Daftar Isi
Kata Pengatar…………………………………………………………………………………………....i
Daftar Isi……………………………………………………………………..…………………………….ii
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Pembahasan
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................................12
3.3 Kritik..................................................................................................................................12
Daftar Pusaka………………………………………………………………………………………….13
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia pada pertama kalinya adalah semata-mata untuk
mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. jadi hal ini sebenarnya tujuan bangsa Portugis
lebih luas rempah-rempah dan berbahaya daripada Belanda karena disamping mencari
keuntungan juga didasarkan pada motif agama yaitu untuk meneruskan perjuangan
melawan agama Islam dan menyiarkan agamanya (Kristen) serta sudah tentu tidak
ketinggalan untuk memperoleh kejayaaan atau mengharumkan tanah airnya (gold, gospel,
glory). Seperti kita ketahui pada tahun 1580 Portugal ditaklukan oleh Spanyol sedangkan
negara tersebut belakangan ini sedang terlibat dalam peperangan melawan Belanda. Maka
disebabkan oleh peristiwa itulah Bangsa Belanda tergerak hatinya untuk mencari sendiri
jalan ke Indonesia, sehingga dapat melanjutkan kehidupan dengan cara berdagang langsung
antara sumber rempah-rempah dengan negara-negara Eropa yang sangat
membutuhkankannya. Semula mereka hanya berperan sebagai penghubung atau pedagang
antara Lissabon dengan negara-negara Eropa Timur dan Utara.
III. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memenuhi tugas
Sejarah Bahasa Indonesia. Selain itu juga untuk memahami lebih dalam mengenai sejarah
VOC di Indonesia. Harapan kami adalah agar makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi kami
sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi meraka yang membutuhkan untuk referensi
ataupun bahan bacaan
1
BAB II
Pembahasan
Ternate tersebut adalah Frederik de Houtman (1621-1623). Antonio Van Diemen (1636-
1645), Joan Maetsycker (1653-1678), Cornelis Speeldman (1681-1684).
Setelah berpusat di Batavia, VOC melakukan perluasan kekuasaan dengan pendekatan serta
campur tangan terhadap kerajaan-kerajaan di Indonesia antara lain Ternate, Mataram,
Banten, Banjar, Sumatra, Gowa serta Maluku. Perluasan kekuasaan Belanda ke daerah-
daerah luar Jawa benar-benar berbeda dengan
perluasan kekuasaannya di Jawa, karena di sebagian besar daerah luar Jawa tidak pernah
ada alasan yang permanen atau sungguh-sungguh untuk menguasai oleh pihak Belanda.
Akibat hak monopoli yang dimilikinya, VOC memaksakan kehendaknya sehingga
menimbulkan permusuhan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Untuk menghadapi
perlawanan bangsa Indonesia VOC meningkatkan kekuatan militernya serta membangun
benteng-benteng seperti di Ambon, Makasar, Jayakarta dan lain-lain. VOC dapat
memperoleh monopoli perdagangan Indonesia karena melakukan beberapa hal diantaranya
adalah melakukan pelayaran hongi untuk memberantas penyelundupan. Tindakan yang
dilakukan VOC adalah merampas setiap kapal penduduk yang menjual langsung rempah-
rempah kepada pedagang asing seperti
Inggris, Perancis dan Denmark. Hal ini banyak dijumpai di pelabuhan bebas Makasar.
Melakukan Ekstirpasi, yaitu penebangan tanaman milik rakyat. Tujuannya adalah
mepertahankan agar harga rempah-rempah tidak merosot bila hasil panen
b. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dagang dengan bangsa Eropa
lainya.
c. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spayol yang
masih menduduki Belanda
Karena hak-hak yang dimiliki VOC ini, menyebabkan VOC berkembang pesat, bahkan
Portugis mulai terdesak. Untuk mengusung kepentingan VOC diangkatlah gubenur jendral
VOC yang pertama yaitu Pieter Both (1610-1614). Pada masa gubnur jendral J.P Coen
menilai Jayakarta lebih strategis, pada tahun 1611 berhasil direbutnya dan diuabh namanya
menjadi Batavia. Kota ini lalu dijadikan pusat kekuasaan VOC di Indonesia.[2]
Usaha VOC untuk mendapatkan untung yang sebesar-besarnya adalah melalui monopoli
perdagangan. Untuk itu VOC menerapakan beberapa aturan dalam
a. Verplichhte Leverantie
Verplichhte Leverantie yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah
ditetapkan oleh VOC. Peraturan ini melarang rakyat untuk menjual hasil bumi kepada
pedagang lain selain VOC.
b. Contingenten
Contingenten yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
c. Ektripasi
Ektripasi yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar tidak terjadi
kelebihan produksi yang dapat menyebabkan harga merosot.
d. Pelayaran Hongi
Pelayaran Hongi yaitu pelayaran dengan menggunakan perahu kora-kora untuk mengawasi
pelaksanaan perdagangan VOC dan menindak pelanggarnya.
