Anda di halaman 1dari 7

GAMBARAN PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID SISTEMIK JANGKA PANJANG

TERHADAP KEJADIAN KATARAK DI POLI MATA RUMAH SAKIT PERTAMINA


BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG

Hetti Rusmini1, Syamsiatul Ma’rifah2

ABSTRAK
Kortikosteroid merupakan anti inflamasi yang identik dengan kortisol, hormon
steroid alami pada manusia yang disintesin dan disekresi oleh korteks adrenal.Efek
samping dari terapi kortikosteroid ini baik kortikosteroid topikal maupun sistemik dapat
timbul akibat pemberian yang terus menerus terutama dalam dosis yang besar
diantaranya seperti osteoporosis, katarak, gejala Cushingoid, dan gangguan kadar gula
darah. Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi frekuensi pasien katarak yang
memiliki riwayat penggunaan Kortikosteroid sistemik jangka panjang di Poli Mata Rumah
Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Februari 2016.
Jenis penelitian ini menggunakan metode survey descriptif dengan pendekatan
cross sectional. Sampel berjumlah 127 diambil menggunakan proportional random
sampling.
Hasil penelitian pada distribusi frekuensi karakteristik responden didapatkan
(7,10%) responden mengalami jenis katarak Trauma, (18,9 %) responden mengalami
jenis katarak yang disebabkan oleh Diabetes Melitus, (0,7 %) responden megalami
katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jenis steroid, (73,3 %)
responden mengalami jenis katarak yang lainnya. (31,5 %) responden menggunakan
kortikosteroid, (68,5 %) responden tidak menggunakan kortikosteroid. (97,5 %).
Kesimpulan: Walaupun hanya 31,5% yang menggunakan terapi kortikosteroid pada
pasien katarak hal ini harus tetap diperhatikan oleh para klinisi dalam pengelolaan pasien
pemakai terapi kortikosteroid jangkan panjang.

Kata Kunci : Kortikosteroid, katarak


banyak yang digunakan tidak sesuai
PENDAHULUAN denganindikasi maupun dosis dan lama
Kortikosteroid merupakan anti pemberian,seperti pada penggunaan
inflamasi yang identik dengan kortisol, kortikosteroid sebagai obat
hormon steroid alami pada manusia untukmenambah nafsu makan dalam
yang disintesin dan disekresi oleh waktu yang lama dan berulang sehingga
korteks adrenal.1 Berdasarkan cara bisa memberikan efek yangtidak
penggunaannya, kortikosteroid dapat diinginkan.Untuk menghindari hal
dibagi dua, yaitu kortikosteroid sistemik tersebut diperlukan pemahaman yang
dan kortikosteroid topikal.2,3Untuk mendalam dan benar
keberhasilan pengobatan dengan tentangkortikosteroid baik
kortikosteroid, beberapa faktor kunci farmakokinetik, fisiologi didalam tubuh
yang harus dipertimbangkan adalah maupun akibat-akibat yang bisa
diagnosis yang akurat, memilih obat terjadibila menggunakan obat tersebut.
yang benar, mengingat potensi, jenis Efek dari terapi kortikosteroid ini
sediaan, frekuensi penggunaan obat, baik kortikosteroid topikal maupun
durasi pengobatan, efek samping, dan sistemik dapat timbul akibat pemberian
profil pasien yang tepat. yang terus menerus terutama dalam
Kortikosteroid merupakan obat dosis yang besar.4 Dosis steroid harus
yang sangat banyak dan luas dipakai diberikan dalam dosis minimal karena
dalam dunia kedokteran.Begitu luasnya risiko tinggi mengalami efek samping
penggunaan kortikosteroid ini bahkan seperti osteoporosis, katarak, gejala

1. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati


2. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Jurnal
JurnalIlmu
IlmuKedokteran
KedokteranDan
DanKesehatan,
Kesehatan,Volume
Volume4,4,Nomor
Nomor2,2,April
April2017
2017 911
Cushingoid, dan gangguan kadar gula Pertamina Bintang Amin, sehingga
darah.5 membuat peneliti ingin mengetahui
Katarak atau kekeruhan lensa gambaran faktor risiko penggunaan
mata merupakan salah satu penyebab kortikosteroid sistemik jangka panjang
kebutaan terbanyak Indonesia maupun terhadap kejadian katarak. Dengan
didunia. Perkiraan insiden katarak adanya hasil penelitian ini diharapkan
adalah 0,1%/tahun atau setiap tahun di dapat digunakan sebagai data untuk
antara 1.000 orang terdapat penelitian selanjutnya.
seorangpenderita baru katarak.
Penduduk Indonesia juga memiliki METODE PENELITIAN
kecenderungan menderita katarak 15 Metode penelitian yang peneliti
tahun lebih cepatdibandingkan gunakan adalah jenis penelitiansurvei
penduduk di daerah subtropis, sekitar deskriptif yaitu bertujuan untuk melihat
16-22% penderita katarak yang gambaran fenomena (termasuk
dioperasi berusia di bawah 55tahun.6 kesehatan) yang terjadi di suatu
Oleh sebab itu, World Health populasi tertentu. Jenis penelitian ini
Organization (WHO) mencanangkan dengan menggunakan Survei
program Vision 2020 untuk mengurangi morbiditas, suatu survei deskriptif yang
berbagai penyebab kebutaan. 6 bertujuan untuk mengetahui kejadian
Penelitian mengenai terapi dan distribusi penyakit dalam
kortikosteroid dengan katarak masyarakat atau populasi. Survei ini
dilaporkan pertama kali pada tahun sekaligus digunakan untuk mengetahui
1960 oleh Black, katarak subkapsular incidence atau kejadian suatu penyakit
posterior dilaporkan terjadi pada maupun prevalensi. Pendekatan yang
penggunaan terapi kortikosteroid jangka digunakan pada desain penelitian ini
panjang dibandingkan kelompok kontrol adalah Cross Sectional StudyDimana
tanpa kortikosteroid. Penelitian ini Pengambilan data dilakukan hanya
menunjukkan katarak terjadi karena sekali Saja pada setiap responden. 25
adanya pengaruh dari dosis terapi Populasi adalah keseluruhan objek
kortikosteroid. Namun, hubungan dosis penelitian yang akan diteliti.25 Populasi
dan katarak ini masih kontroversial.7 penelitian ini adalah pasien katarak yang
Menurut Cotlier, terbentuknya datang ke Poli Mata Rumah Sakit
katarak akibat terapi kortikosteroid ini Pertamina Bintang Amin Bandar
karena reaksi spesifik dengan asam Lampung. Rata-rata per-bulan dalam
amino dari lensa sehingga menyebabkan tiga bulan terakhir adalah 186 orang.
agregasi. Pada protein dan kekeruhan Tehnik sampling yang digunakan
lensa. Aktivasi reseptor glukokortikoid dalam penelitian ini Purposive Sampling.
pada sel epitel lensa berakibat proliferasi Pengambilan sampel secara purposive
sel, penurunan apoptosis, dan didasarkan pada suatu pertimbangan
menghambat diferensiasi sel.7 tertentu yang dibuat oleh peneliti
Insiden katarak sebesar 4 % sendiri, beerdasarkan ciri atau sifat-sifat
terlihat pada pemberian kortikosteroid populasi yang sudah diketahui
selama 2 bulan dengan minimal sebelumnya. Sampel penelitian yang
pemberian 5 mg prednison per hari.8 digunakan dalam penelitian ini
Menurut beberapa penelitian, pemberian berjumlah 127 responden atau pasien
lebih dari 15 mg per hari merupakan katarak yang datang ke Poli Mata
pemakaian dosis tinggi. Oleh karena itu, Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
perlu dilakukan deteksi awal pada pasien Bandar Lampung.
yang menggunakan terapi kortikosteroid
jangka panjang dan dalam dosis tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Insiden penyakit katarak di Rumah
Sakit Bintang Amin Bandar Lampung Tabel 1 Karakteristik Responden
sangatlah tinggi. Menurut data Rekam Variabel N %
Medik di Poli Mata Rumah Sakit
Usia <40 tahun 2 1.5 %
Pertamina Bintang Amin kurang lebih
100 orang pasien katarak per bulan 40-49 tahun 11 8,60%
yang datang ke Poli Mata Rumah Sakit 50-59 tahun 31 24,40%

