Anda di halaman 1dari 62

WRAP UP

SKENARIO 1

BLOK SISTEM INDERA

“ MATA MERAH”

PBL 13-BSI

Ketua : Al Gholarizmi M 1102018138

Sekretaris : Bianca Naila Najah 1102018278

Anggota : Halimatus Sadiyah 1102018034

: Annisa Faradilla 1102018126

: Monica Tri Mulanda 1102018136

: Fahira Ramadhina 1102018179

: Yuris Neuzila 1102018200

: Fariz Kamal M 1102018247

: Daffa Rizki Fauzi 1102018354

FAKULTAS KEDOKERAN

UNIVERSITAS YARSI

Jalan Letjend Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat


1
DAFTAR ISI

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………….i

Skenario………………………………………………………………………………………………..............1

Kata Sulit……………………………………………………………………………………………………………2

Pertanyaan…………………………………………………………………………………………………………3

Jawaban……………………………………………………………………………………………………………..3

Hipotesis…………………………………………………………………………………………………………….4

Sasaran Belajar……………………………………………………………………………………………………4

LO 1 . Memahami dan menjelaskan Anatomi Mata ( Konjungtiva dan Kornea)

1.1Makroskopik Mata…………………………………………………………………………………………5

1.2 Mikroskopik Mata…………………………………………………………………………………………11

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi visus mata……………………………………18

LO 3. Memahami dan Menjelaskan Mata Merah visus turun dan tidak turun…..19

LO 4 .Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis dan Keratitis

4.1 Definisi ………………………………………………………………………………………………………….40

4.2 Etiologi…………………………………………………………………………………………………………..41

4.3 Patofisiologi …………………………………………………………………………………………………..41

4.4 Manifestasi Klinis …………………………………………………………………………………………..43

4.5 Diagnosis ……………………………………………………………………………………………………….46

4.6 Tatalaksana ……………………………………………………………………………………………………50

LO 5. Memahami dan Menjelaskan Agama (menjaga kebersihan mata) …………..55

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………..59
i
ii
SKENARIO

Mata Merah
Seorang perempuan berusia 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan mata kanan merah
sejak 6 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan penglihatan buram, silau dan nyeri . Sebelumnya
mata kanan tertusuk batang padi

Pada pemeriksaan oftalmologis:

VOD: 6/30 pinhole tetap , VOS: 6/6

Segmen anterior OD: palpebra edema (+), lakrimasi (+), blefarospame (+), konjungtiva tarsalis
superior : hiperemis , konjungtiva bulbi: injeksi siliar (+), Kornea : infiltrat
disertai lesi satelit (+) di sentral, Bilik Mata Depan : dalam, hipopion 10% ,
permukaan tidak rata. Lainnya sulit dinilai.

Segmen anterior OS : tak ada kelainan. Segmen posterior OD: tak dapat dinilai. OS : refleks fundus
(+), Papil : bulat batas tegas, warna merah kekuningan, Cup / Disc Ratio :
0,3. Arteri/ Vena ratio : 2/3 .Retina : tak ada kelainan, Makula : refleks
fovea (+).

Pasien sudah mencoba mengobati dengan obat warung tapi tidak ada perubahan.

Setelah mendapatkan terapi pasien diminta untuk kontrol rutin dan menjaga serta memelihara
kesehatan mata sesuai tuntunan ajaran Islam.

1
Kata Sulit
1. Blefarospasme
Spasme tonik muskulus orbikulari okuli, menyebabkan penutupan kelopak mata yang hampir
komplit.
2. Pemeriksaan Oftalmologi
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai anatomi dan fungsi mata
3. Vod dan Vos
Vod : Visus occuli Dextra : jarak pandang untuk mata kanan
Vos : Visus occuli sinistra : Jarak pandang mata kiri
4. Hipopion
Pus steril yang terdapat pada mata bilik depan, terjadi karena adanya reaksi inflamasi
terhadap toksin mikroorganisme pathogen dan bukan mikroorganisme itu sendiri
5. Injeksi Siliar
Melebarnya pembuluh darah perikornea, arteri siliar anterior
6. Lakrimasi
Kelebihan produksi air mata yang disebabkan oleh rangsangan pada kelenjar lakrimal
7. Hiperemis
Kemerahan
8. Segmen anterior OS dan OD
Segmen anterior : dari kornea sampai lensa, dibagi menjadi 2 bilik,anterior (Kornea sampai
iris ) dan posterior (Iris sampai lensa) Segmen posterior , dari lensa sampai retina
9. palpebra edema
Penutup aditus orbita atau pelindung bola mata, edema : penumpukan cairan atau
pembengkakan : pembengkakan pada lapisan yang melindungi bola mata
10. konjungtiva tarsalis superior
Bagian dalam kelopak mata yang berhubungan dengan bola mata dan melekat pada tarsus
11. konjungtiva bulbi
Konjungtiva : Lapisan terdalam palpebral yang berhubngan dengan kornea, dimana
konjungtiva bulbi ini melapisi bola mata
12. Segmen Posterior OS dan OD
dari lensa sampai retina
13. Refleks Fundus
Pemeriksaan yang menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya kekeruhan pada
media penglihatan seperti korne, lensa, dan badan kaca
Normal : fundus reflex positive terang
14. Cup/Disc ratio
Parameter yang digunakan dalam memeriksa glaucoma

2
Pertanyaan
1. Apa penyebab mata merah pada pasien?
2. Mengapa penglihatan pasien buram, mengeluh silau dan mengeluh nyeri?
3. Mengapa dapat terjadi infiltrate dan injeksi siliar pada pasien?
4. Apa saja etiologi yang dapat menimbulkan gejala pada scenario?
5. Apa diagnosis dari scenario ini?
6. Apa saja pemeriksaan dari scenario diatas?
7. Bagaimana tatalaksana awal pada kasus ini?
8. Bagaimana cara menjaga mata sesuai pandangan islam?
Jawaban
1. Peradangan pembuluh darah di bagian mata anterior.
2. Penglihatan buram dikarenakan tertusuk padi , nyeri : adanya radang pada mata sehingg
menimbulkan nyeri.
3. Adanya benda asing yang menyebabkan infeksi sehilngga sel pmn membentuk infiltrate
putih ke abu abuan. Injeksi siliar : radang dikonjungtiva karena pelebaran pembuluh darah
arteri siliar anterior.
4. Infeksi : Bakteri, jamur, dan virus
Immunologi : alergi
Iritatif : Bahan kimia dan suhu
5. visus tidak normal : Kornea, konjungtiva bulbi, lensa, retina.
Konjungtivitis : konjungtiva hiperemis, injeksi siliar.
6. Kultur pus
7. Mencuci mata dengan air untuk menghilangkan kotoran pada mata lalu dilanjutkan diberikan
antihistamin dan kortikosteroid dalam bentuk tetes mata.
8. Mengkonsumsi vitamin A dan menghindarkan mata dari bulu, debu, dll. (umum) , (islam ) :
wudhu, menjauhi tmpat yang didalamnya terdapat fitnah, membiasakan diri berpuasa,
mengingat Allah.

3
Hipotesis
Mata kanan yang tertusuk batang padi menyebabkan peradangan pada konjungtiva sehingga
pembuluh darah arteri siliaris anterior mengalami vasodilatasi menimbulkan injeksi siliar,
keadaan ini disebut konjungtivitis. Dapat diberikan obat antihistamin dan kortikosteroid
serta dapat dilakukan irigasi.
Mata kanan yang tertusuk batang padi menyebabkan infeksi kornea sehingga sel pmn
membentuk infiltrate putih dan lesi satellite, ini dinamakan keratitis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu kultur pus dan dapat diberikan antibiotika yang sesuai dengan
penyebab infeksi lokalnya dan steroid dosis ringan.

Sasaran Belajar
LO 1 . Memahami dan menjelaskan Anatomi Mata ( Konjungtiva dan Kornea)
1.1Makroskopik Mata
1.2 Mikroskopik Mata
LO 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi visus mata
LO 3. Memahami dan Menjelaskan Mata Merah visus turun dan tidak turun
LO 4 .Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis dan Keratitis
4.1 Definisi
4.2 Etiologi
4.3 Patofisiologi
4.4 Manifestasi Klinis
4.5 Diagnosis
4.6 Tatalaksana
LO 5. Memahami dan Menjelaskan Agama (menjaga kebersihan mata)

4
LO 1 . Memahami dan menjelaskan Anatomi Mata ( Konjungtiva dan Kornea)
1.1Makroskopik Mata

Mata terdiri dari :


1. Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan opak di posterior
(sklera). Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot-otot ekstraokular melekat
pada sklera sementara saraf optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng
kribiformis.
2. Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segmen posterior mata dan
memberi nutrisi pada permukaan dalam retina.

5
3. Korpus siliaris terletak di anterior. Korpus siliaris mengandung otot siliaris polos yang
kontraksinya mengubah bentuk lensa dan memungkinkan fokus mata berubah-ubah.
Epitel siliaris mensekresi aqueous humor dan mempertahankan tekanan okular.
Korpus siliaris merupakan tempat perlekatan iris.
4. Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus (zonula) yang
terbentang di antara lensa dan korpus siliaris.
5. Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisi oleh suatu
jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sklera di luar jalinan ini, kanal
schlemm mengalirkan aqueous humor dari bilik anterior ke dalam sistem vena,
sehingga terjadi drainase aqueous. Daerah ini dianamakan sudut drainase.
Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata anterior. Di
antara iris, lensa, dan korpus siliaris terdapat bilik mata posterior (yang berbeda dari korpus
vitreous). Kedua bilik ini terisi oleh aqueous humor. Di antara lensa retina terletak korpus
vitreous. Di anterior, konjungtiva akan berlanjut dari sklera ke bagian bawah kelopak mata
atas dan bawah. Satu lapis jaringan ikat (kapsul tenon) memisahkan konjungtiva dari sklera
dan memanjang ke belakang sebagai satu penutup di sekitar otot-otot rektus.
Orbita
Mata terletak dalam ruang orbita yang memiliki bentuk seperti piramida berisi empat.
Pada apeks posterior terletak kanal optik yang merupakan tempat lewatnya saraf optik ke
otak. Fissura orbita superior dan inferior merupakan tempat lewatnya pembuluh darah dan
saraf kranialis yang memberikan persarafan pada struktur orbita. Pada dinding anterior
media terdapat fossa untuk sakus lakrimalis. Kelenjar lakrimal terletak di anterior pada aspek
superolateral orbit.
Kelopak Mata
Fungsi :
1. Memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior.
2. Mensekresi bagian berminyak dari lapisan film air mata.
3. Menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea.
4. Mencegah mata menjadi kering.
5. Memiliki pungta tempat air mata mengalir ke sistem drainase lakrimal.
Kelopak mata terdiri dari :
1. Suatu lapisan permukaan kulit.
2. Otot-otot orbikularis.
3. Suatu lapisan kolagen kuat (lempeng tarsal).
4. Suatu lapisan epitel, konjungtiva, sampai ke bola mata.

Otot levator berjalan ke arah kelopak mata atas dan berinsersi pada lempeng tarsal. Otot
ini dipersarafi oleh saraf ketiga. Kerusakan pada saraf ini atau perubahan-perubahan pada

6
usia tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis). Suatu otot polos datar yang muncul
dari permukaan profunda levator berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh
sistem saraf simpatis. Jika persarafan simpatis rusak (seperti pada sindrom Horner) akan
terjadi ptosis ringan. Tepi kelopak mata adalah letak sambungan mukokutan. Sambungan ini
mengandung muara kelenjar minyak Meibomm yang terletak di lempeng tarsal. Kelenjar ini
mensekresikan komponen lipid dari film air mata. Di medial, pada kelopak mata atas dan
bawah, dua pungta kecil membentuk bagian awal sistem drainase lakrimal.

