Anda di halaman 1dari 9

Nama : Siti Hasbiatun

NPM : 1811010335

Kelas : C / PAI / VI

Mata Kuliah : Materi Pembelajaran Fiqh

Dosen Pengampu : Dra. Uswatun Hasanah, M.Pd.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Madarasah : MTsN 2 Bandar Lampung


Mata pelajaran : Fiqih
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Materi Pokok : Memahami tata cara shalat dalam keadaan darurat
Alokasi Waktu : 1X Pertemuan/2x45 Menit

A. Kompetensi Inti (KI)


KI I : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata.
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


KOMPETENSI DASAR
1. Meyakini kewajiban shalat dalam berbagai keadaan.
2. Terbiasa melaksanakan shalat wajib dalam berbagai kedaan.
3. Memahami hikmah shalat dalam keadaan darurat.
4. Memperagakan shalat dalam keadaan darurat.

INDIKATOR
1.Menjelaskan tata cara shalat dalam keadaan darurat dan dalilnya.
2.Menjelaskan pengertian shalat dalam keadaan darurat.
3.Mengemukakan tata cara shalat dalam keadaan sakit.
4.Membedakan cara shalat dalam keadaan sakit dengan duduk, berbaring dan terlentang.
5.Menjelaskan tata cara shalat dalam/diatas kendaraan.

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi, peserta didik dapat:
1.Menjelaskan tata cara shalat dalam keadaan darurat dan dalilnya.
2.Menjelaskan pengertian shalat dalam keadaan sakit.
3.Mengemukakan tata cara shalat dalam keadaan sakit.
4.Membedakan cara shalat dalam keadaan sakit dengan duduk, berbaring dan terlentang.
5.Menjelaskan tata cara dalam kendaraan.
6. Menunjukkan contoh shalat dalam keadaan sakit.
7. Mendemonstrasikan cara shalat dalam keadaan sakit.
8. Menjelaskan hikmah shalat dalam keadaan darurat

D. Materi Pembelajaran (Rincian dari Materi Pokok)


Umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan shalat wajib lima waktu yang sudah
ditetapkan ketentuan-ketentuannya, seperti harus dilaksanakan dengan berdiri, menghadap
kiblat, waktunya ditentukan dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam keadaan tertentu, misal
dalam perjalanan, sakit atau keadaan darurat umat Islam diperbolehkan melaksanakan shalat
tidak seperti yang pada bab-bab sebelumnya yaitu shalat dalam keadaan darurat . Shalat dalam
keadaan darurat adalah shalat yang dilaksanakan dalam keadaan yang menyulitkan seseorang
untuk melaksanakannya sesuai dengan rukun-rukun shalat yang lengkap. Dalam hal ini
dijelaskan dalam hadits Rasul Saw. yang artinya:
“Dari Ali bin Abu Thallib ra. Telah bersabda Rasulullah SAW tentang shalat orang
sakit, jika kuasa seseorang shalatlah ia dengan berdiri, jika tidak kuasa shalatlah sambil
duduk. Jika ia tidak mampu sujud maka isyarat saja dengan kepalanya, tetapi hendaklah sujud
lebih rendah daripada ruku’nya. Jika ia tidak kuasa shalat sambil duduk, shalatlah ia dengan
berbaring kesebelah kanan menghadap kiblat. Jika tidak kuasa juga maka shalatlah ia
terlentang, kedua kakinya ke arah kiblat”. (HR. Ad-Daruquthni)

 Pengertian

Shalat fardu lima waktu adalah suatu kewajiban yang disyariatkan Allah kepada hamba-
hamba-Nya untuk dikerjakan. Perintah shalat ini berlaku juga bagi orang yang sedang
menderita sakit, sedang dalam kendaraan dan orang yang sedang dalam keadaan
bagaimanapun selama ingatannya masih ada, ia wajib mengerjakan shalat. Bagi orang yang
sedang sakit maupun orang yang sedang dalam keadaan sulit melaksanakan shalat, Allah
memberikan keringanan-keringanan (rukhsah) sesuai dengan kondisinya masing-masing.
Dengan demikian, shalat dalam keadaan darurat adalah shalat dalam keadaan terpaksa.

