Anda di halaman 1dari 17

BAB XII

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

XII.1. UMUM

XII.1.1. KETENTUAN UMUM

(1) Tata cara penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan


sarana secara umum harus mengacu syarat-syarat dalam RKS maupun perubahan-
perubahan dan atau tambahan-tambahannya dalam Berita Acara Aanwijzing serta
Gambar Kerja dan atau gambar-gambar perubahan dan tambahan yang telah
disetujui Direksi pekerjaan/ Pejabat Pembuat Komitmen.
(2) Di samping itu ketentuan lain mengenai tambahan atau pengurangan yang timbul
dalam pelaksanaan akan diatur dan dilaksanakan sesuai petunjuk Direksi Proyek
atau Pengawas baik sebelum maupun selama pekerjaan berlangsung
(3) Bila karena satu dan lain hal terdapat kekurangan, perbedaan ketidakjelasan, ketidak
sesuaian baik ukuran maupun item-item pekerjaan lainnya yaitu :
 Pada Gambar Kerja dengan detail gambarnya, maka yang mengikat adalah
gambar yang skalanya lebih kecil
 Antara Gambar Kerja dengan RKS, maka yang berlaku adalah RKS
 Bila pada Gambar Kerja tertulis, sedang dalam RKS tidak disebutkan, maka
Gambar Kerja yang mengikat
 Bila dalam RKS disebutkan, sedang dalam Gambar Kerja tidak dituliskan, maka
yang mengikat adalah RKS
 Penentuan bagian yang mengikat/ berlaku diatas harus mendapatkan persetujuan
Pengawas/ Direksi Proyek sebelum dilaksanakan
(4) Selama berlangsungnya pekerjaan, Rekanan/ Penyedia jasa dapat menjaga
lingkungan agar tidak terganggu oleh jalannya pekerjaan.
(5) Kerusakan jalan masuk menuju lokasi dan tempat-tempat pekerjaan atau lahan
sekitar yang disebabkan oleh pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab
Rekanan/ Penyedia Jasa. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan Rekanan/
Penyedia Jasa bisa minta ijin kepada pemilik yang bersangkutan untuk mendapatkan
dispensasi pemakaian jalan menuju lokasi ataupun lahan sekitar yang diperlukan
(6) Tempat pekerjaan akan diserahkan kepada Rekanan/ Penyedia Jasa dalam keadaan
seperti pada saat penjelasan (aanwijzing) di lapangan atau peninjauan lapangan
(7) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,
peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa
sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
(8) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau
alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus
dapat dipergunakan secara aman.
(9) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja,
agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan
selamat dan sehat
(10) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka
penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa
(11) Sebelum dan selama melaksanakan pekerjaan, Rekanan/ Penyedia Jasa harus
berkonsultasi dengan Pengawas atau Direksi Proyek.
XII.1.2. KETENTUAN PELAKSANAAN K3

XII.1.2.1. Ketentuan administrasi

a. Kewajiban umum

Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan


Penyedia Jasa Konstruksi, yaitu :

1) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,


peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa
sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
2) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau
alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan
peraturan keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus
dapat dipergunakan secara aman.
3) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja,
agar tenaga
kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan
sehat.
4) Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena
jabatannya di dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab
mengawasi koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan
resiko bahaya kecelakaan.
5) Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja
sesuai dengan keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi
fisik/kesehatannya.
6) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua
tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya
masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa
dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan
serta sarana-sarana pencegahan kecelakaan yang dipandang perlu.
7) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala
terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan
kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang
aman.
8) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka
penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa.

b. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja

Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan


tenaga K3 untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus
masuk dalam struktur organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek,
dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh


(full-time) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan
kesehatan kerja.
2) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan
mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi
dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit
pembina K3.
3) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini
merupakan unit struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola
oleh pengurus atau penyedia jasa.
4) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama
dengan panitia pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya,
dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta bertanggung
jawab kepada pemimpin proyek.
5) Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :
a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
b) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan
kerja dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam proyek.
c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
6) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek
mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan
dan kesehatan kerja.

c. Laporan kecelakaan

Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian


yang terkait dengan K3, dimana :

1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus


dilaporkan kepada Instansi yang terkait.
2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal
sebagai berikut :
a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja
masing-masing dan
b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.

d. Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan

Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada


kecelakaan harus dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi
seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan
peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur transportasi,
dimana :

1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya :


a) Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama
kali.
b) Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.
2) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan
disimpan untuk referensi.
3) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba,
harus dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik
dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
4) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan
di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban
udara dan lain-lain.
5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan
obat untuk kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan
perlengkapan gigitan ular.
6) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain
selain alat-alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
7) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
8) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur
dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
9) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu).
10) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut
dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami
kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat lainnya.
11) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan
strategis yang memberitahukan antara lain :
a) Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK,
ruang PPPK, ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana
dapat dicari petugas K3.
b) Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans,
nomor telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
c) Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat
penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.

e. Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja

Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah


diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan
pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu pekerjaan konstruksi.

Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu
menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya
Penyedia Jasa harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan
keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana, sumberdaya manusia
dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar, oleh
karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa perlu memahami prinsip-
prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan langkah
persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

XII.1.2.2. Ketentuan Teknis

a. Aspek lingkungan

Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan


aspek lingkungan, Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan dari
direksi pekerjaan.

b. Tempat kerja dan peralatan


Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait
dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
1) Pintu masuk dan keluar
a) Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
b) Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2) Lampu / penerangan
a) Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh
tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
b) Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c) Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah
bahaya apabila lampu mati/pecah.
3) Ventilasi
a) Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai
untuk mendapat udara segar.
b) Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk
mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
4) Kebersihan
a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ke tempat yang aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
c) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan
bertumpuk di tempat kerja.
d) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab
lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
e) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.

c. Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran


Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek
dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia:
a) Alat-alat pemadam kebakaran.
b) Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
3) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu
oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
4) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran
yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat
pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
5) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah
dilihat dan dicapai.
6) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di
tempat-tempat sebagai berikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan.
b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus
disediakan :
a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang
mudah terbakar.
b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang
menggunakan api.
c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-
kerusakan teknis.
11) Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di
suatu gedung, pipa tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam
Kebakaran

d. Perlengkapan keselamatan kerja


Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam
melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras
selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena
licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada
lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras
lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator
telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.
6) Penutup telinga, diperlukan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan alat yang mengeluarkan suara yang keras/bising,
misalnya pemadatan tanah dengan stamper dan sebagainya.

Gambar Perlengkapan keselamatan kerja


XII.1.2.3. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi
a. Pedoman untuk manajemen puncak

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk


mengurangi biaya
karena kecelakaan kerja, antara lain :
1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer
lapangan. Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap
program keselamatan kerja yang telah diterapkan.
2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan
kerja dengan cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan
monitoring dan pengendalian mengenai biaya dan rencana penjadualan
pekerjaan.
3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan
mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat
memberikan jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan dalam kondisi aman.
5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan
kerja dan memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing
masing divisi (bagian) untuk program keselamatan kerja.

b. Pedoman untuk manajer dan pengawas


Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk
mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang
konstruksi :
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja
konstruksi sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk
meningkatkan K3, juga harus mendorong personil untuk memperbaiki sikap
dan kesadaran terhadap K3 melalui komunikasi yang baik, organisasi yang
baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja untuk tindakan-tindakan
aman, serta menetapkan target yang realistis untuk K3.
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan
seperti dengan memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian
dari perencanaan pekerjaan dan memberikan dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan
hubungan yang erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk
menghindari terjadi kecelakaan dan permasalahan dalam proyek konstruksi.
Manajer dapat melakukannya dengan cara
a) Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan
mengusahakan agar mereka berkenalan akrab dengan personil dari
pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan perhatian yang khusus
terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya yang
pertama.
b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor,
karena dengan mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami
mengenai titik sudut pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah
mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”) kewibawaan
pihak mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak
pekerja itu telah diperlakukan secara adil (wajar).
c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor
tetapi juga harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun
(sebagai manusia) dapat membuat kesalahan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor untuk memilih
para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan yang
tunggal untuk memberhentikan pekerja).

c. Pedoman untuk mandor


Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam
pelaksanaan
pekerjaan bidang konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya
dengan tidak membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara
langsung atau tidak menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang
lama dan kemudian membiarkannya begitu saja.
2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak
memberikan target produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.

Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk


mengurangi kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :

1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari


keselamatan kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang
formal dengan para mandor di lapangan.
2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada
tataran perusahaan.

d. Pedoman untuk pekerja


Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan
gangguan kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain
adalah :
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.