Perdarahan
Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis interna)
melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis. Sirkulasi konjungtiva
beranastomosis di anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna. Saraf optik
anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri siliaris. Retina mendapat
pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral. Fovea sangat tipis sehingga tidak
membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina. Fovea mendapat darah secara tidak langsung,
seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid melewati epitel
pigmen retina.
Persarafan
1. Nervus III
Saraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateral dan memasuki orbita melalui
fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di tengah.
2. Nervus IV
Saraf keempat memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di
otak tengah.
3. Nervus VI
Saraf ini memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di pons.
Media Refraksi
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi
targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun (baik
mendadak aupun perlahan). Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang
tampak tergantung pada pigmen melanin di lapisan anterior iris.
a.banyak pigmen = coklat.
b.sedikit pigmen = biru.
c.tidak ada pigmen = merah / pada albino.
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas
kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya
bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola
mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan

7
dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia
dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak
melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
Kornea
Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata
yang tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah
depan dan terdiri atas 5 lapis. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal
dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Boeman melepaskan selubung
Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada
akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi
saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Trauma atau panyakit
yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga
dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunya daya regenerasi.
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah
depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri
pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.
Aqueous Humor (Cairan Mata)
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak memiliki
pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu lewatnya
cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan
kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini
mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor
tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena
sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai
glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous
humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini
menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika
tidak diatasi.
Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata
dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat
tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis
pada saat terjadinya akomodasi. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di
dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga

8
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu
dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan
nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang
lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan
nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior.
Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda.
Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar.
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung,
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
3. Terletak di tempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan
berada di sumbu mata.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:
1. Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,
2. Keruh atau apa yang disebut katarak,
3. Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi
Badan Vitreous (Badan Kaca)
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel
transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam
hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang
menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi
ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan
tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan
oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.
Panjang Bola Mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata
seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea
(mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek)
bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai
ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.
Lapisan Mata
Lapisan mata dari luar ke dalam adalah: (1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian
belakang dan kornea di bagian depan; (2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang
terdapat koroid, dan di bagian depan terdapat badan siliaris dan iris; dan (3) tunika nervosa,
retina.

9
1. Tunika fibrosa (tunica fibrosa oculi)
Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera berada di lima perenam
bagian posterior dan opak; kornea membentuk seperenam bagian anterior dan
transparan.Sklera memiliki densitas yang tinggi dan sangat keras, merupakan membran solid
yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang
daripada di depan; ketebalan di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera
berwarna putiih, dan menempel pada permukaan dalam fascia bulbi; bagian anterior sklera
dilapisi membran konjungtiva bulbi. Di bagian depan, sklera berhubungan langsung dengan
kornea, garis persatuannya dinamakan sclero-corneal junction atau limbus. Pada bagian
dalam sklera dekat dengan junction terdapat kanal sirkular, sinus venosus sclera (canal of
Schlemm). Pada potongan meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft),
dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya dibentuk oleh massa
triangular jaringan trabekular. Aqueous humor direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur
pectinate villi yang analog dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada meninges serebral
menuju pleksus vena sklera. Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika
eksternal, dan membentuk seperenam permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk
konveks di bagian anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat kelengkungannya
berbeda pada setiap individu.

2. Tunika vaskular (tunica vasculosa oculi)


Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris di
bagian depan. Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata, dan memanjang
sepanjang ora serrata. Badan siliaris menghubungkan koroid dengan lingkaran iris. Iris
adalah diafragma sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat, apertura
bundar, pupil. Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda. Di
bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang
daripada di bagian depan. Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina
serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan iris. Badan siliaris
(corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke anterior yang terdapat processus ciliaris serta
musculus ciliaris. Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada individu
berbeda. Iris adalah lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular, berada di aqueous humorantara
kornea dan lensa, dan berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian perifernya, iris
menempel dengan badan siliaris, dan juga terkait dengan; permukaannya rata, bagian
anterior menghadap ke kornea, bagian posterior menghadap prosesus siliaris dan lensa. Iris
membagi ruangan antara lensa dan kornea sebagai ruang anterior dan posterior. Ruang
anterior mata dibentuk di bagian depan oleh permukaan posterior kornea; di bagian
belakang oleh permukaan anterior iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah

10
sempit di belakang bagian perifer iris, dan di depan ligamen suspensori lensa dan prosesus
siliaris.
3. Tunika nervosa (Tunica interna)
Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran objek eksternal ditangkap.
Permukaan luarnya berkontak dengan koroid; permukaan dalamnya dengan membran
hialoid badan vitreous. Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus optikus; retina semakin
tipis di bagian depan, dan memanjang hingga badan siliaris, dimana ujungnya berupa
cekungan, ora serrata. Disini jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis
membran masih memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars
ciliaris retina danpars iridica retina. Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada
titik dimana gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval kekuningan, makula
lutea; pada makula terdapat depresi sentral, fovea sentralis. Fovea sentralis retina sangat
tipis, dan warna gelap koroid dapat terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea
terdapat pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri sentralis retina menembus bagian
tengah discus. Bagian ini satu-satunya permukaan retina yang insensitive terhadap cahaya,
dan dinamakan blind spot.

1.2 Mikroskopik Mata


Sklera
Sklera terdiri atas jaringan fibrosa padat dan mempertahankan bentuk ukuran bola mata.
Berkas serat kolagen yang gepeng pada sklera sebagian besar terletak sejajar permukaan,
tetapi berkas saling menyilang di segala arah, dengan jaring-jaring halus serat elastik di
antara berkas, juga sejumlah substansi dasar, dan sejumlah kecil fibroblas yang gepeng/pipih
dan bercabang-cabang. Lapisan paling luar, jaringan episkleralis, merupakan cabang
fibroelastik jarang yang di luar melanjutkan diri dengan jaringan fibrosa padat kapsula Tenon,
dengan dibatasi oleh jaringan longgar (ruang Tenon). Tendo otot ekstraokular berjalan
melalui kapsula untuk berinsersi ke sklera. Bola mata dapat berputar oleh karena ruang ini
dan karena lemak orbital. Antara skleranya sendiri dengan koroid terdapat suatu lapisan
tipis, lamina fuska (lapis gelap), dengan berkas kolagen kecil, sejumlah besar serat elastik,
dan melanosit. Di posterior, sklera ditembusi serat-serat saraf optik pada lamina kribrosa.
Sklera mengandung pembuluh darah, terutama pada limbus, dan beberapa serat saraf
elastis.

Kornea
Kornea jernih dan tembus cahaya dengan permukaan yang licin, tetapi tidak melengkung
secara uniform/seragam. Daya refraksi kornea, yang merupakan ‘hasil’ indeks refraksi dan
radius lengkung kornea lebih besar daripada daya refraksi lensa. Secara anatomis, kornea
mempunyai dua bagian: kornea asli dan limbus (suatu daerah peralihan dengan lebar sekitar

11
1 mm pada tepi kornea). Sementara kornea asli bersifat avaskular, limbus mempunyai
pembuluh darah dan limf. Kornea asli, secara histologik, terdiri dari lima lapisan:

1. Epitel.
Pada permukaan luar terdapat epitel, yaitu suatu epiles berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk, dengan lima hingga enam lapisan sel. Lapisan basal silindris rendah,
kemudian tiga atau empat lapisan sel polihedral (sel ‘sayap’), dan satu atau dua
lapisan sel permukaan yang gepeng. Epitel ini sangat sensitif, dengan banyak akhir
saraf bebas, dan mempunyai daya regenerasi istimewa/sangat baik, mitosis hanya
terjadi dalam lapisan basal.
2. Membran Bowman.
Di bawah epitel terdapat membran Bowman, dengan tebal 8 μm, tak berbentuk
dan tak mengandung sel, dibentuk oleh perpadatan substansi antar sel dengan
serabut kolagen halus yang tersebar tak beraturan. Membran ini berakhir dengan
tegas/mendadak pada limbus.
3. Substansi propria.
Substansi propria membentuk massa kornea (90% ketebalannya), bersifat tembus
cahaya, dan terdiri dari lamel kolagen dengan sel. Lamel merupakan serat lebar,
seperti pita, serabut dalam setiap lamel sejajar, dengan lamel pada sudut-sudut yang
berbeda. Lamel saling melekat karena adanya pertukaran serabut antara lamel yang
berdampingan. Fibroblas berbentuk bintang, gepeng dengan cabang yang ramping,
terletak antara lamel.
4. Membran Descemet.

12
Membran Descemet, tampak homogen, terletak sebelah dalam substansi propria.
Dengan mikroskop elektron, tampak membran ini mengandung serabut kecil dengan
periodisitas 100 nm yang tersusun dalam pola heksagona yang amat teratur. Secara
kimiawi, materinya adalah kolagen.
5. Endotel.
Membran Descemet adalah membrana basal untuk endotel, merupakan satu lapis
sel kuboid yang melapisi permukaan dalam kornea. Sel menunjukkan kompleks
tautan, permukaan antar sel yang tak teratur, dan sejumlah besar vesikula
pinositotik. Vesikula ini mentransportasikan cairan dan larutan.

Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah), mendapatkan nutrisi dan difusi
pembuluh perifer dalam limbus dan dari humor aqueus di bagian tengah.
Limbus kornea
Merupakan zona peralihan atau zona pertemuan, dengan tebal hanya 1 mm, antara
kornea dan sklera. Di sini, epitel kornea menebal sampai 10 atau lebih lapisan dan
melanjutkan diri dengan konjungtiva, membran Bowman berhenti dengan tiba-tiba,
membran Descemet menipis dan memecah dan melanjutkan diri menjadi trabekula ligamen
pektinata, dan stroma kornea menjadi kurang teratur dan secara bertahap susunannya
berubah dari susunan lamelar yang khas menjadi kurang teratur seperti yang ditemukan
pada sklera. Limbus memiliki vaskularisasi yang baik.
Lensa

Lensa kristalina bentuknya bikonveks, permukaan posterior lebih melengkung daripada


anterior. Di bagian tengah pada kedua permukaannya terdapat kutub anterior dan kutub
posterior. Garis yang menghubungkan keduanya, axis, dan batas sekelilingnya adalah
ekuator.

13
Pada orang muda, lensa bersifat elastik, dan akan bertambah keras dan sklerotik dengan
bertambahnya usia. Lensa cenderung menjadi bulat, tetapi daya ini ditahan (dan lensa
menggepeng) karena tegangan pada zonula. Secara struktural, terdapat tiga komponen:

1. Kapsul lensa.
Kapsul lensa meliputi lensa. Tebalnya sekitar 10 μm pada permukaan anterior, tetapi
hanya 5-6 μm pada permukaan posteriornya. Kapsul ini homogen, agaknya
merupakan membran yang tak berbentuk, bersifat elastik, dan mengandung
glikoprotein dan kolagen tipe IV. Padanya melekat serat zonula, yang berjalan ke
badan siliar sebagai ligamen suspensorium/penyokong.
2. Epitel subkapsular.
Hanya pada permukaan anterior, di bawah kapsula, terdapat epitel subkapsular,
merupakan satu lapisan sel kuboid. Bagian dasar sel ini terletak di luar dalam
hubungan dengan kapsula. Apeksnya terletak di dalam dan membentuk kompleks
jungsional dengan serat lensa. Ke arah ekuator, sel ini bertambah tinggi dan beralih
menjadi serat lensa, lensa tumbuh sepanjang kehidupan dengan penambahan serat
ini. Dengan memanjangnya sel kapsul pada ekuator, ujung anteriornya bergeser di
bawah epitel lensa dengan ujung posterior di bawah kapsul di bagian posterior.
3. Substansi lensa.
Substansi lensa terdiri dari serat lensa, yang masing-masing berbentuk sebagai prisma
heksagonal. Sebagian besar serat tersusun secara konsentris dan sejajar permukaan
lensa. Di permukaan, pada korteks, serat yang lebih muda mengandung inti dan
beberapa organel. Di bagian tengah, dalam inti lensa, serat yang lebih tua telah
kehilangan inti dan tampak homogen. Serat yang berdampingan menunjukkan suatu
kompleks yang terdiri dari juluran sitoplasma yang saling mengunci dengan banyak
tautan celah dan desmosom bercak.

Lensa sama sekali tanpa pembuluh darah, karenanya mendapatkan nutrisi dari humor
aqueus dan badan vitreus. Lensa bersifat tumbuh cahaya, dan membran plasma serat
lensanya sangat tidak permeabel. Lensa dipertahankan pada tempatnya oleh ligamen
suspensorium, disebut zonula, yang terdiri dari lembaran (serat zonular) terdiri dari materi
fibrilar yang berjalan dari badan siliar ke ekuator lensa, sehingga meliputi lensa. Pada
perlekatannya ke lensa, serat zonular memecah menjadi serat yang lebih halus yang
menyatu dengan kapsul lensa.

