Anda di halaman 1dari 12

Farmasains Vol. 3. No.

1, April 2016

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT IBU HAMIL DI DEPARTEMEN OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI RUMAH SAKIT “X”

EVALUATION OF DRUG UTILIZATION IN PREGNANT WOMAN AT OBSTETRIC AND


GYNECOLOGY DEPARTMENT “X” HOSPITAL

Muhammad Fikri Abdushshofi, Ridha Elvina, Yetti Hersunaryati


Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA Jakarta

Naskah diterima tanggal 29 Februari 2016

ABSTRACT
In the period of pregnancy, a woman requires drug therapy due to disturbance
suffered, whether related or unrelated to the pregnancy process. Drugs taken
by pregnants is noteworthy, because is taken can affect the fetus. This study
aimes to evaluating the appropriateness of the indication, patient, and doses of
drug using in accordance with the guidelines used. The type of research was
descriptive, data collection was retrospectively. Sampling was done by
purposive sampling in pregnant woman from the medical records of the
Obstetric and Gynecology Department “X” Hospital Jakarta from January to
December, 2014. The result showed that 33 pregnant women who get a
prescription that mets the appropriate indication category indication as much as
99.30%. Data that mets the appropriate patient category as much as 99.30%
Whereas, mets the appropriate doses category as much as 98.60%.
Keywords : Evaluation, drug use, pregnant woman

ABSTRAK
Pada masa kehamilannya seorang wanita memerlukan terapi obat karena
gangguan yang diderita, baik yang berkaitan maupun yang tidak berkaitan
dengan proses kehamilannya. Obat yang diminum oleh ibu hamil patut
mendapatkan perhatian, karena obat yang diminum dapat mempengaruhi janin
yang dikandungnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketepatan
indikasi, pasien, dan dosis dalam penggunaan obat pada pasien ibu hamil
sesuai dengan pedoman yang digunakan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif,
pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling pada pasien ibu hamil dari rekam medik
Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit “X” periode Januari –
Desember 2014. Hasil penelitian menunjukkan dari 33 orang ibu hamil yang
mendapatkan resep obat yang memenuhi kategori tepat indikasi sebanyak
99,30%. Memenuhi kategori tepat pasien sebanyak 99,30%. Sedangkan, yang
memenuhi kategori tepat dosis sebanyak 98,60%.
Kata Kunci : Evaluasi, penggunaan obat, ibu hamil

PENDAHULUAN sebuah unit fungsi yang tak terpisahkan.


Kehamilan merupakan proses fisiologis Kesehatan ibu hamil adalah prasyarat penting
yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua
pasangan yang subur agar dapat melewati bagian unit fungsi tersebut (Depkes RI 2006).
masa kehamilan, karena ibu dan janin adalah Seorang ibu hamil, suatu saat pada masa
Alamat korespondensi : kehamilannya memerlukan terapi obat karena
fikriabdushshofi@gmail.com No.HP. 087878871505 gangguan yang diderita, baik yang berkaitan
maupun yang tidak berkaitan dengan proses
kehamilannya (Yulianti., et al 2009).