XII.2. PEKERJAAN PERSIAPAN


a. Pembersihan Lokasi
Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu masing – masing areal pekerjaan harus
dipersiapkan dan dibersihkan dari kotoran, humus tanah, bahan organik dan akar-akar
pepohonan, semak semak serta semua sisa material bekas dari pekerjaan sebelumnya.
Bekas semak / rumput yang telah dibersihkan di beri obat untuk mematikan rumput
sehingga setelah pekerjaan selesai dilaksanakan tidak ada lagi rumput / semak yang
tumbuh.

b. Pengukuran dan Pemasangan Bouplank


 Rekanan/ Kontraktor bertanggung jawab atas kebenaran pematokan di lapangan
yang disetujui oleh Pengawas
 Rekanan/ Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan semua peralatan,
perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pematokan tersebut
 Pengukuran ketinggian permukaan dilakukan menggunakan alat ukur (theodolit) dan
dilaksanakan oleh rekanan /kontraktor dengan mendapat petunjuk dari pengawas.
 Pemasangan patok untuk pekerjaan saluran di pasang pada kanan kiri saluran sesuai
lebar saluran rencana setiap 25 m panjang.
 Pemasangan bouplank untuk pekerjaan saluran dan pekerjaan talud di pasang
menggunakan balok kayu dan papan kayu sesuai dengan dimensi pada gambar
kerja, pemasangan bouplank ini harus kuat dan tidak mudah berubah kedudukannya
serta tidak boleh hilang atau rusak.
 Jika pada suatu waktu selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung timbul kesalahan-
kesalahan pada letak, ukuran dan ketinggian permukaan suatu pekerjaan, maka
Rekanan/ Kontraktor dengan biaya sendiri harus memperbaiki kesalahan sesuai
dokumen kontrak,
 Pencocokan pematokan di lapangan dilakukan oleh Pengawas, juga tidak
melepaskan Rekanan/ Penyedia jasa dari tanggung jawab atas ketepatan pematokan
tersebut dan Rekanan/ Penyedia Jasar harus melindungi dan menjaga dengan hati-
hati semua patok tetap patok sementara dan benda-benda lain yang dipergunakan
dalam pematokan.

c. Papan Nama Proyek


 Rekanan /Kontraktor diwajibkan membuat dan memasang Papan Nama Proyek dan
ditempatkan pada tempat yang dianggap tepat dan dapat dilihat dari jalan yang dapat
dikonsultasikan dengan Pengawas/Direksi Proyek. Dimensi, warna, bentuk, tulisan
dan ketentuan-ketentuan yang lain dapat dilihat pada lampiran dan atau Gambar
Kerja
 Membuat dan memasang rambu-rambu pengaman yang memadai sesuai kebutuhan
untuk keselamatan pemakai jalan dan pekerja proyek di setiap lokasi pekerjaan yang
dianggap perlu. Setiap terjadi kecelakaan yang ditimbulkan oleh kelalaian
Rekanan/Kontraktor baik karena menyangkut rambu-rambu dan peringatan maupun
peletakan alat-alat dan bahan bangunan yang tidak teratur menjadi tanggung jawab
Rekanan/ Kontraktor.

XII.3. KOMPONEN PEKERJAAN


Komponen-komponen pekerjaan yang termasuk dalam paket pekerjaan ini adalah :
 Pekerjaan Paving
 Pekerjaan Saluran MD
 Pekerjaan Saluran U
 Pekerjaan Talud
 Pekerjaan Jalan Beton K250 tebal 20 cm

