Anda di halaman 1dari 10

PENCEGAHAN JATUH UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN PADA

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN STROKE

STUDI KASUS

KaryaTulisIlmiah
Di ajukanuntukmemenuhipersyaratandalam
Memperolehgelar Ahli Madya Keperawatan
Di AkademiKeperawatanYappiSragen

Oleh :
FAIQ AHMAD
17020

AKADEMI KEPERAWATAN YAPPI


SRAGEN – JAWA TENGAH
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan gaya hidup masyarakat zaman sekarang menyebabkan banyak

factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit tidak menular dengan kondisi

kronis seperti penyakit jantung dan stroke yang sekarang menjadi penyebab

utama kematian global. Menurut World Health Organization (WHO) cit

Harahap dan Siringoringo (2016), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di

seluruh dunia menderita stroke. Terdapat jumlah kematian sebanyak 5 juta

orang dan 5 juta orang lainya mengalami kecacatan yang permanen. penyakit

stroke telah menjadi masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama

kecacatan pada usia muda dan merupakan salah satu penyebab kematian

terbanyak di dunia. Lebih dari 60% penderita stroke di dunia hidup di Negara

berkembang. Peningkatan kejadian stroke di beberapa Negara Asia Tenggara

diakibatkan pengaruh perubahan pola hidup, polusi, dan perubahan pola

konsumsi.

Stroke dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang usia.

Setiap 1000 orang di Indonesia, delapan orang di antaranya terkena stroke.

Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan

proporsi 15,4%. Setiap tujuh orang yang meninggal di Indonesia, satu di

antaranya karena stroke (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2016).Sebagian besar kasus dijumpai pada orang-orang yang berusia di atas


40 tahun. Makin tua umur, resiko terkena stroke semakin besar (Widianto,

2016). Menurut Kementrian KesehatanRepublik Indonesia (2016),di

Indonesia penyakit stroke menduduki posisi pertama di ikuti serangan

jantung dan kanker. Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia dan

sisanya menderita kelumpuhan sebagian atau total. Sebanyak 15%

diantaranya dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.

Penyakit stroke di Indonesia semakin meningkat baik tingkat kematian ,

kecacatan , maupun kejadiannya ( Kementrian Kesehatan RI, 2013). Pada

tahun 2016 , di Jawa tegah terdapat 27 . 302. Kejadian stroke iskemik.

Sekitar 1.883 kasus stroke iskemik terjadi di Kabupaten Sukoharjo ( Dinas

Kesehatan Provensi Jawa tengah, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO)dan Mardjonocit Mahmudah

(2014), stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat

gangguan fungsi otak fokal (global), dengan gejala-gejala yang berlangsung

selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, dan tanpa adanya

penyebab lain selain vaskuler. Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang

disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara

mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)

dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu sebagai

hasil dari infark cerebri (stroke iskemik), perdarahan intraserebral atau

perdarahan subarachnoid.

Stroke dibagi menjadi dua kategori yaitu stroke hemoragik dan stroke

non hemoragik. Stroke Hemoragik adalah stroke karena pecahnya


pembuluh darah sehingga menghamb ataliran darah yang normal dan darah

merembes kedalam suatu daerah otak dan merusaknya (Pudiastuticit Harahap

dan Siringoringo, 2016).Stroke non hemoragik adalah suatu gangguan

peredaran darah otak akibat tersumbatnya pembuluh darah tanpa terjadi suatu

perdarahan, hampir sebagian besar pasien atau 83% mengalami stroke non

hemoragik (Wiwitcit Harahap dan Siringoringo, 2010).

Gejala-gejala ringan stroke dapat dikenali seperti seringnya kesemutan

ringan tanpa sebab, sakit kepala atau vertigo ringan, tiba-tiba sulit

menggerakkan mulut dan sulit berbicara, lumpuh sebelah serta mendadak

pikun dan cadel. Bagi mereka yang pernah mengalami serangan stroke lalu

dikemudian hari terkena serangan stroke yang kedua, maka serangan stroke

ulangan ini lebih berbahaya dan dapat menyebabkan kematian (Sutrisno cit

Wardhani dan Martini, 2014).

