Anda di halaman 1dari 12

Sasaran belajar

1. MM Keselamatan pasien

1.1 Definisi

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan
cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Patient safety (keselamatan
pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini
termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan (DepKes RI,2006).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, keselamatan
pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

1.2. Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RumahSakit

2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya KTD di RumahSakit

4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi penanggulangan KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:

1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secarabenar)

2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yangefektif)

3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resikotinggi)

4.Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi kesalahan


penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan proseduroperasi)

5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh)

1.3 Manfaat

Lumenta (Komite Keselamatan Rumah Sakit, 2008) yang menyatakanbahwa keuntungan dari penerapan
KPRSdi rumah sakit adalah

1. komunikasi dengan pasien berkembang


2. risiko klinis menurun
3. keluhan pasien berkurang serta
4. mutu pelayanan dan citra RS meningkat.
5. kepuasan pasien meningkat
a. Budaya safety meningkat danberkembang
b. Komunikasi dengan pasienberkembang
c. Kejadian tidak diharapkan menurun. Peta KTD selalu ada dan terkini,
d. Resiko klinis menurun,
e. Keluhan dan litigasi berkurang,
f. Mutu pelayananmeningkat,
g. Citra rumah sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat.

1.4 Latar belakang

1.5 Standar keselamatan pasien

Standar 1. Hak pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian tak diharapkan.

Kriteria:

a. Harus ada dokter penanggung jawabpelayanan.

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencanapelayanan.

c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada
pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk pasien
termasuk kemungkinan KTD.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga.

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung pasien dalam
asuhan pasien. Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat di tingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang merupakan patner dalam proses pelayanan.Karena itu di rumah sakit harus ada
sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhanpasien.

Kriteria:

a. Memberi informasi yang benar, jelas, lengkap danjujur.

b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggangrasa.

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan.

Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.

Kriteria:

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk, pemeriksaan,
diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah
sakit.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang di sesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan transaksi antar unit pelayanan
dapat berjalan baik dan lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi


dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan
kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat tercapainya
proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

Standar IV : Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif , dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang baik, mengacu pada visi, misi, dan
tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis
yang sehat dan faktor-faktor lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan ” langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit”

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja antara lain yang terkait dengan :
pelaporan insiden, akreditasi, menejemen resiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.

c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD/KNC, dan secara
proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus resiko tinggi.

d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk menentukan
perubahan sistem yang di perlukan, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien.

1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi
dalam organisasi melalui penerapan ”7 langkah menuju keselamatan pasien rumahsakit”.

2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien
dan program menekan atau mengurangiKTD/KNC.

3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan
kinerja rumah rakit serta meningkatkan keselamatan pasien.

5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja Rumah Sakit
dan keselamatan pasien.

Kriteria:

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatanpasien.

b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan insiden,
yang mencakup jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari KNC(Near miss) sampai dengan
KTD(Adverseevent).

c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan
berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

d. Tersedia prosedur ”cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena
musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jalas untuk
keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan
informasi yang benar danjelas tentang analisis akar masalah (RCA) kejadian pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan.

f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden atau kegiatan proaktif untuk
memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan kejadian.

g. Terdapat kolaburasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan
di dalam Rumah Sakit dengan pendekatan antar disiplin.

h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang di butuhkan dalam kegiatan

perbaikan kinerja rumah sakit danperbaikan

i. Keselamatan Pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.

j. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan criteria obyektif untuk
mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana
tindak lanjut dan implementasinya.

Standar VI. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien.

1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaiatan jabatan dengan keselamatan pasien secarajelas.

2. Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien.

Kriteria:

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang
memuat topik tentang keselamatan paien sesuai dangan tugasnya masingmasing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan member pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok guna mendukung
pendekatan interdisiplin dan kolaburatif dalam rangka melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal daneksternal

2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu danakurat.

Kriteria:
a. Perlu di sediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal- hal terkait dengan keselamatan pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen
informasi yang ada.

1.6 Landasan hukum keselamatan pasien di Indonesia

Dalam memberikan pelayanannya Rumah sakit sebagai sebuah institusi diatur dalam UndangUndang
Rumah Sakit, dimana terdapat empat pasal dalam undang-undang tersebut yang mengamanahkan

keselamatan pasien. Amanah keselamatan pasien dalam UndangUndang Rumah Sakit telah dijabarkan

lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan pasien.
(Basabih,2017 :150-157).Keselamatan Pasien dalam UndangUndang Rumah Sakit.Dalam undangundang
ini jelas diamanahkan mengenaikeselamatan pasien, berikut dibawah ini

adalah rinciannya dalam pasal:

1. Pada pasal 2 disebutkan bahwa

penyelenggaraan Rumah Sakit didasarkan pada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat,

keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien,
serta mempunyai fungsi sosial.

2. Pasal 3 ayat dua

menyebebutkan bahwa pengaturan penyelenggaran Rumah Sakit bertujuan untuk memberikan


perlindungan terhadap keselamatan pasi-en.

3. Pasal 13

setiap tenaga yang bekerja dirumah sakit harus mengutamakan keselamatan

pasien.

4. Pasal 43

secara khusus menjelaskan mengenai kewajiban penerapan keselamatan pasien di Rumah Sakit

Penelitian Hukum Normatif terhadap Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien. (Nugraha, 2018).

1. Undang-Undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit:


a) Pasal 2: RS diselenggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika, & profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak & annti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
b) Pasal 3 ayat b: memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
RS dan SDM di RS.
c) Pasal 29 ayat b: memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi &
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai standar pelayanan RS.
d) Pasal 43 :
 Ayat 1 ; RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
 Ayat 2 ; Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui Pelaporan insiden,
menganalisa & menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka KTD
 Ayat 3 ; RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi keselamatan
pasien yang ditetapkan Menteri
 Ayat 4 ; Pelaporan IKP pada ayat 2 dibuat secara anonim & ditujukan utk mengkoreksi
sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien

2. Permenkes 1691 / VIII / 2011 Tentang KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

a) Pasal 5 : Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib melaksanakan
program dgn mengacu pada kebijakan nasional Komite KPRS.
b) Pasal 6
 Ayat 1 : Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana kegiatan
keselamatan pasien.
 Ayat 4 : TKPRS melaksanakan tugas:
1) Mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan
kekhususan rumah sakit tersebut.
2) menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program KPRS.
3) menjalankan peran untuk melakukan motivasi,edukasi, konsultasi, pemantauan
(monitoring) dan penilaian(evaluasi)tentang terapan (Implementasi) program
KPRS.
4) bekerjasama dengan bagian Diklat RS untuk melakukan pelatihan internal KPRS.
5) melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta
mengembangkan solusi untuk pembelajaran.
6) memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam
rangka pengambilan kebijakan KPRS.
7) membuat laporan kegiatan kepada kepala RS.
c) Pasal 7 Standar Keselamatan Pasien.
d) Pasal 8 Sasaran Keselamatan Pasien.
e) Pasal 9 Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien Menciptakan kepemimpinan dan
budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
A. Bagi Rumah Sakit:
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera
setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan
dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.
1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas
individual bilamana ada insiden.
2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumahsakit.
3) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatanpasien.
B. BagiUnit/Tim:
1) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian
mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
2) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah sakit anda untuk
memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta
pelaksanaan tindakan/solusi yangtepat.

2. Memimpin dan Mendukung Staf Membangun komitmen dan focus yang kuat dan jelas
tentang Keselamatan Pasien dirumah sakit.
Langkah penerapan:
A. Untuk RumahSakit:
1) Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas Keselamatan Pasien
2) Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat diandalkan untuk menjadi
“penggerak” dalam gerakan KeselamatanPasien
3) Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan maupun
rapat-rapat manajemen rumahsakit
4) Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit anda dan
pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin Gerakan
KeselamatanPasien
2) Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi mereka
dengan menjalankan gerakan KeselamatanPasien
3) Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.

3. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko


Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikas dan asesmen
hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
A. Untuk RumahSakit:
1) Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan nonklinis,
serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf;
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor
oleh direksi/pimpinan rumahsakit;
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem Pelaporan insiden dan
asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu -isu Keselamatan Pasien
guna memberikan umpan balik kepada manajemen yangterkait;
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses asesmen risiko rumah sakit;
3) Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitassetiap
risiko, dan ambillah langkah langkah yang tepat untuk memperkecil risiko tersebut;
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke proses asesmen
dan pencatatan risiko rumahsakit.
4. Mengembangkan Sistem Pelaporan
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien RumahSakit.
Langkah penerapan:
A. Untuk Rumah Sakit: Lengkapi rencana implementasi system pelaporan insiden kedalam
maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
B. Untuk Unit/Tim: Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, Karena
mengandung bahan pelajaran yang penting
5. Melibatkan Dan Berkomunikasi Dengan Pasien Mengembangkan cara-cara komunikasi yang
terbuka dengan pasien. Langkahpenerapan:
A. Untuk RumahSakit:
1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan cara-cara komunikasi
terbuka selama proses asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.
2) Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar dan jelas
bilamana terjadi insiden.
3) Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada
pasien dan keluarganya.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah
terjadiinsiden
2) Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bila mana terjadi insiden, dan segera
berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat
3) Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada pasien dan keluarganya.
6. Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien Mendorong staf untuk
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itutimbul.
Langkah penerapan:
A. Untuk RumahSakit:
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat, yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria pelaksanaan Analisis Akar
Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali
per tahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risikotinggi.
B. Untuk Unit/Tim:
1) Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisisinsiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah
pengalaman tersebut secara lebihluas.
7. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien Menggunakan informasi
yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah penerapan:
A. Untuk RumahSakit:
1) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan,
asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi setempat.
2) Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan proses), penyesuaian
pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin
keselamatan pasien.
3) Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yangdirencanakan.
4) Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional Keselamatan Pasien
RumahSakit.
5) Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden
Yang dilaporkan.

1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum


a. Pasal 53 (3) UU No.36/2009
“Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan
nyawapasien.”
b. Pasal 32n UUNo.44/2009
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
c. Pasal 58 UUNo.36/2009
1) “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenagakesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam Pelkes yangditerimanya.”
2) “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan
nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.”
2. Tanggung jawab Hukum Rumahsakit
a. Pasal 29b UUNo.44/2009
”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
rumah Sakit.”
b. Pasal 46 UUNo.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.”
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia.”
45
3. Bukan tanggung jawab RumahSakit
Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit
“Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau
keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian
pasien setelah adanya penjelasan medis yang kompresehensif. “
4. Hak Pasien
1. Pasal 32d UUNo.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”
2. Pasal 32e UUNo.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
3. Pasal 32j UUNo.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan”
4. Pasal 32q UUNo.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana”
5. Kebijakan yang mendukung keselamatanpasien
Pasal 43 UU No.44/2009
a. RS wajib menerapkan standar keselamatanpasien
b. Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa,
dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang
tidakdiharapkan.
c. RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan olehmenteri
d. Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatanpasien.

2 MM jenis insiden keselamatan pasien

1) Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event yaitu insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis
atau bukan kesalahan medis.

2) Kejadian nyaris cedera (KNC)/ near miss merupakan suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera
pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena:

a. "keberuntungan" (misalnya pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat).

b. "pencegahan" (misalnya secara tidak sengaja pasien akan diberikan suatu obat dengan dosis lethal,
tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan).

c. "peringanan" (misalnya pasien secara tidak sengaja telah diberikan suatu obat dengan dosis lethal,
segera diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya, sehingga tidak menimbulkan cidera yang
berarti)

Daftar Pustaka

1. Undang-Undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Permenkes 1691 / VIII / 2011 Tentang KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

Anda mungkin juga menyukai