XII.3.1. PEKERJAAN TANAH

XII.3.1.1. Pekerjaan Jalan Paving


1) Sebelum paving di pasang terlebih dahulu dipasang penahan tepi (kansteen) satu
sisi dan ditarik benang utk kelurusan pasangan di atas badan jalan yang sudah
padat dan rata kemudian diurug dengan pasir (Sekualitas merapi), pasir urug
diratakan dan dipadatkan menggunakan mesin dengan tebal 5 cm padat untuk
Paving K 225 dan tebal 10 cm padat untuk paving K 300.
2) Kemudian di atas pasir urug (sekwalitas merapi) dipasang paving blok segi empat
10 x 20 cm tebal 8 cm dengan kwalitas baik (K 300) atau tebal 6 cm mutu (K 225)
sesuai dengan gambar kerja, adapun paving blok disusun dengan susunan sirip
ikan sesuai dengan gambar kerja dan Rekanan wajib memberikan 10 buah contoh
paving blok serta dilampiri dengan hasil tes laboratorium yang bersertifikasi KAN
sebelum dipasang dilapangan ( sebagai dukungan ).
3) Bahan paving blok sebelum dipasang harus mendapatkan ijin dari Direksi dan
disampaikan untuk diperiksa spesifikasi teknisnya kepada pimpinan kegiatan.
4) Apabila dalam pelaksanaan terjadi dari pihak pabrik tidak dapat memenuhi
kebutuhan paving maka harus disertai dengan surat pernyataan dari pihak pabrik
paving, maka pihak kontraktor bisa pindah dukungan ke pabrik paving yang lain
dengan catatan harus ada surat pernyataan dan paving yang baru supaya diteskan
lagi.
5) Pada tiap sisi/tepi batas diberi pengunci atau penahan tepi (kansteen) dari kansteen
jadi (pabrikasi) sesuai dengan gambar kerja, sedangkan pada sisi luar kanan dan
kiri pasangan paving diberi paving jenis topi uskup hingga kelihatan rapi.
6) Kansteen dan topi uskup kuat tekannya harus sama dengan paving yang dipasang
atau yang dipersyaratkan ( dibuat oleh pabrik ) dan bukan dibuat sendiri oleh pihak
kontraktor.
7) Pada celah-celah antara paving blok yang satu dengan lainnya (naat) dikolot
dengan pasir beton yang diayak/disaring.
8) Direksi/pengawas akan melakukan pengetesan paving yang telah dipasang, jika
terdapat paving yang tidak sesuai dengan mutu yang telah di syaratkan pemborong
diharuskan mengganti pasangan paving tersebut sesuai mutu yang disyaratkan .
9) Pasangan paving yang telah selesai dipasang harus dipadatkan dengan alat
pemadat hingga kelihatan rapat rapi dan tidak bergelombang dan harus
mendapatkan persetujuan dari pengawas/Direksi Proyek.
10) Tes uji kuat tekan paving dilaksanakan 3 kali ( awal, waktu pelaksanaan, serah
terima ) dengan membawa benda uji 10 buah tiap pengetesan serta dilampiri
dengan hasil tes laboratorium yang bersertifikasi KAN.
11) Untuk motif paving yang disyaratkan, apabila lebar paving > 1,50 m, maka
pasangan paving memakai motif sirip ikan sesuai gambar kerja, apabila lebar
paving ≤ 1,50 m, maka memakai motif kepang ( tanpa topi uskup ) dan harus
mendapatkan ijin dari direksi.

XII.3.1.2. Pekerjaan Minor Drainage (MD)


(1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan Saluran MD dimulai, Profil harus sudah terpasang
cukup kuat dan tidak berubah sewaktu pelaksanan pekerjaan berlangsung, adapun
bentuk profil sesuai dengan gambar kerja.
2. Galian saluran MD disesualkan dengan kondisi lokasi dan peil kemiringan arah air
masing-masing lokasi.
3. Saluran MD dibuat dari pasangan batu belah ( Local ) dan pasir pasang dengan
campuran (spesi) 1PC : 4Ps dengan dimensi sesuai Gambar Kerja. Urugan pasir
( local ) dibawah saluran dibuat dengan tebal padat yang sesuai dengan Gambar
Kerja.
4. Dasar saluran MD dibuat dari pasangan batu belah ( Local ) dan pasir pasang
dengan konstruksi sesuai dengan Gambar Kerja.
5. Plesteran bibir atas dan sisi dalam saluran dibuat dengan spesi 1PC : 4Ps dengan
ketebalan 1,50 cm dan di aci (Sesuai gambar kerja).
6. Saluran disisi jalan dibuat alur air ( inlet ) yang mengalirkan air dari jalan ke saluran
dengan searah aliran air saluran sehingga air dari permukaan jalan dapat mengalir
dengan lancar. Alur air dibuat dengan jarak menyesuaikan kondisi lapangan.
7. Pada bibir atas saluran / topi – topi dan sisi luar setinggi 5 cm dibuat dengan spesi
1PC : 4Ps dengan ketebalan 1,50 cm dan di aci sebagai finishing sesuai gambar
kerja.

