Anda di halaman 1dari 81

VALIDASI METODE ANALISIS ASAM GALAT

MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA


TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM EKSTRAK ETANOL
DAUN BIDARA LAUT (Ziziphus mauritiana Lam)

SKRIPSI

oleh:
Melissa Oktavia
165010012

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

November 2020
VALIDASI METODE ANALISIS ASAM GALAT
MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA
TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM EKSTRAK ETANOL
DAUN BIDARA LAUT (Ziziphus mauritiana Lam)

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


dalam mencapai derajat Sarjana Farmasi
Program Studi Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim

oleh:
Melissa Oktavia
165010012

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

November 2020

i
INTISARI

VALIDASI METODE ANALISIS ASAM GALAT MENGGUNAKAN


KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA
DALAM EKSTRAK ETANOL DAUN BIDARA LAUT
(Ziziphus mauritiana Lam)

Daun bidara laut (Ziziphus mauritiana Lam) mengandung senyawa fenolik


yang terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Senyawa yang terkandung dalam
tanaman bidara laut yaitu fenolik, flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin. Salah
satu fenolik yang paling penting adalah asam galat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan asam galat dalam ekstrak etanol daun bidara laut
(EEDBL) menggunakan metode KCKT.
Daun bidara laut diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut
etanol 70% yang diuapkan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh
ekstrak kental. Analisis kandungan asam galat EEDBL menggunakan alat KCKT
(Jazco) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis pada panjang gelombang 258
nm. Fase gerak yang digunakan yaitu metanol:air dengan perbandingan (50:50
v/v) dan fase diam menggunakan C18 dengan laju alir 1,0 mL/menit. Uji validasi
yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji linieritas, sensitivitas, selektivitas,
presisi dan akurasi.
Hasil penelitian menunjukkan EEDBL mengandung asam galat 0,193%.
Metode analisis tervalidasi dengan nilai parameter yaitu uji linieritas dengan nilai
korelasi (r)= 0,9997, LOD sebesar 0,261 µg/mL dan LOQ 0,871 µg/, uji
selektivitas yang baik, uji presisi yang didapatkan %RSD 0,514% dan uji akurasi
dengan perolehan kembali 99,665%-100,810%.

Kata kunci: ekstrak daun bidara laut, KCKT, fenolik, asam galat, validasi

ii
ABSTRACT

VALIDATION OF GALLIC ACID ANALISYS USING HIGH


PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY METODS AND ITS
APPLICATIONS IN ETHANOL EXTRACT BIDARA LEAF (Ziziphus
mauritiana Lam)

Bidara leaf (Ziziphus mauritiana Lam) contain phenolic compounds which


are proven to have antioxidant activity . The compound contained in bidara leaf
in phenol, flavonoids, alkaloids, tannin and saponin. One of the most important
phenolic is gallic acid. This research aim to know the gallic acid in ethanol
extract bidara leaf (EEBL) using high performance liquid chromatography
metods.
Bidara leaf extracted using maceration method with ethanol 70% solvent
which is evaporated using rotary evaporator so obtained viscous extract. Analisys
of qallic acid content using the HPLC tool (Jazco) equipped with a UV-Vis
detector at a mavelength 258 nm. Using mobile phasemethanol : water (50:50)
and using C18 column with water rate 1,0 mL/menit. Validation test was conducted
on the test of linearity, selectivity, sensitivity, precision and accuracy.
The results showed that EEBL contained 0,103% qallic acid. The analysis
method is validated with parameter values, namely: linearity with the correlation
(r ) = 0,9997, LOD 0,261 µg/mL and the LOQ 0,871 µg/mL, good selectivity,
precision test generates %RSD 0,514% and accuracy 99,665%-100,810%.

Keywords : extracted bidara leaf,, HPLC, Fenolic, gallic acid , validatio

iii
PENGESAHAN SKRIPSI

Berjudul

VALIDASI METODE ANALISIS ASAM GALAT


MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA
TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM EKSTRAK ETANOL
DAUN BIDARA LAUT (Ziziphus mauritiana Lam)

oleh:
Melissa Oktavia
165010012

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim
Pada tanggal: 16 November 2020

Pembimbing,

(apt. Aqnes Budiarti, S.F., M.Sc.)

Mengetahui:
Fakultas Farmasi
Universitas Wahid Hasyim
Dekan,

(Dr. apt. Maulita Cut Nuria, M.Sc.)

iv
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Melissa Oktavia

NIM : 165010012

Judul Skripsi : Validasi Metode Analisis Asam Galat Menggunakan

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan Aplikasinya Dalam

Ekstrak Daun Bidara Laut (Ziziphus mauritiana Lam).

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi saya tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah skripsi saya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Semarang, November 2020


ditandatangani

Melissa Oktavia

v
PERSEMBAHAN

“ Proses hidup akan terlampaui secara sempurna jika memiliki skill, selebihnya

rasa kasian dan keberuntungan.”

Kupersembahkan untuk:
Kedua orang tua tercinta, bapak Karminto dan ibu Zubaidah
atas segala doa dan perjuangan selama ini
Adikku Maldino Dwi Julianto dan segenap keluarga tercinta
Almamater sebagai wujud terima kasih dan khidmahku

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Validasi Metode Analisis

Asam Galat menggunakan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan

Aplikasinya dalam Ekstrak Etanol Daun Bidara Laut (Ziziphus

mauritiana Lam).” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

dalam memperoleh derajat Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas

Wahid Hasyim Semarang.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya

kepada :

1. Ibu Dr. apt. Maulita Cut Nuria, M.Sc selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Wahid Hasyim Semarang.

2. Ibu apt. Aqnes Budiarti, S.F., M.Sc dan Ibu apt. Emy Susanti, S.Farm.,

M.Biomed selaku pembimbing utama dan pendamping yang telah

meluangkan waktu, tenaga, fikiran dan memberikan bimbingan kepada

penulis selama penyusunan skripsi.

3. Dosen penguji yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan saran,

masukan dan koreksi terhadap skripsi ini.

vii
4. Seluruh dosen di Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang

yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sebagai dasar penulisan

skripsi ini.

5. Seluruh Staf di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium Kimia Farmasi

Universitas Wahid Hasyim yang telah membantu untuk penelitian di

Laboratorium.

6. Teruntuk kedua orangtua saya yang senantiasa memberikan doa dan

dukungan lebih terhadap saya demi kelancaran semasa studi hingga

selesai.

7. Teman Seperjuangan Wahyu Setyaningsih dan Rotama Gurning yang

saling membantu dan pemberikan semangat hingga penyusunan skripsi ini

selesai.

8. Rekan kerjaku diapotek yang memberikan semangat, motivasi dan bantuan

dalam menyelesaikan skripsi.

9. Kakakku Abdul Rouf yang memberikan doa dan dukungannya dalam

segala hal.

10. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu pada penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi dunia

farmasi yang sebagai mana mestinya.

Semarang, November 2020

viii
Melissa Oktavia

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
INTISARI................................................................................................................ii
ABSTRACT.............................................................................................................iii
PENGESAHAN SKRIPSI.....................................Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN SKRIPSI......................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN........................................................................................v
PERSEMBAHAN...................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian........................................................................................................3
E. Tinjauan Pustaka...........................................................................................................4
1. Daun Bidara Laut (Ziziphus mauritiana Lam)...............................................4
a. Definisi..........................................................Error! Bookmark not defined.
b. Klasifikasi Tanaman.....................................Error! Bookmark not defined.
c. Morfologi Daun Bidara Laut........................Error! Bookmark not defined.
d. Kandungan Daun Bidara Laut......................Error! Bookmark not defined.
2. Ekstraksi............................................................Error! Bookmark not defined.
3. Kuersetin............................................................Error! Bookmark not defined.

F. Landasan Teori...........................................................................................................14
G. Hipotesis.....................................................................................................................15
BAB II. METODE PENELITIAN.........................................................................16
A. Bahan dan Alat yang Digunakan.................................................................................16
1. Bahan............................................................................................................16
2. Alat...............................................................................................................16
B. Jalannya Penelitian......................................................................................................17

x
1. Determinasi Tanaman...................................................................................17
2. Preparasi Daun Bidara Laut..........................................................................17
a. Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Bidara Laut..........................................17
b. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Bidara Laut (EEDBL)..............................18
3. Uji Kualitatif.............................................................................................................19
4. Pembuatan Larutan Standar Kuersetin..................................................................19
5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal.............................................................19
6. Optimasi Fase Gerak................................................................................................19
7. Pembuatan Fase Gerak.............................................................................................20
8. Pembuatan Kurva Baku...........................................................................................20
9. Validasi......................................................................................................................20
a. Uji Linieritas.................................................................................................20
b. Uji Selektivitas.............................................................................................21
c. Uji Presisi.....................................................................................................22
d. Uji Akurasi...................................................................................................23
e. Uji Sensitivitas..............................................................................................21
10.Analisis KandunganAsam Galat.............................................................................24
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN...........................................................................................................41

xi
DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil optimasi komposisi fase gerak........Error! Bookmark not defined.


