Anda di halaman 1dari 8

PAPER

FILSAFAT, PEMIKIRAN FILSAFATI DAN PRODUK


PEMIKIRAN FILSAFAT

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Filsafat Ilmu


Dosen Pengampu: Prof. A.K. Prodjosantoso, M.Sc., Ph.D.

Disusun oleh:
Anugrah Anang Respati (20728251021)
Isnni Nurani (20728251022)
Yasinta Mahanani D. L. (20728251023)
Irfan Kamaludin Syam (20728251024)
Durrotun Nasihah Sa’adah (20728251025)
Annisah Faujiah Miftahul J. (20728251026)

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
A. Filsafat
1. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat memiliki padanan kata falsafah (Arab), philosophy
(Inggris), philosophia (Latin), philosophie (Jerman, Belanda, Perancis).
Istilah-istilah tersebut bersumber dari istilah Yunani yaitu philosophia.
Istilah filsafat secara etimologis memiliki dua arti yang agak berbeda.
Apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philein (mencintai) dan
sophos (bijaksana) maka memiliki arti mencintai hal-hal yang bersifat
bijaksana (bijaksana mengacu pada kata sifat). Sementara itu, apabila
filsafat mengacu pada asal kata philos (teman) dan sophia (kebijaksanaan)
memiliki arti teman kebijaksanaan (kebijaksanaan mengacu pada kata
benda) (Mustansyir, 1997).
Filsafat merupakan suatu pengetahuan yang bersifat eksistensial
artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Fisafat
merupakan cara berpikir yang kompleks, suatu pandangan atau teori yang
mendasar bagi ilmu pengetahuan. (Adib, 2011).
Selain mengetahui asal usul dan arti dari istilah filsafat, terdapat
beberapa definisi filsafat yang disampaikan oleh para filsuf. Berikut adalah
definisi filsafat menurut para filsuf (Rapar, 1996) dan (Adib, 2011):
a. Plato
Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat, salah satunya bahwa
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang
asli dan murni. Plato juga menyampaikan bahwa filsafat adalah
penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari
segala sesuatu yang ada.
b. Aristoteles
Aristoteles sebagai murid Plato menyampaikan bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan
penyebab-penyebab dari realitas yang ada.
c. René Descartes
René Descartes, menyampaikan bahwa filsafat adalah himpunan dari
segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya mengenai Tuhan,
alam, dan manusia.
d. William James
William James, seorang filsuf Amerika menyampaikan bahwa filsafat
adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan
terang.
e. Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant, filsafat adalah ilmu atau pengetahuan yang
menjadi pangkal dari semua pengetahuan yang ada di dalamnya,
tercakup masalah epistemologi yang menjawab persoalan apa yang
dapat kita ketahui.
f. Notonegoro
Menurut Notonegoro, filsafat adalah filsafat menelaah hal-hal yang
menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak dan yang terdalam,
tetap dan yang tidak berubah.
g. Ali Mudhofir
Menurut Ali Mudhofir, filsafat adalah suatu sikap, suatu metode,
kelompok persoalan, kelompok teori atau sistem pemikiran, analisis
logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah, dan usaha untuk
medapatkan pandangan yang menyeluruh.
h. Harold H. Titus
Menurut Harold H. Titus, filsafat mencoba mengintegrasikan
pengetahuan manusia dari berbagai pengalaman yang ada dan berbeda
dengan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam
semesta, makna hidup dan hidup.
i. Ibnu Sina
Menurut Ibnu Sina, filsafat adalah pengetahuan otonom yang perlu
ditimba oleh manusia, sebab ia dikaruniai akalh oleh Allah.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat dimaknai filsafat menelaah segala
masalah yang mungkin dipikirkan manusia. Sesuai fungsinya sebagai
pionir, ketika satu masalah terjawab, filsafat akan merambah pertanyaan
lain (Suriasumantri, 2009).
2. Hal-Hal yang Mendorong Lahirnya Filsafat
Keinginan manusia untuk berfilsafat setidaknya didorong oleh empat
hal, yaitu ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya, dan keraguan
(Rapar, 1996).
a. Ketakjuban
Ketakjuban hanya mungkin dirasakan oleh makhluk yang berperasaan
dan berakal budi yaitu manusia (subjek). Penelitian terhadap apa yang
diamati untuk memahami hakikatnya memunculkan lahirnya filsafat.
Pengamatan dengan akal budi tidak terbatas pada objek yang dapat
dilihat dan diraba tetapi juga terhadap hal-hal abstrak. Sebagaimana
Immanuel Kant tidak hanya takjub pada langit berbintang namun juga
takjub memandang hukum moral dalam hatinya.
b. Ketidakpuasan
Ketidakpuasan manusia terhadap mitos dan mite terdahulu yang
menjelaskan asal mula dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
semesta membuat manusia terus mencari keterangan yang lebih
meyakinkan. Lambat laun manusia mulai berpikir secara rasional
dengan akal budi yang kemudian memunculkan lahirnya filsafat.
c. Hasrat Bertanya
Ketakjuban dan ketidakpuasan manusia memunculkan beragam
pertanyaan akan suatu hal yang ingin diketahui lebih dalam. Munculnya
pertanyaan mendorong manusia untuk melakukan pengamatan,
penelitian, dan penyelidikan. Pertanyaan yang mengarah pada dasar dan
hakikat dari suatu hal mendorong lahirnya filsafat.
d. Keraguan
Bertanya untuk memperoleh kejelasan dan kebenaran dari apa yang
diketahui sebelumnya, hakikatnya menunjukkan adanya keraguan pada
diri penanya (Rapar, 1996). Keraguan dapat mendorong manusia untuk
bertanya kemudian berfilsafat. Berfilsafat berarti berendah hati
mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah diketahui. Pengetahuan
dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-
ragu, dan filsafat dimulai dengan keduanya (Suriasumantri, 2009).
3. Ruang Lingkup Filsafat
Objek formal filsafat terarah pada unsur-unsur keumuman. Aspek
keumuman yang dimiliki filsafat menjadikan kedudukan filsafat di atas
ilmu sehingga filsafat dapat mencari hubungan-hubungan di antara bidang
ilmu, yang dinamakan multidisipliner. Adapun objek material filsafat
mencakup apa saja yang ada di alam semesta, baik yang berupa kenyataan
maupun kemungkinan (Mustansyir, 1997). Objek material meliputi
manusia, alam, Tuhan (anthropos, cosmos, Theos) dan problematika di
dalamnya. Objek formal filsafat menelaah objek material secara mendalam
hingga ditemukan hakikat atau intisari permasalahan (Wilujeng, 2013).
B. Pemikiran filsafati
1. Cabang-cabang filsafat
Menurut Harry Hamersma dalam Lubis (2015) membagi cabang-
cabang filsafat menjadi empat, yakni:
a) Filsafat tentang pengetahuan:
1) Epistemologi, yaitu pengetahuan tentang pengetahuan.
2) Logika, yaitu menyelediki aturan-aturan yang harus diperhatikan
supaya berpikir sehat.
3) Kritik ilmu, yaitu menyelidiki titik pangkal, metode dan objek dari
ilmu-ilmu.
b)Filsafat tentang kenyataan menyeluruh:
1) Metafisika (ontologi), yaitu ilmu tentang ada atau keberadaan itu
sendiri.
2) Antropologi, yaitu ilmu yang berbicara tentang manusia.
c) Filsafat tentang tindakan
1) Etika, yaitu ilmu yang berbicara tentang tindakan manusia.
2) Estetika, yaitu ilmmu yang menyelediki mengapa sesuatu dialami
sebagai indah.
d)Sejarah filsafat, yaitu ilmu yang mengajarkan apa jawaban pemikir-
pemikir sepanjang zama.
2. Dasar-dasar pengetahuan
a) Penalaran
Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Karena penalaran merupakan kegiatan
berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu untuk menentukan
kebenaran. Ciri penalaran sebagai suatu kegiatan berpikir ada dua
yaitu pola berpikir yang secara luas disebut logika (berpikir logis) dan
sifat analitik (berdasarkan langkah-langkah tertentu. Namun penalaran
juga merupakan sifat nonanalitik yaitu perasaan dan intuisi
(Suriasumantri, 2009: 39-45).
b)Logika
Logika merupakan penarikan kesimpulan (pengetahuan) yang
dianggap benar jika dilakkukan dengan cara tertemtu. Terdapat dua
cara dalam penarikan kesimpulan yaitu logika deduktif (penarikan
kesimpulan dari yang bersifat umum menjadi khusus) dan logika
induktif (penarikan kesimpulan dari yang bersifat khusus menjadi
umum). Contoh logika deduktif yaitu semua logam memuai jika
dipanaskan, besi adalah sebuah logam, maka besi akan memuai jika
dipanaskan. Contoh logika induktif yaitu ada fakta bahwa singa punya
mata, kambing punya mata, dan ayam punya mata maka dapat
disimpilkan bahwa semua hewan punya mata (Suriasumantri, 2009:
46-49).
c) Sumber Pengetahuan
Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya
bersumber pada rasio (kaum rasionalisme) atau fakta (kaum
empirisme). Kaum rasionalisme beranggapan bahwa rasio adalah
sumber kebenaran, sedangkan empirisme beranggapan bahwa fakta
yang terungkap melalui pengalaman manusia merupakan kebenaran.
Kaum rasionalisme menggunakan menggunakan logika deduktif
sedangkan kaum empirisme menggunakan logika induktif
(Suriasumantri, 2009: 50-54).
d)Kriteria Kebenaran
Ada beberapa teori kebenaran seperti Teori Koherensi yaitu suatu
pernyataan dianggap benar bila bersifat konsisten dengan pernyatan-
pernyataan sebelumnya dan Teori Prakmatis yaitu kebenaran suatu
pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat
fungsional dalam kehidupan praktis (Suriasumantri, 2009: 55-59).
3. Ciri-ciri filsafat
Ciri dari filsafat yaitu adanya upaya manusia untuk mendapatkan
hakikat segala sesuatu. Lubis (2015) mengatakan bahwa terdapat beberapa
ciri hingga upaya tersebut dapat dikatakan filsafat
a) Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek
tertentu saja.
b) Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil
yang fundamental dan essensial.
c) Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan
logis meskipun spekulatif.
d) Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu.
e) Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu.
f) Analisis, yaiitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh
tentang sesuatu termasuk konsep dasar.
g) Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguh-
sungguh untuk menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapi
manusia.
C. Produk Pemikiran Filsafat
1. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Arah Pengembangan Ilmu Pendidikan
Setiap teori pendidikan selalu didasari oleh suatu sistem filsafat
tertentu yang menjadi landasannya. Menurut Bernadib (1994: 5)
mengatakan bahwa hubungan filsafat dan pendidikan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu: a) hubungan keharusan, berfilsafat mencari nilai-nilai
ideal yang lebih baik, sedangkan pendidikan mengaktualisasikan nilai-nilai
tersebut, b) dasar pendidikan, filsafat memberi dasar-dasar dan nilai-nilai
yang sifatnya das sollen (yang seharusnya), sedangkan praktik pendidikan
berusaha mengimplementasikannya.
Menurut Rukiyati (2015: 23-29) dalam bukunya, unsur-unsur esensial
dalam landasan filsafat pendidikan ada tiga yang utama yaitu : a) Landasan
ontologi, b) Landasan epistimologi, c) Landasan aksiologi. Ketiga
landasan ini merupakan dasar bagaimana seseorang mampu berfikir
filsafat khususnya dalam lingkup pendidkan. Sehingga pemikiran filsafat