Peningkatan mutu dalam segala bidang khususnya dalam bidang kesehatan

salah satunya melalui akreditasi Rumah sakit menuju kualitas pelayanan

Internasional. Dalam sistem akreditasi yang mengacu pada standar joint

commissioninternational (JCI) diperoleh standar yang paling relevan terkait

dengan mutu pelayanan Rumah sakit International Patient Safety Goals

(sasaran internasional keselamatan pasien) yang meliputi enam sasaran

keselamatan rumah sakit. (Kemenkes RI, 2011).

Keselamatan Pasien (Patient safety) merupakan sesuatu yang jauh lebih

penting dari pada sekedar efisiensi pelayanan. Perilaku perawat dengan

kemampuan perawat sangat berperan penting dalam pelaksanaan keselamatan


pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa, kurangnya perhatian/motivasi,

kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan yang tidak mempedulikan dan

menjaga keselamatan pasien berisiko untuk terjadinya kesalahan dan akan

mengakibatkan cedera pada pasien, berupa Near Miss (Kejadian Nyaris

Cedera/KNC) atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD)

selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan memodifikasi

perilaku. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif dan tindakan yang

mengutamakan keselamatan pasien World Health Organization (WHO 2013).

Pelayanan kepada pasien di rumah sakit sudah selaknya merupakan

pelayanan yang holistic, pelayanan yang paripurna. Mulai pasien datang,

melakukan pendaftaran, pemeriksaan, hingga pasien pulang, akan tetapi

beberapa kejadian di rumah sakit kadang tidak diperhatikan, yaitu pasien

jatuh pada saat mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Pasien disini dapat

sebagai pasien rawat jalan maupun sebagai pasien rawat inap (Sanjoyo,

2014).

Sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dalam hal ini terdapat berbagai

pasien dengan berbagai keadaan dan berbagai macam kasus penyakit. Tiap-

tiap pasien adalah suatu pribadi yang unik dengan berbagai kelainan dan

kekhasan masing-masing. Dalam hal kasus penyakit terdapat juga berbagai

macam kondisi pasien yang akan berpengaruh terhadap cara pemberian

pelayanan dan perawatan yang diberikan karena kondisi pasien yang sangat

resiko. Salah satu resiko yang mungkin timbul adalah pasien jatuh (fall)

(Setyarini, 2013).
International Joint Commission International (JCI), upaya

penanggulangan kejadian pasien jatuh di rumah sakit mendapatkan perhatian

khusus. Hal ini seperti disebutkan dalam section I, chapter I Goals (IPSG),

khususnya sasaran 6 yaitu Reduce the Risk of Patient Harm Resulting from

Falls. Maksud dan tujuan dari sasaran ke 6 dari akreditasi JCI ini adalah

sebagian besar cedera pada pasin rawat inap terjadi karena jatuh, dalam

konteks ini rumah sakit harus melakukan evaluasi resiko pasien terhadap

jatuh dan segera berindak untuk menggurangi resiko terjatuh berdasarkan

kebijakan dan atau prosedur yang tepat. Program ini memantau baik

konsekuensi yang diinginkan dari tindakan yang diambil untuk menggurangi

jatuh. Rumah sakit harus harus melaksanakan program ini, oleh karena itu

standar JCI sasran ke 6 ini disebutkan rumah sakit perlu menyusun cara

pendekatan untuk menggurangi resiko cedera yang menimpa pasien akibat

jatuh (Setyarini, 2013).

Upaya mengantisipasi dan mencegah terjadinya pasien jatuh dengan atau

tanpa cidera perlu dilakukan pengkajian di awal maupun kemudian

pengkajian ulang secara berkala mengenai risiko pasien jatuh, termasuk risiko

potensial yang berhubungan dengan jadwal pemberian obat serta mengambil

tindakan untuk mengkurangi semua risiko yang telah diidentifikasikan

tersebut. Pengkajian risiko jatuh ini telah dapat dilaksanakan sejak pasien

mulai mendaftar, yaitu dengan mulai menggunakan skala jatuh.Tim Patient

Safety atau Tim Keselamatan Pasien yang dibentuk oleh Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta telah menetapkan Morse Fall Scala(MFS) sebagai


instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko jatuh.