21
Obat yang diminum oleh ibu hamil patut Kriteria Eksklusi
mendapatkan perhatian, karena obat yang
Pasien hamil di Departemen Obstetri dan
diminum dapat mempengaruhi janin yang
Ginekologi yang tidak mendapatkan resep obat
dikandungnya. Hal itu disebabkan karena
atau hanya melakukan kontrol.
hampir sebagian besar obat dapat melintasi
plasenta (Munir 2005). Dalam plasenta, obat Analisa Data
mengalami proses biotransformasi, dimana obat Data yang dikumpulkan dianalisa
tersebut dapat bersifat menguntungkan dan ketepatan penggunaan obat , ketepatan indikasi,
dapat juga terbentuk senyawa yang reaktif yang ketepatan pasien, ketepatan dosis. Pedoman
bersifat teratogenik (Depkes RI 2006). Trimester penilaian ketepatan penggunaan obat tersebut
kehamilan yang paling berisiko besar terhadap dibandingkan dengan buku standar DIH (Drug
janin yaitu pada trimester pertama (Prest dan Information Handbook) 2008, IONI
Tan 2003). Pada tahap ini merupakan tahap (Informatorium Obat Nasional Indonesia) 2008,
perkembangan dari seluruh tubuh utama dan BNF (British National Formulary) 2014,
(kecuali susunan saraf pusat, mata, gigi, alat Drug in Pregnancy & Lactation 2001. Dikatakan
kelamin luar dan telinga), oleh karena itu, Tepat (T) bila penggunaan obat sesuai antara
paparan terhadap obat selama periode ini dapat indikator penilaian dengan pedoman yang
menimbulkan risiko terganggunya pembentukan dipakai. Dikatakan Tidak Tepat (TT) bila
organ – organ tersebut secara permanen. penggunaan obat tidak sesuai antara indikator
Selama trimester kedua dan ketiga, obat dapat penilaian dengan pedoman yang dipakai.
mempengaruhi fungsional janin atau memberi
efek toksik pada jaringan janin dan obat yang
diberikan sebelum kelahiran bisa menyebabkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
efek samping pada kelahiran atau pada
1. Karakteristik Pasien
neonatus setelah kelahirannya (Prest dan Tan
Profil pasien pada penelitian ini dibedakan
2003).
berdasarkan usia dan fisiologi kehamilan
Penelitian ini bertujuan untuk
pasien.
mengevaluasi ketepatan indikasi, pasien, dan
dosis dalam penggunaan obat pada pasien ibu Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
hamil di departemen obstetri dan ginekologi jumlah ibu hamil yang menjalani pengobatan di
Rumah Sakit “X” Jakarta. Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah
METODE PENELITIAN Sakit “X” Jakarta Pusat berdasakan usia
Bahan kehamilan pasien ibu hamil yang terbanyak
adalah pada trimester III (29 – 40 minggu)
Bahan yang digunakan dalam penelitian dibandingkan trimester I dan II. Trimester
ini adalah rekam medik pasien ibu hamil kehamilan yang paling berisiko besar terhadap
departemen obstetri dan ginekologi Rumah janin yaitu pada trimester pertama (Prest dan
Sakit “X” periode Januari – Desember 2014. Tan, 2003).
Buku standar yang dijadikan acuan adalah DIH
(Drug Information Handbook) 2008, IONI
(Informatorium Obat Nasional Indonesia) 2008, Tabel 1. Distribusi Pasien Ibu Hamil
dan BNF (British National Formulary) 2014, Departemen Obstetri dan
Drug in Pregnancy & Lactation 2001. Ginekologi Rumah Sakit “X”
Metode Berdasarkan Fisiologi Usia
Desain Penelitian Kehamilan
Penelitian ini No Jml
merupakan
penelitian non Perse
ntase
eksperimental yang Kehamilan
dirancang secara (%)
deskriptif
dengan pengumpulan untuk Departe
data bersifat pasien men
retrospektif. Sebagai ibu Obstetri
populasi target hamil dan
adalah seluruh resep di Ginekolo
22
gi Rumah Sakit “X” 1. T 4 12,12
Ginekologi yang Total (n) 33
Jakarta. ri mendapatkan resep 100,00
m 11 33,33
obat.
Kriteria Inklusi dan e
Eksklusi st 18 54,55
er
I
(0
-
1
2
m
in
g
g
u)
2. T
ri
m
e
st
er
II
(1
3-
2
8
m
in
g
g
u)
3. T
ri
m
e
s
t
e
r
II
I
(
2
9
-
4
0
m
i
n
g
g
u
)
Kriteria Inklusi di Departemen
Obstetri dan
Pasien hamil
Tabel 2. Distribusi Pasien Ibu Hamil Tabel 3. Antimikroba yang Digunakan pada
