Anda di halaman 1dari 16

MAKNA DAN KONSEP KEPEMIMPINAN

KPI UIN 1951 D

DOSEN PENGAMPU : Chairunnisah Putri Ayu Ningsih, M.I.Kom

DISUSUN OLEH :

Syukron 1930501097
Wanda pratama 1930501104

KOMUNIKASI PENYIAR ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji  syukur  kehadirat  Allah  SWT, Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan


hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Makna dan konsep
kepemimpinan”
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, pemimpin para Nabi dan panutan bagi umat Islam di dunia yang beriman
dan bertaqwa, begitu juga dengan para keluarga dan sahabat yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang “Ila Dzulumati Ilannur” serta kepada
pengemban risalah mulia yang selalu mengikuti metode serta langkah beliau yang
menjadikan “Al-Qur‟an” sebagai pedoman sekaligus sumber hukum.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat penyusun harapkan, demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Semoga amal kebaikan dan aktivitas yang kita lakukan selalu ada dalam rahmat dan
ampunannya, Aamiin

Palembang, 10 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

A. Pengertian dan konsep kepemimpinan...........................................................


B. Model dan gaya kepemimpinan.....................................................................
C. Gaya Komunikasi Kepemimpinan................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal mendasar bagi kehidupan setiap manusia, baik itu
manusia sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Begitupun dalam
kehidupan bergorganisasi, tidak ada satupun organisasi yang dapat terbentuk tanpa
adanya komunikasi di antara para anggotanya. Komunikasi yang tercipta di antara
para anggota disebut dengan komunikasi organisasi.
Komunikasi organisasi dikatakan sebagai suatu sistem karena didalam proses
komunikasi organisasi akan melibatkan para pimpinan atau atasan dan para karyawan
yang saling berinteraksi dan mengadakan komunikasi yang berjenjang yaitu
komunikasi dari atasan ke bawah dan komunikasi dari bawahan ke atas atau
komunikasi antar bawahan. Proses komunikasi tersebut berjalan karena melibatkan
semua pihak yang berkomunikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan konsep kepemimpinan?
2. Apa saja asumsi asumsi manusia dan teori tentang gaya kepemimpinan?
3. Apa gaya dan komunikasi kepemimpinan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, teori, asumsi, dan gaya kepemimpinan
2. Untuk memahami gaya komunikasi kepemimpinan
3. Untuk mengetahui macam macam gaya kepemimpinan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Konsep Kepemimpinan


Robbins dan Judge (2015: 410) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
memengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau serangkaian tujuan.
Sementara istilah pemimpin sendiri merupakan individu yang diberi kesempatan untuk
menjadi ketua suatu organisasi untuk bisa mencapai tujuan dari sebuah organisasi.

Berdasarkan teori dari M. Josephson konsep tentang kepemimpinan adalah :

1. Kepemimpinan adalah buah dari hubungan tiap individu dalam organisasi atau
golongan. Kepemimpinan lahir bukanlah status atau derajat seseorang. Karena status
bisa saja menghancurkan kepemimpinan itu sendiri ataupun sebaliknya.
2. Setiap individu dalam suatu golongan atau organisasi memiliki potensi dan kapasitas
untuk memimpin dan bisa menunjukan perilaku kepemimpinan.
3. Jika individu menjadi pemimpin dalam suatu waktu bukan berarti pada waktu yang
akan datang juga menjadi pemimpin. Itu juga berlaku dengan kepemimpinan berganti
waktu demi waktu.
4. Kepemimpinan bisa dinilai dari seberapa kualitas pemimpin dalam merencanakan dan
meraih tujuan serta kekompakan pada suatu golongan atau organisasi.

Berlandaskan teori yang telah diungkapkan bisa dikatakan dengan jelas bahwa kepemimpinan
itu sangat terbatas. Karena kepemimpinan hanya bisa dipakai hanya pada suatu waktu dan
bisa dipakai oleh setiap orang dalam lingkup golongan atau organisasi. Selanjutnya ada 4
karakter dari seorang Pemimpin yaitu :

1. Kecerdasan
Instrumen ini merupakan sebuah barang wajib bila ingin menjadi pemimpin efektif
karena dengan instrumen ini kerja dari sebuah organisasi/kelompok/perusahaan akan
semakin terarah dan tepat dalam mencapai tujuan.
2. Matang dan Sosial
Instrumen lain yang bisa menentukan pemimpin efektif adalah kematangan mental
dan emosinya ketimbang anggota lain di organisasinya. Kematangan emosi bisa
membuat masalah bisa diatasi dengan tenang. Sementar Instrumen berupa kecakapan
sosial ini berfungsi untuk meyakinkan setiap tujuan yang ada di masyarakat/kelompok
untuk bernegosiasi dan meyakinkan dalam mencapai tujuan.
3. Motivasi
Instrumen ini berupa keinginan yang kuat untuk berprestasi bisa membuat suatu
organisasi bisa lebih efektif dalam memperoleh misa yang telah dicanangkan.
Motivasi merupakan dorongan yang kuat dalam diri untuk bisa mencapai target
dengan sukses.
4. Empati
Instrumen ini adalah cara pemimpin untuk bisa memahami apa yang orang lain
rasakan. Karena dalam sebuah mencapai tujuan, pemimpin tahu bahwa organisasi
membutuhkan kerjasama dan kekompakan anggota. Empati pada pemimpin bisa
membuat lingkungan lebih efektif dalam mencapai tujuan.

Gaya kepemimpinan sesorang terbentuk berdasarkan pada beberapa asumsi mengenai


manusia dan apa yang memotivasi mereka. McGregor (1967) menentukan dua perangkat
asumsi atau pendapat bipolar yang cenderung dipakai oleh para pemimpin mengenai orang
lain. Kedua asumsi ini disebut teori X dan teori Y. Mungkin kebanyakan pemimpin tidak
berpegang penuh pada salah satu teori McGregor tersebut tetapi pencirian yang dilakukan
McGregor membantu kita menggambarkan sikap mental suatu tipe ideal sehingga kita dapat
memperoleh gambaran yang jelas mengenai pemikiran seseorang yang mungkin amat
cenderung mempunyai suatu arah tertentu. Asumsi McGregor tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :

Teori X, teori ini diturunkan dari pendapat mengenai manusia yang dipandang sebagi mesin
yang amat memerlukan pengendalian dari luar. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa :

1. Kebanyakan orang berpendapat bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang tidak


menyenangkan dan berusaha menghindarinya
2. Kebanyakan oranglebih suka diperintah dan seringkali harus dipaksa untuk
melakukan pekerjaan mereka
3. Kebanyakan orang tidak ambisius, tidak ingin maju, dan tidak menginginkan
tanggung jawab
4. Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginan mereka untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan kebutuhan akan rasa aman.
5. Kebanyakan orang harus dikendalikan dengan ketat dan tidak mampu menyelesaikan
masalah dalam organisasi.

Dalam perspektif teori X manusia dipandang sebagai alat produksi yang dimotovasi oleh
ketakutan akan hukuman atau oleh kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Manajer cenderung
mengawasi mereka dengan ketat, membuat dan menjalankan aturan dengan keras, dan
menggunakan ancaman sanksi sebagai alat memotivasi mereka.

Teori Y, teori ini memandang manusia sebagai organisme biologis yang timbuh, berkembang
dan mampu mengendalikan dirinya sendiri. Asumsi teori Y adalah sebagai berikut :

1. Kebanyakan orang berpendapat bahwa kerja adalah sesuatu yang alamiah seperti
bermain. Bila pekerjaan tidak menyenangkan, mungkin karena mereka melakukan
cara yang berbeda dalam organisasi.
2. Kebanyakan orang merasa bahwa pengendalian diri amat diperlukan supaya pekerjaan
dapat dilakukan dengan baik.
3. Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginan mereka untuk diterima oleh
lingkungan, mendapatkan pengakuan, dan merasa berprestasi, seperti juga kebutuhan
fisiologis dan rasa aman.
4. Kebanyakan orang ingin menerima dan bahkan menginginkan suatu tanggung jawab
jika mereka memperoleh bimbingan, pengelolaan, dan kepemimpinan yang tepat.

Pemimpin yang mendasari tindakannya pada teori Y beranggapan bahwa pegawai


mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, tugas mereka adalah mengatur dan mengelola
sedemikian rupa sehingga baik pegawai maupun organisasi dapat memenuhi kebutuhannya
sehingga tujuan perorangan dan organisasi berjalan selaras. Kenyataannya dalam konteks
organisasi keduanya tidak dapat tercapai karena beberapa tujuan pribadi dan tujuan organisasi
mungkin saja bertentangan. Oleh karenanya diperlukan keterlibatan manajer dan pegawai
untuk mencapai tujuan organisasi, mendorong pegawai untuk berperan serta dalam
pengambilan keputusan, dan mencoba mewujudkan peningkatan.

B. Model Gaya Kepemimpinan

Penelitian Kepemimpinan Negara Bagian Ohio Bass (1960) dalam penelitiannya


menyimpulkan bahwa seorang pemimpin dinilai baik apabila mitikberatkan pada pemenuhan
janji, penghargaan dan dukungan sebagai teknik motivasi dan bertindak dengan cara hangat
membantu, menunjukkan perhatian dan penghargaan pada bawahan. Pemimpin yang dinilai
buruk memberi ancaman, merendahkan, berperilaku tanpa pertimbangan, dan menetapkan
serta menyusun peranannya dan peranan bawahan untuk mencapai tujuan. Dari sekian banyak
model teori dan analisis, di bawah ini akan disampaikan enam sistem populer untuk
menjelaskan gaya kepemimpinan.

1. Teori Kisi Kepemimpinan (Blake dan Mouton, 1964)

Teori ini awalnya disebut sebagai kisi manajerial (managerial grid), kemudian sejak tahun
1991 disebut sebagai kisi kepemimpinan (leadership grid). Kisi ini berasal dari hal-hal yang
mendasari perhatian manajer; perhatiannya pada tugas atau pada hal-hal yang direncanakan
untuk diselesaikan oleh organisasi, dan perhatian pada orang-orang dan unsur-unsur
organisasi yang memengaruhi mereka. Kisi ini menggambarkan bagaimana perhatian
pemimpin pada tugas dan manusia berkelindan sehingga menciptakan gaya pengelolaan dan
kepemimpinan.

a) Gaya Pengalah (impoverished style) yang ditandai oleh kurangnya perhatian terhadap
produksi, ia cenderung menerima keputusan orang lain, serta menghindari sikap
memihak.
b) Gaya Pemimpin Pertengahan (middle of the road style), ditandai dengan perhatian
yang seimbang antara terhadap produksi dan manusia. Bila terdapat perbedaan sikap
dan gagasan ia berusaha untuk jujur tapi tegas dan mencari pemecahan yang tidak
memihak. Ia berusaha mempertahankan agar keadaan tetap baik dan stabil.
c) Gaya Tim (team style), gaya ini memberikan perhatian yang tinggi terhadap tugas dan
manusia. Ia menghargai keputusan yang logis dan kreatif sebagai hasil dari pengertian
dan kesepakatan anggota organisasi.
d) Gaya Santai (country club style), gaya ini ditandai oleh rendahnya perhatian terhadap
tugas tetapi tinggi terhadap manusia. Ia lebih suka mendengar pendapat, sikap, dan
gagasan dari orang lain daripada memaksakan kehendaknya. Ia lebih bersifat
menolong daripada memimpin.
e) Gaya Kerja (task style), gaya ini ditandai dengan perhatian yang tinggi terhadap
pelaksanaan tugas tetapi kurang memperhatikan manusianya. Pemimpin seperti ini
sangat menjunjung tinggi keputusan yang telah dibuat dengan perhatian utama adalah
pelaksanaan dan penyelesaian kerja secara efisien.
2. Teori 3-D (Reddin, 1967)

Reddin membuat teori berdasarkan pada kisi tugas manusia yang dikemukakan Blake dan
Mouton dengan menambahkan dimensi ketiga yaitu efektivitas. Ketiga dimensi tersebut
didefinisikan sebagai berikut :

a) Orientasi Kerja, yakni tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan untuk
mencapai tujuan.
b) Orientasi Hubungan, tingkat hubungan pribadi antara manajer dengan bawahan
ditandai dengan adanya sikap saling memercayai, menghormati gagasan, dan
memperhatikan perasaan bawahan.
c) Keefektifan, tingkat persyaratan produksi yang dicapai sesuai yang ditetapkan
manajemen.

Kisi 3D menghasilkan delapan gaya kepemimpinan yang terbagi dalam dua jenis gaya utama
yakni lebih efektif dan kurang efektif. Manfaat gaya lebih efektif kurang lebih sama
tergantung pada situasi yang dihadapi. Ada saatnya seorang manajer menggunakan keempat
gaya secara bersamaan, tetapi di saat menjalankan tugas lain hanya menggunakan satu atau
dua gaya secara konsisten.