Menghitung MFS merupakan cara untuk menentukan resiko jatuh dari pasien

dan menejemen pencegahan jatuh yang perlu dilakukan sesuai dengan standar

dan ada bebeapa teori yang peru diperhatikan dalan pasien stroke pencegahan

jatuh . Data kaitan yang berhubungan dengan stroke beresiko jatuh banyak

yang percaya bahwa stroke adalah penyebab jatuhnya seseorang di kamar

mandi. Karena ketidaksadaran dan ketidaksiapan yang akan mengganggu

aliran darah menuju ke otak. Pasien stroke beresiko jatuh karena ada beberapa

faktor yang mempengaruhi

Contoh :

1. Riwayat jatuh sebelumnya

2. Gangguan kogniti

3. Gangguan keseimbangan , gaya berjalan, atau kekuatan.

4. Gngguan mobilitas

5. Gangguan muskuloskeletal; seperti artristis, penggantian sendi,

deormitas.

Dalam upaya mencegah terjadinya kejadian yang tidak diharapkan

pada pasien yang dirawat perlu ditumbuh kembangkan kepemimpinan

dan budaya yang mencakup keselamatan pasien.

prosedur opersional pencegahan jatuh yang telah ada dan telah berlaku di

seluruh unit rumah sakit, Khusus nya di ruang rawat inap (Budiono, 2014).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul pencegahan jatuh untuk meningkatkan

keamanan pada asuhan keperawatan stroke.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pencegahan jatuh untuk meningkatkan keamanan pada asuhan

keperawatan stroke?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisis pencegahan jatuh untuk meningkatkan keamanan pada

asuhan keperawatan stroke.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis pengkajian keselamatan pasien stroke beresiko jatuh.

b. Menganalisis diagnosis keperawatan pada asuhan keperawatan

stroke.

c. Menganalisis rencana keperawatan untuk meningkatkan keamanan

pada asuhan keperawatan stroke.

d. Menganalisis implementasi untuk meningkatkan keamanan pada

asuhan keperawatan stroke.

e. Menganalisis evaluasi untuk meningkatkan keamanan pada asuhan

keperawatan stroke.
D. Manfaat Peneliti

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan untuk pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam

bidang keperawatan gawat darurat khususnya asuhan keperawatan stroke.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi

Agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke sehingga dapat

dilakukan tindakan segera.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan

untuk menambah pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan

bagi mahasiswa pada khususnya.

c. Bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan acuan dalam

pemberian asuhan keperawatan pada pasien stroke serta dapat

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pada pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Febriola, N. T. F., & Mutmainah, N. (2019). Drug Related Problems Pada Pasien
Stroke Iskemik Rawat Inap Di Rsud Ir. Soekarno Sukoharjo Tahun 2017
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Harahap, S. &Siringoringo, E. (2016).Aktivitas Sehari-hari Pasien Stroke Non


Hemoragik di RSUD Dr. Pringadi Medan. PANNMED.2(1).Diakses dari
http://.poltekkes.medan.ac.id.

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=drug+problems+pada+pasien+stroke+iskemik+
rawat+inap+di+rsud+ir.
+soekarno+sukoharjo+tahun+2017&btnG=https://scholar.google.co.id/sch
olar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=hubungan+pengetahuan+dengan+kepatuhan+pe
rawat+dalam+pelaksanaanstandar+prosedur+operasional+pencegahan+resi
ko+jatuh+pasien+di+rumah+sakit+panti+waluyo+surakarta&btnG=#d=gs
_cit&u=%2Fscholar%3Fq%3Dinfo%3AhPoWcy88yUQJ
%3Ascholar.google.com%2F%26output%3Dcite%26scirp%3D0%26hl
%3Did

Kementerian Kesehatan RI. (2016). LaporanHasilRisetKesehatanDasar.Jakarta:


BadanPenelitiandanPengembanganKesehatan

Non Hemoragik di RSUD Dr. Pringadi Medan PANNMED.2 (1) . Diakses dari
http://Poltekkes.Medan.Ac.id

Oktaviani, H., Sulisetyawati, S. D., & Fitriana, R. N. (2015). Hubungan


pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan standar
prosedur operasional pencegahan resiko jatuh pasien di rumah sakit panti
waluyo surakarta. STIKES Kususma Husada.

Widianto, L. (2016). Stroke Non Hemoragik Pada Laki-Laki Usia 65 Tahun.


Medula. 1(3).http://download.portalgaruda.org

Anda mungkin juga menyukai