Anda di halaman 1dari 21

Penerapan Modified Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Gallery Walk (GW)

untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA
Negeri 3 Sampang

PROPOSAL

OLEH

ALFIAN RAMADHANA

NIM 170341615101

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

Mei 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berpikir sangat penting dikembangkan, karena akan mengarahkan pola


bertindak setiap individu dalam masyarakat kelak. Banyak ragam berpikir yang perlu
dikembangkan, mulai dari berpikir dasar hingga berpikir kompleks atau berpikir tingkat
tinggi, misalnya berpikir kritis (Trilling & Fadel, 2009). Keterampilan berpikir kritis tidak
datang dengan sendirinya, harus ada upaya sistematis untuk mencapainya, misalnya melalui
pembelajaran di sekolah. Menurut Nezami 2013, proses pembelajaran di sekolah harusnya
lebih dari sekedar mengingat atau menyerap secara pasif informasi yang ada, namun peserta
didik perlu berbuat dan mendapat lebih banyak serta belajar bagaimana berpikir secara kritis
didorong untuk memiliki kesadaran akan diri dan lingkungannya, yang seterusnya akan
terbentuk kesadaran berpikir secara kritis.

Pembelajaran modified Problem Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW)
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi pembelajaran yang menjenuhkan dan
membosankan, dimana pada pembelajaran ini sebagai pola interaksi siswa dengan guru di
dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas. Modified Problem Based
Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW) digunakan sebagai strategi dalam diskusi serta
menjadi wahana siswa dalam berkreatifitas serta mengembangkan kecakapan komunikasi
karya mereka, mengembangkan kemampuan untuk memberikan pendapat, saran dan kritik
pada yang lain sebagai bagian dari berpikir logis, kritis, analitis (Silberman, 2007).

Secara etimologi, Gallery Walk terdiri dari dua suku kata yaitu “Gallery” dan “Walk”
artinya berjalan, melangkah. Maka dapat disimpulkan pengertian Gallery Walk secara bahasa
adalah melangkah atau berjalan untuk melihat suatu pameran atau kunjungan karya. Dalam
hal ini dengan menggunakan metode Gallery Walk pada peserta didik berkesempatan
mengembangkan kemampuan dengan mengamati segala peragaan atau benda yang sedang
terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan yang sesuai (Francek, 2006).

Menurut Amala, 2013 menyatakan bahwa model pembelajaran masalah dapat


kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analistis, sistematis dan logis untuk menemukan
alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah, sejalan dengan kemampuan berkomunikasi, menurut Sari 2013,
menyatakan bahwa metode diskusi gallery walk dapat meningkatkan keterampilan
komunikasi sebesar 75% atau sekitar 12 orang dari total 16 siswa dan dapat meningkatkan
rasa ingin tahu siswa sebesar 71% atau sekitar 10 dari 14 siswa.

Model Pembelajaran modified Problem Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk
(GW) diharapkan dapat membuat suasana belajar menjadi lebih menarik dan memotivasi
siswa berpikir secara kritis dalam menemukan solusi untuk masalah yang ada. Berdasarkan
latar belakang ini, maka penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Modified
Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Gallery Walk (GW) untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 3 Sampang” perlu
dilakukan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Adakah peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa SMA Negeri
3 Sampang saat diterapakan modified Problem Based Learning (PBL) berbantuan
Gallery Walk (GW)?

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, hipotesis penelitian dari penelitian ini adalah:
1. Terdapat peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa SMA Negeri
3 Sampang saat diterapakan modified Problem Based Learning (PBL) berbantuan
Gallery Walk (GW)
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung.
b. Mengembangkan kurikulum di tingkat kelas, serta untuk mengembangkan dan
melakukan inovasi pembelajaran.
c. Membuat guru lebih kreatif dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu dengan
mengembangkan pembelajaran yang inovatif dengan menerapkan multi metode
dan media.
2. Bagi Siswa
a. Meningkatkan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
b. Melatih siswa untuk dapat memahami isi dari suatu bahan pelajaran yang dapat
menunjang keberhasilan siswa dalam belajar.
c. Meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi sekolah
a. Digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien
b. Menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas
pembelajaran di sekolah.
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup dan keterbatasan pada penelitian ini terdiri atas beberapa variabel seperti
yang tertera pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Skala
No. Variabel Sub Variabel Indikator Instrumen
Variabel
1. Model  Problem > Mengorientasi  > Lembar
Pembelajaran Based masalah pada observasi
Problem Learning peserta didik keterlaksanaan
Based > Mengorganisasi model
Learning peserta didik pembelajaran
untuk belajar
> Membimbing Problem
penyelidikan Based
individu maupun Learning oleh
kelompok guru
> Mengembangkan > Lembar
dan menyajikan observasi
hasil karya keterlaksanaan
> Menganalisis model
dan
mengevakuasi pembelajaran
Problem
proses
Based
pemecahan
Learning oleh
masalah
siswa

