Anda di halaman 1dari 3

Nama: Qyara Ananggadipa Anindya

NIM: J1C019033

Analisis Film “Ordinary Life”

UNSUR NARATIF

1) Tokoh
a) Ayah
b) Ibu
c) Ryosuke (Kakak)
d) Sakura (Adik)

2) Masalah : Suhu udara yang meningkat dan lapisan ozon yang menipis karena
penggunaan alat elektronik dan air yang berlebihan. Dua hal tersebut menyebabkan
terjadinya kasus Heat Stroke. Bahkan ada anak SMP yang meninggal karena bermain
basket ditengah meningkatnya suhu udara. Penggunaan alat elektronik dan air
menyebabkan kerusakan lingkungan yang menjadi makin parah.

3) Konflik : Masalah iklim yang melanda Shikoku sangat parah. Penipisan ozon itu bisa
menyebabkan kanker kulit. Kementrian kesehatan juga menyarankan warga untuk
membatasi aktifitas di luar ruangan.

4) Lokasi : Shikoku, Jepang

5) Waktu : Oktober 2050

UNSUR SINEMATIK

1) Mise-en-Scene
a) Setting/latar
 Rumah
Mayoritas dari adegan yang terjadi berlatar di rumah. Adegan yang muncul
menunjukkan kegiatan sehari-hari yang awalnya terlihat biasa saja.
 Padang Pasir
Di beberapa menit terakhir, ditunjukkan adegan dimana sang ibu menyusul anaknya
untuk memberikan baju olahraganya yang tertinggal. Disitu kita bisa melihat padang
pasir luas yang tampaknya tidak ada hentinya. Anaknya juga terlihat sedang berjalan
ke sekolah bersama kawannya melewati Sungai Shimanto yang sudah kering.

b) Tata cahaya
Sesuai dengan tema film serta pesan yang ingin disampaikan, tata cahaya serta tone dari
film pendek tersebut itu terasa hangat. Pemilihan tata cahayanya sangat sesuai dengan
tema filmnya.

c) Kostum
Kostum yang dipakai oleh masing-masing pemeran terbilang cukup biasa. Seperti halnya
sebuah keluarga, sang ibu yang merupakan seorang rumah tangga memakai pakaian
rumah sederhana. Kemudian sang ayah yang merupakan tulang punggung keluarga
menggunakan pakaian kerjanya lengkap dengan dasi. Begitu pula dengan anak-anaknya.
Terutama sang kakak yang terlihat memakai seragam. Disini bisa dilihat keunikan
seragam sekolah di Jepang melalui perbedaan seragam sang kakak dan sang adik. Sang
adik yang merupakan seorang siswi sekolah dasar belum mempunyai seragam sekolah
formal layaknya Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.

d) Pemain
 Ayah
Sang ayah bisa terlihat kebiasaannya dari adegan dimana Ryosuke berkutat
didepan kulkas untuk mendinginkan badannya yang kemudian ditegur oleh sang
ibu dengan kata-kata “Jangan seperti ayahmu.”. Ayah ini juga terbilang cukup
perhatian dengan anaknya saat ia bertanya kepada sang ibu tentang keberadaan
Ryosuke dan bertanya kepada Sakura tentang sekolah.

 Ibu
Sang ibu digambarkan sebagai ibu rumah tangga yang cekatan dalam mengurus
keluarganya. Mulai dari menyiapkan sarapan, membuatkan kopi untuk suaminya,
mengeluarkan sampah, serta saat baju Sakura ketinggalan.

 Ryosuke
Ryosuke digambarkan sebagai tokoh yang terlihat pemalas. Seperti remaja yang
sedang melewati masa pubernya. Tetapi ia tetap taat kepada orang tuanya. Hal itu
ditunjukkan di satu adegan dimana ia membantu ibunya membuang sampah meski
awalnya terlihat enggan.

 Sakura
Sakura terlihat kurang antusias terhadap pertanyaan sang ayah mengenai sekolah.
Bisa dilihat juga bahwa ia masih agak ceroboh karena meninggalkan barang yang
ia perlukan dirumah sehingga sang ibu harus menyusulnya.

2) Sinematografi
 Tone yang digunakan di film pendek tersebut bisa dikategorikan dengan tone
hangat yang serasi warna-warna Earthy yang digunakan untuk perabot rumah
tangga serta baju para pemain.
 Fokus kamera kepada penggunaan alat elektronik serta air yang tidak berhenti
selama film pendek berjalan. Mulai dari kompor, air keran dan shower, hair dryer
kabel yang bertumpukkan, serta kipas yang ada di kulkas.
 Fokus kamera kepada makanan yang sedang disantap oleh keluarga itu terbilang
sedikit dan tidak bervariasi.
 Adegan dimana sang ibu dan Sakura berpisah jalan di padang pasir menunjukkan
dimensi padang pasir yang luas seakan-akan tidak ada ujungnya.
 Adegan saat kamera fokus ke kalender yang menunjukkan tahun 2050 memberi
penjelasan yang pasti.
 Adegan dimana sang ibu yang sedang kepanasan setelah menyusul Sakura
menyalakan pendingin ruangan dan menghela nafas dengan lega memberi kita
gambaran sebagai mana panasnya udara di luar ruangan.
3) Editing
Transisi jump cutnya membuat film terasa seperti kita berada di point of view sang pemain.
Jadi tidak hanya fokus terhadap satu subjek dan objek saja dalam waktu yang lama.

4) Suara
Suara sangat jernih. Suara pemain dengan suara sekitarnya tidak bertumpang tindih. Suara air
yang sedang mendidih, suara hair dryer, shower dan suara alat elektronik lainnya juga
menambah kesan nyata. Musik yang dimasukkan dalam beberapa scene juga tidak terlalu
dominan sampai mengalihkan perhatian kita dari adegannya.

Anda mungkin juga menyukai