XII.3.1.3. Pekerjaan Saluran U


1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan Saluran U dimulai, Profil harus sudah terpasang
cukup kuat dan tidak berubah sewaktu pelaksanan pekerjaan berlangsung, adapun
bentuk profil sesuai dengan gambar kerja.
1) Galian saluran U disesualkan dengan kondisi lokasi dan peil kemiringan arah air
masing-masing lokasi.
2) Saluran U dibuat dari pasangan Buis Beton dan dijepit pasangan batu bata dari
bawah dengan campuran (spesi) 1PC : 4Ps dengan bentuk dan ukuran sesuai
Gambar Kerja.
3) Urugan pasir (Local ) dibawah saluran dibuat dengan tebal padat 5 cm .
4) Pada setiap sambungan Buis Beton di pasang pondasi (batu-bata)
penyangga/bantalan dan tiap sambungan di tutup dengan plesteran hingga rapat
benar.
5) Pasangan dibuat miring menurut keadaan lapangan (sesuai arah aliran air)
sehingga air dapat mengalir dengan lancar.
6) Pada bibir atas saluran dan pasangan batu bata pada sisi dalam saluran di plester
dengan spesi 1PC : 4Ps dengan ketebalan 1,50 cm dan di aci sebagai finishing
adapun bentuk dan ukuran sesuai gambar kerja.
7) Pada bibir atas saluran (topi – topi) dan pada sisi luar diplester dengan tinggi 5 cm
dengan spesi 1PC : 4Ps dan di aci sebagai finishing sesuai gambar kerja.

XII.3.1.4. Pekerjaan Talud


1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan talud dimulai, Profil harus sudah terpasang cukup
kuat dan tidak berubah sewaktu pelaksanan pekerjaan berlangsung, adapun bentuk
profil sesuai dengan gambar kerja.
2) Diatas galian pasangan untuk talud di beri alas dengan pasir urug ( Local ) dengan
tebal 5 cm padat.
3) Landasan dari adukan semen dengan spesi 1 pc : 4 ps setebal paling sedikit 3 cm
harus ditempatkan pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini harus
dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian sehingga batu permukaan selalu
tertanam pada adukan tersebut sebelum mengeras.
4) Batu harus tertanam dengan kuat dan satu dengan lainnya bersinggungan untuk
mendapatkan tebal yang diperlukan dari lapisan yang diukur tegak lurus terhadap
lereng. Tambahan adukan harus dipasang untuk mengisi rongga yang ada diantara
batu-batu dan harus diakhiri hampir rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak
menutup batunya..
5) Plesteran bibir atas Talud ( topi – topi) dan pada sisi luar setinggi 5 cm dibuat
dengan spesi 1PC : 4Ps dengan ketebalan 1,50 cm dan di aci sebagai finishing
(Sesuai gambar kerja).
6) Suling – suling dibuat sepanjang Talud tiap jarak ± 2 m2 dan Ø lubang 5 cm di
masing-masing sisi Pasangan batu pada talud sesuai dengan gambar kerja, suling
suling menggunakan pipa PVC 5 cm yang pada ujung dalam di lapisi dengan
menggunakan ijuk serta batu split sesuai dengan gambar kerja.
7) Celah antara pasangan batu untuk talud diberi plesteran siar 1PC : 4Ps (siar dalam)
dan di aci sebagai finishing.

XII.3.1.5. Jalan Beton


a. Jalan Beton Readymix K.250 Tebal 20 cm

(1). Sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, permukaan badan jalan diratakan
terlebih dahulu dan dibersihkan dari segala kotoran, semak / rumput ataupun akar–
akar pohon serta benda–benda organik.
(2). Pada permukaan badan jalan yang bergelombang atau masih banyak lubang-lubang
harus dilakukan leveling permukaan jalan dengan urugan padas putih dan
dipadatkan hingga mencapai peil yang direncanakan dan permukaan badan jalan
benar-benar padat dan rata.
(3). Kemudian di atas permukaan badan jalan digelar plastik kedap air.
(4). Delatasi arah melintang dibuat tiap jarak 5 m dengan lebar max 1 cm..
(5). Sebelum dilakukan pengecoran Beton Readymix mutu K.250, sisi tepi jalan
dipasang papan bekisting dengan perkuatan bambu atau kayu reng yang ditanam
secara kuat ke dalam tanah dengan jarak pemasangan ± 1 m agar lebar jalan sesuai
dengan gambar rencana dan sisi tepi jalan terlihat lurus dan rapi
(6). Setiap jarak 5 m dibuat alur air yang mengalirkan air dari jalan ke saluran dengan
arah miring searah aliran air saluran sehingga air dari permukaan jalan dapat
mengalir dengan lancar.
(7). Setelah plastik kedap air dihamparkan secara merata kemudian dilakukan
pengecoran Beton Readymix mutu K.250 dengan ketebalan 20 cm atau sesuai
gambar rencana. Selama proses pengecoran ditusuk-tusuk dengan besi beton agar
adukan beton terisi penuh dan menghasilkan permukaan beton yang rapat dan rata
tidak ada rongga dalam beton.

b. Persyaratan Bahan

(1). Semen Portland:


Yang digunakan harus dari mutu yang terbaik, terdiri dari memenuhi NI-8. Semen
yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
Tempat penyimpanan harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari
kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai
dengan syarat penumpukan semen.