2. Metode > Gallery Walk > Team Work  > Lembar


Gallery Walk > Media observasi
> Assignment keterlaksanaan
> Gallery Learning metode
> Explain Gallery Walk
> Evaluate oleh guru
> Test > Lembar
observasi
keterlaksanaan
metode
Gallery Walk
oleh siswa
3. Keterampilan > Keterampilan > Relating  > Test
berpikir kritis berpikir > Experiencing kemampuan
kritis > Applying berpikir kritis
> Cooperating (essay test)
> Transfering
> Evaluating
4. Hasil belajar > Hasil belajar > Mengingat  > Observasi
kognitif kognitif > Memahami > Tes
> Menerapkan psikomotorik
> Menganalisis
> Mengevaluasi
> Mencipta

F. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik
belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan.
2. Metode Gallery Walk adalah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk
membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang
ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi yang dilakukan di setiap kelompok belajar.
Hasilnya akan dipajang di dinding kelas. Pembelajaran melalui metode gallery walk
menggunakan indikator team work, media, assignment, gallery learning, explain,
evaluate, test.
3. Modified Problem Based Learning (PBL) berbantuan Gallery Walk merupakan
suatu pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks yang
hasilnya akan berupa suatu daftar, gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang
ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi yang dilakukan di setiap kelompok belajar.
4. Berfikir kritis adalah sebuah komponen esensial yang memperlihatkan kebiasaan
berpikir seperti percaya diri, perspektif kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa
ingin tahu, integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi.
Terdapat beberapa indikator yang digunakan pada variabel masalah kemampuan
berpikir kritis yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, trasfering, dan
evaluating Dengan menggunakan alat ukur tes kemampuan berpikir kritis (essay test).
5. Hasil belajar kognitif adalah hasil belajar yang berhubungan dengan gejala-gejala
mengenal pikiran, berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-
harapan individu atau kelompok tentang objek tertentu. Indikator yang digunakan
yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi/menilai, dan
mencipta.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning


1. Pengertian Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya berpegang pada sebuah masalah yang nantinya siswa itu sendiri atau
bersama dengan yang lain mencoba memecahkan masalah yang diberikan untuk
menumbuhkan sikap berpikir kritis dan jiwa sosialnya dalam melakukan diskusi dengan
siswa lain (Selcuk, 2010)
Menurut Sungur 2006, PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan data dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Model pembelajaran ini menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta
didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah,
peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah di dunia nyata.
Menurut Abubakar, B.A & Mohammad Y.A 2015, PBL merupakan model
instruksional yang menantang siswa agar “belajar dan belajar”, bekerja sama dengan
kelompok untuk mencari solusi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk
mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi
pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari
serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
PBL mempunyai perbedaan penting dengan pembelajaran penemuan. Pada
pembelajaran penemuan didasarkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin ilmu dan
penyelidikan siswa berlangsung di bawah bimbingan guru terbatas dalam ruang lingkup
kelas, sedangkan PBL dimulai dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna dimana
siswa mempunyai kesempatan dalam memlilih dan melakukan penyelidikan apapun baik
di dalam maupun di luar sekolah sejauh itu diperlukan untuk memecahkan masalah
(Afolabi & Akinbobola, 2009).
PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir
tingkat tinggi, pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah
jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Dengan PBL siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya,
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Selain itu, dengan pemberian
masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses
belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi
(Caesar et.al. 2016).
Dapat disimpulkan bahwa PBL adalah proses kegiatan pembelajaran dengan cara
menggunakan atau memunculkan masalah dunia nyata sebagai bahan pemikiran bagi
siswa dalam memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan dari suatu materi
pelajaran.
2. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik masing-masing, hal inilah yang
membedakan model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.
Karakteristik model pembelajaran PBL yang dikembangkan Barrow dalam Liu 2010,
adalah sebagai berikut:
1) Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan pada peserta didik untuk
belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana peserta
didik didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2) Authentic problems from the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada peserta didik adalah masalah yang autentik sehingga
peserta didik mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya dimasa yang akan datang.
3) New information is acquired through self-directed learning
Proses pemecahan masalah memungkinkan masih terdapat peserta didik yang belum
mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga peserta didik
berusaha untuk mencari sendiri melalui berbagai sumber.
4) Learning occurs in small groups
Pada pelaksanaan PBL, agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha
membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBL dilaksanakan dalam bentuk
kelompok kecil.
5) Teacher act as fasilitators
Pada pelaksanaan PBL, guru berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu
guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas peserta didik dan mendorong
peserta didik agar dapat mencapai tujuan dari pembelajaran.
Dewi et.al. 2014, berpendapat bahwa karakteristik model pembelajaran PBL yaitu: (1)
adanya pengajuan pertanyaan atau masalah; (2) berfokus pada keterkaitan antar disiplin;
(3) penyelidikan autentik; (4) menghasilkan produk atau karya dan mempresentasikannya;
dan (5) kerja sama.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah pada kehidupan
nyata sebagai pusat pembelajaran agar peserta didik dapat terangsang untuk belajar
memecahkan permasalahan tersebut sehingga peserta didik dapat meningkatan
keterampilan dan berfikir kritis dalam menyelesaikan suatu masalah.
3. Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Dwi et.al. 2013, proses pemecahan masalah dalam PBL mengikuti 7 langkah,
antara lain: (1) mengidentifikasi masalah dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada didalam
skenario; (2) menentukan masalah; (3) brainstorming, anggota kelompok mendiskusikan
dan menjelaskan masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki; (4)
menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; (5) memilih solusi yang paling tepat
sebagai penyelesaian masalah; (6) belajar mandiri, peserta didik belajar mandiri untuk
mencari informasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran; (7) setiap anggota
kelompok menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan saling berdiskusi.
Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah.
Hal ini agar peserta didik dapat belajar memecahkan masalah secara sistematis dan
terencana. Sehingga peserta didik dapat meningkatkan pengalaman belajar dalam
memecahkan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
Sedangkan Arends 2008, berpendapat bahwa dalam mengimplementasikan PBL ada 5
tahapan yaitu: (1) mengorientasikan peserta didik pada masalah; (2) mengorganisasi
peserta didik untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok; (4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevakuasi proses
pemecahan masalah.
Model pembelajaran PBL diterapkan untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual
belajar berperan sebagai orang dewasa melalui pelibatan peserta didik dalam pengalaman
nyata atau simulasi.
B. Metode Gallery Walk
1. Pengertian metode Gallery Walk
Eldy & Fauziah 2014, menyatakan bahwa “metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu
methodos. Methodos berasal dari kata “meta” dan “hodos”. Meta berarti melalui, sedang
hodos berarti jalan. Sehingga metode berarti jalan yang harus dilalui atau cara untuk
melakukan sesuatu atau prosedur”. Lebih lanjut lagi Hisyam 2008, menyatakan bahwa
“metode adalah cara yang teratur dan terpikir dengan baik untuk mencapai maksud
(dalam ilmu pengetahuan, dan sebagainya); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan”.
Istilah pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan
dapat mempermudah siswa dalam mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam
media, seperti bahan ajar cetak, audio, televisi, gambar dan lain sebagainya. Sehingga,
semua itu dapat mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses
pembelajaran, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam
belajar mengajar (Joy, 2014)
Kata metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik-teknik penyajian bahan
pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik
individual atau secara kelompok.
Gallery adalah “pameran”, pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan
produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. Sedangkan Walk artinya “berjalan,
melangkah”. Menurut Silberman 2007, Gallery Walk atau galeri belajar merupakan suatu
cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah dipelajari siswa selama berlangsungnya
pembelajaran. Metode ini baik digunakan untuk membangun kerja sama kelompok
(cooperative learning) serta pembelajaran aktif (active learning), saling memberi
apresiasi dan koreksi dalam belajar.
Metode Gallery Walk atau galeri belajar adalah metode pembelajaran yang menuntut
siswa untuk membuat gambar maupun skema sesuai hal yang ditemukan di setiap
kelompok belajar. Hasilnya akan dipajang di dinding kelas. Pembelajaran melalui metode
gallery walk dilakukan melalui team work, media, assignment, gallery learning, explain,
evaluate, test. Masing-masing kelompok diskusi menyiapkan satu orang wakil, untuk
mempresentasikan hasil diskusi yang dibuat di kertas plano atau flip cart, yang kemudian
di tempel di dinding atau depan kelas. Sedangkan kelompok lain mendengarkan
presentasi serta mengoreksi hasil karya, secara bergantian dari kelompok satu ke
kelompok yang lain sambil berjalan mengelilingi karya-karya yang digalerikan. Setelah
selesai pameran gallery, kemudian dipertanyakan saat diskusi kelompok dan ditanggapi.
Penggalerian hasil kerja dilakukan saat peserta didik telah selesai mengerjakan tugasnya,
sesuai waktu yang telah ditetapkan sebelumnya (Francek, 2006).
Hal inilah yang menjadikan metode Gallery Walk merupakan salah satu metode
pembelajaran active learning sekaligus cooperative learning dan metode yang sangat
efektif dalam pembelajaran. Karena Gallery Walk atau galeri belajar merupakan suatu
cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah peserta didik pelajari selama proses
pembelajaran sehingga nantinya dapat membuat solusi tentang masalah di lingkungan
yang berkaitan dengan materi belajar (Ismail, 2008)
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Gallery Walk merupakan suatu
metode pembelajaran yang mampu mengakibatkan daya emosional siswa untuk
menemukan pengetahuan baru dan dapat mempermudah daya ingat jika sesuatu yang
ditemukan itu dilihat secara langsung serta siswa dapat mengaplikasikannya ke konteks
permasalahan di lingkungan dengan memberi solusi yang tepat. Gallery Walk juga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam proses belajar, sebab bila
sesuatu yang baru ditemukan berbeda antara kelompok satu dengan yang lainnya maka,
dapat saling mempresentasikan atau mengkoreksi antara peserta didik, baik kelompok
maupun antar peserta didik itu sendiri.
2. Tujuan metode Gallery Walk
Ada beberapa tujuan dari pembelajaran yang menggunakan metode gallery walk (Francek,
2006):
1) Menarik siswa ke dalam topik yang akan dipelajari
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pengetahuan dan
keyakinan mereka tentang topik yang akan dibahas (pemahaman yang benar maupun
keliru).
3) Mengajak siswa menemukan hal yang lebih dalam dari pengetahuan yang sudah
mereka peroleh.
4) Memungkinkan siswa mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya (seperti
berpikir, meneliti, berkomunikasi dan bekerjasama) dalam mengumpulkan informasi
baru.
5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memilah, mengolah dan menyajikan
informasi dan pemahaman baru yang diperoleh.
6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri cara
mendemonstrasikan hal yang telah dipelajari (pemahaman, keterampilan, sikap dan
nilai) (Entrepreneurship Center).
3. Langkah-langkah metode Gallery Walk
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan metode Gallery Walk menurut Ismail
2008 :
1) Peserta dibagi dalam beberapa kelompok
2) Kelompok diberi kertas plano/ flip cart
3) Tentukan topik/ tema pelajaran
4) Hasil kerja kelompok ditempel di dinding
5) Masing-masing kelompok berputar mengamati hasil kerja kelompok lain
6) Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang ditanyakan oleh kelompok
lain.
7) Koreksi bersama-sama, klarifikasi dan penyimpulan
C. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Aktivitas belajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Belajar
merupakan alat utama bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai
unsur proses pendidikan di sekolah. Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar
memegang peranan yang vital. Mengajar merupakan proses membimbing kegiatan belajar.
Untuk itu, penting sekali bagi guru memahami sebaik-baiknya proses belajar agar guru
dapat membimbing serta menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi
murid-muridnya.
Dalam berakhirnya suatu proses belajar maka dapat diperoleh suatu hasil belajar.
Winkel 2009, menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tujuan lakunya. Menurut Soedibjo 2011,
mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikannya yang ditetapkan.
Benjamin Bloom membagi hasil belajar dalam tiga ranah yaitu: (1) ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; (2) ranah
efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan jawaban
atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi; (3) ranah psikomotorik berkenaan
dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotorik, yakni: (a) gerakan reflek; (b) ketrampilan gerakan dasar; (c) keampuan
perceptual; (d) keharmonisan; (e) gerakan ketrampilan kompleks; (f) gerakan ekspresif
dan impresive.
2. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak.
Ranah kognitif ini meliputi menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Taksonomi Bloom yang baru ini menunjukkan bahwa:
pengetahuan (knowledge) mencakup mengingat dan memahami; keterampilan (skill)
mencakup menerapkan; kemampuan (ability) mencakup mengevaluasi dan mengkreasi
(Anderson & Krathwohl, 2002). Ranah kognitif memiliki enam aspek dalam kemampuan
berfikir, mulai dari jenjang rendah sampai jenjang yang paling tinggi. Jenjang tersebut
diantaranya:
1. Pengetahuan
Mencakup ingatan akal tentang hal-hal yang dipelajari dan disimpan dalam ingatan.
2. Pemahaman
Mengacu pada kemampuan memahami makna materi.
3. Penerapan
Mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah
dipelajari terhadap situasi yang baru dan menyangkut penggunaan atau prinsip.
4. Analisis
Mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam hubungan diantara bagian
yang satu dengan lainya sehingga dapat menarik suatu kesimpulan.
5. Sintesis
Mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga
membentuk suatu pola struktur yang baru atau berbeda dari sebelumnya.
6. Evaluasi
Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai untuk
tujuan tertentu.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus. Masing-masing
siklus terdiri atas tahap-tahap planning, implementing, observing, dan reflecting.
Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian tindakan kelas (classroom action research)
yang dilaksanakan sebagai strategi pemecahan masalah. Pada penelitian tindakan dibagi
menjadi 3 tahapan yaitu perencanaan (planning), tindakan (action) dan observasi
(observe), serta refleksi (reflect). Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang disajikan
dalam gambar 2. berikut:

