Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatnya, sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung dengan waktu yang tepat.
Makalah ini berjudul“Tauhidullah”. Dengan tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat
digunakan untuk memperdalam pemahaman dari materi ini.
Selain itu, penulisan makalah ini tak terlepes pula dengan tugas mata kuliah Al-Islam.
Namun penulis cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun.
Penulis.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhidullah..........................................................................................2
B. Misi Tauhidullah....................................................................................................2
C. Macam – Macam Tauhidullah...............................................................................2
1. Tauhid Uluhiyah................................................................................................2
2. Tauhid Rububiyah.............................................................................................4
3. Tahuid Mulkiyah...............................................................................................6
4. Tauhid Ubudiyah.............................................................................................10
D. Implementasi Tahuid dalam Bergai Segi Kehidupan..........................................11
E. Ma’rifatullah........................................................................................................12
F. Implikasi Tahuidullah..........................................................................................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Kritik dan Saran...................................................................................................15
C. Pertanyaan............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
BIODATA ......................................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tauhidullah merupakan akumulasi kesadaran akan fakta bahwa alam berasal dari dan akan
kembali kepada Allah. Tauhidullah mempunyai misi untuk membebaskan manusia dari segala
belenggu, dominasi atau kendali yang cenderung merusak kemanusiaan dan kemanusiatulan
manusia, karena manusia harus bergerak menuju kesempurnaan sesuai dengan kodrat-Nya, untuk
itu kita perlu memahami Tauhidullah.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Al-Islam, dan lebih mendalami materi tentang Tauhidullah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhidullah
Tauhid merupakan akumulasi dari kesadaran akan fakta bahwa alam semesta berada
berkat suatu kekuatan dan rencana maha tinggi, dan bahwa sistem alam semesta ini berjalan atas
suatu kehendak yang arif dan maha bijak Konsep Tauhid ini ingin mengatakan bahwa alam semesta
berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah. Islam meletakan konsep Tauhidullah sebagai
prinsip yang komprehensif dan integral, memandang segala kenyataan alam dan perjalanan
kehidupan sebagai suatu kesatuan system yang integral, memandang segala kenyataan alam dan
perjalanan kehidupan sebagai suatu kesatuan system yang integral Tauhidullah juga harus diartikan
menempatkan dan memperlakukan Allah sebagai satu-satunya sentral dalam pencitaan,
pertimbangan dan tindakan. Menemapatkan Allah sebagai satu-satunya sentral tidak berarti bahwa
manusia harus mereduksi kemanusiaan islam adalah sebuah humanisme yakni agama yang
mementingkan manusia sebagai suatu kepentingan utama. Humanisme islam adalah humanisme
teosentris yakni yang merujukan prinsip dan nilai-nilainya pada Tuhan.
B. Misi Tauhidullah
Misi utama Tauhidullah adalah membebaskan manusia dari segala belenggu, dominasi
atau kendali yang cenderung merusak kemanusiaan dan kemanusiawian manusia. Belenggu,
dominasi dan kendali tersebut bisa berupa kepercayaan, khurafat, nafsu, thagut, syetan, aliran atau
ideologi –ideologi yang secara prensipal bertentangan dengan tuntunan ilahiyah. Tauhidullah
2
mengakumulasikan konsep manusia utuh dan hanya ditemukan dalam kebersamaannya dengan
yang maha mutlak. Karena itu manusia bertauhid atau manusia utuh tidak akan kesepian.
Macam-macam Tauhidullah disini digali dari surat Al-Fatihah. Tidakk diragukan lagi
bahwa Al-Qur’an merupakan wacana global menyangkut segala hal mengandung multi dimensi
makna.
1. Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah Menunjukan segala bentuk ibadah hanya kepadaNya, dan
meninggalkan sesembahan selainNya. Ibadah itu sendiri harus dibangun atas dasar cinta dan
peng-Agungan kepadaNya
Penjelasan Ulama Tentang Tauhid Uluhiyah
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh menjelaskan bahwasanya kata uluhiyah memiliki
asal kata dari alaha – ya’lahu – ilahah – uluhah yang memiliki makna ‘menyembah
dengan disertai rasa cinta dan pengagungan’.
Sehingga kata ta’alluh diartikan sebagai penyembahan yang disertai kecintaan dan
pengagungan.