(2). Pasir Beton:


Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
dicantumkan dalam PBI 1971.

(3). Koral Beton/Split:


Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971.
Penyimpanan/penimbunan pasir dan koral beton harus dipisahkan satu dengan yang
lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk
mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.

(4). Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lainnya yang dapat merusak beton dan
harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Direksi Pengawas dapat
minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di laboratorium
pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

(5). Besi Beton:


Digunakan ≤ ø12mm : BJTP U-24 ( Tulangan Polos ) dan > ø12mm : BJTD U-
40 ( Tulangan Ulir ), besi harus bersih dari lapangan minyak/lemak dan
bebas dari cacat seperti serpi-serpih dan sebagainya. Penampang besi adalah bulat
dan memenuhi syarat-syarat PBI 1971.
Kontraktor diwajibkan, bila dipandang perlu untuk memeriksa mutu besi beton ke
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.

(6). Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan:


 Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
 Peraturan Beton bertulang Indonesia 1971; NI-2.
 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961; NI-5.
 Peraturan Semen Portland Indonesia 1972; NI-8.
 Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.

c. Syarat-syarat Pelaksanaan

(1). Mutu Beton


Mutu beton yang digunakan untuk jalan beton adalah : Beton Readymix K.250
sesuai dengan jenis pekerjaan yang tercantum dalam gambar rencana dan harus
memenuhi ketentuan-ketentuan sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia.

(2). Pembesian

 Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum pada PBI-
1971.
 Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan gambar konstruksi.
 Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tersebut tidak
berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan dengan
memasang beton decking sesuai dengan ketentuan dalam PBI-1971.
 Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi Pengawas.

(3). Cara Pengadukan

 Cara pengadukan harus menggunakan Beton Molen.


 Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi Pengawas dan tercapai mutu pekerjaan seperti yang ditentukan
dalam uraian dan syarat-syarat.
Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump, minimum 8 cm
dan maksimum 10 cm.

(4). Pengecoran Beton

 Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan


dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran,
ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
 Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Direksi Pengawas.
 Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan alat
penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral/split yang dapat
memperlemah konstruksi.
 Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya
maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh Direksi Pengawas.
 Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama supaya dibersihkan
dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan air dan
menyikat sampai agregat kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih,
“Calbond” harus dilapiskan merata seluruh permukaan.

(5). Pekerjaan Acuan/Bekesting

 Acuan/cetakan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang


telah ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar. Dari papan jenis kayu yang
memenuhi persyaratan dalam NI-2 pasal 5.1.
 Acuan/cetakan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan tetap pada
kedudukan selama pengecoran.
 Acuan/cetakan harus rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari kotoran-
kotoran seperti tahi gergaji, potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya
sebelum pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak
permukaan beton.
 Pembukaan acuan baru harus dibuka setelah memenuhi syarat-syarat yang
dicantumkan dalam PBI-1971.
 Kayu yang dipakai adalah papan dengan tebal 2 cm

(6). Kawat Pengikat

Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0.40 mm.
Kawat pengikat besi beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam NI-2 (PBI tahun 1971).

(7). Pekerjaan pembongkaran Acuan/Bekisting hanya boleh dilaksanakan dengan ijin


tertulis dari Manajemen Konstruksi setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan
persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas.

(8). Pelaksana/Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya sampai


dengan saat-saat penyerahan (selesai).

(9). Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian dan
syarat-syarat apapun yang tercantum dalam gambar-gambar atau peraturan yang
berlaku baik dalam negeri maupun luar negeri.

(10). Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh


material: besi , koral, pasir, PC untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas.

(11). Kontraktor harus melakukan pengujian atas besi/kubus beton di laboratorium yang
akan ditunjuk kemudian

(12). Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil benda uji
berupa kubus/silinder yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat/ketentuan dalam
PBI-1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh Direksi / Konsultan Pengawas dan
diperiksa di laboratorium konstruki beton yang ditunjuk Direksi / Konsultan
Pengawas, jumlah dan frekuensi pembuatan kubus serta ketentuan-ketentuan
lainnya sesuai dengan PBI-1971.

(13). Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3x24 jam
setelah pengecoran.