Tabel II. Hasil kurva baku kuersetin......................Error! Bookmark not defined.
Tabel V. Hasil uji linieritas kuersetin.....................Error! Bookmark not defined.
Tabel VI. Hasil uji sensitivitas (LOD dan LOQ) standar kuersetin..............Error!
Bookmark not defined.
Tabel III. Presisi kadar kuersetin hasil uji..............Error! Bookmark not defined.
Tabel VII. Hasil uji kadar kuersetin dalam EEDBL............Error! Bookmark not
defined.

xii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Daun bidara laut (Ziziphus mauritiana Lam) adalah tanaman yang memiliki

banyak khasiat dalam pengobatan tradisional. Kandungan bidara laut antara lain

polifenol, flavonoid, tanin, alkaloid dan saponin (Setiawan dkk., 2014). Senyawa

fenolik berperan sebagai antioksidan alami pada tumbuhan. Senyawa fenolik

alami umumnya berupa polifenol yang membentuk senyawa eter,ester atau

glikosida antara lain flavonoid, tanin, kumarin dan lignin (Dhurhania dan

Novianto, 2018).

Senyawa fenolik adalah gugus hidroksi yang berikatan pada cincin aromatis

yang memilki satu (fenol) atau lebih (polifenol) sehingga mudah teroksidasi

dengan menyumbangkan atom hidrogen pada radikal bebas. Kemampuannya

membentuk radikal fenoksi yang stabil pada reaksi oksidasi menyebabkan

senyawa fenolik sangat potensial sebagai antioksidan (Dhurhania dan Novianto,

2018).

Aziz dkk., (2020) melakukan validasi metode KCKT untuk menetapkan

kadar asam klorogenat dalam ekstrak etanol daun yakon (Smallanthus

sonchifolius (Poepp. & Endl.) H. Robinson). Fase gerak yang digunakan adalah

asam format 0,1% dalam asetonitril dan asam format 0,1% dalam air. Fase diam

yang digunakan adalah oktadesilsilan (C18). Laju alir 0,8 mL/menit dan detektor

UV pada panjang gelombang 328 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar

asam klorogenat dalam ekstrak daun yakon sebesar 1,02%.

1
Utami dkk., (2017) melakukan validasi metode KCKT untuk menetapkan

kadar senyawa barberin dari ekstrak etanol akar dan batang sekunyit (Fibraurea

tinctoria Lour). Fase gerak yang digunakan adalah campuran eluen metanol:air.

Fase diam yang digunakan adalah oktadesilsilan (C18). Laju alir 1 mL/menit dan

detektor UV pada panjang gelombang 346 nm. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ekstrak etanol sekunyit mengandung senyawa berberin sebesar 25,8%.

Wahid, (2020) melakukan validasi metode KCKT untuk menganalisis

kualitatif dan kuantitatif tanin ekstrak kulit buah delima putih (Punica Granatum

L.). Fase gerak yang digunakan adalah asam fosfat 0,55% (v/v). Fase diam yang

digunakan adalah oktadesilsilan (C18).Laju alir 1,5 mL/menit dan detektor UV

pada panjang gelombang 277 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar

tanin ekstrak etanol kulit buah delima sebesar 2,01%.

Kromatografi cair kinerja tinggi adalah teknik pemisahan yang paling

banyak digunakan karena memiliki kelebihan dalam hal sederhana, praktis dan

sensitif. Validasi metode analisis dilakukan untuk menjamin bahwa metode

analisis akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran yang akan dianalisis

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan penelitian tentang

validasi metode analisis asam galat menggunakan KCKT dan aplikasinya dalam

EEDBL.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apakah validasi metode analisis asam galat dalam EEDBL dapat dilakukan

dengan metode KCKT?

2. Berapa kadar asam galat dalam EEDBL dengan metode KCKT?

C. Tujuan Penelitian

1. Memvalidasi metode analisis asam galat dalam EEDBL dengan metode

KCKT dan aplikasinya.

2. Penetapan analisis kadar asam galat dalam EEDBL dengan metode KCKT.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan validasi metode analisis asam

galat menggunakan KCKT dan aplikasinya dalam EEDBL.

3
E. Tinjauan Pustaka

1. Daun Bidara Laut (Ziziphus mauritiana Lam)

a. Definisi

Bidara laut (Ziziphus mauritiana Lam) adalah tanaman yang tumbuh di

daerah tropis dan subtropis. Berbagai bagian tanaman ini telah digunakan sebagai

obat tradisional pada berbagai penyakit. Semua bagian tanaman bidara banyak

digunakan dalam pengobatan tradisional seperti daun, buah, biji, akar dan batang

(Marwat dkk., 2009).

Gambar 1. Daun bidara laut (Ziziphus mauritiana Lam)

b. Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi bidara laut sebagai berikut (Setiawan dkk., 2014)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rosales

Family : Rhamnaceae

4
Genus : Strychnos

Spesies : Ziziphus Mauritiana Lam.

c. Morfologi Daun Bidara Laut

Bidara laut adalah pohon kecil dan berduri yang berdiameter batang

mencapai 30 cm dengan tinggi rata-rata 12 m. Kulit batang berwarna kuning

pucat, keras dan kuat. Semua bagian dari pohon bidara laut terasa pahit dan yang

paling pahit adalah bagian akarnya. Daun mempunyai ukuran sekitar 2,6 - 6,1 cm

x 1,7-3,7 cm dan bagian bawah daun pada umumnya mempunyai warna lebih

pusat daripada bagian atanya. Bidara laut mempunyai buah berbentuk bulat

dengan diameter 20–30 mm (Setiawan dkk., 2014).

d. Kandungan dan Khasiat Daun Bidara

Daun bidara laut memiliki senyawa aktif yang berperan sebagai pengobatan.

Senyawa yang terkandung dalam daun bidara yaitu fenolik, flavonoid, alkaloid,

tanin dan soponin. Semua bagian tanaman bidara laut banyak digunakan dalam

pengobatan trasisional seperti buah, daun, kulit batang dan akar. Daun bidara laut

digunakan untuk mengobati sebagai anticacing dan antioksidan. Selain sebagai

bahan obat, tanaman ini dapat digunakan untuk bahan baku kosmetik (Setiawan

dkk., 2014).

2. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan dan serbuk yang tersisa

5
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes

RI, 2000).

Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga

terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang

diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak

dapat larut seperti serat, karbohidrat dan protein. Beberapa jenis senyawa aktif di

dalam bidara laut mengandung fenolik, flavonoid, alkaloid, tanin dan saponin.

Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas

senyawa aktif yang ada dalam simplisia terhadap pemanasan, udara, cahaya,

logam berat dan derajat keasaman. Senyawa aktif dalam suatu simplisia, maka

pemilihan pelarut dan cara ekstraksi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat

(Depkes RI, 2000).

Tujuan ekstraksi bahan alam yaitu untuk menarik komponen kimia yang

terdapat dalam suatu bahan alam yang didasarkan pada prinsip perpindahan

massa komponen zat ke dalam pelarut dimulai dari lapisan antar muka kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut (Harbone, 1987). Pelarut yang baik adalah

pelarut yang dapat melarutkan zat aktif dari ekstrak serta membebaskan ekstrak

dari senyawa lain yang tidak diinginkan. Pelarut yang digunakan yaitu air,

etanol, campuran etanol air, metanol, kloroform, eter, dan heksan. Metode

ekstraksi yang dipilih sesuai dengan senyawa aktif yang terkandung didalam

simplisia. Salah satu metode yang mudah dilakukan adalah maserasi. Maserasi

merupakan salah satu metode ekstraksi cara dingin (Depkes RI, 2000).

6
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan dalam senyawa terlarut dan pegadukan secara

terus menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut

setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. Keuntungan

metode maserasi adalah mudah dilakukan, murah, dan sederhana (Depkes RI,

2000).

3. Asam Galat
Asam galat (C6H2(OH)3CO2H) adalah turunan dari asam hidroksibenzoad

yang tergolong asam fenolik sederhana dan sebagai larutan standar yang stabil

dan murni (Apsari dan Susanti, 2011).

Struktur asam galat memiliki gugus fungsional –OH yang mampu bereaksi

dengan radikal bebas sehingga menghindari proses oksidasi lebih lanjut. Asam

galat mampu bereaksi dengan radikal bebas peroksi dan hidroksiperoksi yang

terbentuk dari reaksi oksidasi. Radikal asam galat yang terbentuk distabilkan

melalui interaksi dua ikatan hidrogen pada posisi ortho (Apsari dan Susanti,

2011).

Fenolik adalah gugus hidroksi yang berikatan pada cincin aromatis yang

memilki satu (fenol) atau lebih (polifenol) sehingga mudah teroksidasi dengan

menyumbangkan atom hidrogen pada radikal bebas. Struktur asam galat dapat

dilihat pada gambar 2.

7
Gambar 2. Struktur Kimia Asam Galat

4. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi


Kromatografi adalah suatu proses pemisahan analit dalam suatu sampel

yang terdistribusi menjadi dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. KCKT atau

biasa juga disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

dimana teknik pemisahan sejumlah senyawa organik dan anorganik, senyawa

biologis, analisis ketidakmurnian dan analisis senyawa-senyawa yang tidak

mudah menguap (Gandjar dan Rohman, 2007). Skema komponen KCKT dapat

dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Skema Komponen KCKT

8
Komponen KCKT adalah sebagai berikut :

a. Wadah fase gerak dan fase gerak.