Tauhid uluhiyah adalah intisari ajaran Islam. Tauhid uluhiyah yang menjadi intisari dakwah
para Nabi dan Rasul dan muatan pokok seluruh kitab suci yang diturunkan Allah SWT ke
muka bumi.
6ا6َن6َ اَّل أ6ِ إ6َ ه6َل6ٰ6ِ اَل إ6ُه6َّن6َ أ6 ِه6 ْي6َل6ِ إ6 ي6ح6ِ 6و6ُ اَّل ن6ِ إ6ل6ٍ 6 و6س
ُ 6ر6َ 6ن6ْ 6 ِم6 َك6ِ ل6 ْب6َ ق6ن6ْ 6 ِم6 ا6َ ن6 ْل6س َ 6ر6ْ 6َ أ6 ا6 َم6َو
6 ِن6 و6 ُد6ُ ب6 ْع6ا6َف
. Artinya :
Dan tidaklah Kami mengutus kepada seorang Rasul pun sebelum kami (Muhammad)
melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan (yang benar) kecuali
Aku, oleh sebab itu sembahlah Aku saja.” (QS al Anbiyaa ayat 25)
3
Kamilah al-Kiwari hafizhahallahu berkata :
“Makna tauhid uluhiyah yaitu mengesakan Allah SWT dalam beribadah, dalam ketundukan
danjuga ketaatan secara mutlak.
Oleh sebab itu tidak di ibadahi kecuali Alloh semata dan tidak boleh dipersekutukan
denganNya sesuatu apapun baik yang ada di bumi dan juga di langit.
meng-Esakan Allah dengan perbuatan hamba. Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah
berkata, “Tauhid uluhiyah yaitu mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba,
seperti misalnya dalam hal doa, istighotsah/memohon keselamatan, isti’adzah (meminta
perlindungan), bernadzar, dan lain sebagainya.
Itu semuanya wajib ditujukan oleh hamba terhadap Allah semata dan tidak
mempersekutukan Nya dalam hal ibadah dengan sesuatu apapun.”
Dari sini juga, bisa dipahami bahwa makna yang benar dari kalimat tauhid laa ilaha
illallahadalah tidak ada sesembahan yang benar selain Allah (laa ma’buda haqqun
illallah).
Aَ َّن هَّللاA Aَ أA َوA ُلA ِطA اAَ بA ْلA اAوAَ Aُ هA ِهAِنA وA ُدAنAْ A ِمAنAَ A وA ُعA ْدAَ يA اAَّن َمA Aَ أA َوAق
ُّ AحAَ A ْلA اAوAَ Aُ هAَ َّن هَّللاA Aَ أAِ بAك Aَ Aِ لA َذAٰ
A ُرA يAِ بA َكA ْلA اA ُّيAِ لA َعA ْلA اA َوAُه
Artinya :
(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang
Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan
sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS al Hajj ayat 62)
A ُمA يAحAِ A َّرAلA اAنAُ A َمAٰ AحAْ A َّرAلA اAوAَ Aُاَّل هAِ إAَ هAَلAٰAِ اَل إAۖ A ٌدA ِحA اAوAَ Aٌ هAَلAٰAِ إA ْمA ُكAُ هAَلAٰAِ إAَو
Artinya:
“Dan ilah (sesembahan) kalian adalah ilah yang satu saja. Tidak ada ilah yang benar selain
Dia. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS Al Baqarah ayat 163).
Contoh Tauhid Uluhiyah
Berikut adalah contoh penyimpangan Tauhid Uluhiyah
Contoh penyimpangan uluhiyah di antaranya saat seseorang mengalami musibah di mana ia
berharap bisa terlepas dari musibah itu. Lalu orang itu datang kepada seorang dukun
Ia meminta di tempat itu supaya penghuni tempat itu atau sang dukun bisa melepaskannya
dari musibah yang sedang menimpanya. Ia berharap dan takut jika tidak terpenuhi
keinginannya.
Nasihat Ibnul Qoyyim
bnul Qoyyim mengatakan bahwa:
4
“Kesyirikan merupakan penghancur tauhid rububiyah dan pelecehan pada tauhid uluhiyyah,
dan berburuk sangka terhadap Allah SWT.
2. Tauhid Rububiya
Makna Tauhid Rububiyah
Maknanya yaitu menyakini bahwa Allah SWT adalah Dzat yang menciptakan, mematikan,
menghidupkan, memberi rizki, serta mendatangkan segala mamfaat dan juga menolak segala
mudharat.