mengarahkan pada pemikiran yang hakiki terkait pendidikan, pemikiran
menjadi terasah pada persoalan-persoalan pendidikan. Mampu
mempelajari dan merenungkan masalah-masalah pendidikan dan
menyekesaikannya (Rukiyati, 2015: 21).
2. Filsafat Ilmu sebagai Dasar dan Arah Pengembangan Ilmu Ekonomi
Filsafat ilmu berperan dalam ilmu ekonomi dengan 3 landasan
pokoknya, yaitu : a) landasan ontologi, b) landasan epistemologi dan c)
landasan aksiologi. Berdasarkan ketiga landasan tersebut dapat
dirumuskan persoalan-persoalan bidang ekonomi dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut: Apakah perusahaan-perusahaan memanusiakan manusia
di tempat kerja? Apakah tingkat kepedulian sosial perusahaan cukup
tinggi? Apakah penggunaan sumber data alam memperhitungkan
kelestarian ekonomi? Apakah perusahaan rela memikul biaya sosial?
Apakah dalam mendapatkan keuntungan, perusahaan memegang teguh
norma-norma moral dan etika (Siagian,1996).
Persoalan-persoalan ekonomi yang timbul berkisar pada aspek
aksiologis dan filsafat ilmu. Banyaknya permasalahan yang berkaitan
dengan aspek aksiologis dalam perkembangan ilmu ekonomi dan
tanggungjawab para ahli ekonomi indonesia, antara lain: a) masalah
pengangguran, b) Masalah tanggung jawab sosial perusahaan, c) Masalah
peningkatan mutu kehidupan, d) Masalah peningkatan taraf hidup, e)
Masalah pelestarian lingkungan hidup, f) Masalah perkembangan
teknologi, g) Masalah pengangguran tenaga kerja yang semakin rumit,
dimana keterampilan dan keahlian tenaga kerja tidak sesuai dengan
tuntutan dunia usaha.
3. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Arah Pengembangan Pancasila dalam
Mengatasi Persoalan Kebangsaan
Beberapa tahun terahkhir persoalan persatuan kebangsaan terasa
megalami tantangan yang tidak ringan, yang tampak pada munculnya
peristiwa-peristiwa kerusuhan yang tak sedikit Permasalahan aktual yang
lain adalah merebaknya praktek korupsi yang dilakukan oleh pejabat
negara dan pejabat daerah. Untuk mengatasi persoalan kebangsaan dalam
upaya pengembangan Pancasila diperlukan beberapa faktor, a) harus ada
proses penyadaran terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
b) menanamkan nilai-nilai Pancasila (Syahrul, 2011 : 112).
Satu-satunya jalan untuk meluruskan, atau untuk memberi porsi
pantas bagi batas-batas pengertian, debat ilmiah-filosofis diyakini dapat
menghantarkan masyarakat Indonesia dan dinamika kenegaraan pada nilai
hakiki Pancasila. Filsafat sebagai ilmu yang berkerangka komprehensif,
radikal, koherensi diyakini dapat menggali unsur-unsur paling inti dari
Pancasila Dengan menguak secara filosofis nilai-nilai Pancasila mampu
melahirkan suatu pengetahuan baru dan pengembangan baru terhadap
nilai-nilai luhur Pancasila. (Syahrul, 2011: 114).
4. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar dan Arah Pengembangan Ilmu Sosial
Filsafat sosial mempunyai dua aktivitas: konseptual yang menjelaskan
apa yang seadanya (what the realy is) dan normatif yang menjelaskan apa
yang seharusnya (what the really ought to be).
Ruang lingkup dalam filsafat sosial adalah sebagai berikut : a)
Mempertanyakan dan membicarakan persoalan dalam masyarakat
(society) dalam individualisme, b) persoalan individual dalam
hubungannya dengan Negara, c) persoalan yang menyangkut hak-hak asasi
dan otonomi, d) persoalan keadilan sosial (social justice) dan kerjasama
sosial (social cooperation), e) persoalan keadilan (justice) dan kebebasan
(freedo),) f) persoalan antara moral dan hukum g), persoalan masalah
moral dan kebebasan (morality and freedom), h) persoalan masalah ilmu-
ilmu sosial.
Bahan material filsafat sosial adalah sesuatu yang dapat menyelidiki
berbagai bidang dalam masyarakat, maka kita dihadapkan pada kenyataan
bahwa manusia hidup bersama dengan sesama manusia, bahwa mereka
secara bersama-sama menimbulkan keadaan hidup material dan rohaniah
yang sebaliknya memberikan pengaruh. Bahan formal filsafat sosial, saling
kaitan dengan bahan material filsafat sosial namun bahan formal filsafat
sosial ini dapat ditinjau dari sisi Relasi Individual dan Relasi sosialnya
(Rahman, 2019).
5. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar dan Arah Pengembangan Kebudayaan
Kebudayaan menyinggung daya cipta bebas dan serba ganda dari
manusia dan alam. Manusia adalah pelaku kebudayaan Ia melakukan
kegiatan untuk mencapai sesuatu yang berharga. Tetapi jelaslah bahwa
kebudayaan tidak akan menjadi berharga tanpa tata-susunan. Manusia
hidup dan bergantung apa kebudayaan sebagai hasil ciptaannya.
Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah
lingkungan dengan teknologi hasil ciptanya (Bakker 1984: 14)
.Apabila dibandingkan definisi filsafat, bertemu dalam hal berfikir.
Filsafat ialah cara atau metode berifikir sistematik dan universal yang
berjung pada setiap jiwa, sedangkan kebudayaan adalah salah satu hasil
berfilsafat yang termanifestasi pada cipta, rasa dan karsa sikap hidup dan
panduan hidup. Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan cara
berfikir kebudayaan. Di balik kebudayaan yang ditemukan filsafat.
Perbedaan kebudayaan dikembalikan kepada perbedaan filsafat. Tuhan
menentukan nilai melalui agama. Manusia menentukan nilai melalui
filsafat. Kebudayaan berpangkal pada manusia, maka yang menentukan
kebudayaan adalah filsafat.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. (2015). Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika


Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Adib, Muhammad. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi,Epistemologi, Aksiologi, dan
Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bakker SJ, J.W.M. (1984). Filsafat kebudayaan, Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
Kanisius
Bernadib, Iman. (1996). Filsafat Pendidikan- Sistem dan Metode. Yogyakarta:
Andi Offset
Kirom, Syahrul. (2011). Filsafat Ilmu dan Arah Pengembangan Pancasila:
relevansinya dalam Mengatasi Persoalan Kebangsaan. Jurnal Filsafat. Vol
21. No.2
Lubis, Nur A. Fadhil. (2015). Pengantar Filsafat Ilmu. Medan: PERDANA
PUBLISHING.
Mustansyir, R. 1997. Aliran-Aliran Metafisika (Studi Kritis Filsafat Ilmu). Jurnal
Filsafat, 1(1): 1-14.
Rahman, M. T. (2019). M . Taufiq Rahman , Ph . D Pengantar (Vol. 2).
Rapar, J. H. 1996. Pustaka Filsafat Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Rukiyati, dkk. (2015). Mengenal Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: FIP-UNY
Wilujeng, S. R. 2013. Filsafat, Etika, dan Ilmu: Upaya Memahami Hakikat Ilmu
dalam Konteks Keindonesiaan. HUMANIKA, 17(1): 79-90.