92 JurnalDan
Jurnal Ilmu Kedokteran Ilmu Kedokteran
Kesehatan, Dan Kesehatan,
Volume Volume
4, Nomor 2, 4, Nomor 2, April 2017
April 2017 2
60-69 tahun 38 29,90% terjadi gangguan hormonal sehingga ada
jaringan-jaringan tubuh yang mudah
70-79 tahun 32 25,10% rusak. Jenis kelamin erat kaitanya
80-89 tahun 11 8,60% dengan katarak kejadian katarak.
≥90 tahun 2 1,50% Menurut Ilyas (2007), adanya hubungan
Jenis antara jenis kelamin dengan kejadian
Kelamin Laki-Laki 73 57,50% katarak yang kebanyakan diderita
berjenis kelamin perempuan ini
Perempuan 54 42,50%
disebabkan perempuan mengalami
mengalami monopouse pada usia 45
Berdasarkan tabel 1 maka
tahun, sehingga mengakibatkan
diketahui bahwa usia responden di Poli
kemampuan metabolisme dalam tubuh
Mata Rumah Sakit Pertamina Bintang
semakin berkurang dan terjadi
Amin Bandar Lampung Februari 2016
kerusakan pada jaringan tubuh.19
yang memiliki frekuensi tertinggi yaitu
usia 60-69 tahun sebanyak 38
Tabel 2 Distribusi Jenis Katarak
responden (29,90%). Berdasarkan tabel
jenis kelamin responden di Poli Mata Jenis katarak N %
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Trauma 9 7,10%
Bandar Lampung Februari 2016 yang Non-Trauma
memiliki frekuensi tertinggi yaitu jenis • DM 24 18,90 %
kelamin laki-laki sebanyak 73 responden • Steroid 1 0,70 %
(57,5%) dan terendah yaitu perempuan • Lain-lain 93 73,30 %
sebanyak 54 responden (42,5%). Total 127 100%
Usia dapat mempengaruhi
terjadinya proses katarak, karena Berdasarkan tabel 4.2 maka
dengan menjadi tuanya seseorang maka diketahui bahwa jenis katarak responden
lensa mata akan kekurangan air dan di Poli Mata Rumah Sakit Pertamina
menjadi lebih padat. Lensa akan Bandar Lampung Februari 2016 yang
menjadi keras pada bagian tengahnya, memiliki frekuensi tertinggi yaitu
sehingga kemampuannya memfokuskan katarak yang diakibatkan karena DM
benda dekat berkurang. Hal ini mulai sebanyak 24 responden (18,90%).
terlihat pada usia 45 tahun dimana Katarak adalah keadaan lensa
mulai timbul kesukaran melihat dekat mata keruh. Pada normalnya lensa
(presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir mata bening dan transparan. Apabila
60% mulai mengalami katarak atau terjadi kekeruhan pada lensa atau
lensa keruh. katarak, cahaya tidak dapat difokuskan
Hal tersebut sesuai dengan dengan baik sehingga penglihatan
penelitian yang dilakukan Istiantoro menjadi kabur. Pada katarak dengan
(2008) bahwa proses degeneratif kekeruhan yang kecil tidak banyak
mengakibatkan lensa menjadi keras dan mengganggu penglihatan tetapi katarak
keruh karena terjadi penurunan kerja yang mengakibatkan penglihatan kabur
metabolisme dalam tubuh. Artinya, dapat mengganggu penglihatan sampai
semakin bertambah usia seseorang tidak melihat atau berkabut tebal
maka resiko terjadinya penyakit katarak sekali.9
akan besar pula.35 Trauma pada mata yang dapat
Hasil penelitian menunjukan (42,5 menyebabkan penurunan tajam
%) responden laki-laki, (57,5 %) penglihatan diantaranya adalahabrasi
responden perempuan. Dari hasil kornea, laserasi dan ruptur kornea,
penelitian ini kejadian tertinggi terjadi edema kornea, hifema, uveitis
pada laki-laki. Hal ini menunjukan angka traumatik, iridoplegia, iridodialisis,
kejadian penyakit katarak lebih tinggi luksasi dan subluksasi lensa, katarak
pada laki-laki dibanding perempuan traumatik, perdarahan vitreus,
sedangkan menurut teori kejadian pada perdarahan retina dan koroid, edema
wanita lebih tinggi dibandingkan pria retina dan koroid, edema macula,
karena pada wanita terjadi menopause. ablasioretina, dan fraktur orbita yang
Ketika terjadi menopause biasanya menekan saraf optik.19