Dzat yang mengawasi, penguasa, mengatur, pemilik hukum dari segala sesuatu yang
menunjukkan bahwa kekuasaan tunggal bagi Allah SWT.
Dari sini, seorang mukmin wajib meyakini bahwa tidak ada seorangpun dan sesuatu pun
yang menandingi Allah di dalam hal ini.
َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد. لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد. ص َم ُد
َّ هَّللا ُ ال. قُلْ هُ َو هَّللا ُ أَ َح ٌد
Artinya :
Katakanlah: “Dialah Allah Yang Mahaesa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-
Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang
pun yang setara dengan Dia.”
Dalam masalah rububiyah Allah sebagian orang kafir jahiliyah tak mengingkarinya
sedikitpun dan bahkan mereka meyakini bahwa yang bisa melakukan demikian hanyalah
Allah semata.
Mereka tak menyakini bahwa yang selama ini mereka sembah dan agungkan bisa
melakukan hal yang demikian itu.
Lalu tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu apa ? Apakah mereka tidak
mengetahui jika ‘tuhan-tuhan’ mereka itu tidak mampu berbuat apa apa?
Dan apa yang mereka ingin dari sesembahan tersebut ?
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah
yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan
yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang
mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah
"Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" Maka (Zat yang demikian) itulah Allah
Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan.
Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? (Q.S. Yunus ayat 31-32)
Artinya :
“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah.
Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.” [Al-A’raaf: 54]
ٰ َذلِ ُك ُم هَّللا ُ َر ُّب ُك ْم لَهُ ا ْل ُم ْل ُك ۚ َوالَّ ِذينَ تَ ْدعُونَ ِمنْ دُونِ ِه َما يَ ْملِ ُكونَ ِمنْ ِق ْط ِمي ٍر
Artinya :
“…Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah Rabbmu, milikNyalah kerajaan.
Dan orang orang yang kamu seru (sembah) selain Allah, tiada mempunyai apa apa walaupun
setipis kulit ari.” [Faathir: 13]
ُ ِهَّللا ُ َخال
ق ُك ِّل ش َْي ٍء
Artinya :
“Allah yang menciptakan segala sesuatu.” [Az-Zumar: 62]
Bahwasanya hanya Dia yag memberi rizki bagi setiap manusia, binatang dan juga makhluk
lainnya. Allah SWT berfirman:
6
Artinya :
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rizkinya.” [Huud: 6]
Dan bahwasanya Dia merupakan Penguasa alam dan Pengatur semesta, Dia yang
mengangkat dan juga menurunkan, Dia yang memuliakan dan juga menghinakan,
Mahakuasa atas segala sesuatu, Pengatur siang dan malam.
Alloh menyatakan tentang keesaanNya dalam RububiyyahNya atas segala alam semesta.
Artinya :
“Segala puji bagi Allah Rabb (Penguasa) semesta alam.” [Al-Faatihah :2]
سيَقُولُونَ هَّلِل ِ ۚ قُ ْل أَفَاَل تَتَّقُونَ قُ ْل َمنْ بِيَ ِد ِه َملَ ُكوتُ ُك ِّل ش َْي ٍء َو ُه َو يُ ِجي ُر َواَل يُ َجا ُر
َ يمِ ش ا ْل َع ِظ ِ س ْب ِع َو َر ُّب ا ْل َع ْر َّ ت ال َّ قُ ْل َمنْ َر ُّب ال
ِ س َما َوا
َس َحرُون ُ َّ َ َ ُ هَّلِل
ْ سيَقولونَ ِ ۚ ق ْل فأن ٰى ت ُ ُ َ ََعلَ ْي ِه إِنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعل ُمون
َ
Artinya :
“Katakanlah, ‘Siapakah Rabb langit yang tujuh dan Rabb ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan
menjawab,‘Kepunyaan Allah.
’ Katakanlah , ‘Maka mengapa kamu tidak bertaqwa?
’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang
Dia melindungi dan tidak ada yang dapat dilindungi dariNya, jika kamu mengetahui?
’ Mereka menjawab, ‘Kepunyaan Allah.
’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian) maka dari jalan manakah kamu ditipu?
[Al-Mu’-minun: 86-89]
Kesimpulan Umum
Demikianlah Alloh SWT menjelaskan keyakinan mereka kepada tauhid Rububiyah Allah.