 Dalil tentang shalat dalam keadaan darurat

ٰ ‫ة ْال ُوس‬Uِ ‫ت َوالص َّٰلو‬


َ‫ْطى َوقُوْ ُموْ ا هلِل ِ ٰقنِتِ ْين‬ َّ ‫َحافِظُوْ ا َعلَى ال‬
ِ ‫صلَ ٰو‬

ِ ‫نَ وْ ْن ِخ ْفتُ ْم فَ ِر َجااًل أَوْ ُر ْكبَانً ۖا فَإ ِ َذآ أَ ِم ْنتُ ْم فَ ْاذ ُكرُوا هللاَ َك َما َعلَّ َم ُك ْم َّما لَ ْم تَ ُكوْ نُوْ ا تَ ْعلَ ُمفَإ‬

“Peliharalah semua salat(mu) dan (peliharalah) salat wusta. Berdirilah untuk Allah (dalam
salatmu) dengan khusyuk. Jika kalian dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil
berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kalian telah aman, maka sebutlah Allah
(salatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian
ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah : 238-239)

 Tata Cara Shalat Dalam/Di Atas Kendaraan

Pelaksanaan shalat ketika berada dalam kendaraan, baik itu di dalam kereta api, kapal laut,
pesawat terbang dan sebagainya adalah sebagai berikut :

1. Bersuci (wudu), bila tidak memungkinkan menggunakan air karena


keterbatasan air, boleh bertayamum.
2. Pada waktu takbiratul ihram hendaklah menghadap kiblat, seterusnya
dapat menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraan. Firman Allah yang
artinya : "Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram dan dimana saja
kamu berada palingkan mukamu ke arahnya" : (QS. Al Baqarah : 144)

3. Agar gerakan-gerakan shalat dilakukan dengan sempurna, tetapi apabila


tidak bisa dapat dengan cara sempurna waktu rukuk duduk dengan
membungkuk, dan jika sujud membungkuknya agak lebih rendah. Semua
bacaan yang dibaca juga agar dapat dilakukan sepenuhnya sesuai dengan
ketentuan yang ada.

 Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit

Orang yang sedang sakit diwajibkan pula melaksanakan shalat selama akal dan
ingatannya masih sehat atau masih sadar. Shalat adalah fardu ain yaitu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh setiap pribadi muslim. Telah kita ketahui bersama bahwa shalat itu tiang
agama, maka barang siapa yang mendirikan shalat berarti agamanya telah tegak, sebaliknya
jika meninggalkan shalat berarti agamanya telah roboh. Karena pentingnya shalat itu, maka
dalam kondisi dan situasi apapun kita wajib melaksanakan shalat. Bagi orang yang tidak bisa
berdiri, maka dapat mengerjakan shalat dengan duduk seperti duduk di antara dua sujud.Jika
tidak mampu dengan duduk dengan berbaring di atas lambung, dan jika tidak mampu, maka
dengan berbaring terlentang.

Orang yang akan menunaikan shalat hendaklah suci dari hadas dan najis. Namun jika
tidak bisa melaksanakan sendiri bisa minta bantuan orang lain. Dan jika tidak mungkin boleh
bersuci sebisanya. Cara wudhunya, jika masih mampu menggunakan air wudu dapat
dilakukan di atas tempat tidur atau dengan bantuan orang lain atau diwudukan orang lain,
akan tetapi jika tidak sanggup menggunakan air atau menurut pertimbangan dokter tidak
boleh, maka digantikan dengan tayamum atau ditayamumkan oleh orang lain sebagai ganti
wudu dan mandi.