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 2, April 2017 3


Pada penelitian Tana (2010), katarak pada DM meningkat 3,24 kali
hubungan antara trauma tumpul pada dibandingkan tidak DM.
mata terhadap kejadian katarak Katarak yang diakibatkan karena
diperoleh presentase katarak lebih tinggi lamanya terapi steroid, selain lama
pada yang mengalami trauma tumpul penggunaannya dosis yang digunakan
pada mata dibandingkan yang tidak juga sangat mempengaruhi.
pernah mengalami trauma tumpul pada Kortikosteroid merupakan anti inflamasi
mata, namun uji statistik tidak terdapat yang identik dengan kortisol, hormon
hubungan yang bermakna.31 steroid alami pada manusia yang
Hal ini sesuai yang dikemukakan disintesin dan disekresi oleh korteks
oleh Ilyas (2006) di Jakarta, yaitu adrenal.1 Terapi kortikosteroid memiliki
trauma yang terjadi pada mata efek samping jika pemberian terus
seseorang akanmengakibatkan adanya menerus terutama dosis yang besar.4
erosi epitel Salah satu efek samping yang
kornea,hypermairidocylitis,glaucoma ditimbulkan adalah katarak.5 Obat lain
danpendaharan badan kaca yang yang dapat menyebabkan katarak
berlangsung secara akut dan subakut adalah phenothiazine, amiodarone, dan
akibat dariaktivitas berisiko sehingga obat tetes phospholine iodine.
memungkinkan masyarakat Penelitian Brocklebank
menganggap kejadiantrauma yang menunjukkan hubungan tidak bermakna
terjadi bukanlah masalah serius antara dosis terapi kortikosteroid
sehingga keengganan dengan katarak pada anak dengan
untukmemeriksakan kesehatan mata sindrom nefrotik. Penghentian terapi
semakin besar. kortikosteroid ketika remisi dapat
Kelainan Metabolik pada mata, ini memberhentikan proses pembentukan
dimaksudkan oleh adanya peningkatatan katarak namun tidak mengembalikan
glukosa darah atau hiperglikemi dan kekeruhan lensa yang telah terjadi.7,32
disertai berbagai kelainan metabolik Berbeda dengan penelitian- penelitian
akibat gangguan hormonal, yang terdahulunya oleh Black dkk dan Crews ,
menimbulkan berbagai komplikasi kronik yang menunjukkan terdapat hubungan
pada mata, saraf dan pembuluh antara dosis dan lama terapi dengan
darah.pada orang yang menderita terjadinya katarak.7
Diabetes Mellitus. Padastruktur mata Tabel 3 Distribusi Frekuensi Penggunaan
dapat terkena oleh akibat penyakit Kortikosteroid
Diabetes Mellitus dan Penggunaan KS N %
dapatmengakibatkan terjadinya katarak
Menggunakan 40 31,50%
ini diakibatkan oleh adanya dehidrasi
yang lamapada kapsul lensa yang juga Tidak Menggunakan 87 68,50%
mengakibatkan terjadinya kekeruhan Total 127 100%
pada lensamata.dari penelitian ini
tergambar adanya keterhubungan Berdasarkan tabel 3 maka
antara diabetes mellitusdengan kejadian diketahui bahwa frekuensi penggunaan
katarak. kortikosteroid di Poli Mata Rumah Sakit
Dilihat dari sudut penyakit DM, Pertamina Bintang Amin Bandar
pada penelitian ini diperoleh persentasi Lampung Februari 2016 sedikit yaitu 40
katarak pada responden dengan DM responden (31,50%).
dengan risiko lebih tinggi dibandingkan Kortikosteroid pertamakali dipakai
responden yang tidak DM. Hal ini sesuai untuk pengobatan pada tahun 1949 oleh
dengan laporan para peneliti yang men- Hence et al untukpengobatan
dapatkan bahwa salah satu faktor yang Rheumatoid Artritis. Sejak saat tersebut
mempengaruhi terjadinya katarak kortikosteroid semakin luas dipakai
adalah DM.28,29,30 Penelitian lain dandikembangkan usaha-usaha untuk
melaporkan pada penderita DM, katarak membuat senyawa-senyawa
meningkat 1,6 kali lebih banyak glukokortikoid sintetik
dibandingkan dengan tanpa DM.30 untukmendapatkan efek glukokortikoid
31
Penelitian Tana , melaporkan risiko yang lebih besar dengan efek