Langkah-langkah menurut Kemmis dan Mc Taggart (1992: 11) adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yaitu persiapan yang dilakukan peneliti untuk pelaksanaan PTK, seperti
penyusunan skenario pembelajaran, pembuatan media, dan pembuatan perangkat
pembelajaran lainnya. Seperti halnya rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar
observasi, LKS, dan soal tes. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini antara
lain:
a. Peneliti bersama dengan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
terkait pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran modified Problem
Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW)
b. Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari:
1) Lembar observasi aktivitas belajar siswa.
2) Lembar observasi kegiatan guru.
3) Lembar kerja kelompok.
4) Soal tes.
5) Catatan lapangan.
c. Melakukan koordinasi dengan guru sebagai kolabolator dan teman sejawat yaitu
mahasiswa.
d. Memberikan pengarahan kepada teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
2. Tindakan (Acting)
Tindakan dalam PTK yaitu pelaksanaan tindakan atau pembelajaran yang berpedoman
pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dengan menerapkan model
pembelajaran modified Problem Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW).
3. Observasi (Observing)
Observasi yaitu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengamati dampak atas
tindakan yang dilakukan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengamati aktivitas
siswa maupun guru bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dalam proses
pembelajaran modified Problem Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW).
4. Refleksi (Reflecting)
Refleksi merupakan kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang
diperoleh sebagai dampak tindakan yang telah dirancang. Refleksi dilakukan untuk
mengetahui adanya kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung. Hasil pemikiran reflektif kemudian digunakan sebagai dasar untuk
menentukan siklus berikutnya apakah tindakan perlu dilakukan modifikasi.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini di SMA Negeri 3 Sampang, Jawa Timur.
D. Subjek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 1 SMA Negeri 3 Sampang tahun
ajaran 2019/2020. Jumlah siswa dalam kelas ini 35 siswa.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian dari penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas: model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Gallery
Walk (GW)
2. Variabel terikat: keterampilan berpikir kritis dan hasil belajat siswa
3. Variabel control: Siswa SMA, Mapel Biologi
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Catatan Lapangan (Field Note)
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat segala peristiwa selama proses penelitian
berlangsung sehubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh guru maupun siswa.
Hal ini dikarenakan berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan
kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, suasana sekolah, dan kegiatan lain yang
dapat diketahui dari catatan lapangan.
2. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan catatan yang menggambarkan tingkat aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan mengenai kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran Biologi
berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran modified Problem Based
Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW).
3. Pedoman Wawancara
Wawancara digunakan untuk menjaring data mengenai pelaksanaan pembelajaran
Biologi yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran modified
Problem Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW). Wawancara dilakukan
dengan guru mata pelajaran Biologi yang bersangkutan dan dilaksanakan setelah
pembelajaran berakhir. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan siswa untuk
menjaring data mengenai aktivitas siswa terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung.
4. Tes
Tes digunakan dalam pengukuran hasil belajar siswa sebagai tindak lanjut dalam
proses pembelajaran yang telah dilakukan. Tes dilakukan pada tiap akhir siklus untuk
mengetahui tingkat efektivitas 51 pembelajaran.