Sultan Agung (1613-1645) adalah raja terbesar Mataram yang bercita-cita: (1)
mempersatukan seluruh Jawa di bawah Mataram, dan (2) mengusir Kompeni (VOC) dari
Pulau Jawa. Untuk merealisir cita-citanya, ia bermaksud membendung usaha-usaha
Kompeni menjalankan penetrasi politik dan monopoli perdagangan.[5]
Pada tanggal 18 Agustus 1618, kantor dagang VOC di Jepara diserbu oleh Mataram. Serbuan
ini merupakan reaksi pertama yang dilakukan oleh Mataram terhadap VOC. Pihak VOC
kemudian melakukan balasan dengan menghantam pertahanan Mataram yang ada di
Jepara. Sejak itu, sering terjadi perlawanan antara keduanya, bahkan Sultan Agung
berketetapan untuk mengusir Kompeni dari Batavia.
Serangan besar-besaran terhadap Batavia, dilancarkan dua kali. Serangan pertama, pada
bulan Agustus 1628 dan dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang I di bawah pimpinan
Baurekso dan Dipati Ukur, sedangkan gelombang II di bawah pimpinan Suro Agul-Agul,
Manduroredjo, dan Uposonto. Batavia dikepung dari darat dan laut selama tiga bulan, tetapi
tidak menyerah. Bahkan sebaliknya, tentara Mataram akhirnya terpukul
mundur.Perlawanan pertama mengalami kegagalan disebabkan :
· Terserang penyakit
Perlawanan rakyat Mataram kedua terhadap VOC di Batavia dilaksanakan tahun 1629.
Sultan Agung menyerang Batavia untuk kedua kalinya yang dipimpin oleh Dipati Puger dan
Dipati Purbaya. Pasukan Mataram berusaha membendung sungai Citarum yang melewati
kota Batavia. Pembendungan itu pun bermaksud agar VOC di Batavia kekurangan air dan
mudah kelelahan. Strategi ini ternyata cukup efektif, terbukti bangsa Belanda kekurangan
air dan terjangkit wabah penyakit malaria dan kolera yang sangat
Perlawanan pasukan Mataram yang kedua terpaksa mengalami kegagalan lagi karena :
· Kalah persenjataan.
· Datanglah musim penghujan, sehingga taktik Sultan Agung untuk membendung sungai
Ciliwung gagal.
Pertentangan antara banten dengan VOC diawali Pada tahun 1619 J.P Coen berhasil merebut
Jayakarta. VOC yang berpusat di Batavia ingin menguasai Selat Sunda, karena Selat Sunda
merupaka daerah perdagangan Banten yang sangat penting, langkah Belanda ditentang
terus oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Perlawanan Banten meningkat setelah Sultan Ageng
Tirtayasa naik tahta pada tahun 1651.
Untuk melemahkan kerajaan banten VOC melakukan politik "devide et impera". Pada tahun
1671 Sultan Ageng Tirtoyoso mengangkat putra mahkota (dikenal dengan sebutan Sultan
Haji karena pernah naik haji) sebagai pembantu yang mengurusi urusan dalam negeri,
sedangkan urusan luar negeri dipercayakan kepada Pangeran Purboyo ( adik Sultan Haji).
Atas hasutan VOC, Sultan Haji mencurigai ayahnya dan menyatakan bahwa ayahnya ingin
mengangkat Pangeran Purboyo sebagai raja Banten. Pada tahun 1680, Sultan Haji berusaha
merebut kekuasaan, sehingga terjadilah perang terbuka antara Sultan Haji yang dibantu
VOC melawan Sultan Ageng Tirtoyoso (ayahnya) yang dibantu Pangeran Purboyo. Sultan
Ageng Tirtoyoso dan Pangeran Purboyo terdesak ke luar kota, dan akhirnya Sultan Ageng
Tirtoyoso berhasil di tawan
oleh VOC; sedangkan Pangeran Purboyo mengundurkan diri ke daerah Priangan. Pada
tahun 1682 Sultan Haji dipaksa oleh VOC untuk menandatangani suatu perjanjian yang
isinya :
Pada abad ke-17 di Sulawesi Selatan telah muncul beberapa kerajaan kecil seperti Gowa,
Tello, Sopeng, dan Bone. Di antara kerajaan tersebut yang muncul menjadi kerajaan yang
paling kuat ialah Gowa, yang lebih dikenal dengan nama Makasar yang mencapai puncak
kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654 - 1669.
Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC pelayaran dan perdagangan di
wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang tersebut terasa semakin berat untuk VOC
sehingga VOC berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan saling menguntungkan.
Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini disambut baik oleh Raja Gowa dan kemudian
VOC diizinkan berdagang secara bebas. Setelah mendapatkan kesempatan berdagang dan
mendapatkan pengaruh di Makasar, VOC mulai menunjukkan perilaku dan niat utamanya,
yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin.
Tuntutan VOC terhadap Makasar ditentang oleh Sultan Hasanudin dalam bentuk
perlawanan dan penolakan semua bentuk isi tuntutan yang diajukan oleh VOC. Oleh karena
itu, kompeni selalu berusaha mencari jalan untuk menghancurkan Makassar sehingga
terjadilah beberapa kali pertempuran antara rakyat Makassar melawan VOC.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua terjadi pada tahun
1654. Kedua pertempuran tersebut diawali dengan perilaku VOC
9
yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang masuk maupun keluar Pelabuhan
Makasar. Dua kali upaya VOC tersebut mengalami kegagalan karena pelaut Makasar
memberikan perlawanan sengit terhadap kompeni. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666 -
1667 dalam bentuk perang besar. Ketika VOC menyerbu Makasar, pasukan kompeni dibantu
oleh pasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan
angkatan laut VOC, yang dipimpin oleh Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari laut,
sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis
agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin serta melakukan penyerbuan
ke Makasar.
Peperangan berlangsung seru dan cukup lama, tetapi pada saat itu Kota Makassar masih
dapat dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan Hasanudin
terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada
tahun 1667.
Perlawanan rakyat Makasar akhirnya mengalami kegagalan. Salah satu faktor penyebab
kegagalan rakyat Makasar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan
Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar selanjutnya dilakukan dalam
bentuk lain, seperti membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan
terhadap VOC.
§ Wilayah Makasar terbatas pada Goa, wilayah Bone dikembalikan kepada Aru Palaka.
§ Makasar tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC dengan hak monopolinya.
§ Semua benteng harus dihancurkan, kecuali satu benteng Ujung Pandang yang kemudian
diganti dengan nama Benteng Roterrdam.
10
Perlawanan yang dilakukan oleh Thomas Matulesi (Pattimura) terjadi di Saparua, yaitu
sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon. Adapun Sebab-sebab terjadinya perlawanan ini
adalah :
ü Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita
dibawah VOC
Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda dibawah pimpinan Thomas
Matulesi atau Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat Maluku mulai bergerak dengan
membakar perahu-perahu milik Belanda di pelabuhan Porto. Selanjutnya rakyat menyerang
penjara Duurstede. Residen Van den Berg tewas tertembak dan benteng berhasil dikuasai
oleh rakyat Maluku.
Pada bulan Oktober 1817 pasukan Belanda dikerahkan secara besar-besaran, Belanda
berhasil menangkap Pattimura dan kawan-kawan dan pada tanggal 16 Desember 1817
Pattimura dijatuhi hukuman mati ditiang gantungan, dan berakhir perlawanan rakyat
Maluku.
11
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
VOC datang pada tahun 1695 dipimpin oleh Cornelis De Houtman yang tujuan awalnya
adalah berdagang di wilayah Indonesia. Tapi seiring berjalannya waktu, VOC memperluas
wilayah perdagangannya dan karena Indonesia kaya akan rempah-rempah maka timbul
keinginan VOC agar menguasai Indonesia beserta sumber daya alamnya.
3.2 Saran
Keberadaan VOC membawa banyak pengaruh bagi bangsa Indonesia. Baik dalam bidang
ekonomi, sosial, maupun politik. Pengaruh yang ada harus kita evaluasi dengan baik. Jangan
sampai kita kembali terjajah dengan kedatangan bangsa dan organisasi asing seperti VOC.
Indonesia memiliki banyak sumber daya yang harus kita kelola sepandai-pandainya agar
tidak mudah dikuasai oleh bangsa asing yang akan menjadikan kita budak di negara sendiri.
Sebagai generasi bangsa kita harus mengisi kemerdekaan dan menjaga keutuhan serta
kasatuan wilayah Indonesia supaya masa penjajahan tidak terulang lagi.
12
Daftar Pustaka
Sumber: sejarahterjadinya.blogspot.com/2014/01/sejarah-voc-di-indonesia_29.html