(14). Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-
pekerjaan lain.

(15). Bila terjadi kerusakan Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

(16). Bagian beton setelah dicor selama dalam masa pengerasan harus selalu dibasahi
dengan air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih sesuai dengan
ketentuan dalam PBI-1971).

XII.3.1.6. Plat Dekker

1) Galian untuk dudukan plat dekker disesuaikan dengan kondisi lokasi dan peil
masing-masing lokasi.
2) Dudukan plat dekker dibuat dari pasangan batu kali pecah dengan campuran
(spesi) 1PC : 4Ps dengan dimensi sesuai Gambar Kerja. Urugan pasir
( local ) dibawah pasangan dibuat dengan tebal padat yang sesuai dengan Gambar
Kerja.
3) Plat penutup dibuat dari beton bertulang dengan campuran 1 pc : 2 Psr : 3 Kr
dengan tulangan rangkap dengan ketentuan seperti pada Gambar Kerja.
4) Pengecoran dilakukan ditempat atau diluar saluran serta dibuat sekat / potongan
per 1 meter dengan diberi lubang disisi kanan dan kiri.( menyesuaikan kondisi
lapangan ).
5) Jumlah dan dimensi plat beton bertulang sesuai Gambar Kerja.
6) Plesteran sisi dalam saluran dibuat dengan spesi 1PC : 4Ps dengan ketebalan 1,50
cm dan di aci sebagai finishing sesuai gambar kerja. Perawatan beton plat dekker
dibasahi terus menerus selama 14 hr.

XII.3.2. BATU PETUNJUK KOMPONEN


1) Batu Petunjuk Komponen dibuat sebagai tanda pengenal keberadaan proyek ini
pada lokasi kegiatan
2) Ukuran batu petunjuk komponen dan tulisan pada batu komponen tersebut sesuai
dengan gambar rencana
3) Peletakan batu petunjuk komponen sedemikian rupa sehingga aman dan mudah
dilihat

XII.3.3. PERSYARATAN TEKNIS

1) Batu pecah / agregat kasar


 Agregat kasar berupa batu pecah yang diperoleh dari batu Gunung/ batu kali.
Yang dimaksudkan dengan agregat kasar umumnya adalah agregat dengan
besar butir lebih dari 5 mm.
 Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Butir-
butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur, Apabila mengandung kadar
lumpur maka agregat kasar harus dicuci.
2) Split
 Split adalah batu pecah yang harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 25
mm dan tertinggal diatas ayakan berlubang persegi 2 mm
 Split untuk beton harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam PBI
1971-NI.2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia), diantaranya : harus terdiri
dari butir-butir yang keras, tidak berpori, tidak pecah/ hancur oleh pengaruh
cuaca
 Split untuk pembuatan jalan harus memenuhi syarat-syarat yang disetujui oleh
Direksi
 Split untuk maksud-maksud lain daripada tersebut dalam ayat (2) bergantung
pada peruntukkannya, harus cukup keras dan bersih

3) Agregat halus (butiran pasir)


 Agregat halus keras, bebas lumpur, bersih dari atau tidak boleh tercampur
dengan tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, akar-akaran dan zat organik/ non organik
lainnya yang nantinya akan mempengaruhi kekuatannya.
 Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
 Butiran pasir halus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari
 Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5%
 Untuk adukan plesteran dan adukan pasangan, butiran-butirannya harus dapat
melalui ayakan berlubang persegi 3 mm
 Pasir untuk pengurugan, peninggian dan tujuan lain harus bersih dan keras.
Pasir laut untuk maksud-maksud tersebut dapat dipergunakan asal dicuci
terlebih dahulu dan seijin tertulis dari Direksi Pekerjaan.

4) Air
 Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam,
bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak struktur.
Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum
 Apabila terdapat keraguan mengenai air, Rekanan/Kontraktor diharuskan untuk
mengirimkan contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui
untuk diselidiki sampai seberapa banyak air itu mengandung zat-zat yang dapat
merusak. Dalam hal yang demikian pekerjaan harus dihentikan sampai di dapat
keputusan yang pasti mengenai air yang dapat dipakai untuk konstruksi dan
penghentian pekerjaan ini tidak membebaskan rekanan dari waktu pelaksanaan
seluruh pekerjaan yang telah ditetapkan
 Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebut dalam ayat (b) itu tidak dapat
dilakukan maka dalam hal adanya keraguan mengenal air, harus dengan
memakai air itu pada umur 7 dan 28 hari
 Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton ditentukan dengan
ukuran isi atau ukuran berat setepat-tepatnya.