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisis Data Metopen
    Analisis Data Metopen
    Dokumen6 halaman
    Analisis Data Metopen
    Anisa Fauziah Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Laporan 5 Fix
    Laporan 5 Fix
    Dokumen15 halaman
    Laporan 5 Fix
    Anisa Fauziah Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat
  • FILSAFAT
    FILSAFAT
    Dokumen4 halaman
    FILSAFAT
    Anisa Fauziah Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Laporan 5
    Laporan 5
    Dokumen15 halaman
    Laporan 5
    Anisa Fauziah Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat
  • LKPD Bioteknologi Bio
    LKPD Bioteknologi Bio
    Dokumen8 halaman
    LKPD Bioteknologi Bio
    Anisa Fauziah Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Kurikulum Australia 1
    Kurikulum Australia 1
    Dokumen8 halaman
    Kurikulum Australia 1
    Anisa Fauziah Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Soal Redoks
    Soal Redoks
    Dokumen6 halaman
    Soal Redoks
    Anisa Fauziah Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Tumbuhan Tingkat Tinggi
    Tumbuhan Tingkat Tinggi
    Dokumen174 halaman
    Tumbuhan Tingkat Tinggi
    Anisa Fauziah Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat
  • Soal Evaluasi I Esai
    Soal Evaluasi I Esai
    Dokumen3 halaman
    Soal Evaluasi I Esai
    Anisa Fauziah Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat
  • SAMPUL
    SAMPUL
    Dokumen2 halaman
    SAMPUL
    Anisa Fauziah Miftahul Jannah
    Belum ada peringkat