Wadah fase gerak harus bersih dan lembab (inert). Wadah fase gerak pada

umumnya dapat menampung fase gerak antara satu sampai dua liter pelarut.

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat

bercampur yang berperan dalam daya elusi dan resolusi dimana daya tersebut

ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam dan sifat

komponen-komponen sampel, kemampuan elusi meningkat dengan

meningkatnya polaritas pelarut untuk fase normal (fase diam lebih polar dari

pada fase gerak) dan untuk fase terbalik (fase diam kurang polar dari pada fase

gerak) kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas, sebelum

menggunakan fase gerak harus disaring untuk menghindari partikel-partikel

kecil dan dilakukan penghilangan gas (degassing) dengan cara di sonifikasi,

karena adanya gas akan mengacaukan analisis (Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Pompa

Pompa yang digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai

syarat sebagaimana syarat wadah pelarut, yaitu pompa harus inert terhadap fase

gerak. Bahan yang umum digunakan untuk pompa yaitu teflon, gelas, baja tahan

karat. Kecepatan alir 20 mL/menit digunakan untuk preparatif pompa.

Ada dua jenis alat pemompa yang digunakan dalam kromatografi cair

kinerja tinggi yaitu pompa dengan aliran fase gerak konstan dan pompa dengan

tekanan konstan. Tujuan penggunaan pompa yaitu untuk menghantarkan fase

9
gerak dari wadah fase gerak melewati detektor dan menuju ke pembuangan,

aliran harus konstan dan bebas dari gangguan.

c. Tempat penyuntikan sampel

Alat penyuntik terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang

dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop) internal atau eksternal. Pada saat

pengisian sampel, sampel digelontor melewati keluk sampel dan kelebihanya

dikeluarkan ke pembuang (Gandjar dan Rohman, 2007).

d. Kolom

Kolom pada KCKT dibagi menjadi dua jenis yaitu kolom konvensional

dan kolom mikrobor. Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan dibandingkan

dengan kolom konvensional, yaitu :

1) Komsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding

dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase

gerak yang lebih lambat (10-100 µl /menit).

2) Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih

ideal jika digabung dengan spektrometer massa.

3) Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat, karenanya

jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel

klinis.

Fase diam yang sering digunakan berupa silika yang dimodifikasi secara

kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi atau polimer-polimer stiren dan divinil

benzen, permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu

gugus silanol (Si-OH). Fase diam C18 adalah fase diam yang paling banyak

10
digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran

rendah, sedang, maupun tinggi (Gandjar dan Rohman, 2007).

e. Detektor
KCKT dilengkapi dengan detektor UV- Vis sehingga dapat mendeteksi

suatu zat atau senyawa. Detektor pada metode KCKT dibagi menjadi dua

golongan yatu :

1) Detektor universal (mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat

spesifik, dan tidak bersifat selektif).

2) Detektor spesifik (mampu mendeteksi analit secara spesifik dan selektif).

5. VALIDASI
Validasi metode analisis yaitu suatu tindakan penilaian terhadap parameter

suatu prosedur untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan. Parameter validasi metode analisis dibagi

menjadi 5 parameter meliputi linieritas, sensitivitas, selektivitas, presisi dan

akurasi (Harmita, 2004). Parameter tersebut diuraikan dan didefinisikan sebagai

berikut :

a. Linieritas
Linieritas adalah kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh

hasil-hasil uji yang secara langsung dan proporsional dengan konsentrasi analit

pada kisaran yang diberikan. Pengujian linieritas dilakukan sebanyak 3 kali

dengan cara menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x). Linieritas

dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang

berbeda-beda. Data yang diperoleh selanjutnya ditentukan nilai slope, intersep

11
dan koefisien korelasinya dengan persamaan Y = BX + A (Gandjar dan Rohman,

2007).

b. Sensitivitas
Batas deteksi (LOD) merupakan konsentrasi paling rendah dalam sampel

yang masih terdeteksi, tetapi tidak selalu bisa dikuantifikasi. LOD merupakan

batas uji yang secara spesifik menyatakan apakah analit berada diatas atau

dibawah nilai tertentu. Batas nilai kuantitasi (LOQ) yaitu konsentrasi analit

paling rendah pada sampel yang ditentukan dengan presisi dan akurasi yang bisa

diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan. LOD dan LOQ

diekspresikan sebagai konsentrasi. LOD dan LOQ bisa dihitung secara statistik

dengan regresi linier dan kurva kalibrasi (Ganjar dan Rohman, 2007).

c. Selektivitas
Selektivitas adalah suatu kemampuan dari metode analisis untuk mengukur

analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya komponen-komponen

lain dalam matriks. Penggunaan detektor pada panjang gelombang yang spesifik

juga merupakan cara yang efektif untuk melakukan pengukuran selektifitas.

Daya pisah (resolusi) antara analit yang dituju dengan pengganggu lainnya >1,5

(Gandjar dan Rohman, 2007). Selektivitas ditentukan melalui perhitungan nilai

resolusinya (R) dengan rumus:

t R 2−t R 1
R=2
W 1 +W 2

Keterangan:

R = Resolusi

12
tR2 = Waktu retensi puncak pertama

tR2 = Waktu retensi puncak kedua

W1 = Lebar dasar puncak pertama

W2 = Lebar dasar puncak kedua

d. Presisi
Presisi adalah kedekatan antar serangkaian hasil dimana hasil tersebut

diperoleh dari beberapa kali pengujian. Presisi digambarkan dengan %RSD

(Relative Standart Deviation). Syarat nilai presisi yang baik yaitu kurang dari

2%. Nilai RSD dirumuskan dengan :

SD
RSD= 100 %

Keterangan :

SD = Standar Deviasi

x́ = Kadar rata-rata sampel

e. Akurasi
Akurasi adalah kedekatan antara hasil pengujian dengan hasil sebenarnya.

Sampel dibuat metode yang akan diuji validitasnya. Syarat nilai akurasi yang

baik yaitu berkisar antara 98 - 102% (Harmita, 2004). Nilai % perolehan

kembali dirumuskan dengan :

A−B
% Perolehan Kembali= x 100 %
C

Keterangan :

13
A = Konsentrasi sampel setelah penambahan bahan baku.

B = Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku

C = Konsentrasi bahan baku yang ditambahkan.

F. Landasan Teori

Aziz dkk., (2020) melakukan penelitian validasi metode KCKT untuk

menetapkan kadar asam klorogenat dalam ekstrak etanol daun yakon

(Smallanthus sonchifolius (Poepp. & Endl.) H. Robinson). Fase gerak yang

digunakan adalah asam format 0,1% dalam asetonitril dan asam format 0,1%

dalam air. Fase diam yang digunakan adalah oktadesilsilan (C18). Laju alir 0,8

mL/menit dan detektor UV pada panjang gelombang 328 nm. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Kadar asam klorogenat dalam ekstrak daun yakon sebesar

1,02%.

Utami dkk., (2017) melakukan penelitian validasi penelitian metode KCKT

untuk menetapkan kadar senyawa barberin dari ekstrak etanol akar dan batang

sekunyit (Fibraurea tinctoria Lour). Fase gerak yang digunakan adalah

campuran eluen metanol:air. Fase diam yang digunakan adalah oktadesilsilan

(C18). Laju alir 1 mL/menit dan detektor UV pada panjang gelombang 346 nm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol sekunyit mengandung

senyawa berberin sebesar 25,8%.

Wahid, (2020) melakukan penelitian validasi penelitian metode KCKT

untuk menganalisis kualitatif dan kuantitatif tanin ekstrak kulit buah delima

putih (Punica Granatum L.). Fase gerak yang digunakan adalah asam fosfat

14
0,55% (v/v). Fase diam yang digunakan adalah oktadesilsilan (C18).Laju alir 1,5

mL/menit dan detektor UV pada panjang gelombang 277 nm. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kadar tanin ekstrak etanol kulit buah delima sebesar 2,01%.

G. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori, maka dapat disusun

hipotesis sebagai berikut:

1. Metode analisis asam galat dalam EEDBL dapat tervalidasi.

2. EEDBL mengandung asam galat.

15
BAB II. METODE PENELITIAN

A. Bahan dan Alat yang Digunakan

1. Bahan
Bahan yang akan digunakan untuk maserasi adalah daun bidara laut

(Ziziphus mauritiana Lam), bahan pelarut yang digunakan adalah etanol 70%,

bahan yang digunakan uji kualitatif adalah etanol p.a dan FeCl3 5%. Bahan yang

digunakan pada uji KCKT adalah EEDBL, metanol dan aqua p.a sebagai fase

gerak dan asam galat sebagai larutan standar.

2. Alat
Alat yang digunakan dalam maserasi adalah tampah, kertas payung, blender,

oven, moisture balance, corong bunchen, rotary evaporator, dan alat-alat gelas.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah KCKT (Jazco) terdiri dari

pompa (PU 2080 plus), injektor manual, kolom C18 (125×4,6 mm), detektor UV

(2070 plus) dan pengolahan data pada komputer (Ezchrom elite),

spektrofotometer UV-VIS (1800 Shimadzu).

Digital Ultrasonic Cleaner (Jeken), mikropipet (Socorex), membrane filter

0,45 μm (Whatman), dan alat-alat gelas yang lazim digunakan di Laboratorium

Kimia Analisis.