Departemen Obstetri dan Pengobatan Pasien Ibu Hamil
Ginekologi Rumah Sakit “X” Departemen Obstetri dan
Berdasarkan Usia Pasien. Ginekologi Rumah Sakit “X”
N
Jenis Obat
No. Usia Pasien Jumlah Persentase (%)
(%) Antimikroba : 57,58
1 ≤ 30 tahun 17 51,52
2 > 30 tahun 16 48,48 a. Klindamisin 15,15
b. Metronidazol 12,12
Total (n) 33 100,00
c. Sefadroksil 9,10
d. Metronidazol (ovula) 9,10
e. Ko Amoksiklav 3,03
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa f. Doksisiklin 3,03
jumlah ibu hamil yang menjalani pengobatan di g. Kandistatin 3,03
Departemen Obstetri dan berdasarkan usia h. Seftriakson (inj) 3,03
pasien ibu hamil yang terbanyak adalah usia
kurang dari sama dengan 30 tahun
dibandingkan dengan yang diatas 30 tahun. diperoleh sebelum memulai terapi (Briggs 2001).
Menurut beberapa peneliti medis, umur yang Klindamisin, metronidazol, sefadroksil, ko
“ideal” untuk mengandung adalah umur 20 amoksiklav,seftriaxon masuk dalam kategori B,
sampai 30 tahun karena pada periode sedangkan nystatin kategori C, dan doksisiklin
kehidupan wanita ini risiko menghadapi golongan D.
komplikasi medis paling rendah (Sloane dan
Benedict 2009). Penggunaan metformin selama kehamilan
menjadi tantangan bagi para peneliti, mengingat
Meskipun beberapa laporan yang tersedia saat ini metformin pada kehamilan masih masuk
telah tiba pada kesimpulan yang bertentangan dalam kategori B. Metfomin merupakan anti-
dengan keselamatan metronidazole pada hiperglikemia oral golongan biguanid yang
kehamilan, sebagian besar bukti yang dalam penelitian in vivo tidak terbukti
diterbitkan sekarang tampaknya menunjukkan mengganggu fertilitas hewan coba (tikus) baik
bahwa anti infeksi tidak menimbulkan risiko jantan atau betina dan tidak terbukti teratogenik
yang signifikan bagi janin. Sebuah resiko yang pada hewan coba (tikus dan kelinci) hingga
sangat kecil kemungkinan untuk bibir sumbing dosis 600 mg/ kgBB/hari, yaitu dosis yang
dengan atau tanpa langit-langit telah dilaporkan, diperkirakan 2 kali dosis maksimum yang
namun validitas dan signifikansi klinis temuan ini direkomendasikan pada manusia dalam satuan
dipertanyakan. Hal ini juga tidak mungkin untuk mg per luas permukaan badan. Metformin
sepenuhnya menilai risiko terhadap janin dari terlihat cukup baik mencegah makrosomi fetus
potensi karsinogenik metronidazol. American pada wanita dengan berat badan normal atau
College of Obstetricians dan Gynecologists berlebih dan mengalami diabetes gestasional
(ACOG), produsen, dan American Society of lambat, sedangkan ibu disertai obesitas, kadar
Health-System Apoteker pertimbangkan gula darah puasa tinggi dan memerlukan terapi
metronidazol untuk kontraindikasi selama farmakologi lebih awal sepertinya akan lebih
trimester 1 pada pasien dengan trikomoniasis baik jika mendapatkan insulin (Moore 2010).
atau vaginosis bakter. ACOG Metformin aman digunakan pada trimester
merekomendasikan bahwa klindamisin (secara kehamilan 2 dan 3, sedangkan pada trimester 1
lisan atau dalam vagina) harus digunakan ditemukan kelainan pada janin (Briggs 2001).
selama trimester 1 untuk vaginosis bakteri
gejala. Penggunaan metronidazol untuk Tabel 4. Antidiabetika yang Digunakan pada
trikomoniasis atau vaginosis selama trimester 2 Pengobatan Pasien Ibu Hamil
dan 3 dapat diterima, baik sebagai dosis oral 2- Departemen Obstetri dan
g tunggal atau kursus 7 hari dari 750 hingga Ginekologi Rumah Sakit “X”
1000 mg / hari dalam dosis terbagi. Untuk N
Jenis Obat
indikasi lain, metronidazol dapat digunakan (%)
selama kehamilan jika tidak ada alternatif lain Antidiabetika : 9,09
dengan profil keselamatan yang ditetapkan.
Dalam kasus ini, pasien harus diberi konseling a. Insulin 6,06
mengenai potensi risiko dan persetujuannya b. Metformin 3,03
23
Evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat Ibu Hamil.............(M.Fikri, dkk)

