengeluarkan).
Hal ini mengarahkan kami untuk mencari solusi yang dapat menarik bisnis dan pemerintah untuk
mengubah praktik mereka guna mengurangi emisi. Sebaliknya, jika kita mendefinisikan masalah
perubahan iklim dengan cara yang berbeda - misalnya, mendefinisikan masalah secara lebih luas
daripada emisi produsen dan sebaliknya sebagai masalah gaya hidup konsumeris yang tersebar luas -
ini menunjukkan bahwa perilaku sosial individu harus ditangani dalam memecahkan masalah. Ini
membuka kemungkinan baru, solusi alternatif, untuk mengelola masalah. Dalam contoh ini, daripada
mencoba memengaruhi perusahaan penerbangan untuk mengurangi emisi mereka (melalui undang-
undang atau insentif ekonomi), individu mungkin didorong untuk mengubah kebiasaan konsumsi
mereka dan mengurangi perjalanan mereka dengan pesawat terbang. Bagaimana kita membangun
ruang masalah, mendefinisikan masalah, kemudian, sangat penting untuk bagaimana kita
menangani dan memecahkan masalah itu.

As indicated, problem-definition comprises two distinct aspects; it is fruitful to treat them separately,
since they involve distinct issues and give rise to different challenges.First, problem-definition
involves what is commonly referred to as problem finding.Second,problem-definition further involves
problem formulation.Later in the chapter we outline each component of problem-definition. First,
however, we must distinguish between what we call the “accounting problem”and the “ethical
problem”. These two types of problems are key aspects of the difficulties that an accountant decision
maker may encounter in the accounting situations. The identification and definition of any given
problem in the accounting situation will likely need to make such a distinction.In brief, this distinction
will be crucial for framing the problems that emerge in the domain of accounting ethics.

Seperti yang ditunjukkan, definisi masalah terdiri dari dua aspek yang berbeda; ada gunanya
memperlakukan mereka secara terpisah, karena mereka melibatkan masalah yang berbeda
dan menimbulkan tantangan yang berbeda. Pertama, definisi masalah melibatkan apa yang
biasa disebut sebagai penemuan masalah. Kedua, definisi masalah lebih jauh melibatkan
perumusan masalah. garis besarkan setiap komponen definisi masalah. Pertama, bagaimanapun, kita
harus membedakan antara apa yang kita sebut "masalah akuntansi" dan "masalah etika". Kedua jenis
masalah ini adalah aspek kunci dari kesulitan yang mungkin dihadapi oleh pengambil keputusan
akuntan dalam situasi akuntansi. Identifikasi dan definisi masalah tertentu dalam situasi akuntansi
kemungkinan akan perlu membuat perbedaan tersebut. Singkatnya, perbedaan ini akan sangat penting
untuk membingkai masalah yang muncul dalam domain etika akuntansi.