94 JurnalDan
Jurnal Ilmu Kedokteran IlmuKesehatan,
KedokteranVolume
Dan Kesehatan,
4, NomorVolume
2, April 4, Nomor 2, April 2017
2017 4
mineralokortikoid lebih kecil Berbeda dengan penelitian-
sertaserendah mungkin efek samping.21 penelitian terdahulu oleh Black dkk dan
Crews , yang menunjukkan terdapat
Tabel4 Distribusi Frekuensi Karakteristik hubungan antara dosis dan lama terapi
Penggunaa Kortokosteroid pada dengan terjadinya katarak.7Hal ini
Pengguna Kortikosteroid sejalan dengan penelitian Kobayashi dkk
Variabel N % didapatkan 28,5 % katarak dari 35 anak
dengan sindrom nefrotik dan terdapat
Dosis <15mg 39 97,50% hubungan bermakna antara dosis dan
>15mg 1 2,50% lama terapi dengan terjadinya katarak.
Lama Penelitian ini berbeda dari
Penggunaan <2 Bulan 16 40,00% sebelumnya karena faktor kerentanan
>2 Bulan 24 60,00% individu, pengobatan penyerta, dan
faktor genetik memegang peranan
Keteraturan Teratur 7 17,50% penting dalam mempengaruhi
Tidak teratur 33 82,50% terbentuknya katarak subkapsular
Riwayat penyakit ASMA 4 10% posterior karena pada beberapa orang
memiliki metabolisme kortikosteroid
RA 26 65%
lebih lambat dari yang lain sehingga
Lain-lain 10 25% meningkatkan akumulasi kortikosteroid
dan menambah efek sampingnya.
Menurut Cotlier, terbentuknya Peneliti tidak dapat mengendalikan
katarak akibat terapi kortikosteroid ini faktor-faktor ini sehingga diperlukan
karena reaksi spesifik dengan asam penelitian lebih lanjut.
amino dari lensa sehingga menyebabkan
agregasi protein dan kekeruhan lensa. SIMPULAN DAN SARAN
Katarak subkapsular posterior khas
terbentuk pada katarak akibat Berdasarkan hasil penelitian
kortikosteroid, hal ini disebabkan oleh tentang Gambaran Penggunaan
migrasi abnormal dari sel epitel lensa. Kortikosteroid Sistemik Jangka Panjang
Aktivasi reseptor glukokortikoid pada sel terhadap Kejadian Katarak di Poli Mata
epitel lensa yang berakibat proliferasi Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
sel, penurunan apoptosis, dan Bandar Lampung Februari 2016 dapat
menghambat diferensiasi sel7. disimpulkan sebagai berikut :
Pemberian injeksi metil 1. Pengguna Kortikosteroid pada
prednisolon yang meningkatkan risiko pasien katarak di Poli Mata Rumah
katarak terdapat pada penelitian Lee Sakit Pertamina Bintang Amin
dkk, yang membandingkan kejadian Bandar Lampung Februari 2016
katarak pada anak yang menerima sebanyak 40 responden (31,5 %),
terapi oral kortikosteroid jangka panjang dan 87 responden (68,5 %) tidak
dengan terapi injeksi metil prednisolon menggunakan kortikosteroid.
berulang dan menunjukkan terdapat
hubungan bermakna antara injeksi metil Adapun saran yang dapat disampaikan
prednisolon berulang dengan kejadian adalah:
katarak pada anak.33Potensi 1. Bagi Klinisi diharapkan dapat
glukokortikoid pada metil prednisolon memberikan informasi berupa
lebih tinggi dibanding prednison.8 edukasi mengenai dosis dan cara
Namun, penelitian Lee dkk ini penggunaan pada pasien dengan
menunjukkan hubungan tidak bermakna terapi kortikosteroid jangka
antara total dosis dengan kejadian panjang, sehingga mengurangi efek
katarak. Hal ini sejalan dengan samping dari penggunaan
penelitian Nerome dkk, yang kortikosteroid jangka panjang
menunjukkan terdapat hubungan tersebut.
bermakna antara injeksi metil prednison 2. Bagi Penelitiperlunya dilakukan
dengan katarak tetapi hubungan tidak penelitian lebih lanjut untuk
bermakna antara dosis dan katarak.33,34 mengkaji lebih baik lagi mengenai
pengaruh penggunaan kortikosteroid