3. Teori Kepemimpinan Situasional (Hersey dan Blanchard, 1974, 1977)

Konsep kepemimpinan ini dikembangkan dari penelitian di Ohio State University


(Stogdill & Coons, 1957), penelitian ini menunjukkan banyak kemiripan dengan teori yang
dikemukakan Blake dan Mouton yaitu ada dua dimensi gaya kepemimpinan yakni struktur
pertimbangan dan pengawalan, kisi yang dihasilkan juga serupa. Hersey dan Blanchard
memperkenalkan kematangan sebagai variabel ketiga. Mereka menyebut bahwa perbedaan
antara gaya efektif dan tidak efektif seringkali bukan hanya karena perilaku pemimpin yang
sesungguhnya tetapi lebih pada masalah kecocokan antara perilaku dengan situasi yang
dihadapi. Faktor yang menentukan efektivitas dijelaskan sebagai tingkat kesiapan anak buah
yang meliputi kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab. Dari penelitian tersebut
disimpulkan ada empat gaya kepemimpinan situasional yaitu;

a) Memberitahu (Telling). Tugas berat hubungan lemah; ditandai hubungan


komunikasi satu arah, pemimpin menentukan peranan anak buah dan
memberitahu apa, dimana, kapan, dan bagaimana cara melaksakan berbagi
macam tugas.
b) Mempromosikan (Selling). Tugas berat hubungan kuat; ditandai hubungan
komunikasi dua arah, meskipun semua pengaturan dilakukan pemimpin, ia
menyediakan dukungan sosioemosional supaya anak buah turut bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan.
c) Partisipasi (Partcipate). Hubungan kuat tugas berat. Ditandai pemimpin dan
anak buah sama-sama terlibat dalam pengambilan keputusan melalui
komunikasi dua arah yang sebenarnya. Pemimpin lebih banyak memberikan
kemudahan karena anak buah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugasnya.
d) Mewakilkan (Delegating). Hubungan lemah tugas ringan. Ditandai dengan
pemimpin membiarkan anak buah bertanggung jawab atas keputusan mereka.
Pemimpin mendelegasikan kewenangannya karena anak buah mempunyai
tingkat kesiapan yang tinggi, bersedia dan mampu bertanggung jawab untuk
mengatur perilaku mereka sendiri. Berlawanan dengan teori Blake dam
Mouton dan Reddin, Hersey dan Blanchard gaya ini paling besar memberikan
hasil terbaik karena didukung tingkat kesiapan anak buah.

C. Gaya komunikasi kepemimpinan

Gaya bisa dikenal dengan istilah style. Kata style berasal dari bahasa latin “stylus” yaitu
semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Gaya adalah corak yang khusus, lagam,
lagak, laku, cara dan irama.1 Gaya merupakan penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide
dalam cara tertentu.2

Gaya menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules adalah sesuatu yang menunjukkan perilaku
(berbicara, bertindak) untuk dipergunakan dalam membantu dengan cara yang khusus.3
Meskipun teori berisi informasi yang berguna untuk yang tertarik dalam penyusunan suatu
pendekatan untuk membantu orang lain mencapai tujuan, yang paling menarik perhatian
sebenarnya adalah gaya yang dihasilkan dari pegambilan fokus khusus.

1
KBBI
2
Tumer. Pengantar Ilmu Komunikasi 2 : Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humanika.2008. hal. 13
3
R. Wayne Pace, Don F. Faulus, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan,
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 1998) Hlm. 292
Komunikasi atau commucication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama makna.4

Menurut Hovland, Jenis dan Kelley komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus
yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. 5 Sehingga
komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk menyampaikan
pesan atau informasi terhadap komunikan sehingga menimbulkan stimulus atau rangsangan
dan mampu mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Gaya komunikasi adalah seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi dan
digunakan dalam suatu sistem tertentu. Masing – masing gaya komunikasi terdiri dari
sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon tertentu dalam
situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan bergantung
pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).6

Gaya komunikasi dipengaruhi situasi, bukan kepada tipe seseorang melainkan kepada situasi
yang dihadapi. Setiap orang akan menggunakan gaya komunikasi yang berbeda – beda ketika
mereka sedang gembira, sedih, marah, tertarik atau bosan. Begitu juga seseorang yang
berbicara dengan sahabat baiknya, orang yang baru dikenal dan dengan orang yang sudah
lama dikenal maka akan berbicara dengan gaya yang berbeda. Selain itu gaya ketika
seseorang sedang berbicara dengan orang baru itu sangat berbeda ketika seseorang berbicara
dengan orang yang dikenalnya. Gaya komunikasi adalah sesuatu yang sangat dinamis dan
sulit ditebak.