Keyakinan mereka yang begitu tidak menyebabkan mereka masuk dalam Islam
Makanya, jika kita melihat pada kenyataan yang terjadi di tengah kaum muslimin, kita
sadari betapa banyak dan besar kerusakan akidah yang melanda saudara kita.
Banyak yang menyakini bahwa selain Alloh, ada yang mampu menolak mudharat dan
mendatangkan manfa’at, meluluskan ujian, memberikan keberhasilan usaha, dan juga
menyembuhkan penyakit. Semua perbuatan dan juga keyakinan ini, merupakan keyakinan
yang rusak dan bentuk kesyirikan kepada Alloh SWT.
Renungan
7
Ringkasnya, tidak ada yang mampu memberi rizki, menyembuhkan penyakit, menolak
marabahaya, memberikan manfaat, membahagiakan, menyengsarakan, menjadikan
seseorang miskin dan kaya, yang menghidupkan, yang mematikan, yang meluluskan
seseorang dari segala macam ujian, yang menaikkan dan menurunkan pangkat dan jabatan
seseorang, kecuali Alloh SWT.
Semuanya ini menuntut kita supaya kita hanya meminta kepada Alloh semata dan tidak
kepada selain-Nya.
Demikialah penjelasan mengenai tauhid rububiyah, Semoga bermafaat dan kita dijauhka
dari syirik yang terlihat maupun yang nyaris tak terlihat aamiin.
3. Tahuid Mulkiyah
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” [Al Maidah : 50]Tauhid Mulkiyah
menuntuk adanya ke-wala-an secara totalitas kepada Allah, Rasul dan Amirul Mukmin
(selama tidak bermaksiat kepada Allah SWT)
Pemimpin (wali)
Wali adalah sebahagian dari sifat-sifat mulkiyatullah. Ia membawa arti sifat penguasaan
iaitu sebagai pelindung, penolong dan pemelihara.
“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur’an, dan Dia
lah jua yang menolong dan memelihara orang-orang yang berbuat kebaikan.” [Al A’raaf :
50]
Pembuat Hukum
Hakiman atau pembuat hukum juga adalah sebahagian dari sifat mulkiyatullah. Ia mesti
diikhtiraf oleh manusia dan tunduk hanya kepada hukum-hukum yang telah diturunkan
olehNya saja karena hak mencipta hukum itu hanya terhadap kepada Allah semata-mata.
“Apa yang kamu sembah, yang lain dari Allah, hanyalah nama-nama yang kamu
menamakannya, kamu dan datuk nenek kamu, Allah tidak pernah menurunkan sembarang
8
bukti yang membenarkannya. Sebenarnya hukum (yang menentukan amal ibadat) hanyalah
bagi Allah. Ia memerintahkan supaya kamu jangan menyembah melainkan Dia. Yang
demikian itulah agama yang betul, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Yusuf :
50]
Pemerintah
Aamiran atau pemerintah satu lagi sifat mulkiyatullah yang perlu diketahui oleh setiap
muslim. Allah memiliki Arasy dan memerintah seluruh mahluk ciptaannya ini dengan
ketentuan daripadanya. Dia yang menciptakan dan Dia yang mengarahkan menurut apa yang
dikehendakiNya.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa lalu. Ia bersemayam di atas Arasy. Ia melindungi malam dengan siang yang
mengiringinya dengan deras (silih berganti) dan (Ia pula yang menciptakan) matahari dan
bulan serta bintang-bintang, (semuanya) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, kepada Allah
jualah tertentu urusan menciptakan (sekalian mahluk) dan urusan pemerintahan. Maha Suci
Allah yang mencipta dan mentadbirkan sekalian alam.” [Al A’raaf : 50]
(Pengesaan Allah dengan ibadah kepada-Nya. penj). Sebagaimana saya pernah mendengar
Syekh Muhammad bin Ibrahim, Syekh Bin Baz adalah diantara orang yang tidak
mengajarkan Tauhid Hakimiyah ini kepada orang banyak.
Dari sana banyak diantara golongan salafy saudi yang tidak mengacuhkan istilah ini dan
menganggapnya sebagai bid’ah, apakah pendapat ini benar? Kemudian bisakah Anda
tunjukkan kitab apa saja yang memuat keterangan tentang dimensi tauhid ini?