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 2, April 2017 5


jangka panjang terhadap kejadian 10. Murrill C, Stanfield D, VanBrocklin
katarak. Saran untuk penelitian M, Bailey Ian, DenBeste B,Dilorio R,
lebih lanjut agar dilakukan dkk. Optometric clinical practice
pemeriksaan mata awal sebelum guideline care of adult patient with
diberi terapi kortikosteroid dan lebih cataract.Didapat dari :American
spesifik mengenai dosis dan lama Optometric Association;2004
terapi kortikosteroid yang diberikan 11. Gilbert C E, Foster A. Childhood
untuk mengetahui efek blindness in the context of VISION
kortikosteroid 2020: The right to sight. Bull World
Health Organization.2001; 79:227-
232.
12. Murrill C, Stanfield D, VanBrocklin
M, Bailey Ian, DenBeste B,Dilorio R,
dkk. Optometric clinical practice
DAFTAR PUSTAKA guideline care of adult patient with
1. Levinson RD.Imunogenetics Of cataract.Didapat dari :American
ocular inflamatory disease Tissue Optometric Association;2004
Antigents 2007:69:105-12 13. Eva P, Whitcher J. Vaughan &
2. Goldfi en A. Adenokortikosteroid dan Asbury Oftalmology Umum. Edisi
antagonis adrenokortikal. In: 17.Jakarta : EGC; 2009
Katzung BG. ed. Farmakologi dasar 14. Samadi A. Steroid-induced cataract.
dan klinik. 4thed.. Jakarta: EGC; Dalam: Levin L, Albert D. Ocular
1998. p. 616-32. Disease: Mechanism and
3. Jones JB. Topical therapy. In: Burns Management.Chapter 33.China:
T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, Saunder Elsevier.2010.250-257
eds. Rook’s textbook of 15. Prof. Dr. Notoatmojo Soekidjo.
dermatology. 7thed. Australia: Metode Penelitian Kesehatan,
Blackwell Publ. 2004. p. 516-23. Jakarta: Rineka Cipta. 2012
4. Syarif A, Ari E, Arini S, Armen M, 16. Murril A.C, Stanfield L.D,
Azalia A, Bahroelim B, dkk. Vanbrocklin D.M, Bailey L.I,
Farmakologi dan Terapi. Edisi lima. Denbeste P.B, Dilomo C.R, et all.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008 Optometric clinical practice
5. Suarjana IN. Ilmu Penyakit Dalam. guideline. American optometric
Artritis Reumatoid. ed V. Vol III. association: U.S.A 2004
Internal Publisher; 2009. 2505 hal 17. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P.
6. INFODATIN.2014 Oftalmologi umum. Bab.20 lensa hal
Didapat dari di www.depkes.go.id 401-406. Edisi 14. Widya medika :
7. Jobling A, Augusteyn R. What Jakarta.2000
causes steroid cataract? A review of 18. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C,
steroid- induced posterior Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et
subcapsular cataracts. Clinical and all.(2005-2006). Lens and Cataract.
experimental optometry. 2002 [cited Chapter 5 Pathology page 45-69.
22 Desember 2011]; 85(2):61-75. Section 11. American Academy of
Didapat dari: Oftalmology : San Francisco.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/119 19. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Tajam
52401) penglihatan, kelainan refraksi dan
8. Davis P, Tornatore K, Brownie A. penglihatan warna hal 72-75. Edisi
Adrenal Cortex. Dalam: Smith C, 3. Balai Penerbit Fakultas
Reynard A, editor. Textbook of Kedokteran Universitas Indonesia :
pharmacology. Philadelphia: WB Jakarta. 2007
Saunders; 1992. h.717- 739. 20. Lang, Gerhard K. Opthalnology, A
9. Nadir S, Saleem N, Amin F, short Textbook, Penerbit Thieme
Mahmood K. Steroid sensitive Stuttgart, New York, 2000, hal 173-
nephrotic syndrome in paediatrics. 185.
Pakistan J Pharm. Sci. 2011; 21. Vajpayee, Rasik.Chataract,Juni
24(2):207-210. 2008,