16
B. Jalannya Penelitian

1. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui identitas tanaman yang

digunakan pada penelitian yaitu tumbuhan daun bidara laut. Determinasi

tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematika Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Diponegoro

Semarang.

2. Preparasi Daun Bidara Laut

a. Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Bidara Laut

Daun bidara laut segar dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan

pengotor yang menempel. Daun bidara laut sebanyak 3 kg dikeringkan dengan

oven pada suhu 50˚C sampai kering dengan ditandai daun mudah hancur bila

diremas dengan tangan. Simplisia disortasi kering untuk memastikan tidak ada

pengotor atau memisahkan bagian simplisia yang sudah rusak atau gosong

akibat pengovenan. Simplisia kering dibuat serbuk dengan menggunakan alat

penyerbuk elektrik untuk mendapatkan derajat halus yang sama.

Persyaratan kadar air simplisia kering sebelum dilakukan proses

penyaringan yaitu kurang dari 10% (Depkes RI, 1985). Prosedur pemeriksaan

kadar air yaitu dengan menimbang kurang lebih 1 gram serbuk daun bidara laut

dan dihitung kadar airnya menggunakan alat moisture balance didapatkan kadar

air 5,0%. Setelah diperoleh hasil kadar air, susut pengeringan serbuk simplisia

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

berat sortasi basah−berat sortasi kering


Susut pengeringan = × 100%
berat sortasi basah

17
Serbuk daun bidara laut disimpan di tempat yang tidak terkena sinar

matahari supaya tidak terjadi dekomposisi kandungan senyawa dan diberi silika

gel agar dapat tahan lama (Depkes RI, 1985).

b. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Bidara Laut

Serbuk daun bidara laut sebanyak 200 gram diekstraksi menggunakan

metode maserasi. Maserasi Serbuk simplisia dimasukkan ke dalam toples kaca

yang bersih, ditambahkan cairan penyari etanol 70% sebanyak 1500 mL. Toples

kaca ditutup rapat diletakkan pada tempat yang terlindung dari cahaya dan

dilakukan selama 3 hari, diaduk 2 kali sehari hingga homogen. Setelah 3 hari

dilakukan proses penyaringan, hasil penyaringan ini disebut maserat I. Ampas

hasil penyaringan diremaserasi dengan menambahkan etanol 70% sebanyak 500

mL dan diletakkan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama 2 hari

dengan perlakuan yang sama diaduk sehari 2 kali hingga homogen dan setelah 2

hari dilakukan proses penyaringan. Hasil penyaringan ini disebut maserat II.

Hasil filtrat maserasi dan remaserasi dicampur dan dipekatkan menggunakan

rotary evaporator pada suhu 54˚C dengan kecepatan 70 rpm sampai diperoleh

ekstrak kental. Setelah diperoleh ekstrak kental daun bidara laut, rendemen

ekstrak kental dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Bobot serbuk ( Kg )
% Rendemen simplisia = x 100%
Bobot Sortasi Basah (Kg)

18
Ekstrak kental yang didapatkan kemudian disimpan guna mempertahankan

kualitas fisik dan kestabilan kandungan senyawa aktif daun bidara laut sehingga

tetap memenuhi persyaratan mutu (Depkes RI, 1985).

3. Uji Kualitatif
EEDBL ditimbang sebanyak 2 gram secara seksama, dilarutkan

menggunakan etanol p.a sebanyak 10 mL, diaduk hingga homogen ditambahkan

FeCl3 5% sebanyak 3 tetes. Hasil EEDBL menunjukkan positif adanya fenolik

dengan ditandai perubahan warna hijau kehitaman.

4. Pembuatan Larutan Standar Asam Galat


Asam galat ditimbang sebanyak 100 mg secara seksama dan dimasukkan ke

dalam labu takar 100 mL. Asam galat dilarutkan dengan pelarut metanol sampai

tanda batas. Dari larutan stok 1000 µg/mL yang sudah jadi diambil sebanyak 1

mL dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL hingga tanda batas (Kadar 20

µg/mL).

5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal

Penentuan panjang gelombang pengukuran larutan standar asam galat dibuat

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 258 nm.

6. Optimasi Fase Gerak

Optimasi komposisi fase gerak yang digunakan terdiri dari campuran fase

gerak metanol:air dengan perbandingan metanol:air (50:50 v/v), metanol:air

(45:55 v/v), metanol:air (55:45 v/v). Laju alir yang digunakan yaitu 1,0

mL/menit. Perbandingan fase gerak dipilih yang memberikan data paling

optimal.

19
7. Pembuatan Fase Gerak
Fase gerak dari campuran metanol dan air perbandingan (50:50 v/v).

Pembuatan fase gerak untuk 250 mL diambil 125 mL metanol dimasukkan ke

dalam labu takar 250 mL dan ditambahkan 125 mL air. Campuran fase gerak

diultrasonikasi selama 15 menit.

8. Pembuatan Kurva Baku


Larutan stok asam galat 20 µg/mL dipipet 500, 1000, 1500, 2000, 2500 dan

3000 µL dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL dengan pelarut metanol hingga

tanda (kadar larutan asam galat menjadi 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 µg/mL).

Masing-masing larutan diinjeksikan ke dalam sistem KCKT dengan volume

penyuntikan 20 µL dideteksi pada panjang gelombang 258 nm dan laju alir 1,0

mL/menit. Replikasi masing-masing kurva baku sebanyak 6 kali.

9. Validasi
a. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan dengan cara:

1) Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 dan 12

µg/mL kemudian diinjeksikan sebanyak 20 μL ke alat KCKT.

2) Luas area dari puncak standar asam galat yang diperoleh setiap

konsentrasinya dibuat persamaan regresi linier, dan dihitung koefisien

korelasinya.

3) Uji linieritas dilakukan 3 kali pengulangan.

20
4) Persamaan garis linier yang paling baik digunakan sebagai persamaan

kurva baku dalam menetapkan kadar sampel.

5) Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien

korelasi r pada analisis regresi linier y = bx + a. Hubungan linnier yang

ideal dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau –1 bergantung pada arah

garis (Harmita, 2004).

b. Uji Sensitivitas
Kepekaan dapat diukur dengan nilai limit deteksi (LOD) dan limit

kuantitatif (LOQ), LOD merupakan batas deteksi suatu analit, kadar terkecil

analit dalam larutan standar kuersetin yang dapat terdeteksi dan masih

memberikan respon berbeda dengan respon blanko. Nilai LOD diperoleh dari

persamaan Y= YB + 3 SB. LOQ merupakan kuantitas terkecil dalam sampel

yang masih dapat menunjukkan pengukuran secara teliti dan tepat. Nilai LOQ

diperoleh dari persamaan Y= YB + 10 SB. Semakin kecil nilai LOD dan LOQ

maka semakin peka suatu metode (Gandjar dan Rohman, 2007).

c. Uji Selektivitas

Larutan standar asam galat diinjeksikan sebanyak 20 μL ke alat KCKT.

Berdasarkan kromatogram dapat dilihat puncak analit standar asam galat

terpisah dengan sempurna.

Selektivitas metode dapat ditentukan melalui perhitungan daya resolusinya

(Rs) dengan persamaan:

21
t R 2−t R 1
R=2
W 1 +W 2

Keterangan:

R = Resolusi

tR2 = Waktu retensi puncak pertama

tR2 = Waktu retensi puncak kedua

W1 = Lebar dasar puncak pertama

W2 = Lebar dasar puncak kedua

Nilai resolusi digunakan sebagai parameter untuk menunjukkan selektivitas

metode analisis berdasarkan pemisahan antar puncak (peak) dengan nilai yang

baik ≥ 2 (Gandjar dan Rohman, 2007).

d. Uji Presisi
Penentuan presisi dilakukan dengan mengukur larutan standar asam galat

konsentrasi 100% sebanyak 6 kali. Presisi ditentukan dengan menghitung

deviasi standar antar beberapa pengukuran sampel. Presisi dinyatakan dengan

%RSD (Relative Standard Deviation) dan persyaratan % RSD ≤ 2 (Gandjar dan

Rohman, 2007).

SD
RSD = x 100%

Keterangan :

22
SD = Standar Deviasi

x́ = Kadar rata-rata sampel

e. Uji Akurasi
Uji akurasi metode analisis ditentukan dengan parameter persen perolehan

kembali dengan metode penambahan baku pada analit. Sampel dianalisis,

kemudian bahan baku (80, 100 dan 120% dari kadar analit target) ditambahkan

ke dalam sampel, dicampurkan dan dianalisis lagi. Masing-masing larutan

disaring menggunakan membran filter 0,45 μm kemudian diinjeksikan sebanyak

20μL, masing-masing direplikasi 3 kali. Perolehan kembali dihitung dengan

membandingkan jumlah sampel EEDBL terukur untuk masing-masing

penambahan baku terhadap kadar baku asam galat yang ditambahkan. Penelitian

ini dilakukan uji ketepatan dengan metode uji perolehan kembali. Uji ketepatan

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

A−B
Perolehan Kembali (%) = x 100 %
C

Keterangan:

A = konsentrasi sampel + konsentrasi standar yang terukur

B = konsentrasi sampel

C = konsentrasi standar teoretis yang ditambahkan (Harmita, 2004).