Jawab : Segala puji hanya bagi Allah Swt. semata yang mengatur alam semesta ini. Adapun
yang dimaksud dengan Tauhid Hakimiyyah adalah pengesaan Allah dalam perkara hukum
dan syari’at. Sebagaimana Allah tidak memiliki serikat dalam kekuasaanNya, dalam
mengurus berbagai urusan makhlukNya, demikian juga Allah swt tidak memiliki sekutu
dalam hukum dan pembuatan undang-undang (tasyri’). Allah adalah hakim yang paling adil,
Dia memiliki kewenangan untuk memutuskan dan memerintah, maka tidak ada sekutu
bagiNya dalam membuat hukum dan perundang-undangan. Sebagaimana Dia tidak
membutuhkan sekutu dalam kekuasaan dan mengatur urusan mahluk-Nya. Maka demikian
halnya Dia Esa dalam masalah hukum dan tasyri’.
Firman Allah :
”Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia Telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (Yusuf:40)
9
“dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya) , tidak ada yang dapat menolak
ketetapan-Nya; dan Dia-lah yang Maha cepat hisab-Nya.” (ar-Ra’d:41)
”dan dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.”
(al-Kahfi:26)
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?.” (al-Maidah:50)
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada Allah.” (asy-
Syura:10)
“dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang
musyrik.” (al-An’am:121)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan secara jelas dan kuat tentang
tauhid ini, dan iman seseorang tidaklah dapat dikatakan sah tanpa adanya tauhid ini. Dalam
hadits shohih disebutkan bahwa Nabi Saw.barkata:
Namun pertanyaannya, apakah tauhid hakimiyah ini bukan termasuk tauhid uluhiyyah atau
malah bagian tersendiri yang lain dari tauhid uluhiyyah. Saya katakan, “Tidak, Tauhid ini
bukanlah satu jenis tauhid tersendiri yang bukan bagian dari tauhid uluhiyah. Tauhid ini
sudah terkandung di dalam Tauhid Uluhiyyah. Ada juga unsur yang termasuk kedalam
kategori tauhid Rububiyyah. Dan ada juga unsurnya yang masuk ke dalam kategori Tauhid
asma’ dan sifat.
Namun di saat syirik merajalela di kalangan ummat dalam bentuk memutuskan hukum tidak
sesuai dengan apa yang Allah turunkan, tetapi memutuskan hukum menggunakan undang-
undang kufur dan UU thaghut. Kondisi ini mengisyaratkan agar istilah tauhid hakimiyah ini
disebutkan tersendiri agar orang-orang melihat urgensi tauhid ini.
Tanpa adanya tauhid ini maka sesunggunya mereka belum memenuhi tuntutan tauhid
uluhiyah sebagaimana mestinya.
Sebagai contoh; Anda menjumpai suatu kaum yang musyrik dalam hal ketaatanya,
kemudian Aanda berkata, “Kalian seharusnya melakukan tauhid tho’ah (hanya taat pada
Allah swt semata), dan janganlah mentaati seseorang karena dzatnya kecuali pada Allah swt.
Maka statemen Anda yang seperti ini benar dan Anda tidak boleh diingkari. Juga tidak benar
kalau dikatakan bahwa Aanda membuat sesuatu yang baru dalam masalah tauhid yang
namanya tauhid tho’ah, atau menyebut tauhid lain selain tauhid uluhiyah!!! Begitu pula
ketika Anda menjumpai suatu kaum yang telah menyekutukan Allah dengan mengangkat
10
tandingan-tandingan bagi Allah dalam aspek mahabbah, wala’ dan baro’ (cinta, loyalitas dan
anti loyalitas).
Saat itu Anda terpaksa menyebut tauhid Mahabbah, sebab yang layak dicintai karena
substansi (dzat)nya sendiri hanyalah Allah swt. Akan tetapi tauhid ini bukanlah jenis tauhid
baru yang bukan tauhid uluhiyah, sebagaimana statemen anda tentang tauhid mahabbah ini
tidak ada unsur yang baru apalagi bid’ah. Demikian pula jika Anda dapati orang yang
menyekutukan Allah swt dalam hal berdoa dan meminta pertolongan. Merespons sikap
mereka itu Anda berkata, “Kamu harus mengesakan Allah swt dalam doa dan permohonan.