Tabel 5. Antihipertensi yang Digunakan pada Tabel 6. Antiretroviral yang Digunakan pada
Pengobatan Pasien Ibu Hamil Pengobatan Pasien Ibu Hamil
Departemen Obstetri dan Ginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit “X” Rumah Sakit “X”
N N
Jenis Obat Jenis Obat
(%) (%)
Antihipertensi : 45,46 Antiretroviral (HIV) : 69,70

a. Nifedipin 33,33 a. Neviral® (Nevirapin) 27,27


b. Metildopa 12,12 b. Duviral® (Zidovudin + 24,24
Lamivudin)
c. Tenovovir 6,06
Metronidazol dan Nifedipin telah
d. Hiviral® (Zidovudin + 6,06
digunakan selama trimester 2 dan 3 untuk
Lamivudin)
pengobatan hipertensi berat (6). Tidak ada
e. Lopinavir 3,03
perubahan denyut jantung janin diamati setelah
penurunan tekanan darah ibu, juga tidak efek f. Ritonavir 3,03
samping lain mencatat pada janin atau bayi baru replikasi virus dan menurunkan jumlah viral load
lahir. Pengalaman dengan nifedipine pada maternal (WHO 2004).
kehamilan manusia terbatas, meskipun agen
telah digunakan untuk tokolisis dan sebagai Obat pilihan pertama yang boleh
agen antihipertensi pada wanita hamil. Agen digunakan untuk ibu hamil adalah lamivudin
tidak muncul untuk menjadi teratogen manusia (3TC) 150 mg dan zidovudin (ZDV) 250 mg
utama berdasarkan hasil satu studi. Efek untuk golongan nucleoside reverse
samping yang parah telah terjadi ketika obat itu transcriptase inhibitors (NRTIs), nevirapin (NVP)
dikombinasikan dengan IV magnesium sulfat 200 mg untuk golongan non-NRTIs (NNRTIs),
(Briggs 2001). Nifedipin masuk dalam faktor indinavir 800 mg dan nelfinavir 750 mg untuk
risiko kategori C. golongan protease inhibitors (PI) (Gabbe et al.
2002). Obat-obatan ini terbukti memiliki potensi
Metildopa merupakan obat pilihan utama teratogenik dan efek samping maternal yang
untuk hipertensi kronik parah pada kehamilan sangat minimal. Kombinasi terapi ARV
(tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dianjurkan untuk semua kasus yaitu 2
dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta NRTIs/NNRTIs dengan 1 PI (WHO 2004).
dan hemodinamik janin. Obat ini merupakan Berhubung ZDV merupakan satu-satunya obat
golongan α2-agonis sentral yang mempunyai yang menunjukkan penurunan transmisi
mekanisme kerja dengan menstimulaai reseptor perinatal, obat ini harus digunakan kapan saja
α2-adrenergik di otak. Stimulasi ini akan memungkinkan sebagai bagian dari HAART.
mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor Nevirapin termasuk dalam faktor risiko
di otak. Pengurangan aktivitas simpatik dengan kategori C dengan data yang terbatas pada
perubahan parasimpatik akan menurunkan manusia penggunaan nevirapin tidak
denyut jantung, cardiac output, resistensi memungkinkan pada awal kehamilan. Lamivudin
perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks dan Zidovudin termasuk dalam kategori C yang
baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan akan menimbulkan efek teratogenik bila
anak, dimana telah digunakan dala jangka digunakan pada dosis tinggi. Ritonavir termasuk
waktu yang lama dan belum ada laporan efek dalam kategori B (Briggs 2001).
samping pada pertumbuhan dan perkembangan Ondansetron adalah suatu antagonis
anak. Metildopa memiliki faktor risiko B pada reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif dan
kehamilan (BPOM 2008). kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi
mual dan muntah akibat pengobatan dengan
Highly active anti-retroviral therapy sitostatika dan radioterapi. Mekanisme kerjanya
(HAART) adalah kemoterapi antivirus yang diduga dilangsungkan dengan mengatagonisasi
disarankan oleh WHO untuk ibu hamil sebagai reseptor 5-HT yang terdapat pada
pengobatan utama HIV selama masa kehamilan chemoreseptor trigger zone di area postrema
dan postpartum. Selain memperbaiki kondisi otak dan mungkin juga pada eferen vagal
maternal, HAART terbukti dapat mencegah saluran cerna ( Sulistia dan Gunawan 2007).
transmisi perinatal yaitu dengan mengurangi

24
Tabel 7. Antiemetika yang Digunakan pada Tabel 9. Analgetik Non Steroid yang
Pengobatan Pasien Ibu Hamil Digunakan pada Pengobatan
Departemen Obstetri dan Pasien Ibu Hamil Departemen
Ginekologi Rumah Sakit “X” Obstetri dan Ginekologi Rumah
N Sakit “X”
Jenis Obat (%) N
Jenis Obat
Antiemetika : 6,06 (%)
Ondansentron Analgesik Non Narkotik: 15,15