96 Jurnal Dan
Jurnal Ilmu Kedokteran IlmuKesehatan,
KedokteranVolume
Dan Kesehatan,
4, NomorVolume
2, April 4, Nomor 2, April 2017
2017 6
available at www.cera.unimelb.edu, last uery.fcgi?cmd=Retrieve&db=pubme
Update 22 November 2010 d&dopt=abstract. Accesed October
22. Perdami (Perhimpunan Dokter 20,2004
Spesialis Mata Indonesia). Katarak. 30. Eye Disease. Complications of
2011 Diabetes Mellitus.
http://www.perdami.or.id/?page=ne Available at
ws.seminat.detail&id=2 http:i/wonder.cdc.gov/wonder/prevg
23. Chrousus GP. Glucocorticoid therapy uid/p0OOO 063ip0000063.asp
and withdrawal. Best practice of Accesed October 20,2004
medicine.http://Merck.Praxis.nd/bp 31. Tana L, Delima, Hastuti E,
m/bpm.asp?page:cpm02EN31 Gondhowiardjo T. Katarak Pada
24. Schimmer BP, Parker KL. Petani dan Keluarganya di
Adrenocortical hormone; Kecamatan Teluk Jambe Barat.
Adrenocortical steroids and their Media Litbang Kesehatan.
synthetic analogs; inhibitors of the 2007;XV1;4:43-5 1
synthesis and actions of 32. Seth A,Aggrawal A. Monitoring
Adrenocortical hormones. In adverse reactions to steroid therapy
Hardman JG.Limbird LE.Malinoff EB in chidren. Indian pediatric.
eds.Goodman & Gilman’s The 2004[cited 8 Juli 2012] ;41:349-
Pharmacological Basis of 357. Didapat dari:
Theurapeutics 9th ed. Mc Graw-Hill, http//www.indianpediatric.net/apr20
New York: 1996; 1459 –85 04/apr-349-357.htm
25. Orth DN, Kovacs WJ. The Adrenal 33. Lee SW,Jin KH,Lee SC, Cho BS,Park
Cortex. In Kovacs WJ ed. Williams SS. Cataract and glaucoma in
Texbook of Endocrinology, 9Th ed. Korean children with chronic
WB Saunders,Philadelphia:1998;517 glomerulonephritis receiving
–629 systemic corticosteroid
26. Lippi C, Chrousus GP. treatment.Acta
Glucocorticoids.In Yaffe SJ, Aranda ophthalmologica.2010.344-345
JV eds.Pediatric Pharmacology, 34. Nerome Y, Imanaka H, Nonaka Y,
Theurapeutic Principles in Takei S, Kawano Y. Frequent
Practice.WB Saunders, Philadelphia: methylprednison pulse therapy is a
1992; 466 – 75 risk factor for steroid cataract in
27. Kasjmir YI, Handono K, Wijaya LK, children. Pediatric
Hamijoyo l, dkk. Ilmu Penyakit International.2008;50:541-545.
Dalam. Diagnosis dan Pengelolaan 35. Istiantoro,2008. Risk Factors to
Lupus Eritematosus Sistemik. Ed VI. cataract epdemic.(Online)
Vol III. Internal Publisher, 2014. http://www.healthtoday.com./who/i
3365-3366 nt/risk-factors-cataract/index.html
28. Epidemiology of age related eye Update May 2012.
diseases in Asia. British Yournal of 36. Ilyas, SidartaTaim Hilman 2006.Ilmu
Ophthalmology. 2006;.90:506-5 Penyakit Mata untuk Dokter Mata/
29. Nidus Information services. What Umum dan Mahasiswa Kedokteran,
are the Risk Factors for Cataracts. Edisi Kedua.Jakarta ; Agung Seto.
Available at 2006
http://www.nchinlmnihgov/entrez/q

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 2, April 2017 7

Anda mungkin juga menyukai