Pembagian tauhid seperti ini bukan berarti menyebutkan bagian tauhid baru yang terpisah
dari tauhid uluhiyah. Disebutkan macam seperti di atas karena adanya kebutuhan yang
mengharuskan adanya penjelasan tersendiri ketika Anda menjumpai orang yang berbuat
syirik dari sisi itu. Tidak ada seorang pun baik yang terdahulu maupun sekarang yang
mengatakan, “Bahwa tauhid hakimiyah adalah bagian tauhid tersendiri atau bagian ke-empat
dari pembagian tauhid”. Semuanya ulama’ memasukkannya ke dalam tauhid uluhiyah, dan
juga memasukkan sebagian unsur-unsur yang ada di dalamnya ke dalam bagian tauhid yang
lain sebagaimana telah dijelaskan di muka.
Adapun maksud dari disebutkannya jenis tauhid ini adalah urgensinya agar ummat
memperhatikan aspek tauhid yang sudah hampir musnah. Jika anda telah memahaminya,
propaganda dari para penentangnya sudah tidak bisa lagi untuk dijadikan alat justifikasi
selain hanya ingin mereduksi makna dari tauhid yang tidak kalah pentingnya ini, serta ingin
dijadikan sebagai pembenar dari kekurangan para thoghut hukum dari pengingkaranya
terhadap sisi tauhid ini.
Adapun yang berkaitan dengan pertanyaan Anda tentang buku-buku yang memuat persoalan
ini Sebenarnya kitab-kitab yang membahas persoalan itu banyak sekali. Yang terpenting
adalah kitabulloh Al-Quran kemudian kitab-kitab hadits, serta buku-buku aqidah seperti
karangannya Ibnu Taimiyyah, Ibnu Abdul Wahhab serta para cucunya. Sedangkan buku dari
para ulama kontemporer adalah buku yang ditulis oleh Sayyid Qutub r.h., khususnya kitab:
Fi Dzilal al-Qur’an, al-Ma’alim fi ath-Thariq”, “Khosois al-Tasawwur al-Islamiy, dan
“Maqawwamat tashawwur islamy”. Dan juga buku-buku karya Muhammad Quthb. Selain
itu ada sebuah risalah yang membahas tentang Tauhid Hakimiyyah oleh syaikh Abu Itsar.
Demikian juga kitab dan makalahnya Abu Muhammad al-Maqdisi. Dan seandainya Anda
telaah kitab-kitab dan makalah kami, niscaya kalian tidak akan manafikan faedah dari
penyebutan tauhid ini, Insya Allah.
4. Tauhid Ubudiyah
Makna Ubudiyah Yang Sesungguhnya – Kitab Al-‘Ubudiyah merupakan bagian dari
kajian kitab “العبودية (Al-Ubudiyah)” karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.
Kitab ini membahas berbagai permasalahan yang berkaitan dengan ibadah dan
penghambaan diri. Kajian ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim.
11
lebih dicintai dari pada Allah subhanahu wa ta’ala sehingga dia akan mengutamakan sesuatu
itu. Ketika Allah subhanahu wa ta’ala memasukkan cinta yang benar kedalam hati seorang
hamba, cinta kepada Allah, cinta kepada agamaNya, cinta kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, Allah jadikan kecintaan ini benar-benar perhiasan terindah yang
menghiasi hati hamba tersebut. Sehingga dia tidak akan mengutamakan yang lainnya apapun
dari urusan dunia yang disukainya.
Dengan sebab inilah, Allah subhanahu wa ta’ala memalingkan dari orang-orang yang
mengikhlaskan agamanya. Orang yang ikhlas, dipalingkan dari mereka keburukan dan
perbuatan yang keji. Karena ada yang lebih mereka cintai sehingga perkara-perkara ini
mereka tinggalkan disebabkan oleh iman yang telah menghiasi hati mereka dengan seindah-
indah perhiasan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
﴾٢٤﴿ َصين َ ِت بِ ِه ۖ َوهَ َّم بِهَا لَوْ اَل أَن رَّأَ ٰى بُرْ هَانَ َربِّ ِه ۚ َك ٰ َذل
ِ َك لِنَصْ ِرفَ َع ْنهُ السُّو َء َو ْالفَحْ َشا َء ۚ إِنَّهُ ِم ْن ِعبَا ِدنَا ْال ُم ْخل ْ َولَقَ ْد هَ َّم
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan
Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda
(dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan
kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf
[12]: 24)
Oleh karena itu, tidak mungkin ada pada hati orang yang beriman ambisi yang berlebihan
terhadap harta dan kedudukan atau perkara-perkara yang tidak mendukung kebaikan agama
ini. Dengan iman yang mendominasi hati mereka, sudah tersingkirkan kecintaan-kecintaan
yang semu terhadap urusan dunia. Kecintaan yang semu terhadap urusan dunia menjadi
rendah karena kecintaan kepada Allah subhanahu wa ta’alatelah menguasai hatinya.