Pemberian serotonin antagonis cukup a. Asam Mefenamat 9,09


efektif dalam menurunkan keluhan mual dan b. Na. Diklofenak 3,03
muntah. Obat ini bekerja menurunkan c. Ketoprofen 3,03
rangsangan pusat muntah di medula. Serotonin
antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron. Jika Omeprazol diperlukan atau jika paparan
Ondansetron biasanya diberikan pada pasien tidak sengaja terjadi diawal kehamilan, risiko
hiperemesis gravidarum yang tidak membaik diketahui pada embrio / janin tampak rendah.
setelah diberikan obat-obatan yang lain Tindak lanjut jangka panjang dari keturunan
(Einarson et. al 2004). yang terkena selama kehamilan dijamin (Briggs
Ondansetron termasuk dalam faktor risiko 2001).
kategori B dan tidak ditemukan efek merugikan Antagonis H2-reseptor dalam dosis
untuk ibu atau janin pada pasien yang diobati terbagi efektif dalam mengobati pasien dengan
dengan obat ini pada setiap trimester (Briggs GERD ringan sampai sedang (Dipiro 2008).
2001). Pada kehamilan; hingga dosis 160 kali dosis
Omeprazol sebaiknya tidak diberikan oral biasa, ranitidin belum menunjukan adanya
selama masa kehamilan dan menyusui kecuali bahaya pada fetus, sehingga Ranitidin
apabila penggunaannya memang dianggap dimasukan dalam faktor risiko kategori B dan
perlu. Studi terhadap hewan tidak menunjukkan aman digunakan pada semua trimester
bukti adanya bahaya akibat penggunaan kehamilan (BPOM 2008).
Omeprazol selama masa kehamilan dan Asam mefenamat tidak dianjurkan untuk
menyusui. Tidak pula dijumpai keracunan ibu hamil dan anak-anak dibawah umur 14
terhadap janin (fetus) atau efek teratogenik. tahun. Asam mefenamat termasuk dalam
Menurut Administrasi Makanan dan Obat- kategori C, tetapi pada kehamilan trimester
obatan Omeprazol diklasifikasikan ke dalam ketiga dan menjelang kelahiran masuk dalam
kategori C pada kehamilan (menunjukkan kategori faktor risiko D (Briggs 2001).
bahwa studi pada hewan telah menunjukkan
risiko bagi janin tetapi data yang memadai pada Efek samping diklofenak yang lazim
manusia tidak tersedia) karena efek toksik pada adalah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit
embrio hewan dan janin ketika obat ini diberikan kepala. Pada penderita tukak lambung,
pada dosis tinggi (BPOM 2008). Namun, seperti pemakaian harus lebih berhati-hati. Pemakaian
dengan semua terapi obat, menghindari diklofenak selama masa kehamilan tidak
omeprazol selama kehamilan, terutama pada dianjurkan. Dosis pemakaian diklofenak adalah
trimester 1, adalah tentu saja yang paling aman. 100-150 mg sehari yang terbagi dalam dua atau
tiga dosis (Wilmana, 2007). Berdasarkan
Tabel 8. Obat Gastrointestinal yang pedoman pelayanan farmasi untuk ibu hamil dan
Digunakan pada Pengobatan menyusui yang dikeluarkan oleh Depkes RI
Pasien Ibu Hamil Departemen Natrium diklofenak digolongkan pada kategori B
Obstetri dan Ginekologi untuk ibu hamil dengan usia kehamilan di
Rumah Sakit “X” trimester ketiga dan kategori D pada ibu hamil
N menjelang kelahiran. Semua obat anti radang
Jenis Obat non – steroid (NSAID) mengurangi peradangan
(%)
dengan menghambat sintesis prostaglandin
Gastrointestinal : 15,15
sampai derajat tertentu. Karena prostaglandin
memainkan peran yang sangat besar pada
a. Ranitidin (po) 9,09
b. Ranitidin (i.v) 3,03 perkembangan janin. Penghambatan ini
c. Omeprazol 3,03 menyebabkan berbagai efek pada ibu, janin,
dan neonatus.
Evaluasi Ketepatan Penggunaan Obat Ibu Hamil.............(M.Fikri, dkk)

Tabel 10. Hormon yang Digunakan pada Tabel 11. Uterotonik dan Relaksan Uterus
Pengobatan Pasien Ibu Hamil yang Digunakan pada
Departemen Obstetri dan Pengobatan Pasien Ibu Hamil
Ginekologi Rumah Sakit “X” Departemen Obstetri dan
N
Jenis Obat Ginekologi Rumah Sakit “X”
(%) N
Jenis Obat
Hormon : 6,06 (%)
Uterotonik dan Relaksan 6,06
a. Progesteron 3,03 Uterus :
b. Propiltiourasil (PTU) 3,03 Methergin® (Metilergonovin
maleat)
Indikasi dari ketoprofen adalah untuk
menghilangi rasa sakit dan peradangan ringan Lactation, propilthiourasil masuk dalam kategori
pada rematik gangguan penyakit dan D. Namun , dibandingkan dengan obat antitiroid
muskuloskeletal lainnya, dan setelah bedah lainnya, propilthiourasil dianggap sebagai obat
ortopedi; gout akut; dismenorea (BNF 2014). pilihan untuk pengobatan medis hipertiroidisme
Ketoprofen termasuk dalam faktor risiko kategori selama kehamilan (Briggs 2001).
B pada trimester pertama dan kedua, namun Metilergonovin tidak tampak menjadi
pada trimester ketiga dan menjelang kelahiran teratogen utama pada hewan dan manusia,
termasuk dalam kategori D (Brigg 2001). tetapi data yang sudah ada terlalu terbatas
Cygest® memiliki kandungan progesteron untuk diambil kesimpulan apapun. Obat ini
400mg. Progesteron dapat membantu proses kontraindikasi selama kehamilan karena
terjadinya kehamilan, dan sering diberikan oleh kecenderungan memberikan efek berkelanjutan,
dokter terhadap pasien yang mempunyai riwayat kontraksi uterus tetanik yang mengakibatkan
keguguran pada kehamilan sebelumnya. hipoksia janin. Oleh karena itu, oksitosin
Penggunaan progestogen harus ditambahkan digunakan sebagai obat alternatif pengelolaan
untuk perlindungan endometrium ketika terapi tahap III persalinan (yaitu, pengiriman bayi ke
estrogen yang diresepkan. Dengan demikian, plasenta) dan untuk pengobatan postpartum
wanita dengan rahim utuh seharusnya tidak atau perdarahan aborsi. Metilergonovin
menerima estrogen, sedangkan wanita yang termasuk dalam kategori C (Briggs 2001).
telah menjalani histerektomi selalu harus Penggunaan metilergonovin pada awal
menerima estrogen saja tanpa progesteron kehamilan digunakan sebagai penguat
(Dipiro 2008). kandungan dan menghentikan pendarahan.
Hipertiroidisme mempengaruhi sekitar 2 Dari data yang diperoleh pasien ibu hamil
dari setiap 1.000 kehamilan dan dapat memicu yang didiagnsa dengan thalasemia 1 orang,
hasil kematian janin, berat badan lahir rendah, hipertensi 1 orang, dan dengan diabetes dalam
malformasi, dan gagal jantung ibu. Penyakit kehamilan 2 orang. National Institute of Health
Graves adalah penyebab paling umum dari (NIH 2000) menganjurkan pemberian
hipertiroid pada kehamilan. Terapi meliputi kortikosteroid pada semua wanita dengan usia
Tioamid (misalnya, propiltiourasil, metimazol) kehamilan 24 – 34 minggu yang berisiko
dan operasi. Metimazol melintasi plasenta lebih melahirkan preterm, termasuk penderita
kecil dari propiltiourasil, tetapi kedua obat itu preeklampsia berat. Pemberian betametason 12
biasanya digunakan untuk mengobati gangguan mg intra-muskular dua dosis dengan interval 24
tersebut. Tujuan terapi adalah untuk mencapai jam, atau pemberian deksametason 6 mg intra-
konsentrasi tiroksin bebas di atas kisaran vena empat dosis dengan interval 12 jam
normal; ini memungkinkan untuk meminimalkan (Haryono 2006).
dosis tioamid (Dipiro 2008). Tabel 12. Kortikosteroid yang Digunakan
Tioamid dapat menembus plasenta, oleh pada Pengobatan Pasien Ibu
karena itu fetus menerima tioamid yang Hamil Departemen Obstetri dan
dikonsumsi ibunya. Tioamid dapat Ginekologi Rumah Sakit “X”
menyebabkan hipotiroidisme pada janin. N
Jenis Obat
Namun, PTU memiliki ikatan protein yang lebih (%)
kuat, sehingga lebih sedikit yang beredar bebas Kortikosteroid: 12,12
pada darah. Oleh karena itu PTU masih dapat
digunakan ibu hamil dengan faktor risiko C a. Deksametason (inj) 9,09
(Dipiro 2008). Pada Drugs in Pregnancy and
26
Farmasains Vol. 3. No. 1, April 2016
b. Deksametason (po) 3,03