Nilai perolehan kembali bergantung pada matriks sampel, prosedur proses

sampel, dan konsentrasi analit. Batas penerimaan PK adalah 98-102% (Harmita,

2004).

23
10. Analisis KandunganAsam Galat
Preparasi sampel EEDBL ditimbang 100 mg secara seksama, dilarutkan

dengan metanol ke dalam labu takar 50 mL sampai tanda batas. Saring larutan

sampel dengan membran filter 0,45 µm sebanyak 5 kali. Diinjeksikan sampel ke

dalam sistem KCKT dengan volume penyuntikan 20 µL. Lakukan replikasi

masing-masing sebanyak 6 kali.

24
25
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman Bidara Laut

Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

identitas tanaman, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang diinginkan.

Tanaman bidara laut (Ziziphus mauritiana Lam) yang digunakan untuk penelitian

ini dideterminasi di Laboratorium Ekologi dan Biosistematika Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Diponegoro

Semarang dengan menggunakan buku Flora of Java karangan Backer dan Van den

Brink (1968). Hasil determinasi tanaman bidara laut menunjukkan bahwa tanaman

yang digunakan benar-benar Ziziphus mauritiana Lam dengan kunci determinasi

sebagai berikut : 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14b-15a-(Gol 8 daun

tunggal, terletak tersebar)-239b-243b-244b-248b-249b-250b-146a-147b-150b-

151a (Famili 71 Rhamnaceae) Genus: Ziziphus-Species: Ziziphus mauritiana

Lam.

B. Pengumpulan dan Pengeringan Daun Bidara Laut

Daun bidara laut diambil dari Meteseh, Kecamatan Tembalang, Semarang

pada bulan Mei 2020. Daun bidara laut dipilih dalam keadaan baik dan tidak

cacat. Daun bidara laut yang sudah diambil, dilakukan proses sortasi basah dengan

tujuan memisahkan kotoran yang menempel pada daun bidara laut dicuci dengan

air mengalir dengan tujuan menghilangkan kotoran yang menempel pada daun

bidara laut dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50°C. Tujuan

26
pengeringan untuk mendapatkan daun bidara laut yang sudah kering tidak mudah

rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama (Depkes RI, 1985).

C. Ekstrak Etanol Daun Bidara Laut

Pengubahan bentuk simplisia kering menjadi serbuk bertujuan untuk

memperluas permukaan kontak dari simplisia sehingga mempermudah kelarutan

senyawa aktif dalam cairan penyari untuk mendapatkan kandungan senyawa

didalamnya (Voight,1995). Serbuk daun bidara laut memiliki kadar air ≤ 5%.

Syarat kadar air untuk serbuk simplisia tidak lebih dari 10% (Depkes RI, 1985).

Daun bidara laut segar sebanyak 3000 gram, daun bidara laut kering sebanyak

1100 gram sedangkan serbuk simplisia sebanyak 1090 gram. Randemen simplisia

daun bidara laut yang dihasilkan sebanyak 36,333% dan susut pengeringan

simplisia daun bidara laut yang dihasilkan sebanyak 63,333%.

Bobot serbuk simplisia daun bidara laut yang digunakan untuk proses

ekstraksi sebanyak 200 gram. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi

dengan pelarut etanol 70% dikerjakan 5 hari dengan pengadukan 2 kali sehari

yaitu pagi dan sore. Maserat yang didapatkan sebanyak 1,8 L selanjutnya

dikentalkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50oC. Ekstrak kental yang

didapatkan sebanyak 23 gram dan randemen ekstrak kental sebanyak 11,5%. Hasil

EEDBL berwarna hijau pekat dan kental.

D. Identifikasi Senyawa Asam Galat

Sebelum dilakukan validasi metode analis asam galat dalam EEBDL, maka

dilakukan uji kualitatif dengan maksud untuk memastikan bahwa dalam ekstrak

27
etanol daun bidara laut terkandung senyawa metabolit sekunder fenolik (Syafitri,

2014).

Hasil identitas uji tabung menunjukkan ekstrak etanol daun bidara laut

positif adanya fenolik dengan ditandai perubahan warna hijau kehitaman. Tujuan

penambahan FeCl3 adalah untuk bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang

ada pada senyawa polifenol. Adapun reaksi yang terjadi antara senyawa fenol

dengan FeCl3 terlihat pada Gambar 4

Gambar 4. Reaksi Fenolik dengan FeCl3

E. Optimasi Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat

Tujuan dilakukan penentuan panjang gelombang maksimal adalah untuk

mendapatkan panjang gelombang yang memberikan nilai absorbansi maksimal

dan stabil. Hasil penelitian yang diperoleh penentuan panjang gelombang

maksimum asam galat dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis 258 nm.

Hasil scanning dapat dilihat pada Gambar 5.

F. Optimasi Fase Gerak

Optimasi fase gerak digunakan untuk menentukan fase gerak yang paling

optimum. Fase gerak terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur secara

keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi

ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat

komponen-komponen sampel (Gandjar dan rohman, 2009). Komposisi fase gerak

28
terdiri dari metanol:air 50:50 v/v. Optimasi fase gerak dilakukan dengan cara

merubah jumlah perbandingan antara metanol:air 50:50 v/v sedikit demi sedikit

agar diperoleh komposisi yang tepat. Panjang gelombang yang didapatkan 258 nm

dan laju alir yang digunakan 1 mL/menit. Hasil optimasi metanol:air 50:50v/v

terlihat pada gambar 6.

(a)

(b)

(c)

29
Gambar 6. Hasil kromatogram optimasi fase gerak

Keterangan:

a. Fase gerak campuran metanol:air (50:50) v/v

b. Fase gerak campuran metanol:air (45:55) v/v

c. Fase gerak campuran metanol:air (55:45) v/v

Tabel 1. Hasil optimasi fase gerak

Komposisi
tR (menit) Luas Puncak Keterangan
Fase Gerak
50 : 50 0,787 132286
45 : 55 0,777 125318 Optimasi
55 : 45 0,790 125684

Pada optimasi komposisi fase gerak pertama yaitu metanol:air dengan

perbandingan 45:55 v/v, menghasilkan kromatogram dengan area puncak yang

kurang luas, waktu retensi (tR) yang lebih lama dan peaknya simetris.

Pada optimasi komposisi fase gerak kedua yaitu metanol:air dengan

perbandingan 50:50 v/v, menghasilakn kromatogram dengan area puncak yang

dihasilkan luas dan waktu retensi (tR) lebih cepat dan peaknya simetris.

Pada optimasi komposisi fase gerak ketiga yaitu metanol:air dengan

perbandingan 55:45 v/v, menghasilkan kromatogram dengan area puncak kurang

luas, waktu retensi (tR) lebih singkat dan peaknya simetris.

Berdasarkan optimasi komposisi fase gerak yang dipilih adalah waktu

retensi yang cepat dan peaknya simetris serta menghasilkan area puncak yang

luas. Jadi optimasi komposisi yang dipilih adalah optimasi komposisi

perbandingan 50:50 v/v.

30
G. Pembuatan Kurva Baku Asam Galat

Kurva baku adalah kurva yang diperoleh dengan memplotkan nilai absorban

dengan konsentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang

gelombang maksimal. Dalam kurva baku digunakan rentang konsentrasi yang

berfungsi untuk mendapatkan persamaan regresi linier yang nantinya akan

digunakan untyuk menetapkan kadar sutu sampel. Pembuatan kurva baku asam

galat dilakukan dengan membuat enam seri kadar dari larutan standar asam galat

yaitu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 µg/mL.

Diinjeksikan ke sistem KCKT dengan volume penyuntikan 20 µL dideteksi

pada panjang gelombang 258 nm dengan laju alir 1,0 mL/menit. Hasil yang

didapatkan persamaan regresi linier dari hubungan antara kadar vs luas area

adalah y = 34329,51x + (-9305,27) dengan koefesien korelasi (r) = 0,9997.

Persamaan regresi linier yang didapat digunakan untuk penetapan kadar asam

galat dalam sediaan EEDBL. Hasil pembuatan kurva baku ditunjukkan pada tabel

II dan gambar 5 dibawah ini.

Tabel II. Hasil kurva baku asam galat

Kadar Luas area


2 59016
4 125318
6 198717
8 269918
10 331148
12 401891

31
Gambar 5. Hasil scanning optimasi panjang gelombang

Kurva baku secara KCKT yang diperoleh dari seri kadar 2,4,6,8,10 dan 12

µg/mL hingga menghasilkan grafik kurva baku yang linier dengan nilai (r) adalah

0,9997.

H. Validasi Metode Analisis

1. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji linieritas digunakan sebagai

persyaratan dalam analisis korelasi atau regresi linier. Uji linieritas dilakukan pada

enam konsentrasi asam galat yaitu 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 µg/mL. Uji dilakukan 3

kali replikasi dari masing-masing konsentrasi. Hasil uji linieritas dapat dilihat

pada tabel III.