Korpus Vitreus
Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar yang jernih dan tembus cahaya yang
memenuhi ruang antara retina dan lensa. Oleh karenanya bentuknya sferoid/bundar dengan

14
lekukan pada bagian anterior untuk menyesuaikan dengan lensa. Bagian ini melekat pada
epitel siliar, terutama sekeliling diskus optik dan ora serrata. Badan siliar mengandung
glikosaminoglikans yang terhidrasi, khususnya asam hialuronat, dan serabut kolagen dalam
bentuk jalinan halus. Serabut ini lebih padat pada bagian perifer dan sekeliling saluran
berbentuk tabung yang berisi cairan dan berjalan anteroposterior. Saluran ini disebut kanal
hyaloidea, yang semula mengandung arteri hyaloidea pada masa janin. Beberapa sel
ditemukan di sini, khususnya pada bagian tepi, dan merupakan makrofag dan sel (hialosit)
berperan dalam sintesis dan pemeliharaan kolagen dan asam hialuronat. Di bagian tepi,
badan vitreus melekat pada membran limitans interna. Badan vitreus juga memelihara
bentuk dan kekenyalan bola mata.

Retina
Merupakan lapisan paling dalam bola mata dan terdiri dari bagian anterior yang tak peka
dan bagian posterior yaitu bagian yang fungsional, yang merupakan organ fotoreseptor atau
alat penerima cahaya. Retina berkembang sebagai penonjolan ke luar otak depan yang
disebut vesikel optik. Vesikel optik mempertahankan hubungannya dengan otak mellaui
tangkai optik. Vesikel optik akan berubah menjadi cangkir optik yang berlapis dua. Lapisan
luar membentuk epitel pigmen, dan lapisan dalam menjadi retina saraf atau retina yang
sebenarnya. Suatu ruang potensial menetap antara kedua lapisan tersebut dan hanya dilalui
oleh penonjolan sel pigmen. Lapisan luar, lapisan pigmen melekat erat pada koroid, tetapi
lapisan dalam mudah terlepas pada proses pembuatan sajian histologi juga dalam kehidupan
sesudah terjadi trauma. Retina optikal atau neural melapisis koroid mulai dari papila saraf
optik di bagian posterior hingga ora serrata di anterior, dan menunjukkan suatu cekungan
yang dangkal yang disebut fovea sentralis. Sekeliling fovea terdapat suatu daerah yang
dikenal sebagai bintik kuning, atau makula lutea. Fovea merupakan daerah untuk
penglihatan terjelas. Tak terdapat fotoreseptor di atas papila optik, sehingga daerah ini
disebut juga bintik buta.
Lapisan retina terdiri dari:
1. Epitel pigmen
2. Lapisan batang dan kerucut
3. Membran limitans eksterna
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10. Membran limitans interna

15
Terdapat empat kelompok sel:
1. Fotoreseptor (batang dan kerucut)
Baik batang maupun kerucut merupakan bentuk modifikasi neuron. Sel ini menunjukkan
segmen dalam dan luar yang terletak di luar membran limitans eksterna. Batang merupakan
sel khusus yang ramping dengan segmen luar berbentuk silindris mengandung fotopigmen
rhodopsin (ungu visual) dan suatu segmen dalma yang sedikit lebih panjang. Kerucut
menunjukkan segmen luar yang mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga
berbentuk seperti botol.
2. Neuron konduksi langsung (sel bipolar dan sel ganglion)
Sel bipolar badan sel bipolar sebagian besar terletak pada bagian sentral aerah inti dalam.
Terbagi dalam suatu kelompok utama:
a.Bipolar difusa berhubungan dengan beberapa fotoreseptor
b.Bipolar monosinaptik/kerdil yang berhubungan dengan satu sel.
Sel ganglion terletak dalam retina dalam dengan dendritnya dalam lapisan pleksiform dalma
dan aksonnya membentuk serat saraf optik. Aksonnta tak pernah bercabang.
3. Neuron asosiasi dan lainnya (sel horisontal, makrin, dan sel bipolar sentrifugal)
4. Unsur penyokong (serat Muller dan neuroglia).
ORGAN TAMBAHAN MATA

16
Bola mata terletak di dalam rongga tulang yang membuka ke anterior. Celah ini ditutup
oleh kelopak mata atas dan bawah yang bila saling mendekat akan bertemu di fissura
palpebra. Konjungtiva akan melipat dari bagian tepi kornea untuk melapisi permukaan dalam
kelopak mata. Lipatan ini disebut forniks superior dan inferior.
Organ-organ tambahan mata terdiri atas
1. Kelopak mata
2. konjungtiva
3. Kelenjar lakrimal
KELOPAK MATA
Kelopak mata terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan
ikat dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di dalam.
Kulit di bagian depan merupakan kulit tipis dengan rambut kecil, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea dan suatu dermis yang terdiri dari jaringan ikat halus yang banyak serat
elastin. Dermis lebih padat pada tepi kelopak mata dan disini mengandung tiga atau empat
baris rambut panjang yang kaku disebut bulu mata, yang menembus dalam ke dermis. Di
antara dan sebelah belakang bulu mata terdapat kelenjar apokrin yang saluran keluarnya
bermuara pada folikel bulu mata disebut kelenjar Moll.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis okuli) yang
merupakan otot rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di belakang saluran
keluar kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani.
Di bagian tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka kelopak
mata yang disebut tarsus. Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke ujung
makin semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea yang disebut
kelenjar Meibom yang bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan tidak
berhubungan dengan folikel rambut. Epitel konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi dan di
dalam forniks terdapat lipatan mukosa.

17
KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak
mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata
(konjungtiva bulbi). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindris yang mengandung sel
goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas jaringan
ikat longgar. Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai
pelumas dan pelindung epitel mata bagian depan. Pada corneoscleral junction, tempat
berawalnya kornea, konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel kornea berlapis gepeng
kornea dan tidak mengandung sel goblet.

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi visus mata


Mekanisme penglihatan
Proses mekanisme melihat dimulai ketika benda memantulkan cahaya masuk ke mata
dan diterima oleh kornea, pupil, lensa, dan dipusatkan pada retina. Pada retina cahaya
diubah menjadi muatan listrik yang dikirim ke otak untuk diproses melalui serabut saraf
penglihatan. Sehingga kerja otak menghasilkan orang dapat melihat benda yang
dilihatnya.Bayangan ditangkap oleh mata, berkas cahaya benda yang dilihat menembus
kornea, ukeus humor, lensa, dan badan vitreus untuk merangsang ujung ujung saraf dalam
retina. Rangsangan yang diterima menuju daerah visual dalam otak untuk diproses sehingga
menghasilkan lukisan dan bentuk yang dilihatnya.
Pupil berfungsi mengatur cahaya akan melebar ketika menerima cahaya kurang. Lensa
mengatur bayangan jatuh tepat pada retina. Retina atau selaput jala merupakan jaringan
tipis yang terdiri dari jutaan sel saraf yaitu sel batang dan sel kerucut. Sel batang berfungsi
untuk dapat melihat benda dalam kondisi cahaya dan sel kerucut berfungsi untuk melihat
secara detail seperti membaca dan melihat warna pada kondisi pencahayaan yang cukup.

18
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata
adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Lensa
mata akan menipis ketika melihat objek yang jauh. Untuk melihat objek yang dekat dengan
ketelitian tinggi maka lensa mata akan menebal. Suatu objek dapat dilihat dengan jelas
apabila bayangan objek tersebut tepat jatuh pada bintik kuning (fovea) pada retina. Dalam
hal ini lensa mata akan bekerja otomatis untuk memfokuskan bayangan objek tersebut.

LO 3. Memahami dan Menjelaskan Mata Merah visus turun dan tidak turun

A. Kelainan Mata Merah dengan visus normal


1. Pterigum
Definisi

19
Pterigium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga dengan
banyak pembuluh darah. Punvaknya terletak dikornea dan dasarnya dibagian perifer.
Biasanya terletak di celah kelopak dan sering meluas ke daerah pupil.
Penyebab
Penyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling umum
adalah :
1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan
2. Bekerja di luar rumah
3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas, angin,
kekeringan dan asap.
4. Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan solvent

Epidemiologi

Umum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis

Klasifikasi Pterygium
1. Tipe 1
Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi (ditunjukkan dengan Stocker line)
dapat terlihat di epitel kornea bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini asimtomatis,
meskipun sebentar-sebentar dapat meradang (intermittently inflamed). Jika memakai soft
contact lense, gejala dapat timbul lebih awal karena diameter lensa yang luas bersandar
pada ujung kepala pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat menyebabkan iritasi.
2. Tipe 2
Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu tindakan
pembedahan. Dapat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan astigmatisme.
3. Tipe 3
Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan (visual axis). Lesi/jejas
yang luas (extensive), jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva dan
meluas hingga ke fornix yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan mata.

Gambar 1. Tampak jaringan fibrovaskuler konjungtiva. Gambar 2. Pterigium


Gejala

20
Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum akan
tetap kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan
kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan dapat meyebabkan
kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.
Gejalanya termasuk :
•Mata merah
•Mata kering
•Iritasi
•Keluar air mata (berair)
•Sensasi seperti ada sesuatu dimata
•Penglihatan yang kabur
Diagnosis
Diagnosis pterigium dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan berikut:
•Pemeriksaan Visus
•Slit lamp

Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk
1. Mengevaluasi ukuran
2. Mencegah inflamasi
3. Mencegah infeksi
4. Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan
Observasi:
 Pemeriksaan mata secara berkala, biasanya ketika pterygium tidak menimbulkan
atau menimbulkan gejala yang minimal.
 Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :
o Medikamentosa
Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk
mengurangi inflamasi, lubrikasi okular seperti airmata buatan
o Therapy radiasi
Apabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus dioperasi. Akan
tetapi pterigium dapat muncul kembali. Pemberian mytomycin C to aid in
healing dan mencegah rekurensi, seusai pengangkatan pterygium dengan
operasi, selain itu menunda operasi sampai usia dekade 4 dapat mencegah
rekurensi.
Pencegahan
Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin,
misalnya dengan memakai kacamata hitam.

21
2. Pseudopterigium
Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering
pseudopterigium ini terjadai pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva
menutupi kornea. Letak pseudopterygium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan
proses kornea sebelumnya.

PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM
1. Lokasi Selalu di fisura palpebra Sembarang lokasi
2.Progresifitas Bisa progresif atau stasioner Selalu stasioner
3.Riwayat peny. Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)
4.Tes sondase Negatif Positif

Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat


mengganggu visus, atau alasan kosmetik.

3. Pinguekuela

Definisi
Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin
jaringan submukosa konjungtiva. Pinguekula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya
bilateral (mengenai kedua mata). Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar
berdekatan dengan limbus nasal (di tepi/pinggir hidung) atau limbus temporal. Terdapat
lapisan berwarna kuning-putih (yellow-white deposits), tak berbentuk (amorphous).
Patogenesis
Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar mempuyai
peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar antara lain adalah panas,
debu, sinar matahari, udara kering .
Pengobatan
Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut pinguekulitis,
maka diberikan steroid lemah.
Pencegahan
Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.

22
IV. Hematoma Subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh
(umur, hipertensi, arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan,
batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau
tidak langsung, yang kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi.Biasanya
tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.

V. Episkleritis – Skleritis
Episkleritis
Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtiva dan
permukaan sklera.Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia
pertengahan dengan bawaan penyakit rematik.
Keluhannya dapat berupa :
1. mata terasa kering
2. rasa sakit yang ringan
3. mengganjal
4. konjungtiva yang kemotik.
Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan yang berat diberi
kortikosteroid tetes mata atau sistemik atau salisilat. Pada episkleritis penglihatan normal,
dapat sembuh sempurna atau bersifat residif.

Gambar 4. Episkleritis
Skleritis
Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi
mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan
menjadi :
 Skleritis anterior diffus

23
Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya mengenai
sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.
 Skleritis nodular
Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna merah,
berbeda dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.
 Skleritis nekrotik
Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat.

Gambar 5. Skleritis
Gejala
-Kemerahan pada sklera dan konjungtiva
-Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu yang
kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.
-Fotofobia
-Mata berair
-Penglihatan menurun

Pengobatan
Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakit yang
mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.
VI. KONJUNGTIVITIS
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia
konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret. Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri,
virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum contagiosum

Virus Bakteri Alergi


Gatal Minimal Minimal Berat
Hiperemi Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh
Lakrimasi ++ + +
Eksudat Minimal (serous, Banyak (muko- Minimal (benang)
mukous) purulen/purulen)
Adenopati + Jarang -
Sel-sel Monosit PMN Eosinofil

24
Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi
(injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari,
pseodoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane,
pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan adenopati
preaurikular. Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel
pada konjungtiva.
Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari
gambaran klinisnya yaitu :
1. Konjungtivitis Kataral
2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
3. Konjuntivitis Membran
4. Konjungtivitis Folikular
5. Konjungtivitis Vernal
6. Konjungtivitis Flikten

1. Konjungtivitis Kataral
Etiologi
Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok,
Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks.
Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia
basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda
konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.
Gambaran Klinis
Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa
flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat
disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.
Pengobatan
Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila penyebabnya
karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan
lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU
untuk infeksi Herpes Simplek.
2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen
Etiologi
Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang berumur
di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan
penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan golongan
klamidia (klamidia okulogenital)

25
Gambaran Klinis
Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral. Konjungtivitis
Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran
sebagai massa putih di konjungtiva tarsal.
Pengobatan
Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif. Penderita harus dirawat diruang isolasi.
Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan.
Antibiotik lokal dan sistemik
 AB sistemik pd dewasa :
Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr
selama 5 hr + irigasi
 AB sistemik pd neonatus :
Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000 IU/kgBB/hr
dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline
3. Konjungtivitis Membran
Etiologi
Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi
difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi
pneumokok.
Gambaran Klinis
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada
konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis,
yaitu membran dan pseudomembran.
Pengobatan
Tergantung pada penyebabnya.
Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif.
Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai umur,
pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa
diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan
jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturut-
turut.
4. Konjungtivitis Folikular
Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral, konjungtivitis
klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui
penyebabnya.
Jenis Konjungtivitis Follikular
1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi
Etiologi

26
Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari
Gambaran Klinis
Dapat mengenai anak-anak dan dewasa.Gejala radang mata timbul akut dan
selalu pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan
nyeri tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi, konjungtiva
bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada akhir minggu pertama
perjalanan penyakit, baru timbul gejala di kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat
kecil, superfisial, subepitel.
Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala
radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap
berminggu-minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya
penyakit.
Pengobatan
Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal
sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
2. Demam Faringo-Konjungtiva
Etiologi
Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3
Gambaran Klinis
Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.Terdapat demam, disamping
tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler
dapat membesar. Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata membengkak.
Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu
terdapat infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah
timbulnya konjungtivitis follikular akut.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik
3. Konjungtivitis Hemoragik Akut
Etiologi
Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari
Gambaran Klinis
Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti
rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua
hari kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain.Penyakit ini berlangsung 5-10
hari, terkadang sampai dua minggu.
Pengobatan
Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata
sulfasetamid atau antibiotik.

27
4. Konjungtivitis New Castle
Etiologi
Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari Konjungtivitis ini biasanya mengenai
orang-orang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai.
Gambaran Klinis
Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan
hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva
tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada
konjungtiviis ini biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan.
Sering unilateral
Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk
mencegah infeksi sekunder.
5. Inclusion Konjungtivitis
Etiologi
Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari
Gambaran Klinis
Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini
terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi
gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion
blenorrhoe.
Pengobatan
Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin
6. Trachoma
Etiologi
Klamidia trakoma
Gambaran Klinis
Gambaran klinik terdapat empat stadium :
1. Stadium Insipiens atau permulaan
Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di
daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan
kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana
akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.
2. Stadium akut (trakoma nyata)
Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur
berwarna abu-abu.
3. Stadium sikatriks

28
Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat
seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.
4. Stadium penyembuhan
Trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan
Pengobatan
Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila
perlu dapat diberikan juga sulfonamid oral.
5. Konjungtivitis Vernal
Etiologi
Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik
Gambaran Klinis
Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama
bila berada dilapangan terbuka yang panas terik.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya
cobble-stone di konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua
mata, tetapi bisa juga pada satu mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan
menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.
Pengobatan
Kortikosteroid tetes atau salep mata.
6. Konjungtivitis Flikten
Etiologi
• Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu
(hipersensitivitas tipe IV).
• Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi
• Lebih sering ditemukan pd anak-anak
Gejala
Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten
dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini
dapat mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering
kambuh
Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan
penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus
menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir
dan silau.
Pengobatan
 Usahakan mencari penyebab primernya
 Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep

29
Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan
terdapat infeksi bakteri sekunder.
7. Konjungtivitis Sika
Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya
permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.
Etiologi
Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak
air mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut
kornea atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan
penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.
Manifestasi Klinis
Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur.
Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata,
mata tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema
konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus
kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang bila mata
dipejamkan.
Komplikasi
Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi
kornea.
Penatalaksanaan
Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang
mendasarinya. Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena
bersifat toksik bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat
dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase air mata melalui oklusi pungtum
dengan plug silicon atau plug kolagen.
B. Mata Merah visus Menurun
I. Keratitis
a. Keratitis Superfisialis
Bentuk klinis :
- Keratitis pungtata superfisialis
Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit infeksi virus antara lain virus herpes, herpes zoster, dan vaksinia.
- Keratitis flikten
Benjolan putih yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untuk
menyerang kornea.
- Keratitis Sika

30
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimal atau sel
goblet yang berada di konjungtiva.
- Keratitis Lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut juga keratitis
neuroparalitik.
- Keratitis Numularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multipel dan banyak
didapatkan pada petani.

Keratitis Superfisialis
1. Keratitis Herpes Simpleks
Virus herpes simpleks menempati manusia sebagai Host, merupakan parasit
intraselular obligat, dapat ditemukan pada mukosa rongga hidung, rongga mulut,
dan mata. Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata,
rongga hidung, mulut, alat kelamin yang mengandung virus.
Bentuk infeksi keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk yaitu epitelial
dan stromal; pada yang epitelial, mengakibatkan kerusakan sel epitel dan
membentuk ulkus kornea superfisialis. Pada yang stromal terjadi reaksi imunologik
tubuh terhadap virus yang menyerang reaksi antigen-antibodi yang menarik sel
radang ke dalam stroma. Sel radang ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk
merusak virus tetapi juga akan merusak jaringan stromal di sekitarnya. Pengobatan
pada yang epitelial ditujukan terhadap virusnya sedang pada yang stromal ditujukan
untuk menyerang virus dan reaksi radangnya.
Gambaran klinis infeksi primer herpes simpleks pada mata biasanya berupa
konjungtivitis folikulasris akut disertai blefaritis vesikuler yang ulseratif, serta
pembengkakan kelenjar limfa regional. Kebanyakan penderita juga disertai keratitis
epitelial dan dapat mengenai troma tetapi jarang. Pada dasarnya infeksi primer ini
dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada keadaan tertentu di mana daya tahan tubuh
sangat lemah akan menjadi parah dan menyerang stroma.
Gambaran khas pada kornea adalah bentuk dendrit, akan tetapi dapat juga
bentuk lain. Secara subjektif, keratitis herpes simpleks epitelial kadang tidak
dikeluhkan oleh penderita, keluhan mungkin karena kelopak yang sedikit
membengkak atau mata berair yang bila sering diusap menyebabkan lecet kulit
palpabra. Secara objektif didapatkan iritasi yang ringan, sedikit merah, berair, dan
unilateral.
Pada serangan berulang, kornea menjadi target utama dan menimbulkan
keratitis stroma yang dapat disertai dengan uveitis. Gambaran pada kornea adalah
lesi disiformis tetapi dapat juga bentuk-bentuk lain yang tidak spesifik dan lazim

31
disebut keratitis meta-herpetika. Pada keadaan ini penderita datang dengan keluhan
silau, mata berair, penglihatan kabur dan pada pemeriksaan didapatkan injeksi
konjungtiva dan silier, penderita menutup matanya karena silau, dan pada kornea
didapatkan infiltrat stroma yang dapat disertai uveitis dan hipopion.
Gambaran spesifik dendrit tidak memerlukan konfirmasi pemeriksaan yang
lain. Apabila gambaran lesi tidak spesifik maka diagnosis ditegakkan atas dasar
gambran klinik infeksi kornea yang relatif tenang, dengan tanda-tanda peradangan
yang tidak berat serta riwayat penggunaan obat-obatan yang menurunkan resistensi
kornea seperti anestesi lokal, kortikosteroid dan obat-obatan imunosupresif. Apabila
fasilitas memungkinkan dilakukan kultur virus dari jaringan epitel, dan lesi troma.
Diagnosis banding keratitis Herpes simpleks antara lain keratitis zoster,
vaksinia, dan keratitis stafilokokus.
Pengobatan topikal diberikan obat anti virus seperti IDU. Dapat pula dilakukan
kauterisasi dengan asam karbonat atau larutan yodium (7% dan 5% dalam larutan
alkohol). Tujuan kauterisasi adalah untuk mengancurkan sel-sel yang sakit dan
mencegah perluasan penyakit ini ke lapisan stroma atau lebih dalam lagi. Adapula
yang melakukan debridement dengan tujuan menghilangkan sel-sel yang sakit.
Kortikosteroid merupakan kontraindikasi untuk segala tingkatan keratitis herpes
simpleks. Untuk menekan proses radang pada keratitis stroma sebaiknya diberikan
anti inflamasi non steroid. Bila terdapat uveitis diberikan pengobatan untuk
uveitisnya.
2. Keratitis Herpes Zoster
Disebabkan oleh virus varicella-zoster. Virus ini dapat menyerang saraf kranial
V, VII, dan VIII. Pada nervus trigeminus, bila yang terserang antara pons dan ganglion
Gasseri, maka akan terjadi gangguan pada ketiga cabang N V. Biasanya yang
terganggu adalah cabang oftalmik.
Bila cabang oftalmik yang terkena, maka terjadi pembengkakan kulit di daerah
dahi, alis, dan kelopak mata disertai kemerahan yang dapat disertai vesikel, dapat
mengalami supurasi, yang bila pecah akan menimbulkan sikatriks.
Bila cabang nasosiliar yang terkena, maka akan timbul vesikel di daerah hidung
dan kornea terancam. Kedua erupsi kulit tidak melewati garis median.
Biasanya penderita herpes zoster oftalmik pernah mengalami penyakit varisela
beberapa waktu sebelumnya. Dapat terjadi demam atau malaise dan rasa nyeri yang
biasanya berkurang setelah timbulnya erupsi kulit, tetapi kadang-kadang rasa nyeri
ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Secara subjektif, biasanya penderita datang dengan rasa nyeri disertai edema
kulit yang tampak kemerahan pada daerah dahi, alis, dan kelopak atas serta sudah
disertai dengan vesikel.

32
Secara objektif, tampak erupsi kulit pada daerah yang dipersarafi cabang
oftalmik nervus trigeminus. Erupsi ini unilateral dan tidak melewati garis median.
Rima palpebra tampak menyempit apabila kelopak atas mengaami pembengkakan.
Bila cabang nasosiliaris nervs trigemnus yang terkena, maka erupsi kulit terjadi pada
daerah hidung dan rima palpebra biasanya tertutup rapat. Bila kornea atau jaringan
yang lebih dalam terkena, maka timbul lakrimasi, mata yang silau dan sakit dan
penderita tampak kesakitan yang parah. Kelainan mata berupa bercak-bercak atau
bintik-bintik putih kecil yang tersebar di epitel kornea yang dengan cepat sekali
melibatkan stroma. Bila infeksi mengenai jaringan mata yang lebih dalam dapat
menimbulkan iridosiklitis disertai sinekia iris serta menimbulkan glaukoma sekunder.
Komplikasi lain adalah paresis otot penggerak mata serta neuritis optik.
Nyeri disertai erupsi kulit yang tidak melewati garis median adalah khas untuk
infeksi oleh herpes zoster.biasanya juga pembengkakan kelenjar pre-aurikler
regional yang sesuai dengan sisi cabang oftalmik N V yang terkena.
Pemberian asiklovir oral maupun topikal tampak menjanjikan; bila disertai
infeksi sekunder bakterial dapat diberikan antibiotik. Dapat diberikan pula obat-
obatan yang meningkatkan sistem imunitas tubuh, obat-obatan neurotropik, serta
dapat dibantu dengan vitamin C dosis tinggi.
Pada mata, pengobatan yang bersifat simtomatik adalah tetes metil selulose,
siklopegia.
Pemberian kortikosteroid oral maupun topikal merupkan kontraindikasi
karena dapat meningkatkan aktivitas virus, memperpanjang perjalanan klinik
penyakit, serta memicu infeksi bakteri atau jamur.
Keratitis Vaksinia
Keratitis Vaksinia kadang-kadang dijumpai sebagai suatu kecelakaan atau
komplikasi dari imunisasi terhadap variola.
Vaksinia dapat pula mengenai kelopak mata dan apabila hal ini terjadi maka
perlu dicegah penyebaran infeksi terhadap kornea antara lain dengan pemberian
suntikan gamma globulin intra muskuler.
Upaya-upaya preventif terhadap infeksi bakterial sekunder adalah yang paling
penting untuk ditempuh.
Bila kornea sudah terkena maka pemberian injeksi gamma globulin tidak boleh
dilakukan karena akan meningkatkan bertambahnya infiltratnya sehingga tampak
lesi kornea melebar.
Keratitis Flikten
Flikten adalah benjolan berwarna putih kekuningan berdiameter 2-3 mm pada
limbus, dapat berjumlah 1 atau lebih. Pada flikten terjadi penimbunan sel limfoid,
dan ditemukan sel eosinofil serta mempunyai kecenderungan untuk menyerang

33
kornea. Pada kasus yang rekuran, penyakit ini timbul pada anak-anak yang
mengalami kurang gizi dan menderita TBC sistemik, karenanya penyakit ini diduga
sebagai alergi terhadap tuberkulo-protein (kuman TBC tidak pernah dijumpai dalam
benjolan flikten). Sekarang diduga juga merupakan reaksi imunologi terhadap
stafilokokus aureus, koksidiodes imiitis serta bakteri patogen lainnya.
Terdapat hiperemia konjungtiva, dan memberikan kesan kurangnya air mata.
Secara subjektif, penderita biasanya datang karena ada benjolan putih kemerahan di
pinggiran mata yang hitam. Apabila jaringan kornea terkena, maka mata berair,
silau, dan dapat disertai rasa sakit dan penglihatan kabur.
Secara objektif, terdapat benjolan putih kekuningan pada daerah limbus yang
dikelilingi daerah konjungtiva yang hiperemis.
Bila kornea terkena, dapat ditemukan keratitis dengan gambaran yang
bermacam-macam; yaitu infiltrat dan neovaskularisasi. Gambaran yang khas adalah
terbentuknya papula atau pustula pada kornea atau konjungtiva karena itu penyakit
ini biasanya disebut kerato –konjungtivits flikten.
Pada anak-anak disertai gizi buruk, keratitis flikten dapat berkembang menjadi
tukak kornea karena infeksi sekunder.
Penyembuhan yang terjadi pada keratitis flikten biasanya akan meninggalkan
jaringan parut yang disertai neovaskularisasi kornea.
Pengobatan dengan tetes mata steroid akan memberikan hasil yang
memuaskan. Steroid oral tidak dianjurkan apabila bila terdapat penyakit TBC yang
mendasari.
Pada tukak dapat diberikan antibiotik topikal atau oral.
Keratitis Sika
Keratitis Sika adalah keratitis yang pada dasarnya diakibatkan oleh kurangnya
sekresi kelenjar lakrimal dan atau sel globet, yang dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit atau keadaan sebagai berikut :
- Defisiensi kelenjar air mata (Sindrom Syogren, Syndrom Riley Day, tumor
kelenjar air mata, obat-obat diuretik, penggunaan atropin lama, usia lanjut).
- Defisiensi komponen lemak dari air mata (blefaritis menahun, pembedahan
kelopak mata)
- Defisiensi komponen musin (Sindrom Stevens Johnson, trauma kimia, defisiensi
vitamin A)
- Penguapan air mata yang berlabihan (Keratitis karena lagoftalmos, hidup di
lingkungan yang panas dan kering)
- Akibat parut pada kornea atau rusaknya mikrovili kornea (trauma kimia)

34
Secara objektif, pada tingkat dry-eye, kejernihan permukaan konjungtiva dan kornea
hilang, tes schirmer berkurang, tear-film kornea mudah pecah, tear break-up time
berkurang, sukar menggerakan kelopak mata.
Kelainan kornea dapat berupa erosi kornea, keratitis filamentosa, atau
pungtata. Pada kerusakan kornea yang lebih lanjut dapat terjadi ulkus kornea
dengan segala komplikasinya.
Apabila yang kurang adalah komponen air dari air mata, diberikan air mata
tiruan; sedangkan bila komponen lemaknya yang berkurang maka diberikan lensa
kontak.
Keratitis Lepra
Morbus Hansen atau penyakit Lepra menyerang dan menimbulkan kerusakan
pada kornea melalui 4 cara :
-Gangguan trofik pada kornea yang disebabkan kerusakan saraf kornea oleh
mikobakterium lepra.
-Terjadinya ektropion dan lagoftalmos serta anestesi kornea sehingga menyebabkan
keratitis pajanan.
-Pada daerah yang endemik, sering disertai adanya penyakit trakoma yang
menyebabkan entropion dan trikiasis.
- Apabila terjadi denervasi kelenjar lakrimal, akan menyebabkan sindrom mata
kering.
Perubahan yang terjadi akibat serangan mikobakterium lepra adalah
membesar dan membengkaknya saraf kornea disertai bintil-bintil dalam benang
(bead on a string). Pembengkakan saraf kornea adalah patognomonik untuk infeksi
oleh mkobakterium lepra pada mata ataupun dapat mengindikasikan adanya suatu
infeksi sistemik.
Masa inkubasi tidak diketahui secara pasti, begitu pula cara penularannya,
diduga melalui saluran pernapasan.
Secara subjektif, penderita datang karena adanya pembengkakan yang
kemerahan pada palpebra serta tanda-tanda lain pada bagian tubuh di luar mata.
Secara objektif, terdapat keratitis avaskuler berupa lesi pungtata berwarna
putih seperti kapur yang secara perlahan batasnya akan mengabur dan sekelilingnya
menjadi seperti berkabut. Lesi ini akan menyatu dengan lesi di sebelahnya dan
menyebabkan kekeruhan sub-epitelial seperti nebula. Dalam nebula ini terdapat
sebaran seperti deposit kalsium dan sering disertai destruksi membran Bowman.
Pada fase lanjut terjadi neovaskularisasi superfisial yang disebut plannus
lepromatosa.

35
Pembengkakan saraf kornea disertai bead on a string adalah khas untuk
keratitis lepra. Gambaran klinis pada bagian tubuh lain akan lebih memperkuat
keyakinan diagnosis.
Terhadap mikobakterium lepra diberikan dapsone dan rifampisin. Apabila
terdapat deformitas palpebra yang akan mengkibatkan kerusakan kornea dilakukan
koreksi pembedahan.
Keratitis Nummularis
Keratitis nummularis adalah bentuk keratitis yang ditandai dengan infiltrat
bundar berkelompok dan tepinya berbatas tegas. Keratitis ini berjalan lambat, sering
kali unilateral dan pada umumnya didapatkan pada petani yang bekerja di sawah.
Secara subjektif, pasien mengeluh silau. Secara objektif, mata yang terserang
tampak merah karena injeksi siliar, disertai lakrimasi.
Infiltrat multipel dan bundar yang terdapat di lapisan kornea bagian superfisial
biasanya tidak menyebabkan ulserasi.
Pemberian kortikosteroid lokal memberikan hasil yang baik yaitu hilangnya
tanda-tanda radang dan lakrimasi tetapi penyerapan infiltrat terjadi dalam waktu
yang lama, dapat 1-2 tahun.

b. Keratitis Profunda

Bentuk klinis :
- Keratitis interstisial luetik atau keratitis sifilis kongenital
- Keratitis sklerotikans

1. Keratitis Interstisial Luetik


Merupakan manifestasi lanjut dari sifilis kongenital. Didapatkan pada anak
berusia 5-15 tahun. Keratitis Interstisial Luetik adalah suatu reaksi imunologik
terhadap treponema palidum karena kuman ini tidak dijumpai di kornea fase akut.
Peradangan berupa edema, infiltrasi limfosit, dan vasularisasi pada stroma.
Proses peradangan kornea ini sembuh sendiri. Secara subjektif, pasien mengeluh
sakit, silau, dan kabur pada fase akut.
Secara objektif, keratitis interstisial luetik merupakan bagian dari trias
Hutchinson, yaitu Keratitis interstisial, gangguan pendengaran hingga tuli, dan
kelainan pada gigi seri atas (Hutchinson teeth).
Pada fase akut , infiltrat stroma berupa bercak-bercak yang dapat mengenai
seluruh kornea dan menyebabkan kekeruhan seperti kaca susu. Pembuluh darah
dari a. siliaris anterior memasuki stroma pada seluruh kuadran dengan arah radial
menuju ke bagian sentral kornea yang keruh. Tepi kornea merah, sedangkan di
bagian tengahnya merah keabu-abuan, gambaran ini disebut bercak Salmon.

36
Dalam beberapa minggu proses peradangan akan menjadi tenang, kornea
berangsur-angsur menjadi bening kembali, pembuluh darah yang masuk ke dalam
stroma menjadi kecil dan kosong. Gejala iritasi menghilang dan tajam penglihatan
membaik. Walaupun proses ini telah menjadi tenang, pada pemeriksaan selalu
ditemukan kekeruhan yang radial di kornea karena proses beningnya kembali kornea
berlangsung lama.
Pada kasus-kasus yang sangat parah, kornea tetap menebal dan gelatineus.
Pada fase peradangan aktif jaringan uvea bagian anterior selalu terlibat dalam
bentuk uveitis granulomatosa, juga dapat terjadi koroiditis yang disertai kekeruhan
badan kaca.
Diagnosis peradangan pada kornea ini pada dasarnya akan sembuh sendiri.
Pemberian penisilin atau derivatnya untuk sifilis sistemik perlu, tetapi tidak banyak
pengeruhnya pada kondisi peradangan mata. Pengobatan mata ditujukan pada
uveitis yang dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan iris dengan pemberian tetes
mata kotikosteroid dan sulfas atropin atau skopolamin.

2. Keratitis Sklerotikans (Sklerokeratitis)


Keadaan dimana terjadi peradangan skelra dan kornea, biasanya unilateral,
disertai dengan infiltrasi sel radang menahun pada sebagian sklera dan kornea.
Keratitis sklerotikans akan memberi gejala berupa kekeruhan kornea lokal berbentuk
segi tiga dengan puncak mengarah ke kornea bagian sentral. Apabila proses
peradangan berulang, kekeruhan dapat mengenai seluruh kornea.
Secara Subjektif, penderita mengeluh sakit, fotofobia tetapi tidak ada sekret.
Secara objektif, kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas, unilateral,
kornea terlihat putih menyerupai sklera, serta dapat disertai iritis non
granulomatosa.
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Pemberian kortikosteroid dan anti
randang non steroid ditujukan terhadap skleritisnya, apabila teradapat iritis, selain
kortikosteroid dapat diberikan tetes mata atropin.
II. Ulkus Kornea
Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus
yang kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali.
Pada ulkus yang menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan
menimbulkan sikatriks kornea.
Gejala Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi
siliar, hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat. Pada kasus yang
lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.

37
III. Radang Uvea
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung
suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi terhadap antigen dari luar atau
antigen dari dalam.
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier
sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos
yang tampak pada penyinaran miring menggunakan sentolop atau akan lebi jelas
bila menggunakan slit lamp, berkas sinar yang disebut fler.
Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman akan tetapi justru
mengakibatkan perlekatan-perlekatan misalnya perlekatan iris pada permukaan
lensa (sinekia posterior).
Sel-sel radang yang terdiri atas limfosit, makrofag, sel plasma dapat
membentuk presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan
endotel kornea. Apabila presipitat keratik ini besar, berminyak disebut mutton fat
keratic precipitate. Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil
disebut Koeppe nodules, bila di permukaan iris disebut Busacca nodules, yang bisa
ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata depan.
Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian banyak hingga
menimbulkan hipopion. Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang dan
pupil akan miosis dan dengan adanya timbunan fibrin serta sel0sel radang dapat
terjadi seklusio maupun oklusio pupil. Bila terjadi seklusio dan oklusio total, cairan di
dalam bilik mata belakang tidak dapat mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan
dalam bilik mata belakang lebih besar dari tekanan dalam bilik mata depan sehingga
iris tampak menggelembung ke depan yang disebut iris bombans.
Gangguan produksi humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar
menyebabkan tekanan bola mata turun. Eksudat protein, fibrin, dan sel-sel radang
dapat berkumpul di sudut bilik mata depan terjadi penutupan kanal Schlemm
sehingga terjadi gaukoma sekunder.
Pada fase akut terjadi glaukoma sekunder karena gumpalan-gumpalan pada
sudut bilik depan, sedang pada fase lenjut glaukoma sekunder terjadi karena adanya
seklusio pupil.Naik turunnya tekanan bola mata disebutkan pula sebagai akibat
perna asetilkolin danprostaglandin.

