Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH TERAPI NON FARMAKOLOGI

YOGA DISMENORE TERHADAP INTENSITAS

NYERI DISMENORE PADA REMAJA

Dosen Riset Keperawatan :

Ibu Rotua Suryani

Disusun oleh :

Nada Kamilia
16.156.01.11.108

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN

2020

Jl. Cut Mutia Raya No. 88A Sepanjang Jaya – Bekasi

Telp. (021) 82431375, 82431376, 82431377. Fax. (021) 82431374

www.stikesmedistra-indonesia.ac.id
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Wong (2008) Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yaitu antara usia sebelas tahun sampai empat belas tahun hingga dua puluh
tahun (Melda Friska Manurung1, Sri Utami2 2015). Menurut Wardlaw et al.,(1992) dalam
Emilia, (2008) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan dewasa, dengan
rentang umur antara 12 sampai 21 tahun. Menurut F.J Monks, Koers, Haditomo, 2002 Masa
ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. (Ningrum 2017)

Menurut Sukarni dan Maegareth (2013) Menstruasi adalah proses pembersihan rahim
akibat sel-sel yang tidak adanya pembuahan atau kehamilan. Menstruasi biasanya terjadi pada
remaja atau perempuan berumur 12 atau 13 tahun, tetapi ada juga yang mengalaminya lebih
awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 tahun. Menstruasi akan berhenti
dengan sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-50 tahun, yang dikenal dengan istilah
menopause (Yogyakarta 2016).

Menurut Annathayakheisha (2009) Dismenore merupakan gangguan ginekologi yang


sekarang ini sering terjadi dikalangan wanita yang menginjak remaja. Nyeri haid atau
dismenore merupakan ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga
mengakibatkan rasa nyeri timbul, faktor psikologis juga ikut berperan terjadinya dismenore
pada beberapa wanita. Wanita pernah mengalami dismenore sebanyak 90%. Masalah ini
setidaknya mengganggu 50% wanita masa reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang
mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor. Pada umumnya 50-60%
wanita diantaranya memerlukan obat-obatan analgesik untuk mengatasi masalah dismenore
ini. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah sakit menusuk, nyeri yang hebat di sekitar
bagian perut bawah dan bahkan kadang mengalami kesulitan berjalan sering dialami ketika
dismenore menyerang.(Ningrum 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) dalam penelitian Sulistyorini (2017),


Angka kejadian dismenore cukup tinggi diseluruh dunia. Rata-rata insidensi terjadinya
dismenore pada wanita muda antara 16,8 –81%. Rata-rata di negara-negara Eropa dismenore
terjadi pada 45-97% wanita. Dengan prevalensi terendah di Bulgaria (8,8%) dan tertinggi
mencapai 94% di negara Finlandia. Prevalensi dismenore tertinggi sering ditemui pada
remaja wanita, yang diperkirakan antara 20-90%. Sekitar 15% remaja dilaporkan mengalami
dismenore berat. Di Amerika Serikat, dismenore diakui sebagai penyebab paling sering
ketidakhadiran di sekolah yang dialami remaja putri. Selain itu, juga dilakukan survey pada
113 wanita Amerika Serikat dan dinyatakan prevalensi sebanyak 29-44%, paling banyak pada
usia 18-45 tahun (Silviani, Karaman, and Septiana 2019).

Menurut Savitri (2015) Di Indonesia angka kejadian dismenorea terdiri dari 54,89%
dismenorea primer dan 9,36% dismenorea sekunder. Secara umum penanganan disminore di
bagi ada dua kategori yaitu pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Secara non
farmakologis antara lain olahraga secara teratur, kompres hangat, istirahat dan relaksasi.
(Silviani et al. 2019).

Menurut Max F. Wongkar (2015) Di Indonesia angka kejadian nyeri menstruasi


berkisar 55%, Jawa Tengah mencapai 56%, Jawa Barat sebanyak 54,9%, di Kota Bekasi
sebanyak 63,2% remaja mengalami dismenore (Agustin n.d.).

Menurut Arifin (2008) Dismenore dapat dikurangi secara farmakologis dan


nonfarmakologis. Salah satunya adalah dengan gerakan yoga. Menurut Smeltzer dan Bare
(2002) Yoga merupakan salah satu jenis tekhnik relaksasi yang dapat menurunkan intensitas
nyeri dengan merilekskan otot-otot skelet yang mengalami spasme dan meningkatkan aliran
darah ke daerah yang mengalami spasme.(Astuti, Rahayu, Dewi, Ayu Mustika 2015).

Manfaat berlatih yoga diantaranya, meningkatkan sirkulasi darah keseluruh tubuh,


meningkatkan kapasitas paru saat bernafas, mengurangi ketegangan tubuh, fikiran dan
mental, serta mengurangi rasa nyeri. Selain itu yoga juga dipercaya dapat mengurangi cairan
yang menumpuk di bagian pinggang yang menyebabkan nyeri saat haid (Yogyakarta 2016).

.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Marini. n.d. “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DISMENORE DENGAN


TINGKAT STRES PADA MAHASISWI AKPER AS- SYAFI’IYAH JAKARTA
Marini Agustin 1.” 603–12.

Astuti, Rahayu, Dewi, Ayu Mustika, Wagiyo; 2015. “Pengaruh Gerakan Yoga Terhadap
Penurunan Nyeri Dismenore Pada Siswi Smp Al-Fattah Semarang.” 1–7.

Melda Friska Manurung1, Sri Utami2, Siti Rahmalia HD. 2015. “Efektivitas Yoga Terhadap
Nyeri Dismenore Pada Remaja.” Cybrarians Journal 2(37):1–31.

Ningrum, Nyna Puspita. 2017. “Efektifitas Senam Dismenore Dan Yoga Untuk Mengurangi
Dismenore.” Global Health Science 2(4):325–31.

Silviani, Yulita Elvira, Buyung Karaman, and Puput Septiana. 2019. “Pengaruh Teknik
Relaksasi Nafas Terhadap Dismenorea.” Hasanuddin Journal of Midwifery 1(1):30.

Yogyakarta, Gamping. 2016. “Studi Komparasi Pemberian Terapi Kompres Hangat Dan
Terapi Yoga Terhadap Tingkat Dismenorea Pada Siswi Kelas Viii Di Smp n 4 Gamping
Yogyakarta.”

Anda mungkin juga menyukai