Tabel III. Hasil uji linieritas asam galat

32
Persamaan
No Konsentrasi (µg/mL) Luas Puncak
Regresi
2 60375
4 122345
a : (- 9305,27)
6 209918
1 b : 34329,51 x
8 286091
r : 0,9997
10 351148
12 454594
15 364257
30 591127
a = 186592,45
45 777398
2 b = 13033,51
60 998453
r = 0,9978
75 1126586
90 1367289
15 363879
30 581745
a = 128847,8
45 728551
3 b = 14349,37
60 983597
r = 0,9958
75 1166912
90 1468453

Penetapan uji kinieritas berdasarkan pada hubungan linier antara konsentrasi

sampel dengan luas area kromatogram. Dari ketiga persamaan regresi linier pada

tabel III dapat diketahui bahwa ketiga garis tersebut menunjukkan kolerasi yang

baik dengan koefisien korelasi (r) memenuhi kriteria nilai r yang dapat diterima

yaitu lebih besar dari 0,990.

Persamaan garis regresi terbaik yaitu linieritas pada replikasi ketiga dengan

nilai sebesar Y= 34329,51x + (-9305,27) dengan nilai r = 0,9997. Persamaan

regresi linier ini digunakan untuk menghitung penetapan kadar fenolik asam galat

dalam EEDBL. Hubungan linier antara konsentrasi fenolik asam galat terhadap

luas area dapat dilihat pada gambar 5.

33
Gambar 6. Hasil grafik linieritas kadar asam galat

2. Uji Sensitivitas

Uji sensitivitas metode analis dinyatakan limit of detection (LOD) dan

limit of quantification (LOQ). Nilai LOD dan LOQ pada penelitian ini

ditentukan berdasarkan persamaan regresi linier y = 34329,51 x + (- 9305,27)

dengan nilai r = 0,9997. LOD diperoleh dari persamaan Y = YB + 3 SB. LOQ

adalah kuantitas terkecil analit dalam sampel yang memenuhi kriteria cermat dan

saksama. LOQ diperoleh dari persamaan Y = YB + 10 SB. Hasil uji LOD sdan

LOQ dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Hasil uji sensitivitas LOD dan LOQ asam galat
No. Metode LOD LOQ
((µg/mL) (µg/mL)
1. KCKT 0,261 0,871

Berdasarkan tabel hasil uji sensitivitas LOD dan LOQ diperoleh nilai LOD

0,261 µg/mL dan nilai LOQ 0,871 µg/mL. Semakin kecil nilai LOD dan LOQ

maka sensitif suatu metode analisis (Gandjar dan rohman, 2009).

34
3. Uji Selektivitas

Uji selektivitas bertujuan untuk mentukan nilai resolusi (R) antara puncak

asam galat dan komponen lainnya yang ikut ditetapkan. Semakin nilai resolusi

maka pemisahan komponen-komponen yang terelusi dengan waktu retensi yang

berdekatan semakin efisien. Berdasarkan hasil kromatogram asam galat dapat

dilihat pada gambar 6.

Gambar 7. Hasil kromatogram optimasi komposisi fase gerak

Berdasarkan hasil yang terukur kromatogram kadar asam galat adalah fase

gerak metanol:air 50:50 v/v sedangkan komponen lainnya dalam matriks tidak

teratur. Hasil kesimpulan bahwa metode analisis memiliki selektivitas yang baik

sehingga mampu mengukur asam galat secara cermat pada saat bersama dengan

sampel.

4. Uji Presisi

Uji presisi bertujuan untuk mengukur memyebaran hasil individual dari

rata-rata jika prosedur secara berulang-ulang pada sampel yang diambil dari

campuran yang homogen. Dilakukan penetapan kadar asam galat dengan

konsentrasi 20 πg/mL dan replikasi sebanyak 6 kali. Penetuan uji presisi

berdasarkan nilai RSD waktu retensi, luas area, dan tinggi puncak kromatogram.

35
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode analisis yang divalidasi

memiliki ketelitian yang baik karena semua nilai memenuhi persyaratan nilai RSD

yang dapat diterima yaitu kurang dari 2% (Harmita, 2004). Hasil uji presisi kadar

fenolik asam galat EETBL

dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Hasil uji presisi kadar asam galat

kadar fenolik
kadar
Kadar (ppm) sebelum
Luas sebelum kandungan
Sampel sesudah pengenceran
Puncak pengenceran %
pengenceran dalam 1 g sampel
(ppm)
(mg)
1 122213 3,831 19,155 0,192 0,192
2 122759 3,847 19,235 0,192 0,192
3 122828 3,849 19,245 0,192 0,192
4 123089 3,857 19,283 0,193 0,193
5 123351 3,864 19,321 0,193 0,193
6 123382 3,865 19,326 0,193 0,193
Rata-rata 0,193
SD 0,0006
RSD 0,331%

5. Uji Akurasi

Uji akurasi bertujuan untuk menentukan parameter persen perolehan

kembali dengan motode penambahan baku pada analit (standard addition

method). Uji sampel dianalisis dengan sejumlah bahan baku 80%,100%,120%

dari target kadar analit ditambahkan kedalam sampel, dicampur dan dianalisis

kembali. Masing-masing sampel direplikasi sebanyak 3 kali. Perolehan

kembali dihitung dengan membandingkan jumlah kadar asam galat EEDBL

yang terukur untuk masing-masing penambahan baku terhadap kadar baku

asam galat yang ditambahkan. Ukuran yang diperoleh menunjukkan derajat

36
kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Nilai range

akurasi yaitu antara 98-102% (Harmita, 2004).

Tabel VI. Hasil uji akurasi kadar asam galat


Kadar
Kadar Baku
Total
Replikas Sampel (C) Perolehan Rata-
waktu (A) SD %RSD
i (B) (µg/mL kembali (%) rata
(µg/mL
(µg/mL) )
)
1 7,735 3,831 3,922 99,524
0,153
100:80 2 7,739 3,831 3,922 99,645 99,665 0,152
%
3 7,747 3,831 3,922 99,827
1 9,917 3,831 6,095 99,862
100:10 0,174
2 9,936 3,831 6,095 100,173 99,973 0,173
0 %
3 9,919 3,831 6,095 99,884
1 12,038 3,831 8,134 100,904
100:12 100,81 0,103
2 12,032 3,831 8,134 100,827 0,104
0 0 %
3 12,022 3,831 8,134 100,699

Penambahan kadar fenolik asam galat EEDBL sebanyak 7,739 µg/mL yang

setara 80% dari kadar analit target (20 µg/mL) menghasilkan rentang nilai

perolehan kembali 99,524 – 99,827%.

Penambahan kadar fenolik asam galat EEDBL sebanyak 9,936 µg/mL yang

setara 100% dari kadar analit target (20 µg/mL) menghasilkan rentang nilai

perolehan kembali 99,862 – 100,173%.

Penambahan kadar fenolik asam galat EEDBL sebanyak 12,032 µg/mL

yang setara 120% dari kadar analit target (20 µg/mL) menghasilkan rentang nilai

perolehan kembali 100,699 – 100,904%.

Nilai perolehan kembali yang dihasilkan dari penelitian memenuhi kroteria

rentang nilai yang diperoleh yaitu 98-102% (Harmita, 2004). Metode analisis

yang digunakan dapat menghasilkan kadar fenolik asam galat EEDBL yang dekat

dengan kadar sebenarnya.

37
I. Penetapan Kadar Fenolik Asam Galat Ekstrak Etanol Daun Bidara Laut

Penetapan kadar fenolik asam galat merupakan pengaplikasian dari suatu

metode analisis yang telah di validasi. Penetapan kadar fenolik asam galat

EEDBL dilakukan dengan memasukkan absorbansi sampel pada Y dari

persamaan regresi y = 34329,51 x + (-9305,27). Hasil perhitungan kadar fenolik

asam galat dalam EEDBL secara KCKT dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VII. Hasil uji penetapan kadar asam galat dalam EEDBL
kadar fenolik
Kadar (ppm) kadar sebelum sebelum
Luas kandungan
Sampel sesudah pengenceran pengenceran
Puncak %
pengenceran (ppm) dalam 1 g
sampel(mg)
1 122213 3,831 19,155 0,192 0,192
2 122759 3,847 19,235 0,192 0,192
3 122828 3,849 19,245 0,192 0,192
4 123089 3,857 19,283 0,193 0,193
5 123351 3,864 19,321 0,193 0,193
6 123382 3,865 19,326 0,193 0,193
Rata-rata 0,193
SD 0,0006
RSD 0,331%

Berdasarkan hasil tabel diatas diperoleh kadar fenolik asam galat dalam

EEDBL adalah 0,1926%. Keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

penetapan kadar fenolik asam galat dalam EEDBL menggunakan KCKT dapat

diaplikasikan untuk identifikasi kadar fenolik asam galat.

38
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Validasi metode analisis asam galat menggunakan KCKT dan aplikasinya

dalam EEDBL dengan fase diam C18 (250 mm x 4,6 mm), fase gerak yang

digunakan adalah metanol:air (50:50 v/v) dengan laju 1,0 mL/menit, detektor

UV-Vis pada panjang gelombang 258 nm dapat divalidasi.

2. Senyawa asam galat dalam EEDBL yang dianalisis dengan metode KCKT

diperoleh kadar rata-rata sebesar 0,103% dan EEDBL posisif mengandung

asam galat.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian dengan jenis daun bidara yang lainnya

2. Perlu dilakukan penelitian tentang kandungan yang lain yang terdapat dalam

daun bidara laut

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai validasi metode analisis

kandungan buah, kulit dan batang pada tanaman yang berbeda menggunakan

metode KCKT menggunakan fase gerak dan fase diam yang berbeda.