4. Glaukoma Kongestif Akut


Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan
seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain
atau dipapah. Penderita sendiri memegang kepalanya karena sakit, kadang-kadang

38
pakai selimut. Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang
penderita dengan suatu penyakit sistemik.
Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari
penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan
di dalam dan di sekitar mata. Penglihantannya kabur sekali dan dilihatnya warna
pelangi di sekitar lampu.
Pada pemeriksaan, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi yang
sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan
dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping.
Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yang hampir total.
Refleks pupil lambat atau tidak ada. Tajam penglihatan menurun sampai hitung
jari. Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah
cukup.
Diagnosis baru dapat ditegakkan kalau tekanan bola mata diukur, lalu
didapatkan tinggi sekali. Mereka yang tidak biasa untuk mentransfer harus dipakai
cara digital.
Diagnosis banding :
- Iritis akut
o Nyeri mata pada iritis tidak sehebat glaukoma akut
o Fotofobia lebih hebat daripada glaukoma akut
o Kornea masih mengkilat
o Pupil kecil
o Bilik mata depan tidak terlalu dangkal atau normal
o Tekanan bola mata biasa atau rendah
- Konjungtivitis akut
o Tak ada nyeri atau mungkin hanya sedikit
o Tak ada perubahan tajam penglihatan
o Ada sekret mata
o Hiperemi konjungitva berat; tidak ada hiperemi perikorneal.
Diagnosis banding penting sekali karena berhubungan dengan pengobatan.
Glaukoma diobatai dengan miotikum, pada iritis harus diberi midriatik. Bila salah
diberikan, akan berabahaya.
Pengobatan
Harus diingat bahwa kasus glaukoma akut adalah masalah pembedahan.
Pemberian obat hanya untuk tindakan darurat agar segera dirujuk ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas pembedahan mata.
Pengobatan dengan obat :

39
- Miotik : pilokarpin 2-4 % tetes mata yang diteteskan setiap menit 1 tetes
selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam. Hasilnya
adalah liosis dan karenanya melepaskan iris dari jaringan trabekulum. Sudut
mata depan akan terbuka.
- Carbonic Anhidrase Inhibitor : asetazolamid @ 250 mg, 2tablet sekaligus,
kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam. Kerja obat ini adalah
dengan mengurangi pembentukan akuos humor.
- Obat hiperosmotik :
o larutan gliserin, 50% yang diberikan oral. Dosis 1-1.5 gram/kg BB (0.7-1.5
cc/kgBB). Untuk praktisnya dapat dipakai 1 cc/kgBB. Obat ini harus
diminum sekaligus.
o Mannitol 20% yang diberikan per infus ± 60 tetes/menit.
Kerja obat hiperosmotik adalah mempertinggi daya osmosis plasma.
- Morfin : injeksi 10-15 mg mengurangi sakit dan mengecilkan pupil.

Gejala Glaucoma Uveitis keratitis Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis


subyektif akut akut bakteri virus virus

*Visus +++ +/++ Turun tetap tetap tetap

*Rasa ++/+++ ++ ++ - - -
nyeri

*Fotofobi + +++ +++ - - -


a

*Halo ++ - -- - - -

Eksudat - - -/+++ +++ ++ +

Gatal - - - - - ++

demam - - - - -/++ -

Gejala Glaucoma Uveitis keratitis Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis


obyektif akut akut bakteri virus alergi

*Injeksi siliar + ++ +++ - - -

*Injeksi ++ ++ ++ +++ ++ +
konjungtival

*Kekeruhan +++ - +/++ - -/+ -


kornea

*Kelaianan Midriasis Miosis Normal/ N N N

40
pupil non- reaktif ireguler miosis

*Kedalaman Dangkal Normal N N N N


COA

Tekanan Tinggi Rendah N N N N


intraocular

Sekret - + + ++/+++ ++ +

Kelenjar - - - - + -
preaurikular

LO 4 .Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis dan Keratitis

4.1 Definisi
Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis.
Keratitis
Keratitis merupakan radang pada kornea yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme,
reaksi alergi
4.2 Etiologi
Konjungtivitis
1. Bakteri :
• infeksi gonococcus
• meningococcus
• staphylococcus aureus
• Streptococcus pneumoniae
• Hemophilus influenza
• Escherichia coli.
2. Virus :
• Adenovirus tipe 3,4 dan 7
• Herpes Zoster
Keratitis
• Defisiensi vitamin A
• Reaksi konjungtivitis menahun
• Trauma dan kerusakan epitel
• Lensa kontak dapat mengakibatkan infeksi sekunder dan non infeksi keratitis
• Daya imunitas yang berkurang

41
• Musim panas dan daerah yang lembab
• Penggunaan kortikosteroid
• Herpes genital
4.3 Patofisiologi
Konjungtivitis

Kreatitis

42
Adapun patogenese dari keratitis ini diantaranya karena bakteri memiliki multipel
mekanisme dari adherence. Sebagai contoh Staphylococcus aureus terikat ke kolagen
dan komponen lain dan mengekspos membrana Bowman dan stroma. Sedangkan
Pseudomonas Aeruginosa dapat mengikat reseptor molekul yang terekspos pada saat
terjadinya luka pada sel epitel. Perkembangbiakan bakteri khususnya berproliferasi
kemudian dalam beberapa jam menginvasi kornea diantara lapisan stroma.(Skuta at al,
2008)
Inflamasi kornea dimulai dengan produksi lokal sitokin dan kemokin yang
memungkinkan untuk terjadinya diapedesis dan migrasi dari netrofil ke kornea ke
sekeliling kornea dari pembuluh darah limbal. Beberapa mikroorganisme memproduksi
protease yang mengganggu matriks ekstraselular. Enzym dilepaskan oleh neutrofil dan
aktifasi dari matrik metalloprotein yang kemudian diperburuk oleh peradangan nekrosis.
Dengan antimikroba kontrol dari replikasi bakteri, proses penyembuhan luka dimulai
yang diikuti oleh neovaskularisasi dan scarring. Tetapi inflamasi yang progresif dapat
menyebabkan perforasi kornea.(Skuta at al, 2008)
4.4 Manifestasi Klinis

Konjungtivitis Penyebab Gejala


Inflamasi Staphylococcus, Mukosa purulen,
Streptococcus, edema kelopak,
Pneumococcus, kemosis konjungtiva,
dan Haemophillus kadang-kadang disertai
keratitis dan blefaritis
Virus 1. Demam 1. demam,
faringokonju faringitis, secret
ngtiva berair dan
2. adenovirus sedikit
tipe 3,4 dan
7

43
3. organisme
Coxsackie
dan
Pikornavirus
alergi Reaksi inflamasi radang ( merah, sakit,
pada konjungtiva bengkak, dan panas),
yang diperantarai gatal, silau berulang
oleh sistem imun dan menahun
Jamur Candida albicans, bercak putih yang dapat
Sporothtrixschencki timbul pada pasien
i,Rhinosporidium diabetes dan pasien
serberi,dan dengan keadaan sistem
Coccidioides imun yang terganggu.
Bakteri N.Gonorrhoeae, iritasi dan
Neisseria kochii, pelebaran pembuluh
dan N.meningitidis, darah (injeksi) bilateral,
Streptococcus eksudat purulen,
Pneumoniae, eksudat purulen
Haemophillus dengan palpebra saling
aegyptius, H melengket saat bangun
influenza, tidur, dan kadang-
Escherichia coli kadang edema
palpebra.

44
Keratitis etiologi gejala Gambar
Pungtata, tidak spesifik dan dapat terjadi rasa sakit, silau, mata merah,
keratitis pada Akne rosasea, Herpes dan merasa kelilipan
dengan simpleks, Herpes zoster, Blefaritis
infiltrat halus neuroparalitik, infeksi virus,
pada kornea vaksinisia, trakoma, trauma
yang dapat radiasi, dry eye, keratitis
terletak lagoftalmos, keracunan obat
superfisial seperti neomisin, tobramisin dan
dan subepitel bahaya pengawet lainnya.
Keratitis Strepcoccus pneumonie, Sakit, seperti kelilipan,
Marginal Hemophilus aegepty, Moraxella lakrimasi, disertai fotofobia
Merupakan lacunata dan Esrichia berat. Pada mata akan terlihat
infiltrat yang blefarospasme pada satu
tertimbun mata, injeksi konjungtiva,
pada tepi infiltrat atau ulkus yang
kornea memanjang, dangkal
sejajar unilateral dapat tunggal
dengan ataupun multipel, sering
limbus. disertai neovaskularisasi dari
arah limbus.
Interstisial, 1. alergi atau infeksi spiroket 1. fotofobia, lakrimasi,
kondisi serius ke dan menurunnya
dimana visus.
masuknya dalam stroma kornea dan akibat
pembuluh tuberculosis
darah ke 2. ditemukan trias
dalam kornea 2. sifilis kongenital Hutchinson(mata:ker
dan dapat atitis interstisial,
menyebabka telinga: tuli labirin,
n hilangnya gigi: gigi seri
transparansi berbentuk obeng),
kornea. sadlenose, dan
pemeriksaan
serologis yang positif
terhadap sifilis.

45
Keratitis Staphylococcus mata merah, berair, nyeri
Bakteri aureus,Neisseria pada mata yang
spp,Staphylococcus terinfeksi, penglihatan
epidermidis,Moraxella silau, adanya sekret dan
spp,Streptococcus penglihatan menjadi
pneumoniae and other kabur, hiperemis
Streptococcus perikornea,
spp,Mycobacterium blefarospasme, edema
spp,Pseudomonas kornea, infiltrasi kornea.
aeruginosa (most common
organism in soft contact
lens wearers) Nocardia spp,
Enterobacteriaceae
(Proteus, Enterobacter,
Serratia),Non-spore-
forming
anaerobes,Corynebacterium
spp
Jamur, 1) Jamur berfilamen 1) Riwayat trauma
infeksi jamur (filamentous fungi) : terutama tumbuhan,
pada kornea bersifat multiseluler dengan pemakaian steroid topikal
yang dapat cabang-cabang hifa. lama.
disebut juga
mycotic 2) Jamur bersepta : 2) Lesi satelit.
keratitis Furasium sp, Acremonium
sp, Aspergillus sp, 3) Tepi ulkus sedikit
Cladosporium sp, menonjol dan kering, tepi
Penicillium sp, yang ireguler dan
Paecilomyces sp, tonjolan
Phialophora sp,Curvularia
sp, Altenaria sp. seperti hifa di bawah
endotel utuh.
3) Jamur tidak bersepta :
Mucor sp, Rhizopus sp, 4) Plak endotel.
Absidia sp.
5) Hipopion, kadang-
4) Jamur ragi (yeast) yaitu kadang rekuren.
jamur uniseluler dengan
pseudohifa dan tunas 6) Formasi cincin
:Candida albicans, sekeliling ulkus.
Cryptococcus sp,
Rodotolura sp. 7) Lesi kornea yang
indolen.
5) Jamur difasik. Pada
jaringan hidup membentuk
ragi sedang media

46
pembiakan membentuk
miselium : Blastomices sp,
Coccidiodidies sp,
Histoplastoma sp,
Sporothrix sp
virus Herpes simpleks virus nyeri pada mata,
(HSV) fotofobia,penglihatan
kabur, mata berair, mata
merah, tajam
penglihatan, blefaritis
vesikuler yang ulseratif,
pembengkakan kelenjar
limfe regional, keratitis
epitelial dan dapat
mengenai stroma tetapi
jarang
Acanthamoe Keratitis yang berhubungan kemerahan, dan
ba dengan infeksi fotofobia. ulkus kornea
Acanthamoeba yang indolen, cincin stroma,
biasanya disertai dengan dan infiltrat perineural
penggunaan lensa kontak

4.5 Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien dapat dating dengan keluhan seperti;
• Nyeri pada mata dengan onset cepat
• Mata merah
• Fotofobia
• Bengkak kelopak mata
• Penurunan penglihatan
• Rasa kering pada mata
• Sensasi benda asing pada mata
• Cairan pada mata
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan gejala pada mata harus diawali dengan
pemeriksaan visus pada kedua mata menggunakan Snellen chart. Pada pasien keratitis
terjadi infeksi pada kornea yang umumnya akan menyebabkan gangguan pada visus
pasien dan tidak akan membaik dengan kacamata koreksi. Walau demikian, pada
keratitis tahap awal, bisa saja tidak terdapat gangguan visus.
•Inspeksi

47
Inspeksi pada bagian mata pasien keratitis, idealnya menggunakan slit-lamp, umumnya
dapat ditemukan sebagai berikut:
o Edema kelopak dan konjungtiva
o Pseudoptosis
o Gangguan kelopak mata: trikiasis dan lagoftalmo
o Injeksi konjungtiva, terutama bagian limbal / silier
o Penurunan sensasi kornea
o Discharge pada mata
o Infiltrat inflamasi berbentuk seperti cincin pada stroma kornea
o Penipisan atau perforasi kornea
o Hipopion
3. Pemeriksaan Fluorescein
Pemeriksaan fluorescein pada setting layanan primer dapat dilakukan dengan lampu
Wood atau oftalmoskop menggunakan filter kobalt. Berikan anestesi topikal terlebih
dahulu jika pasien merasa nyeri.

Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan


pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik
membantu. Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai
sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada

48
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik
didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.
1. Kultur
Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan
konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat membantu untuk konjungtivitis
purulen berat atau berulang pada semua grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis
tidak berespon terhadap pengobatan.
2. Kultur virus
Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes imunodiagnostik
yang cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk
konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi
91% sampai 94%. Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui
untuk spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus.
Ketersediannya akan beragam tergantung dari kebijakan laboratorium.

3. Tes diagnostik klamidial


Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat dipastikan
dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah
tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens langsung dan enzyme-linked
imunosorbent assay. Tes ini telah secara luas digantikan oleh PCR untuk spesimen
genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival lebih terbatas.
Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler beragam. Meskipun spesimen dari mata
telah digunakan dengan performa yang memuaskan, penggunaannya belum diperjelas
oleh FDA.
4. Smear/sitology
Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada
kasus dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang,
dan pada kasus dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia.
5. Biopsi
Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada
terapi. Oleh karena mata tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung
dapat menyelamatkan penglihatan dan juga menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival
dan tes diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis
dari penyakit seperti OMMP dan paraneoplastik sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar
harus dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang berdekatan
dengan limbus dari mata dengan peradangan aktif saat dicurigai sebagai OMMP. Pada
kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi palpebra seluruh ketebalan

49
diindikasikan. Saat merencanakan biopsi, konsultasi preoperatif dengan ahli patologi
dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.
6. Tes darah
Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak mengetahui menderita
penyakit tiroid.
Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien.
Paparan bahan kimiawi langsung terhadapa mata dapat mengindikasikan konjungtivitis
toksik/kimiawi. Pada kasus yang dicurigai luka percikan bahan kimia, pH okuler harus
dites dan irigasi mata terus dilakukan hingga pH mencapai 7. Konjungtivitis juga dapat
disebabkan penggunaan lensa kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata.

Diagnosis Banding

1.1 Tatalaksana
Tatalaksana pada beberapa macam konjungtivitis
1. Konjungtivitis Alergi
Pengobatan konjungtivitis alergi didasarkan pada identifikasi dan eliminasi antigen
spesifik,serta penggunaan obat-obatan yang bertujuan untuk mengurangi respon imun.
Penggunaan terapi suportif, seperti pelumas nonpreserved dan kompres dingin, dapat
mengurangi keluhan. Beberapa obat di bawah ini berguna dalam mengobati
konjungtivitis alergi:
o Steroid topikal
o Vasokonstriktor topikal / antihistamin

50
o Antihistamin topikal
o Obat anti-inflamasi nonsteroid topikal
o Stabilisator sel mast-Topical
o Agen dengan beragam mekanisme aksi
o Imunosupresan
o Antihistamin sistemik
2. Konjungtivitis Bakterial
Cara yang paling tepat untuk mengobati konjungtivitis bakteri adalah dengan cara
mengidentifikasi organisme penyebab dan memulai pengobatan antimikroba spesifik
yang sudah diketahui efektif membunuh organisme penyebab.. Pada kondisi tidak
adanya kultur atau smear, agen etiologi harus dipertimbangkan sehubungan dengan usia
pasien, lingkungan, dan temuan mata terkait. Dalam kebanyakan kasus, antibiotik topikal
spektrum luas adalah terapi pilihan. Meskipun sebagian besar kasus konjungtivitis bakteri
adalah self-limiting, pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala-gejala pasien
dan kemungkinan kambuhnya penyakit.
Hiperakut konjungtivitis memerlukan pertimbangan khusus karena potensi kebutaan
yang disebabkan karena terapi infeksi gonokokal yang tidak adekuat. Smear konjungtiva
dan kultur harus dilakukan sebelum memulai pengobatan. Pemberian antibiotik sistemik
yang efektif melawan organisme yang sudah teridentifikasi harus segera dimulai. Saline
Bilas mungkin bermanfaat dalam menghilangkan discharge purulen. Dalam kasus infeksi
gonokokal, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan
pemberian dosis tunggal ceftriaxone intramuskular. Meskipun CDC tidak
merekomendasikan pengobatan topikal, praktisi mungkin ingin mempertimbangkan
penambahan fluorokuinolon topikal sebagai terapi tambahan. Pasien juga harus
dievaluasi untuk koinfeksi dengan penyakit menular seksual lainnya. Perawatan pasien
dengan penyakit menular seksual harus dikoordinasikan dengan dokter perawatan
primer pasien.
3. Viral Konjungtivitis
Terapi suportif untuk infeksi adenoviral mencakup beberapa pilihan pengobatan seperti
kompres dingin, pelumas, dan dekongestan mata.
Antibiotik topikal tidak rutin digunakan untuk mengobati konjungtivitis virus kecuali ada
bukti infeksi bakteri sekunder. Risiko reaksi beracun dan alergi dapat lebih besar dari
manfaat potensial dari penggunaan antibiotik. Penggunaan steroid dalam pengelolaan
konjungtivitis adenoviral masih kontroversial. Karena potensi efek samping dari
kortikosteroid topikal tetes mata, para dokter mungkin ingin membatasi penggunaan
agen ini kepada pasien yang mempunyai gejala signifikan atau yang mengalami
penurunan tajam penglihatan karena keratitis inflamasi.

51
Pengobatan konjungtivitis herpes simpleks menggunakan obat antivirus seperti
trifluridin, meskipun belum ada bukti bahwa terapi ini berhasil dalam menurunkan angka
kejadian konjugtivitis herpes simpleks dan keratitis. Terapi suportif, termasuk pelumas
dan kompres dingin, yang mungkin sama efektifnya dengan obat antivirus, dapat
menghilangkan potensi efek samping toksik. Steroid topikal sangat kontraindikasi untuk
mengobati konjungtivitis herpes simpleks
Pengobatan konjungtivitis herpes zoster menggunakan kombinasi antibiotik / steroid
topical. Hala ini untuk mengurangi risiko infeksi bakteri sekunder dan mengurangi respon
inflamasi. Berbeda dengan efeknya pada infeksi herpes simpleks, steroid topikal tidak
memperburuk infeksi herpes zoster. Selain terapi topikal, pengobatan antivirus sistemik
juga dapat mengurangi durasi kedua pelepasan virus dan neuralgia pasca-herpes. Untuk
mencapai tahap paling efektif dalam mengurangi durasi neuralgia pasca-herpes, terapi
antivirus sistemik harus dimulai dalam waktu 72 jam dari tanda-tanda pertama infeksi
herpes zoster.
4. Konjungtivitis Klamidia
Terapi primer untuk konjungtivitis inklusi dewasa adalah antibiotik sistemik. Terapi
topikal saja tidaklah cukup. Pengobatan sistemik yang dianjurkan, adalah yang
berdasarkan usia, berat badan, dan riwayat medis pasien. Untuk pasien konjugtivitis
klmidia biasanya diberikan azitromisin dosis tunggal 1 g atau doksisiklin 100 mg dua kali
sehari selama 7 hari. Azitromisin adalah pengobatan yang didahulukan, terutama pada
pasien denga masalah kepatuhan. Pasangan seksual pasien juga harus dievaluasi untuk
adanya infeksi, dan pengobatan harus dimulai sesuai indikasi. Dalam kasus infeksi
klamidia yang menimpa anak-anak pra-remaja, dokter harus mempertimbangkan
kemungkinan bahwa pelecehan seksual telah terjadi.

Tatalaksana Keratitis
Tatalaksana keratitis berdasarkan etiologinya:
1. Keratitis Bakteri
a. Terapi empiris: fluorokuinolon (ofloxacin 0.3%, levofloxacin 0.3%,
gantifloxacin 0.3%) + gentamicin (1.5%) atau sefazolin
b. Kokus Gram positif: vankomisin (5%), florokuinolon (%) atau sefuroksim (%)
c. Batang Gram negatif: gentamisin (%), tetes mata tobramisin, florokuinolon
(%) atau seftriaxon (%)
d. Kokus Gram negatif: florokuinolon (0.3%) atau seftriaxon (5%)
e. Mycobacterium: amikacin (2%), kaltromisin (1%) atau timetropin
sulfatmetokazol (1.6;8%)
f. Terapi antibiotik subkonjungtiva diberikan apabila terdapat kepatuhan
berobat yang rendah

52
g. Midriatikum dapat digunakanu untuk reduksi nyer
h. Antiglaukoma diberikan apabila terdapat komplikasi glaukoma sekunder
i. Antibiotik sistemik diberikan atas indikasi: keterlibatan sistemik, penipisan
kornea berat dan keterlibatan sklera
2. Keratitis Fungal
a. Terapi topical
i. Candida: amfoterisin B 0.15%, natamisin 5% atau flukonazol 2%
ii. Kapang: natamycin 5%, pilihan lain termasuk amfoterisin B 0.15% dan
miconazole 1%
iii. Antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi sekunder
iv. Sikloplegik
b. Fluconazole intrastromal/subkonjungtiva untuk kasus berat
c. Antifungsi sistemik diberikan pada kasus berat
3. Keratitis Herpes Simplex
a. Keratitis Epitel
i. Terapi topikal: Salep asiklovir 3% atau gel gansiklovir yang diberikan 5 kali
sehari, aman diberikan selama kurang dari 60 hari.
ii. Debridement dapat dikerjakan pada ulkus dendritik.
iii. Toksisitas terapi ditandai dengan erosi pungtata superfisial.
iv. Antivirus oral terbukti sama efektif dengan antivirus topikal
b. Keratitis Disciform
i. Terapi awal adalah dengan steroid topikal (prednisolone 1% atau deksametason
0.1%) bersamaan dengan antivirus setidaknya selama 4 minggu
ii. Terapi dilanjutkan dengan prednisolone 0.5% satu kali satu hari setelah terapi
antivirus dihentikan
iii. Antivirus oral terbukti menurunkan angka rekurensi
4. Keratitis Varicella-Zoster Virus
a. Asiklovir oral 800 mg perhari selama 7-10 hari, diberikan 72 jam setelah awitan.
Pemberian obat ini dapat menurunkan angka kejadian dan beratnya komplikasi
mata hingga 50%
b. Antiviral topikal tidak efektif.
c. Steroid topikal; digunakan pada kasus keratitis numular, interstisial dan disciform
5. Keratitis Protozoa
a. Debridement epitel yang terinfeksi
b. Amoebasida: polyhexamethylene biguanide (PHMB) 0.02% dan klorheksidine
digluconate (0.02%) dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau ganda.

Tatalaksana keratitis berdasarkan tempat terkenanya:

53
1. Keratitis Pungtata
Penatalaksanaan pada ketratitis pungtata superfisial pada prinsipnya adalah diberikan
sesuai dengan etiologi. Untuk virus dapat diberikan idoxuridin, trifluridin atau asiklovir.
Untuk bakteri gram positif pilihan pertama adalah cafazolin, penisilin G atau vancomisin
dan bakteri gram negatif dapat diberikan tobramisin, gentamisin atau polimixin B.
Pemberian antibiotik juga diindikasikan jika terdapat sekret mukopurulen yang
menunjukkan adanya infeksi campuran dengan bakteri. Untuk jamur pilihan terapi yaitu
natamisin, amfoterisin atau fluconazol. Selain terapi berdasarkan etiologi, pada keratitis
pungtata superfisial ini sebaiknya juga diberikan terapi simptomatisnya agar dapat
memberikan rasa nyaman seperti air mata buatan, sikloplegik dan kortikosteroid.
2. Keratitis Marginal
Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika yang sesuai dengan penyebab infeksi
lokalnya dan steroid dosis ringan. Pada pasien dapat diberikan vitamin B dan C dosis
tinggi.
3. Keratitis Interstitial
Penatalaksanaannya dapat diberikan kortikosteroid tetes mata jangka lama secara
intensif setiap jam dikombinasi dengan tetes mata atropin dua kali sehari dan salep mata
pada malam hari.