Ada beberapa Macam gaya komunikasi yaitu sebagai berikut :

1. The Controlling style


Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran
dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.

Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan


perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka
tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak
4
Onong Uchjana Effendi. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya. 2005. Hal, 9
5
Ami Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 1995. Hal, 2.
6
Sasa Djuarsa Sendjaja. Materi Pokok : Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 1995.hal,142.
mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau
feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah
tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha
menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-
pandangannya.

Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha „menjual‟ gagasan
agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang
dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi
orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk
kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang
bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang
negatif pula.

2. The Equalitarian style


Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian
style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan
verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of
communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara
terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun
pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang
yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan
yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup
hubungan kerja.
3. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, ditandai dengan berlakunya arus penyebaran
pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah Pengirim pesan
(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain
dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan
prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.

4. The Dynamic style


Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada
tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai
oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah
mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan
lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-
persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau
bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis
tersebut.
5. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol
orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan
atau sender sedang bekerja sama dengan orangorang yang berpengetahuan luas,
berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau
pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan
antar pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah sebagai komunikator. Pemimpin yang


efektif pada umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang efektif sehingga sedikit
banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Seorang
pemimpin bisa dilihat sebagai juara komunikasi.

Komunikasi kepemimpinan juga membentuk bagaimana orang memikirkan pekerjaan dan


organisasinya. Pemimpin yang baik tidak hanya menggunakan komunikasi untuk
menginspirasi orang dengan sebuah visi dan menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk
mencapainya, mereka juga berkomunikasi untuk membantu orang memahami tujuan kerja
mereka yang lebih besar.
Adapun Fungsi komunikasi kepemimpinan adalah :

 Komunikasi kepemimpinan memiliki fungsi informatif, yang artinya proses


pertukaran informasi atau ide antara atasan dan bawahan harus terlaksana dengan
baik.
 Komunikasi kepemimpinan juga berfungsi dalam menjalankan regulasi dalam
perusahaan atau organisasi.
 Komunikasi kepemimpinan fungsi persuasif adalah membuat pemimpin bisa
memberikan pengaruh kepada bawahannya untuk mengikuti arahan pemimpin
tersebut.
 Komunikasi kepemimpinan memiliki integrasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian
sebuah visi atau serangkaian tujuan. Sementara istilah pemimpin sendiri merupakan
individu yang diberi kesempatan untuk menjadi ketua suatu organisasi untuk bisa
mencapai tujuan dari sebuah organisasi. Pemimpin dan Kepemimpinan  merupakan suatu
kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional.
Reddin membuat teori berdasarkan pada kisi tugas manusia yang dikemukakan Blake
dan Mouton dengan menambahkan dimensi ketiga yaitu efektivitas. Ketiga dimensi
tersebut sebagai berikut :
a) Orientasi Kerja, yakni tingkat pengarahan manajer atas usaha bawahan untuk
mencapai tujuan.
b) Orientasi Hubungan, tingkat hubungan pribadi antara manajer dengan bawahan
ditandai dengan adanya sikap saling memercayai, menghormati gagasan, dan
memperhatikan perasaan bawahan.
c) Keefektifan, tingkat persyaratan produksi yang dicapai sesuai yang ditetapkan
manajemen.

Gaya komunikasi adalah seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi dan
digunakan dalam suatu sistem tertentu. Masing – masing gaya komunikasi terdiri dari
sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon tertentu dalam
situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan
bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).

B. Saran
Saran kami sebagai penulis makalah, sekiranya setelah memahami materi dari apa
yang telah dipaparkan diatas, semoga kita bisa menerapkan cara berkomunikasiyang baik
didalam lingkup kepemimpinan serta kita mampu menjadi komunikator yang baik bagi
masyarakat, kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami memohon maaf dan sekira nya ada tambahan sekiranya kita bisa
bersama-sama dalam menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Tumer. Pengantar Ilmu Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba


Humanika.2008.
R. Wayne Pace, Don F. Faulus, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1998).
Onong Uchjana Effendi. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya. 2005.
Ami Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. 1995.
Sasa Djuarsa Sendjaja. Materi Pokok : Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
1995.

Anda mungkin juga menyukai