39
DAFTAR PUSTAKA

Apsari, Dwi, P., dan Susanti, H., 2011, Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak
Metanol Kelopak Bunga Rosella Merah (Hibiscus Sabdariffa Linn) dengan
Variasi Tempat Tumbuh secara Spektrofotometri, Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, 2(1), 73-80.

Aziz, Z., Nurhidayati, L., Abdillaha, S., Yuliana, N.D., dan Simanjuntak, P.,
2020, Optimasi dan Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
untuk Menetapkan Kadar Asam Klorogenat dalam Ekstrak Etanol Daun
Yakon (Smallanthus sonchifolius (Poepp. & Endl.) H. Robinson), Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta Selatan.

Backer, C.A., Backhuizen van den Brink, R.C., 1965, Flora of Java,
Spermatophytes only, Volume I, N.V.P. Noordhoff, Gronigen, The
Netherlands.

Depkes RI., 2000, Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan
Persehatan Indonesia, Jakarta.

Depkes RI., 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Dhurhania, A., dan Novianto, A., 2018, Uji Kandungan Fenolik Total dan
Pengaruhnya terhadap Aktivitas Antioksidan dari Berbagai Bentuk
Sediaan Sarang Semut (Myrmecodia pendens), Studi D3 Farmasi, Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional, Surakarta.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Cetakkan 1,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Harbone, J. B., 1978, Metode Fitokimia: penuntun cara modern menganalisis


tumbuhan. Ed II. Diterjemahkan oleh Padmawinata K, Sudiro I, Institut
Teknologi Bandung.

Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara


Perhitungannya.,
Majalah Ilmu Kefarmasian, 1(3), 117-135.

40
Marwat, S. K., Khan, M.A., Rehman, F., Ahmad, M., Zafar, M., and Sultana, S.,
2009, Salvadora persica, Tamarix aphylla and Ziziphus mauritiana Lam
Three Woody Plant Species Mentioned in Holy Quean and Ahadith and
Their Ethnobotanical Uses in North Western Part (D. I. Khan) of Pakistan,
Pakistan Journal of Nutrition, 8(5), 542-547.

Setiawan, O., Wahyuni, N., Susila, W.W., Rahayu, A.D., dan Rostiawati, T.,
2014, Bidara Laut (Strychnos ligustrina Blume) syn. S. lucida R. Br:
Sumber Bahan Obat Potensial di Nusa Tenggara Barat dan Bali, FORDA
press, Bogor.

Syafitri, N.E., Bintang, M., dan Falah, S., 2014, Kandungan Fitokimia, Total
Fenol, dan Total Flavonoid Ekstrak Buah Harendong (Melastoma affine D.
Don), Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.

Utami, R., Fernando, A., Sari, I., dan Furi, M., 2017, Penetapan Kadar Berberin
dari Ekstrak Etanol Akar dan Batang Sekunyit (Fibraurea tinctoria Lour)
dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi, Riau.

Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan Oleh


Soedani Noerono Soewandi, Apt, Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada
Press.

Wahid, R.A. H., 2020, Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Tanin Ekstrak Kulit
Buah Delima Putih (Punica Granatum L.) Menggunakan Metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), Universitas PGRI
Yogyakarta,Yogyakarta.

41
\

LAMPIRAN

42
Lampiran 1. Determinasi Daun Bidara Laut

43
Lampiran 1. Lanjutan...

44
45
Lampiran 1. Lanjutan...

46
Lampiran 2. Perhitungan Rendemen Simplisia, Ekstrak Etanol Daun Bidara

Laut (Ziziphus mauritiana Lam)

1. Simplisia Daun Bidara Laut

Berat sortasi basah daun bidara laut = 3 kg

Berat serbuk daun bidara laut = 1,09 kg

Berat sortasi kering daun bidara laut = 1,1 kg

Bobot serbuk ( Kg )
% Rendemen simplisia = x 100%
Bobot Sortasi Basah (Kg)
1,09 kg
= x 100%
3 kg
= 36,333%
Berat Sortasi Basah ( g )−Berat Kering(g)
Susut Pengeringan = x
Bobot Sortasi Basah( g)
100%
3000 gram−1.100 gram
= x 100%
3000 gram
= 63,333%
2. Ekstrak Etanol 70% Daun Bidara Laut

Berat serbuk daun bidara laut = 200 gram

Berat ekstrak daun bidara laut = 23 gram

Bobot Ekstrak Kental(gram)


% Rendemen ekstrak etanol = x 100%
Bobot Serbuk Simplisia (gram)
23 gram
= x 100%
200 gram
= 11,5%

47
Lampiran 3. Perhitungan Larutan Standar Asam Galat
1. Penimbangan Asam galat

Berat cawan porselen  33344,3 mg


Berat cawan porselen + bahan  33444,5 mg
Berat cawan porselen + sisa  33344,5 mg
 Berat bahan (asam galat) 100

a. Pembuatan larutan standar asam galat 1000 µg/mL sebanyak 100 mL

100 gram 100.000mg


1000 µg/mL = = = 1000 µg/mL
1mL 100 mL
b. Pembuatan larutan standar asam galat 20 µg/mL sebanyak 50 mL

20 µg 1000 µg 1 mg
20 µg/mL = = =
1 mL 50 mL 50 mL
Dari larutan 1000 yang sudah jadi diambil 1 mL, kemudian masukan ke

dalam labu takar 50 mL ditambah metanol hingga tanda batas. Kemudian dibuat

seri konsentrasi larutan standar asam galat 2,4,6,8,10 dan 12 µg/mL dari larutan

asam galat dengan kadar 20 µg/mL ke dalam labu takar 5 ml.

a) 2 µg/mL

V 1 x C1 = V 2 x C2

V1 x 20 µg/mL = 5 mL x 2 µg/mL

5 mL x 2 µg /mL
V1 =
20 µg /mL

V1 = 0,5 mL ̴ 500 µL

Diambil larutan stok sebanyak 500 µL, ditambahkan metanol hingga 5 mL.

48
Lampiran 3. Lanjutan...

b) 4 µg/mL

V 1 x C1 = V 2 x C2

V1 x 20 µg/mL = 5 mL x 4 µg/mL

5 mL x 4 µg /mL
V1 =
20 µg/mL

V1 = 1 mL ̴ 1000 µL

Diambil larutan stok sebanyak 1000 µL, ditambahkan metanol hingga 5 mL.

c) 6 µg/mL

V 1 x C1 = V 2 x C2

V1 x 20 µg/mL = 5 mL x 6 µg/mL

5 mL x 6 µg/mL
V1 =
20 µg /mL
V1 = 1,5 mL ̴ 1500 µL

Diambil larutan stok sebanyak 1500 µL, ditambahkan metanol hingga 5 mL.

c. 8 µg/mL

V 1 x C1 = V 2 x C2

V1 x 20 µg/mL = 5 mL x 8 µg/m

5 mL x 8 µg/mL
V1 =
20 µg /mL

V1 = 2 mL ̴ 2000 µL

49
Diambil larutan stok sebanyak 2000 µL, ditambahkan metanol hingga 5 mL

d. 10 µg/mL

V 1 x C1 = V 2 x C2

V1 x 20 µg/mL = 5 mL x 10 µg/m

5 mL x 10 µg /mL
V1 =
20 µg /mL

V1 = 2,5 mL ̴ 2500 µL

Diambil larutan stok sebanyak 2500 µL, ditambahkan metanol hingga 5 mL.

e. 12 µg/mL

V 1 x C1 = V 2 x C2

V1 x 20 µg/mL = 5 mL x 12 µg/m

5 mL x 12 µg /mL
V1 =
20 µg /mL

V1 = 3 mL ̴ 3000 µL

Diambil larutan stok sebanyak 3000 µL, ditambahkan metanol hingga 5 mL.

50
Lampiran 4. Penimbangan Sampel Ekstrak Etanol Daun Bidara Laut

Berat cawan porselen  36043,2 mg

Berat cawan porselen + bahan  56143,2 mg

Berat cawan porselen + sisa  56043,0 mg

Berat bahan (Ekstrak kental daun bidara laut) 100 ,2 mg

Keterangan : 100,2 mg EEDBL ditambahkan fase gerak metanol:air 50:50

v/v.