LO 5. Memahami dan Menjelaskan Agama (menjaga kebersihan mata)

Al-Qur’an pun menyebut dalam QS: Al-Insān [76]: bahwa panca indera manusia
merupakan pemberian dari Allah, sebagaimana pula kemampuan manusia dalam
menggunakannya. Karena itulah, panca indera manusia akan dimintai pertanggungjawaban
di hari akhir nanti seperti dalam QS: Al-Isra’ [17]: 36. Afirmasi al-Qur’an atas indera eksternal
dan internal manusia turut terlintas eksplisit di ayat tersebut. Terbukti, muncul pula terma
yang terkait dengan fungsi indera, yakni kesaksian (syahadah/witnessing) akan adanya
Tuhan, Malaikat, juga Hari Akhir yang berdimensi imani. Yang berkaitan dengan perjanjian
awal (mitsāq) manusia pada masa pra wujud, yang berupa kesaksian bahwa Allah adalah
Rabb (...alastu birabbikum...); yang mana pada saat itu, rūh manusia mampu ‘bersaksi’ usai
‘mengenali’ Allāh sebagai Rabb melalui indera internalnya

Pentingnya Menjaga Pandangan


Pandangan mata seorang manusia bisa menjerumuskan seseorang dalam keburukan dan
bahkan mengarah pada perbuatan zina yang dilarang Allah SWT (baca hukum zina tangan
dalam islam dan cara menghapus dosa zina). Untuk menghindari hal tersebut maka Allah
memerintahkan umat muslim agar selalu menjaga pandangannya terutama pada lawan jenis.
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT dalam ayat berikut ini

54
َ ‫ُوج ُه ْم َذل َِك أَ ْز َكى لَ ُه ْم إِنَّ هَّللا َ َخ ِبي ٌر ِب َما َيصْ َنع‬
‫ُون‬ ُ ‫صار ِه ْم َو َيحْ َف‬
َ ‫ظوا فُر‬ َ َ ‫قُ ْل ل ِْلم ُْؤ ِمن‬
ِ َ ‫ِين َي ُغضُّوا مِنْ أ ْب‬
”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,’Hendaklah mereka menahan pandangannya
dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (QS. An-Nur [24] :
30).
Selain itu perintah menundukkan atau menjaga pandangan juga disebutkan dalam tafsir
ulama Ibnu Katsir berikut ini
‫ فال ينظ روا إال إلى ما أب اح لهم النظر‬،‫هذا أمر من هللا تعالى لعباده المؤمنين أن يغضوا من أبص ارهم عما ح رم عليهم‬
‫ وأن يغضوا أبصارهم عن المحارم‬، ‫إليه‬
“Ini adalah perintah dari Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya yang beriman untuk
menjaga (menahan) pandangan mereka dari hal-hal yang diharamkan atas mereka. Maka
janganlah memandang kecuali memandang kepada hal-hal yang diperbolehkan untuk
dipandang. Dan tahanlah pandanganmu dari hal-hal yang diharamkan.” (Tafsir Ibnu
Katsir, 6/41))

Keutamaan Menjaga Pandangan


Dari dalil diatas maka kita bisa mengetahui bahwasanya menjaga pandangan adalah
salah satu hal yang diperintahkan Allah SWT kepada umatnya agar tidak terjerumus pada
hal-hal yang tidak diinginkan. Adapun keutamaan seseorang yang menjaga
pandangannya adalah sebagai berikut :
 Terhindar dari perbuatan zina
Zina dalam islam sebenarnya tidak hanya menyangkut pada hubungan fisik antara
seorang wanita dengan pria saja melainkan zina juga bisa dilakukan oleh anggota tubuh
yang lain termasuk mata. Dengan menjaga mata dan pandangannya dari hal-hal maksiat
yang dilarang Allah SWT seperti memandang lawan jenis maka ia bisa terhindar dari
perbuatan zina tersebut. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW berikut ini (baca juga cara
bertaubat dari zina dan amalan penghapus dosa zina)
‫ك أَ ْو ُي َك ِّذ ُب ُه‬ َ ‫ َو ْال َفرْ ُج ُي‬،‫ب ال َّت َم ِّني‬
َ ِ‫ص ِّد ُق َما ُه َنال‬ ِ ‫ َو ِز َنا ْال َق ْل‬،ُ‫ْن ال َّن َظر‬
ِ ‫ َف ِز َنا ْال َعي‬،‫ َو ْال َق ْلبُ َي ْزنِي‬،‫ْال َعيْنُ َت ْزنِي‬
“Mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata adalah dengan melihat (yang
diharamkan), zina hati adalah dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang).
Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.” (HR. Ahmad no.
8356. Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth.)
 Dijamin masuk surga
Seorang muslim yang senantiasa menjaga pandangannya adalah salah satu ciri akhlak
mulia dan berdasarkan sebuah hadits Rasulullah SAW sikap yang senantiasa menjaga
pandangan adalah satu hal yang akan menjamin seseorang masuk surga.
‫ض ْوا‬ ُّ ‫ ُغ‬,‫ف‬ ْ ِ‫ َو إِ َذا َو َع َد َفالَ ي ُْخل‬, ْ‫ َو إِ َذا ْاؤ ُتم َِن َفالَ َي ُخن‬, ْ‫َّث أَ َح ُد ُك ْم َفالَ َي ْك ذِب‬
َ ‫ إِ َذا َح د‬,‫ت أَ ْكفُ ْل لَ ُك ْم ِب ْال َج َّن ِة‬
ٍ ‫ْكفُلُ وا لِي ِب ِس‬
ُ ‫ َواحْ َف‬,‫ َو ُك ُّف ْوا أَ ْي ِد َي ُك ْم‬,‫ار ُك ْم‬
‫ظ ْوا فُر ُْو َج ُك ْم‬ َ ‫ص‬َ ‫أَ ْب‬

55
“Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian surga. Jika salah
seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah
berkhianat, dan jika dia berjanji janganlah menyelisihinya, dan tundukkanlah pandangan
kalian, cegahlah tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan
kalian.

Cara Menjaga Pandangan


Menjaga pandangan dalam islam adalah suatu hal yang harus dilakukan baik oleh pria
maupun oleh wanita. Beberapa diantara kita mungkin bisa menjaga pandangannya dari
hal-hal maksiat sementara sebagian lainnya akan merasa kesulitan. Hal ini dikarenakan
terlalu banyak fitnah atau sesuatu yang menimbulkan maksiat dewasa ini. Saat keluar
rumah, menonton TV atau melakukan hal lain tak jarang kita menemukan hal yang
merusak pandangan misalnya aurat wanita yang terbuka. Berikut adalah beberapa cara
menjaga pandangan menurut islam :
1. Senantiasa mengingat Allah
Sebagai seorang muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah maka manusia akan
senantiasa mengingat Allah dan mematuhi segala yang diperintahkan termasuk menjaga
pandangannya. Agar bisa menjaga pandangan dengan baik maka ketika ia hendak
melihat sesuatu yang indah namun dilarang dalam agama maka sebaiknya ia mengingat
Allah dan menundukkan pandangannya. Selain itu perilaku yang senantiasa memahami
bahwa Allah SWT selalu mengawasi tindak tanduk kita akan senantiasa membuat kita
mawas diri dan malu bila melihat hal yang tidak baik. (baca mengenal diri sendiri dalam
islam)
2. Menghindari tempat yang banyak mengandung maksiat
alah satu cara lainnya untuk menjaga pandangan adalah dengan tidak memasuki atau
menghindari tempat-tempat yang banyak memiliki maksiat diantaranya adalah tempat
umum dimana wanita banyak yang tidak menutup aurat atau berpakaian minim. Hal ini
tentu saja bisa menjadi godaan terutama bagi kaum pria. (baca hukum memakai jilbab)
3. Mengalihkan pandangan yang tidak disengaja
Apabila seseorang tidak sengaja memandang sesuatu yang tidak baik misalnya
pandangan pada lawan jenis maka segera berpalinglah dan tundukkan pandangan.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini. Dari Jarir bin Abdillah RA , ia
berkata,
ْ‫ص ِري‬ َ ‫ َفأ َ َم َرنِيْ أَنْ أَِصْ ِر‬,‫هللا َعنْ َن ْظ َر ِة ْال َف َجا َء ِة‬
َ ‫ف َب‬ ُ ‫َسأ َ ْل‬
ِ ‫ت َرس ُْو َل‬
“Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang
tiba-tiba (tidak sengaja), maka beliau memerintahan aku untuk memalingkan
pandanganku”
4. Menikah atau berpuasa

56
Jika seseorang merasa sulit untuk menjaga pandangannya dan nafsu syahwat seringkali
mengganggunya maka sebaiknya menikah jika sudah mampu dan sudah cukup usia
karena dengan menikah seseorang akan lebih mampu menjaga pandangan serta
kemaluannya. Namun apabila ia belum mampu untuk menikah sebaiknya rajin-rajinlah
berpuasa sunnah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini (baca juga fiqih
pernikahan dan hukum pernikahan dalam islam)
”Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu untuk menikah, maka
menikahlah. Karena menikah itu lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara
kemaluan” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400).
5. Berzikir dan berdoa kepada Allah
Mengucapkan istigfar, berzikir dan berdoa kepada Allah adalah juga merupakan salah
satu usaha untuk menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak diinginkan. Doa dan zikir
seseorang akan mendekatkan dirinya pada Allah SWT dan ia yang dekat dengan Allah
maka akan senantiasa menjaga pandangan dan dirinya dari dosa dan maksiat. (baca
keutamaan berzikir kepada Allah SWT)

Kesimpulan Akhir.

Konjungtivitis Keratitis
Visus Tetap Turun
Etiologi 1.Bakteri :  Defisiensi
•infeksi gonococcus vitamin A
•meningococcus  Reaksi
•staphylococcus konjungtivitis
aureus menahun
•Streptococcus  Trauma dan
pneumoniae kerusakan
•Hemophilus influenza epitel
•Escherichia coli.  Lensa kontak
2.Virus : dapat
•Adenovirus tipe 3,4 mengakibatka
dan 7 n infeksi
•Herpes Zoster sekunder dan
non infeksi
keratitis
 Daya imunitas
yang
berkurang
 Musim panas
dan daerah
yang lembab

57
 Penggunaan
kortikosteroid
 Herpes genital
Gejala iritasi dan Sakit, seperti kelilipan,
pelebaran pembuluh lakrimasi, disertai fotofobia
darah (injeksi) bilateral, berat. Pada mata akan
eksudat purulen, terlihat blefarospasme pada
eksudat purulen satu mata, injeksi
dengan palpebra saling konjungtiva, infiltrat atau
melengket saat bangun ulkus yang memanjang,
tidur, dan kadang- dangkal unilateral dapat
kadang edema tunggal ataupun multipel,
palpebra. sering disertai
neovaskularisasi dari arah
limbus.
Diagnosis 1. Kultur 1. Anamnesis
2. Smear/sitology 2. Pemeriksaan Fisik
3. Tes Darah 3. Inspeksi
4. Biopsi 4. Pemeriksaan
Fluorescein

58
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32585/4/Chapter%20II.pdf
2. http://repository.unimus.ac.id/2561/4/BAB%20II%20%28SOFA
%20A2A216115%29.pdf
3. Ilyas, S. & S.R. Yulianti. (2019). Ilmu Penyakit Mata Edisi 5. Jakarta: FKUI.
4. Skulta GL, Cantor LB. Optic of the Human Eye. In: Clinical optics. San Fransisco:
American Academy of Ophthalmology; 2011.pp.120-122.
5. Vaughan D, Asburry T, Riordan-Eva P and Whitcher JP. Vaughan & Asbury :
Oftalmologi Umum. 17 ed. Jakarta: EGC, 2012
6. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3 ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2005.
7. Ilyas, Sidarta ., 2003. Dasar-Dasar Pemeriksaan Mata dan Penyakit Mata.. Edisi
Pertama. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 34-39
8. Ilyas, S., 2004. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
9. Pambudy IM, Irawati Y. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Ed 4 Jakarta: MEDIA
AESCULAPIUS; 2014.
10. Biswell R. Kornea. Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC, 2010
11. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata, edisi 5. Jakarta:Badan Penerbit FKUI;2015. p.
1-296.

59

Anda mungkin juga menyukai