Orang-orang yang telah merasakan hal ini, Allah mudahkan dia untuk berlomba-lomba
dalam kebaikan, menguatkan dan menyempurnakan imannya dan meninggalkan
penghalang-penghalang iman. Dia meninggalkan penghalang-penghalang iman karena dia
merasa benci. Dengan taufiq dari Allah, hatinya benci dan muak terhadap semua perbuatan
yang buruk. Sifat inilah yang ada pada diri sahabat yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat
12
“…tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu
indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (QS. Al-Hujurat
[49]: 7)
Dengan ini mereka akan mudah meraih kesempurnaan iman. Mereka melakukan dengan
semangat langsung dari dalam hati mereka. Penghalang-penghalang tumbuhnya iman,
mereka akan singkirkan, tinggalkan dan bahkan akan dijauhi dengan kebencian dari hati
mereka.
Tidak akan terjadi pertentangan antara pengetahuan akliyah dan pengetahuan naqliyah,
apabila ilmu akliyah telah dikaji secara objektif dan ilmu naqliyah dipahami secara benar.
Karena keduanya harus bertemu dan mengatakan satu kebenaran
Tauhidullah ini menempatkan Allah sebagai sang maha pemiliki mutlak dan manusia
sebagai pemilik hak guna pakai yang beraifat sementara.
13
5.Tauhidullah dalam bidang politik
Tauhidullah memandang kekuasaan yang ada pada tangan manusia bersifat nisbi, bukan
miliknya secara penuh, yaitu memandang kekuasaan yang dicapai manusia adalah suatu
amanat.
E. Ma’rifatullah
Allah adalah awal dan akhir segala sesuatu. Dialah yang paling nampak dari segala
sesuatu dan Dialah yang berada dibelakang segala sesuatu. Yang dimaksud dengan
ma’rifatullah yakni pertemuann fikiran dan kesadaran manusia dengan kebesaran,
keagungan, harapan dan ridla-Nya.
a. Melalui Ciptaan-Nya
Allah memperkenalkan diri kepada manusia dengan segala cara dan segala jalur
komunikasi yang dapat diterima oleh manusia, yaitu tentang ayat-ayat Allah baik ayat
kauniyah dan ayat kauliyah yang dapat menyentuh seluruh sisi hidup dan kesadaran manusia
Untuk bertemu dengan Allah melalui ayat-ayat Allah, manusia diberi kekuatan bashar
dan kekuatan bashirah. Kekuatan bashar dan bashirah harus menumbuhkan kesadaran
tinggi, mengantarkan pertemuan indah antara manusia dengan khaliknya, itulah pertemuan
fikiran dan kesadaran manusia dengan ridla-Nya.
Dalam kitab Al- Adzkar tulisan imam Nawawio adalah salah satu kitab yang
mengumpulkan berbagai dzikir dan do’a. Rasulullah pada seluruh aktivitas manusia. Do’a
atau lapadz dzikir bukan untuk sekedar diucapkan tanpa makna, tapi dengan lafadz-lafadz
itu manusia tetapi menghayati kehadiran dan keterlibatan Allah dalam seluruh keadaannya
dengan demikian seluruh langkah, usaha, harapan dan tujuannya akan tersandar dan terarah
kepada –Nya dan disinilah sesungguhnya tertumpu kekuatann, keberanian, ketenangan dan
kepuasan apa yang telah diperolehnya. Pada dasarnya do’a dan dzikir bermakna memohon
pertolongan dan perlindungan dari Allah serta harapan kebaikan secara umum. Lafadz
dzikir itu banyak sekali baik yang ditentukan atau tanpa penentuan waktu/ kondisi misalnya
bismillah, al-hamdulillah, subhanallah inalilhi dan lain-lain
Melalui asma-asma Allah serta meyakini bahwa makna tersebut adalah milik Allah, kita
memohon kepada Allah melalui Al-asma al-Husna. Muhammad Ali menejelaskan bahwa
yang dimaksud dengan al-asma al-husna yakni nama-nama yang menampakan sifat-sifat
paling baik dari Dzat Allah. Selain dengan al-asma al-husna ada juga yang disebut fad’uhu
biha berarti bahwa manusia harus menyimpan sifat-sifat Illahi dalam fikirannya dan
14
berusaha memiliki sifat-sifat tersebut, sebab dengan itu dapat mencapai kesempurnaan itulah
pertemuan indah antara manusia dengan Allah yakni melalui sifat-sifatnya.