27
Tabel 13. Mukolitik, Ekspektoran dan trigger zone (CTZ) di otak. Ondansetron
Antioksidan yang Digunakan memang diindikasikan sebagai antiemetika,
pada Pengobatan Pasien Ibu namun menurut IONI ondansetron diindikasikan
Hamil Departemen Obstetri dan untuk mual dan muntah akibat kemoterapi dan
Ginekologi Rumah Sakit “X” radioterapi, pencegahan mual dan muntah
N
Jenis Obat pasca operasi (BPOM 2013). Dan begitu pula
(%) berdasarkan literatur yang digunakan
Mukolitik Ekspektoran : 12,12 ondansetron diindikasikan untuk mual yang
Asetilsistein disebabkan oleh kemoterapi dan radioterapi
(N-Asetilsistein/ NAC) 3,03 (BPOM 2008).
Berdasarkan data pasien 2 pasien ibu
Antioksidan : hamil diresepkan ondansetron sebagai
Asetilsistein 9,09 penghilang mual dengan keluhan yang
(N-Asetilsistein/NAC) saluran cerna dan pusat muntah chemoreceptor

Deksametason termasuk dalam faktor


risiko kategori C, namun pada kehamilan
trimester pertama termasuk dalam kategori D
(Briggs 2001).
Indikasi dari asetilsistein adalah terapi
hipersekresi mukus kental dan tebal pada
saluran pernapasan atau bisa disebut sebagai
mukolitik dan ekspektoran (BPOM 2008).
Pada data yang diambil, 1 pasien ibu
hamil dengan diagnosa hipertensi dan dan 2
pasien didiagnosa hipertensi dengan
preeklampsia berat. Penggunaan asetilsistein
pada hipertensi dapat digunakan sebagai
antioksidan pada pencegahan terjadinya
preeklampsia pada masa kehamilan wanita.
Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa
asetilsistein pada dosis oral 600 - 1200 mg tiap
12 jam memiliki indikasi sebagai antioksidan
pada hipertensi untuk mencegah preeklamsia
berat (Sulchan 2000).
Pengobatan NAC telah terbukti
menghasilkan aliran darah uteroplasenta yang
meningkat dalam plasenta studi perfusi ex vivo
dari plasenta preeklampsia (Bisseling 2004).
Akhirnya, NAC menyebabkan penurunan
ekspresi molekul adhesi intraseluler dan tumor
necrosis produksi faktor-α pada sel endotel
manusia terkena plasma dari pasien
preeklampsia. meskipun penggunaan
berdasarkan studi in vitro tampak menjanjikan,
tetapi belum diteliti secara in vivo (Takacs
2001).