 Cara shalat dengan duduk


Orang yang shalat dengan duduk, maka duduknya adalah duduk iftirasy (seperti duduk
tashahud awal). Niat, takbiratul ihram, do’a iftitah, bacaan al-fatihah, bacaan ayat (surat)
sama dengan shalat berdiri. Cara ruku’nya cukup dengan membungkukkan badan sekedarnya.
I’tidal tentunya dengan duduk, kemudian sujud biasa, duduk di antara dua sujud sama, dan
duduk tasyahud akhir tentunya dengan duduk tawarruk. Setelah itu tasyahud dan bacaan
salamnya juga sama dengan shalat biasa.

 Cara shalat dengan berbaring (tidur miring)


Jika seseorang mengerjakan shalat dengan berbaring, maka ia berbaring ke sebelah
kanan dengan menghadap kiblat. Bagi kita bangsa Indonesia yang berada di sebelah timur
ka’bah, maka kepala orang yang sakit berada di sebelah utara dan kaki di sebelah selatan.
Semua bacaan shalat sama dengan waktu berdiri hanya gerakan-gerakan seperti ruku’, i’tidal,
sujud, bangun dan seterusnya cukup memberikan isyarat dengan kepala, atau isyarat kedipan
mata.

 Cara shalat dengan berbaring (tidur telentang)


Jika seseorang mengerjakan shalat dengan telentang maka kedua kakinya dihadapkan
ke arah kiblat dan jika mungkin kepalanya diberi bantal agar mukanya dapat menghadap ke
arah kiblat. Posisi tidurnya bagian kepala di sebelah timur dan kaki di sebelah barat. Bacaan
shalat sama dengan shalat biasa dan gerakannya sama dengan berbaring yaitu dengan isyarat
dan jika tidak mampu dengan isyarat maka baginya tidak wajib melakukan apapun

 Hikmah Shalat dalam keadaan darurat :

1) Dapat mencerahkan wajah: Sebelum menjalankan shalat, kita diwajibkan untuk


berwudhu. Secara lahir, wudhu ini membersihkan wajah kita dari kotoran yang
melekat. Orang yang menjalankan shalat dengan catatan khusyuk dan bersungguh-
sungguh wajahnya akan cerah.

2) Menerangi hati: Orang yang menjalankan shalat hatinya akan merasa lebih tenang.

3) Menyehatkan badan: Menjalankan ibadah shalat juga akan membuat badan sehat.
Sebab, ritual dan gerakan shalat seperti halnya orang yang sedang berolahraga mulai
dari kepala hingga kaki semua kita gerakkan.

4) Menjadi faktor ketenangan dalam kubur: Shalat merupakan salah satu bekal amal
ibadah yang akan menolong kita kelak di akhirat nanti. Dalam sebuah hadis
disebutkan, amal ibadah pertama yang ditanya di akhirat nanti adalah shalat. Karena
itu, bagi orang yang menjalankan shalat insyaallah akan merasa tenang saat di alam
kubur karena akan diterangi dari amal ibadah shalat.

5) Menjadi sebab turunnya rahmat: Allah akan membukakan pintu rahmat-Nya kepada
hamba-Nya yang melaksanakan perintah-Nya dengan menjalankan shalat.

6) Kunci membuka pintu langit: Orang yang rajin menjalankan shalat dan terus berdoa
insyaallah akan dibukakan pintu langit untuknya. Dalam artian, doanya cepat
dikabulkan oleh Allah SWT.

7) Dapat memberatkan timbangan: Shalat adalah barometer keimanan seseorang.


Barangsiapa yabg menyempurnakannya (menjalankan sholat 5 waktu) maka kelak
akan memperoleh pahala yang sempurna (HR. Dailami).

8) Tempat keridloan Allah: Shalat adalah sarana pendekatan diri kepada Allah bagi
setiap orang yang bertakwa. (HR Qadloi). Tiada suatu keadaan seorang hamba yang
lebih Allah cintai, kecuali sewaktu Allah melihat hambaNya tengah bersujud dan
menempelkan wajahnya ke tanah ( HR. Thabrani).

9) Bernilai Surga: Allah menjanjikan bagi hamba-nya yang menjalankan shalat lima
waktu dengan surga yang penuh kenikmatan (Jannatun Naim).

10) Menjadi Tabir dari Siksa Neraka: Barangsiapa yang menjalankan shalat lima waktu
maka shalatnya kelak akan menjadi cahaya, hujjah dan penyelamat baginya pada hari
kiamat. Barangsiapa yang tidak dapat memelihara shalatnya kelak akan dikumpulkan
pada hari kiamat bersama Firaun, Qarun, dan Hamman. ( HR Ibnu Nasr).

E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)


1. Diskusi
2. Demonstrasi

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


1. Media: LCD/Audio visual
2. Alat/ bahan: Spidol, kertas karton, karton dll
3. Sumber Belajar: Buku paket Al qur’an terjemah dll
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1) Kegiatan pendahuluan (10 menit)
 Membuka pembelajaran dengan dengan salam dan berdo’a bersama dipimpin oleh
salah seorang peserta didik dengan penuh khidmat;
 Siswa berdo’a bersama dengan bimbingan guru;
 Guru memotivasi akan pentingnya kompetensi yang akan dipelajari;
 Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa
kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran;
 Guru membagi peserta didik kedalam beberapa kelompok. Setiap kelompok di
berikan nomor dan tugas (materi) pada tiap anggota dari masing-masing kelompok.

2) Kegiatan inti (60 menit)


A. Mengamati
- Siswa menyimak penjelasan guru tentang sholat dalam keadaan darurat.
- Peserta didik membaca buku modul tentang sholat dalam keaadan sakit.
B. Menanya
- Dengan stimulus guru, peserta didik menanyakan tentang seputar sholat dalam
keadaan darurat.
- Peserta didik memberikan umpan balik/tanggapan tentang sholat dalam keadaan
darurat.
C. Eksplorasi/experimen
- Peserta didik melalui kelompoknya berdiskusi tentang pengertian, syarat, dan macam-
macam sholat dalam keadaan darurat.
- Masing masing kelompok Menggali tata cara sholat dalam keadaan darurat.
D. Mengasosiasikan
- Masing-masing kelompok membuat peta konsep seputar sholat dalam keadaan darurat
E. Mengkomunikasikan
- Masing-masing kelompok secara bergantian menempelkan peta konsep untuk
dipresentasikan
3) Penutup
- Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan
peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan
langkah selanjutnya;
- Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik cara individu
maupun kelompok;
- Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
- Guru memberikan reward kepada kelompok yang terbaik
- Guru bersama-sama siswa menutup pembelajaran dengan do’a
H. Penilaian
LEMBAR PENILAIAN KOGNITIF

1. Jelaskan pengertian shalat dalam keadaan darurat!


2. Sebutkan dalil tentang shalat dalam keadaan darurat!
3. Jelaskan bagaimana tata cara shalat dalam keadaan sakit!
4. Jelaskan bagaimana tata cara shalat diatas kendaraan!
5. Sebutkan hikmah shalat dalam keadaan darurat!

LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK (KETERAMPILAN)


Kelas : ............................
Nama : ............................
Topik : ..........................
Materi Yang Harus Dikuasai Aspek penilaian Catatan
No
Lancar Fasih Intonasi Ekspresi
1 Keaktifan dalam berdiskusi
2 Kekompakan dalam berdiskusi
3
4
5

Jumlah Skor

Pedoman penskoran :
• 5 = sangat baik
• 4 = baik
• 3 = cukup
• 2 = kurang
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Kelas

Sunarto, M.Pd Sugiyono, S.Pd


NIP. ............... NIP. .................
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam. FIQIH IBADAH. Abdul Aziz sayyed Hawwas. Jakarta:
amzah. 2009. Hlm 288
Ahmad Yaman, Panduan Lengkap Sholat Menurut Empat Madzhab, Jakarta: Pustaka Al-
Kaustar. 2005. Hlm 283
Amir Abyan, Zainal Muttaqim. (2004). Fiqih. Semarang: PT Karya Thoha Putra.
Andres Anwarudin, DKK. (2007). Fiqih. Jakarta: Yudhi Tira.
Fatawa Lajnah Daimah, 8:126

Anda mungkin juga menyukai