Perilaku dan peristiwa dalam hidup ini hanya bolak balik antara hasil dan gagal, antara
senang dan tidak senang. Peristiwa apapun yang dialami manusia akan dapat
mempertemukan fikiran dan kesadaran manusia dengan rencana, kehendak dan pilihan
Allah pasti lebih baik dari rencana siapapun. Allah maha pengasih dan maha penyayang
disatu pihak dan maha adil di lain pihak, karena itu, mustahil Allah berbuat aniaya, mustahil
Allah salah mempelakukan siapapun.
Ibadah merupakan wujud aktualisasi diri sebagai hamba. Shalat merupakan kunci untuk
bertemu dengan Allah. Pertemuan dengan Allah melalui ibadah khusus itu bukan shalat
saja banyak ibadah-ibadah lainnya yang secara khusus ditetapkan dan ditata seluruh
aturab dan caranya langsung oleh Allah dan Rasulnya.
F. Implikasi Tahuidullah
Tauhidullah sebagai pondasi kehidupan seorang muslim akan memberi cara pandang
mendasar terhadap segala segi dan aspek kehidupannya, mewarnai corak hidupnya secara
khas, akhirnya akan membawa implikasi terhadap kondisi dan penataan sikap dan
kepribadiannya. Tauhidullah akan menimbulkan sikap keberanian, keamanan, keselamatanm
ketenangan dan lain-lain.
1. Keberanian
Tatkala tentara muslim telah berhadapan dengan tentara Quraisy dalam perang uhud
2. Keamanan
Saat utusan Quraisy yang berpura-pura sebagai kafilah dagang sampai di Madinah untuk
menakut-nakuti tentare muslim supaya tidak berangkat ke Badar
3. Keselamatan
15
4. Ketenangan
Rasulullah SAW pernah diancam dibunuh oleh seorang musrik Quraisy. Waktu itu beliau
sedang beristirahat dibawah pohon kurma, tiba-tiba datanglah seorang musrik
menghunuskan pedang dihdapan mukanya sambil berkata “Hai Muhammad siapakah yang
akan menolongmu dari pedangku ini ? karena keterarahan dan kepercayaan yang penuh
hanya kepada Allah, beliau sama sekali tidak gentar atau takut. Beliau menjawab : “Hanya
Allahlah yang menjagaku” dengan ketenangan dan keteguhan hatinya yang penuh bertumpu
hanya kepada Allah.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Tauhidullah merupakan akumulasi kesadaran akan pakta bahwa alam berasal dari dan
kembali kepada Allah, semuanya bergerak menuju kesempurnaan sesuai dengan kodratnya, karena
itu, Tauhidullah harus diartikan menempatkan dan memperlakukan Allah sebagai satu-satunya
rujukan dan sandaran dalam seluruh gerak dan diam manusia. Syahadat berarti bahwa saeluruh
kenyataan, gerak dan diamnya merupakan kesaksian dan perwujudan Tauhidullah. Karena itu,
fikiran dan kesadaran manusia harus senantiasa bertemu dengan kehadiran dan harapan-Nya.
Pertemuan inilah yang sesungguhnya dapat memberi jaminan keberuntungan, keamanan,
kesenangan dan ketenangan.
16
b. Saran
Setelah pembahasan makalah ini, diharapkan kepada kita semua, dapat memahami
Tahuid, sehinngga dapat mengenal Allah SWT serta dapat mengamalkanya dengan ibadah dan
pelaksanaan dalam kehidupan sehari hari. Dengan megenal Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha
Esa dan ynag patut disembah, dan kita akan terhindar dari perbuatan syirik.
Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dilindungi oleh Allah SWT dari
perbuatan syirik yang mengantar kita ke pada siksa neraka jahanam. Amin.
c. Pertanyaan
3. Untuk apa Allah menciptakan kita, sedangkan tidak ada keuntungan bagi Allah SWT
ketika meciptakan kita karena Allah maha segalanya?
DAFTAR PUSTAKA
(http://id.islamiclopedia.org/wiki/Kitab_Tahuid-Tahuid)
(www.islamhouse.com, 2007)
17
18
BIODATA PENULIS
No Hp/Wa : 082117235074
19