51
Lampiran 5. Panjang Gelombang Maksimal Asam Galat

52
Lampiran 6. Contoh Kromatogram Kurva Baku Asam Galat
a. Larutan baku asam galat 2 µg/mL

b. Larutan baku asam galat 4 µg/mL

c. Larutan baku asam galat 6 µg/mL

53
d. Larutan baku asam galat 8 µg/mL

e. Larutan baku asam galat 10 µg/mL

f. Larutan baku asam galat 12 µg/mL

54
Lampiran 7. Contoh Kromatogram Sampel Ekstrak Etanol Daun Bidara

Laut Replikasi 6 kali

a. Kromatogram Sampel EEDBL Replikasi 1

b. Kromatogram Sampel EEDBL Replikasi 2

c. Kromatogram Sampel EEDBL Replikasi 3

55
Lampiran 7. Lanjutan...

d. Kromatogram Sampel EEDBL Replikasi 4

e. Kromatogram Sampel EEDBL Replikasi 5

f. Kromatogram Sampel EEDBL Replikasi 6

56
X Xi² Xi-X̅ (Xi-X̅ )² Yi Yc (Yi-Yc) (Yi-Yc)²

2 4 -5 25 59016 59353,8 -337,75 114075,06

4 16 -3 9 125318 128013 -2694,8 7261785,4


6 36 -1 1 198717 196672 2045,21 4182883,9

8 64 1 1 269918 265331 4587,19 21042312


10 100 3 9 331148 333990 -2841,8 8075997,7

12 144 5 25 401891 402649 -757,85 574336,62


7 364   70       41251391

Lampiran 8. Perhitungan LOD dan LOQ Asam Galat

Dari persamaan 34329,51x + (-9305,27) maka Yc dapat dihitung:

1. Y = 34329,51x + (-9305,27)

Y = 34329,51(2) + (-9305,27)

Y = 59353,75

2. Y = 34329,51x + (-9305,27)

Y = 34329,51(4) + (-9305,27)

Y = 128012,77

3. Y = 34329,51x + (-9305,27)

Y = 34329,51(6) + (-9305,27)

Y = 196671,79

4. Y = 34329,51(8) + (-9305,27)

Y = 265330,81

5. Y = 34329,51(x) + (-9305,27)

Y = 34329,51(10) + (-9305,27)

57
Y = 33398,83

Lampiran 8. Lanjutan...

6. Y = 34329,51(12) + (-9305,27)

Y = 34329,51(12) + (-9305,27)

Y = 402648,85

Persamaan kurva baku: 34329,51(12) + (-9305,27) (r = 0,9997)

S y / x ={∑ ¿ ¿ ¿

= (41251391/4)½

= 3211,362

S 2
∑ Xi ¿¿
a=¿ S y/x
√ n ∑ ¿¿¿

36400 ❑ 364 364


= 2989,616 x ❑
√ √ √
6 x 7000 6 x 364 6 x 70

= 2989,616 x 3211,362

= 9600739,22

Perhitungan LOD

Nilai Y pada batas deteksi ditentukan dengan persamaan Y = YB + 3 SB

YB = nilai intersept (a) pada persamaan kurva kalibrasi

SB = simpangan baku intersept (a) (Sa)

58
Lampiran 8. Lanjutan…

Y = (-305,27) + 3 (2989,616)

= (-305,27) + 8968,85

= (-336,42)

Maka nilai LOD :

Y = 34329,51x + (-9305,27)

(-336,42) = 34329,51x + (-9305,27)

X = 0,261 µg/mL

Perhitungan LOQ :

Dihitung berdasarkan rumus Y = YB + 10 SB

Y = (-9305,27) + 10 (2989,616)

= (-9305,27) + 29896,16

= 20590,89

Maka nilai LOQ :

Y = 34329,51x + (-9305,27)

20590,89 = 34329,51x + (-9305,27)

X = 0,871 µg/mL

59
Lampiran 9. Contoh Perhitungan Perolehan Kembali Asam Galat
1. Perolehan kembali pada sampel yang ditambah baku sejumlah 80% dari target

kadar analit dalam sampel

a. Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku (B)

1) Luas puncak asam galat = 122213

2) Kadar asam galat berdasarkan persamaan garis :

Y = 34329,51x + (-9305,27) adalah 3,8315 µg/mL

b. Konsentrasi bahan baku yang ditambahkan (C)

1) Luas puncak asam galat = 125345

2) Kadar asam galat berdasarkan persamaan garis;

Y = 34329,51x + (-9305,27) adalah 3,922 µg/mL

c. Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan bahan baku (A)

1) Luas puncak total analit 1 = 256223

Luas puncak total analit 2 = 256385

Luas puncak total analit 3 = 256630

2) Berdasarkan persamaan garis Y = 34329,51x + (-9305,27) maka :

Kadar total analit 1 = 99,541 µg/mL

Kadar total analit 2 = 99,669 µg/mL

Kadar total analit 3 = 99,847 µg/mL

Perhitungan perolehan kembali

A−B
% perolehan kembali= x 100 %
C

60
Lampiran 9. Lanjutan…

a. Analit 1

18,056−9,984 14,058−10,051 7,735−3,831


% perolehan kembali = x
8,060 3,989 3,922

100% = 99,541%

b. Analit 2

14,072−10,051 47,740−3,831 18,046−9,984


% perolehan kembali = x
3,989 3,922 8,060

100% = 99,669%

c. Analit 3

14,066−10,051 7,747−3,831 18,053−9,984


% perolehan kembali = x 100%
3,989 3,922 8,060

= 99,847%

14,072−10,051 99,541 %+99,87 %+99,847 % 18,046−9,984


X̅ =
3,989 3 8,060

299,057 %
=
3

= 99,686%

SD = 0,152

SD
%RSD =

0,152
=
99,686 %

= 0,153%

61
Lampiran 9. Lanjutan...

2. Perolehan kembali pada sampel yang ditambah baku sejumlah 100% dari target

kadar analit dalam sampel

d. Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku (B)

3) Luas puncak asam galat = 122213

4) Kadar asam galat berdasarkan persamaan garis :

Y = 34329,51x + (-9305,27) adalah 3,8315 µg/mL

e. Konsentrasi bahan baku yang ditambahkan (C)

3) Luas puncak asam galat = 199918

4) Kadar asam galat berdasarkan persamaan garis;

Y = 34329,51x + (-9305,27) adalah 6,095 µg/mL

f. Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan bahan baku (A)

3) Luas puncak total analit 1 = 331148

Luas puncak total analit 2 = 331798

Luas puncak total analit 3 = 331193

4) Berdasarkan persamaan garis Y = 34329,51x + (-9305,27) maka :

Kadar total analit 1 = 99,852 µg/mL

Kadar total analit 2 = 100,164 µg/mL

Kadar total analit 3 = 99,885 µg/mL

Perhitungan perolehan kembali

62
A−B
% perolehan kembali= x 100 %
C

Lampiran 9. Lanjutan…

a. Analit 1

18,056−9,984 14,058−10,051 9,917−3,831


% perolehan kembali = x
8,060 3,989 6,095

100% = 99,852%

b. Analit 2

14,072−10,051 9,936−3,831 18,046−9,984


% perolehan kembali = x
3,989 6,095 8,060

100% = 100,164%

c. Analit 3

14,066−10,051 9,919−3,831 18,053−9,984


% perolehan kembali = x 100%
3,989 6,095 8,060

= 99,885%

14,072−10,051 99,852 %+100,164 % +99,885 % 18,046−9,984


X̅ =
3,989 3 8,060

299,901%
=
3

= 99,967%

SD = 0,173

SD
%RSD =

0,173
=
99,967 %

63
= 0,173%

Lampiran 9. Lanjutan...

3. Perolehan kembali pada sampel yang ditambah baku sejumlah 120% dari target

kadar analit dalam sampel

g. Konsentrasi sampel sebelum penambahan bahan baku (B)

5) Luas puncak asam galat = 122213

6) Kadar asam galat berdasarkan persamaan garis :

Y = 34329,51x + (-9305,27) adalah 3,8315 µg/mL

h. Konsentrasi bahan baku yang ditambahkan (C)

5) Luas puncak asam galat = 269918

6) Kadar asam galat berdasarkan persamaan garis;

Y = 34329,51x + (-9305,27) adalah 8,134 µg/mL

i. Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan bahan baku (A)

5) Luas puncak total analit 1 = 403961

Luas puncak total analit 2 = 403745

Luas puncak total analit 3 = 403387

6) Berdasarkan persamaan garis Y = 34329,51x + (-9305,27) maka :

64
Kadar total analit 1 = 100,904 µg/mL

Kadar total analit 2 = 100,827 µg/mL

Kadar total analit 3 = 100,699 µg/mL

Perhitungan perolehan kembali

A−B
% perolehan kembali= x 100 %
C

Lampiran 9. Lanjutan…

d. Analit 1

18,056−9,984 14,058−10,051 12,039−3,831


% perolehan kembali = x
8,060 3,989 8,134

100% = 100,904%

e. Analit 2

14,072−10,051 12,032−3,831 18,046−9,984


% perolehan kembali = x
3,989 8,134 8,060

100% = 100,827%

f. Analit 3

14,066−10,051 9,919−3,831 18,053−9,984


% perolehan kembali = x 100%
3,989 6,095 8,060

= 100,699%

14,072−10,051 100,904 %+100,827 %+100,699 % 18,046−9,984


X̅ =
3,989 3 8,060

302,43 %
=
3

= 100,81%

65
SD = 0,104

SD
%RSD =

0,104
=
100,81%

= 0,103%

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

a. Simplisia

Pengeringan dalam lemari


Sortasi basah Penimbangan daun segar
pengering

66
Penimbangan daun kering Penyerbukan Cek kadar air 5,0%

b. Metode Maserasi

Ekstrak etanol daun bidara


Serbuk 200 mg dimaserasi Proses pengadukan maserasi
laut sebanyak 23 gram

Lampiran 10. Lanjutan...


c. Uji Tabung Fenolik

Uji tabung fenolik

d. Pembuatan Larutan Standar Asam Galat

67
Berat cawan porselen Berat cawan porselen + zat Berat cawan porselen sisa
(33344,3 mg) (33444,5 mg) (33444,5 mg).

Kadar Asam Kadar Asam


Galat menjadi Galat menjadi 20
1000 µg/mL µg/mL

68

Anda mungkin juga menyukai