2. Ketepatan Indikasi pada Pengobatan


Ibu Hamil
Berdasarkan hasil analisa data
ketidaktepatan indikasi pada penggunaan
Antiemetik ondansetron sebanyak 1 pasien.
Ondansetron adalah antagonis serotonin 5-
hidroksitriptamin (5HT3), yang berarti
mnenghambat serotonin 5HT3 secara selektif di
disebabkan oleh diare dehidrasi dan mual yang
disebabkan oleh hiperemesis gravidarum.
Pemberian serotonin antagonis cukup efektif
dalam menurunkan keluhan mual dan muntah.
Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat
muntah di medula. Serotonin antagonis yang
dianjurkan adalah ondansetron. Ondansetron
aman diberikan pada pasien ibu hamil dan
masuk dalam faktor risiko kategori B (studi
terkontrol pada hewan percobaan tidak
memperlihatkan adanya risiko pada janin tetapi
belum ada studi terkontrol pada ibu hamil)
(Briggs 2001).
Pada pasien dengan diagnosa diare
dehidrasi dikatakan tidak tepat indikasi,
dikarenakan pada kasus penyakit ini diagnosa
pasien tidak memperlihatkan bahwa pasien
memerlukan terapi ondansetron. Adapun bila
diperlukan penekan mual dapat digunakan
vitamin B6. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa terapi dengan vitamin B6 secara oral
dosis 25 mg per 8 jam (75 mg per hari) lebih
efektif mengurangi mual muntah dalam
kehamilan dibanding plasebo. Dalam dosis
farmakologis, vitamin B6 tidak memperlihatkan
efek teratogenik (Quinlan 2003).