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 199) “Di dalam pengertian psikologik observasi
atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera”. Observasi dilakukan
dengan melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai guru dan aktivitas belajar
siswa selama pembelajaran Biologi berlangsung dengan menggunakan model
pembelajaran modified Problem Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW).
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik
secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu (Wina Sanjaya, 2011: 96).
Dengan wawancara peneliti dapat mengecek kebenaran data atau informasi yang
diperoleh dengan cara lain. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan guru
mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran modified Problem
Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW) dan wawancara dengan siswa
mengenai aktivitas siswa terhadap penerapan model pembelajaran modified Problem
Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW).
3. Tes
Tes merupakan salah satu alat ukur untuk menentukan keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Suharsimi Arikunto (2010: 193) mengatakan bahwa tes merupakan
serentetan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan
maupun kemampuan yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Tes yang
diberikan pada siswa dalam penelitian dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
siswa menguasai materi pelajaran setelah diterapkan model pembelajaran modified
Problem Based Learning (PBL) dengan Gallery Walk (GW).
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan barang-barang yang tertulis (Suharsimi Arikunto, 2010: 201).
Peneliti menggunakan checklist dokumentasi sebagai alat dalam mengkaji dokumen
yang digunakan untuk mendukung data penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan
dengan cara peneliti merefleksi hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh peneliti dan siswa di dalam kelas. Data yang berupa kata-kata dari
catatan lapangan diolah menjadi kalimat-kalimat yang bermakna dan dianalisis secara
kualitatif.
Teknik analisis data kualitatif ini mengacu pada metode analisis dari Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2009: 247-252). Metode ini terdiri atas tiga komponen yaitu reduksi
data, penyajiian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses merangkum, melilih hal yang pokok dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting (Sugiyono, 2009: 247). Reduksi data
dilakukan untuk mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Reduksi data dalam penelitan ini merupakan proses penyeleksian dan penyederhanaan
data melalui seleksi, memfokuskan dan pengabstrakan data mentah ke pola yang lebih
terarah. Data-data hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara dikelompokkan
berdasarkan kepentingan pada rumusan masalah.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam rangka penyusunan informasi secara sistematis mulai
dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan refleksi pada masing-masing siklus.
Penyajian data ini dilakukan proses penampilan data secara lebih sederhana dalam
bentuk paparan naratif dan disajikan dalam laporan yang sistematis dan mudah
dipahami. Data disajikan dalam bentuk diagram, tabel, grafik, atau pie chart, dan
sebagainya.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data yang terkumpul
tersebut disajikan dalam bentuk pernyataan kalimat yang sangat singkat dan padat
tetapi mengandung pengertian yang luas. Sementara untuk menghitung hasil tes dan
hasil observasi aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan percentage
correction. Besarnya nilai yang diperoleh oleh siswa merupakan persentase dari skor
maksimum ideal yang seharusnya dicapai jika tes tersebut dikerjakan dengan hasil
100% betul (Ngalim Purwanto, 2004: 102). Rumus untuk menghitungnya yaitu:

Keterangan:
NP : Nilai persen yang dicari
R : Skor mentah yang diperoleh peserta didik
SM : Skor maksimum ideal
100 : Bilangan Tetap
I. Kriteria Keberhasilan
Suatu tindakan dikatakan berhasil apabila mampu mencapai kriteria yang telah
ditentukan. Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini mengacu pada pendapat
Zainal Aqib (2011: 41) dan diterapkan pada hasil observasi aktivitas belajar siswa dan
hasil belajar siswa. Kriteria keberhasilan tindakan tersebut yaitu:
1. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata persentase tiap indikator aktivitas
siswa mencapai 75%.
2. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila peningkatan hasil belajar siswa hingga 75%
siswa dikelas memenuhi ketuntasan minimal yakni 75.
Daftar Rujukan

Abubakar, B.A., and Mohammad Y.A., “Self-Directed Learning and Abilitys of Problem
Based Learning: A Case of Nigerian Secondary Schools Chemistry Students,”
International Education Studies, 8 (12). 70-78. 2015.
Afolabi, F., and Akinbobola, A.O., “Constructivist Problem Based Learning Technique and
the Academic Achievement of Physics Students with Low Ability Level in
Nigerian Secondary Schools,” Eurasian Journal on Physics and Chemistry
Education, 1 (1). 45-51. 2009.
Arends. 2008. Learning To Teach. New York: McGraw-Hill.
Anderson dan Krathwohl. 2002. Revisi Taksonomi Bloom. Jakarta: Rineka Cipta.
Caesar, M.I.M., Rosmawijah, J., Rohani, M., Masitah, S., Jainatul, H.J., and Lawrence, M.,
“The Benefits of Adopting a Problem Based Learning Approach on Students’
Learning Development in Secondary Geography Lessons,” International
Education Studies, 8 (12). 51-65. 2016.
Dewi, P.S.U., Sadia, I.W., and Suma, K., “Effect of Problem Based Learning Model of the
Physics Problem Solving Ability Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 4. 1-11. 2014.
Dwi, I.M., Arif, H., and Sentot, K., “Effect of Problem Based Learning Model to
Understanding Concepts and Problem Solving Abilitys,” Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, 8-17. 2013.
Eldy, E.E., and Fauziah, S., “A Comparison of Integrated Problem Based Learning Approach
in Theretical and Mathematical Coursesin Physics towards Student’s Critical
Thinking: A Case Fidiana Study in University Malaysia Sabah,” International
Journal of Education and Research, 2 (1). 1-10. 2014.
Francek, M. 2006. Promoting discussion in the science classroom using gallery walks. Journal
of College Science Teaching:27-31.
Hisyam, Z. 2008. Srategi pembelajaran aktif. Yogyakarta: Insan Mandiri.
Ismail, A. 2008. Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joy, A., “Effect of Problem Based Learning Strategy on Students’ Achievement in Senior
Secondary Schools Chemistry in Enugu State,” Journal of Research & Method in
Education. 4 (3). 27-31. 2014.
Liu, M. 2010. Motivating Students Through Problem-based Learning. Texas: University of
Texas.
Nezami N.R, Asgari M, & Dinarvand H. (2013). The Effect of Cooperative Learning on The
Critical Thinking of High School Students. Technical Journal of Engineering and
Applied Sciences, 3(19), 2508-2514.
Selcuk, G. S. (2010). The effects of problem-based learning on pre-service teachers’
achievement, approaches and attitudes towards learning physics. International
Journal of the Physical Sciences, 5(6), 711-723.
Silberman, Melvin L. 2007. Active Learning: 101 Metode Pembelajaran Aktif.
Dialihbahasakan oleh Sarjuli dkk. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Sungur, S. (2006). Effects of Problem-Based Learning and Traditional Instruction on Self-
Regulated Learning, Journal of educational, 99(5).
Trilling, B and Fadel, C, (2009). 21stCentury skills, Learning for Life in Our Time. San
Francisco: Jossey-Bass.
Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai