Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BHD (BANTUAN HIDUP DASAR)

Nama Mahasiswa :
Nada Kamilia
No. Absen 18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
Membuat alur Resusitasi Jantung Paru dan berikan penjelasannya

Amankan Lokasi Kejadian

Pasien tidak menunjukan reaksi.

Teriaklah untuk mendapatkan pertolongan terdekat. Aktifkan SPGDT


melalui perangkat bergerak (jika tersedia). Ambil AED dan peralatan
gawat darurat (atau minta seseorang untuk melakukannya)

Bernapas
Bernapas normal,
tidak normal,
ada denyut nadi Perhatikan apakah nafas berhenti atau
Pantau hingga ada denyut Berikan napas buatan : 1 napas
tersenggal dan periksa denyut nadi secara nadi
tenaga medis buatan setiap 5-6 detik atau sekitar
bersamaan, apakah denyut benar-benar teraba
terlatih tiba 10-12 napas buatan per menit
dalam 10 detik?

 Aktifkan sistem tanggapan


darurat (jika belum
dilakukan) setelah 2 menit.

 Terus berikan napas buatan,


periksa denyut nadi kurang
lebih setiap 2 menit. Jika
tidak ada denyut mulai
lakukan RJP (lanjutkan
dengan kotak “RJP”)

 Jika kemungkinan terjadi


overdosis opoid, berikan
nalokson sesuai protokol,
jika berlaku.

Pada tahap ini dalam semua


skenario SPGDT telah
RJP diaktifkan, serta AED dan
peralatan gawat darurat telah
Mulai siklus 30 kompresi dan 2 napas buatan. tersedia atau seseorang telah
Gunakan AED segera setelah tersedia menyediakannya

AED tersedia

Periksa irama denyut jantung,


irama dapat dikejut?
Ya, Irama dapat dikejut Tidak, Irama tidak dapat dikejut

Berikan 1 kejut. Segera lanjutkan dengan RJP kurang lebih Segera lanjutkan dengan RJP kurang lebih selama 2 menit
selama 2 menit (Sampai AAED membaca irama jantung). (sampai AED membaca irama jantung). Lanjutkan hingga
Lanjutkan hingga tenaga ALS mengambil alih atau pasien tenaga ALS mengambil alih atau pasien mulai bergerak.
mulai bergerak.
Penjelasan :

Dalam melakukan resusitasi jantung paru ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Pengenalan dan pengaktifan cepat sistem tanggap darurat


a. Jika melihat seseorang yang tiba-tiba jatuh atau tidak responsive maka petugas
kesehatan harus mengamankan tempat kejadian dan memeriksa respon korban.
b. Tepukan pada pundak dan teriakkan nama korban sembari melihat apakah korban
tidak bernafas atau terengah-engah.
c. Lihat apakah korban merespon dengan jawaban, erangan atau gerakan.
d. Penolong harus memanggil bantuan terdekat setelah korban tidak menunjukkan
reaksi. Akan lebih baik bila penolong juga memeriksa pernapasan dan denyut nadi
korban seiring pemeriksaan respon pasien agar tidak menunda waktu
dilakukannya RJP.
2. Resusitasi Jantung Paru dini
Lakukan kompresi dada sebanyak 30 kompresi (sekitar 18 detik). Kriteria penting untuk
mendapatkan kompresi yang berkualitas adalah :
a. Kompresi dada diberikan dengan kecepatan minimal 100 kali per menit dan
maksimal 120 kali permenit. Pada kecepatan lebih dari 120 kali per menit,
kedalaman kompresi akan berkurang seiring semakin cepatnya interval kompresi
dada.
b. Kompresi dada dilakukan dengan kedalaman minimal 2 inci (5 cm) dan
kedalaman maksimal 2,4 inci (6 cm). Pembatasan kedalaman kompresi maksimal
diperuntukkan mengurangi potensi cedera akibat kedalaman kompresi yang
berlebihan. Pada pasien bayi minimal sepertiga dari diameter anterior-posterior
dada atau sekitar 1 ½ inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (5 cm). Pada
pasien anak dalam masa pubertas (remaja), kedalam kompresi dilakukan seperti
pada pasien dewasa.
c. Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah bawah sternum).
Petugas berlutut jika korban terbaring di bawah, atau berdiri disamping korban
jika korban berada di tempat tidur. Tabel 1 mencantumkan beberapa hal yang
perlu diperhatikan selama melakukan kompresi dada dan pemberian ventilasi
d. Menunggu recoil dada yang sempurna dalam sela kompresi. Selama melakukan
siklus kompresi dada, penolong harus membolehkan rekoil dada penuh dinding
dada setelah setiap kompresi; dan untuk melakukan hal tersebut penolong tidak
boleh bertumpu di atas dada pasien setelah setiap kompresi.
e. Meminimalisir interupsi dalam sela kompresi. Penolong harus berupaya
meminimalkan frekuensi dan durasi gangguan dalam kompresi untuk
mengoptimalkan jumlah kompresi yang dilakukan per menit.
f. Korban dengan tidak ada/tidak dicurgai cedera tulang belakang maka bebaskan
jalan nafas melalui head tilt – chin lift. Namun jika korban dicurigai cedera tulang
belakang maka bebaskan jalan nafas melalui jaw thrust.
g. Menghindari ventilasi berlebihan. Berikan ventilasi sebanyak 2 kali. Pemberian
ventilasi dengan jarak 1 detik diantara ventilasi. Perhatikan kenaikan dada
korban untuk memastikan volume tidal yang masuk adekuat.
h. Setelah terpasang saluran napas lanjutan (misalnya pipa endotrakeal, Combitube,
atau saluran udar masker laring), penolong perlu memberikan 1 napas buatan
setiap 6 detik (10 napas buatan per menit) untuk pasien dewasa, anak-anak, dan
bayi sambil tetap melakukan kompresi dada berkelanjutan.
i. Jika ada 2 orang maka sebaiknya pemberi kompresi dada bergantian setiap 2
menit.

Anda mungkin juga menyukai