3. Ketepatan Pasien pada Pengobatan


Ibu Hamil
Berdasarkan hasil analisa data
ketidaktepatan pasien pada penggunaan
doksisiklin sebanyak 1 orang. Berdasarkan
data pasien, satu orang pasien diresepkan oleh
dokter antibiotik doksisiklin untuk diagnosis
penyakit kandiloma dan flour albus yang
dideritanya. Menurut literatur yang digunakan,
sebaiknya doksisiklin tidak digunakan pada ibu
hamil karena dapat menyebabkan pewarnaan
pada gigi janin yang permanen. Selain itu, juga
pernah dilaporkan adanya gangguan
pertumbuhan tulang pada janin. Oleh karena
itu, penggunaan obat ini sebaiknya dihindari
kecuali manfaatnya melebihi risiko (BPOM
2008). Pada kasus pasien ini, mungkin dokter
mempunyai
pertimbangan lain untuk menangani pasien N-acetylcysteine restores nitic oxide-
tersebut dilihat dari usia kehamilan yang masuk mediated effects in the fetoplacental
ke trimester ketiga. circulation of preeclamptic patients. Am J
Obstet Gynecol.
4. Ketepatan Dosis pada Pengobatan Ibu
Hamil BMJ Group. 2014. British National Formulary
Berdasarkan hasil analisa data (BNF) 6. London: BMJ Group and the
ketidaktepatan dosis pada penggunaan Royal Pharmaceutical Society of Great
doksisiklin sebanyak 1 pasien dan pada Britain.
penggunaan antiemetika ondansetron sebanyak
1 pasien. BPOM. 2008. Buku Informatorium Obat
Seorang pasien mendapatkan resep dari Nasional Indonesia. Pusat Informasi
dokter doksisiklin 2 x 200mg untuk pengobatan Obat Nasional BPOM, Jakarta.
kandiloma dan flour albus yang dideritanya, Department of HIV/AIDS, Department of
dosis tersebut dikatakan tidak tepat karena Reproductive Health and Research.
menurut literatur yang digunakan dosis lazim 2004. Antiretroviral Drugs For Treating
dewasa 200 mg pada hari pertama (diberikan Pregnant Women and Preventing HIV
sebagai dosis tunggal atau 100 mg setiap 12 Infection in Infants. Dalam: Guidelines on
jam) diikuti dengan dosis pemeliharaan 100 Care, Treatment and Support for Women
mg/hari (diberikan sebagai dosis tunggal atau Living With HIV/AIDS and Their Children
sebagai dosis 50 mg setiap 12 jam). Untuk in Resource-Constrained Settings.
mengatasi infeksi yang lebih berat (terutama Geneva: WHO ; Hlm. 1-41.
infeksi saluran kemih kronis), 200 mg sehari
selama periode terapi (BPOM 2008). Pada Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi
kasus pasien ini, mungkin dokter mempuyai untuk Ibu Hamil dan Menyusui,
pertimbangan lain untuk menangani pasien Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
tersebut dilihat dari usia kehamilan yang masuk Klinik Departemen Kesehatan RI,
ke trimester ketiga. Jakarta.
Berdasarkan data pasien dosis
ondansetron yang diresepkan dokter pada Dipiro, J.T., et.Al. 2008. Pharmacotherapy: A
pasien ibu hamil dengan diagnosa diare Pathophysiologic Approach, Seventh
dehidrasi adalah 3 x 4 mg dalam sehari untuk Edition. Mc-Graw Hill.
menekan mual yang berarti pasien tersebut
menerima dosis sebanyak 12 mg/hari. Einarson A, Maltepe C, Navioz Y, Kennedy D,
Berdasarkan literatur yang digunakan dosis Tan MP, Koren G. 2004. The safety of
pada kehamilan dan menyusui harus ondansetron for nausea and vomiting of
diperhatikan, yaitu 8 mg/hari, tidak disarankan pregnancy: a prospective comparative
untuk dihindari kecuali manfaat pemberian study. BJOG ;111(9):940-3.
melebihi risiko (BPOM 2008).
Gabbe SG, Nielbyl JR, Simpson JL. 2002.
KESIMPULAN Maternal and Perinatal Infection Dalam:
Hasil penelitian ketepatan pengobatan Obstetrics Normal and Problem
pada pasien ibu hamil yang dilakukan di Pregnancies. Edisi ke-4. Philadelphia:
Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Churchill Livingstone; Hlm.1320-25
Sakit “X” Jakarta Pusat didapatkan kesimpulan
bahwa penilaian ketepatan berdasarkan literatur Gerald G. Briggs. 2001. Drugs in Pregnancy
DIH (Drug Information Handbook) 2008, IONI and Lactation 6th ed. Philadelphia.
(Informatorium Obat Nasional Indonesia) 2008,
dan BNF (British National Formulary) 2014 Lacy, Charles F., Amstrong, Lora L., Goldman,
memenuhi kategori tepat indikasi sebanyak Morton P., Lance, Leonard L. 2008. Drug
96,48% , penilaian kategori tepat pasien Information Handbook. Lexi-Comp. USA
sebanyak 97,18%, dan penilaian kategori tepat
dosis sebanyak 95,73%. Mahardinata, Irfan. 2009. Gambaran
Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil
DAFTAR PUSTAKA Pasien Rawat Inap Rumah Sakit PKU
Bisseling TM, Maria Roes E, Raijmakers MT, Muhammadiyah Surakarta Januari–Juni
Steegers EA, Peters WH, Smits P. 2004. Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta Sofoewan, M. Sulchan. 2000. Preeklamsia –
(tidak untuk dipublikasikan) Eklamsia di Beberapa Rumah Sakit di
Indonesia, Patogenesis dan
Munir, R.S. 2005. Evaluasi Penggunaan Obat – Kemungkinan
Obatan pada Ibu Hamil, Pencegahannya.
(http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
=gdlhub-gdl-res-2005munirratna-71),
Diakses tanggal 12 Mei 2015. Sulistia, dan Gunawan. 2007. Farmakologi dan
Terapi edisi 5, Gaya Baru Departemen
Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. 2002. Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Hiperemesis Gravidarum dalam : Ilmu Kedokteran UI, Jakarta
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo Hlm. 275 – 280. Takacs P, Kauma SW, Sholley MM, Walsh SW,
Dinsmoor MJ, Green K. 2001. Increased
Prest, M., Tan, C.K. 2003. Penggunaan Obat circulating lipid peroxides in severe
pada Masa Kehamilan dan Menyusui, preeclampsia activate NF-kappaB and
dalam Farmasi Klinis Menuju upgegulate ICAM-1in vasicular
Pengobatan yang Rasional dan endothelial cells. FASEB J.
Penghargaan Pilihan Pasien, Aslam, M.,
Tan, C.K., Prayitno, A., (Editor), PT. Elex Yulianti, T. et al.,. 2009. Evaluasi Penggunaan
Media Komputindo, Jakarta. Obat pada Ibu Hamil di Rumah Sakit X
Surakarta. Pharmacon Vol. 10 No1 ,
Quinlan JD, Hill DA. 2003. Nausea and vomiting Surakarta.
of pregnancy. Am Fam Physicians.
Wilmana, P.F., dan Gan, S., 2007. Analgesik-
Roeshadi, Haryono R. 2006. Upaya Antipiretik Analgesik AntiInflamasi
Menurunkan Angka Kesakitan dan Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi
Angka Kematian Ibu pada Penderita Lainnya. Dalam: Gan, S., Setiabudy, R.,
Preeklampsia dan Eklampsia. Dalam : dan Elysabeth, eds. Farmakologi dan
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen
Tetap, Universitas Sumatera Utara. Farmakologi dan Terapeutik FK UI, Hlm.
237-239.
Sloane& Benedict. 2009. Petunjuk lengkap
kehamilan. Alih Bahasa, Anton
Adiwiyoto. Jakarta: Pustaka Mina.

Anda mungkin juga menyukai