5) Semen Portland
Semen adalah bahan ikat hidrolis yang digunakan dalam pekerjaan struktur beton
dan pasangan Agar daya ikat semen tidak mengalami penurunan, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Semen harus terlindung dari hujan dan udara lembab
 Penumpukan zak semen diusahakan minimum 25 cm dari dinding gudang, dan
disusun diatas balok-balok kayu minimum 20 cm diatas lantai
 Tumpukan semen dibatasi maksimum 12 zak. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari pengerasan semen akibat berat diatas tumpukan semen tersebut.
 Penumpukan diatur berurutan sesuai urutan datangnya
 Pemeriksaan terhadap kualitas semen di lapangan dilakukan dengan cara
meremas butiran semen memakai tangan, jika semen telah menggumpal atau
mengeras tidak boleh dipakai.

6) Lain – lain
 Komposisi campuran setiap pekerjaan harus sesuai dengan syarat-syarat dan
petunjuk Pengawas/ Direksi Proyek
 Mutu semua bahan yang digunakan harus sesuai dengan syarat-syarat bahan
dan mendapat persetujuan Pengawas/ Direksi Proyek
 Semua bahan yang tidak mendapat ijin atau persetujuan dari direksi, maka
Pemborong harus menyingkirkan dari lokasi pekerjaan maksimum 1 x 24 jam
 Bahan-bahan lain yang dipergunakan dan belum diuraikan dalam RKS ini
haruslah barang-barang yang berkualitas baik dan mendapatkan persetujuan
dari Direksi Proyek.

XII.3.4. PELAPORAN DAN DOKUMENTASI


1) Laporan Harian disiapkan Kontraktor dan dibuat bersama oleh Pelaksana serta
diketahui oleh Koordinator Pengawas Lapangan
2) Laporan Prestasi pekerjaan dua mingguan dibuat oleh Pemborong dan diketahui
oleh Koordinator Pengawas Lapangan sesuai dengan form yang telah ditentukan
3) Penilaian prestasi pekerjaan atas dasar pekerjaan yang telah diselesaikan, tidak
termasuk bahan-bahan yang telah didatangkan dan tidak atas dasar besarnya biaya
yang telah dikeluarkan oleh pemborong
4) Foto dokumentasi berwarna sebagai laporan visual pelaksanaan pekerjaan disusun
dalam album laporan visual (fisik 0% ,50 %, 100%). Pengambilan foto dokumentasi
pekerjaan harus pada satu titik pengambilan sehingga dapat diketahui kondisi
sebelum, pada waktu, serta sesudah pekerjaan dilaksanakan.
5) As Build Drawing di buat diatas kertas ukuran A3 dijilid rapi dan dibukukan serta
berisi :
a. Gambar pelaksanaan dan perubahannya.
b. Volume/ukuran komponen pekerjaan yang dilaksanakan.
c. As Build Drawing ini dipakai sebagai syarat kelengkapan dalam serah terima
pertama pekerjaan.

XII.3.5. LAIN-LAIN
1) Semua jenis material yang tidak tercantum dalam RKS terlebih dahulu harus seijin
Pengawas/Direksi Proyek/ dalam penggunaannya
2) Hal-hal yang bersifat teknis yang belum atau tidak dapat dijabarkan dan diuraikan
dalam syarat-syarat teknis, maka Rekanan/kontraktor harus berpedoman pada
Gambar Kerja yang merupakan satu kesatuan dengan RKS ini.

XII.3.6. PENUTUP
1) Rekanan/ kontraktor harus dapat menyelesaikan pekerjaan secara keseluruhan
(100%) dengan tepat mutu dan tepat waktu sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang ada dalam Dokumen Kontrak secara keseluruhan serta petunjuk Direksi
Proyek / Pengawas.
2) Hal-hal yang belum diatur atau belum tercantum dalam RKS ini ataupun perubahan/
tambahan yang mungkin ada akan dijelaskan dalam aanwijzing dan atau diberi
petunjuk Direksi Proyek / Pengawas
3) Sebelum menyerahkan pekerjaan yang pertama/kedua, pelaksana berkewajiban
menyelesaikan semua jenis pekerjaan dan pembersihan lapangan sehingga hasil
pekerjaan nampak bersih dan sempurna
4) Syarat-syarat dan peraturan teknik ini mengikat sampai pekerjaan selesai 100% dan
diserahkan untuk kedua kalinya pada Direksi Proyek.

Anda mungkin juga menyukai