Ada lima bidang utama keterlibatan sektor publik dalam pariwisata yaitu koordinasi,
perencanaan, perundang-undangan dan peraturan, kewirausahaan dan stimulasi. Pertama,
Koordinasi, pariwisata yang terdiri dari berbagai macam sektor sering menimbulkan konflik
kepentingan, maka koordinasi dalam pemanfaatan sumber daya sangat penting. Kedua,
Perencanaan, perencanaan pariwisata terjadi dalam bentuk pengembangan, infrastruktur, promosi
dan pemasaran, struktur (organisasi yang berbeda-beda) dan skala (internasional, nasional, lokal
dan sektoral). Perencanaan pariwisata harus berjalan seiring dengan kebijakan pariwisata.
Ketiga, Peraturan dan perundang-undangan, pemerintah mempunyai kekuasaan hukum dan
perundang-undangan yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan industri
pariwisata. Keterlibatan pemerintah mulai dari kebijakan paspor dan visa, pemanfaatan lahan,
tenaga kerja, upah dan lainnya. Keempat, Kewirausahaan, pemerintah berkewajiban
mengembangkan wirausaha dengan mendukung penuh bentuk usaha pariwisata baik dari akses
jalan, fasilitas umum, dan promosi destinasi wisata yang di kembangkan oleh pelaku usaha
sektor pariwisata. Kelima, Stimulasi, pemerintah dapat melakukan stimulasi pariwisata melalui
insentif secara financial seperti pinjaman berbungan rendah. Membiayai penelitian pariwisata,
menstimulasi pariwisata melalui pemasaran, promosi, dan pelayanan pada pengunjung.
Setiap organisasi pasti merancang dan melakukan upaya maupun strategi untuk mencapai
tujuan organisasi tersebut. Begitu pula dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dalam
pengembangan pariwisata yang mengalami berbagai hambatan ketika menjalankan peran dan
fungsinya. Berbagai hambatan disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:
a. Kebijakan
Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah belum memiliki RIPPARDA serta kebijakan yang
mengatur pengembangan pariwisata, tidak adanya payung hukum yang jelas akan berdampak
pada pengembangan pariwisata baik dari sisi perencanaan, koordinasi serta promosi yang akan
dilakukan.
b. Kepemilikan Lahan
Dalam mengembangkan pariwisata Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Aceh Tengah terkendala oleh kepemilikan lahan, yang mana banyak destinasi yang ingin
dikembangkan oleh dinas tetapi dilapangan terjadi permasalahan bahwa lahan yang ingin
dikembangakan dan dibangun infrastruktur dimiliki oleh masyarakat, ketika dinas ingin membeli
lahan tersebut, harga dari lahan yang di beli tidak sesuai harga yang diinginkan masyarakat.
Sebenarnya pemerintah bisa mengusulkan kepada masyarakat agar lahannya dihibahkan kepada
pemerintah yang ingin dikembangkan menjadi destinasi pariwisata kemudian setelah
dikembangkan pemilik lahan ditunjuk pemerintah menjadi pengelola destinasi wisata tersebut.
c. Masyarakat
Banyak kegiatan yang dilakukan dilapangan dan sangat membutuhkan banyak pegawai
dengan kuantitas dan kualitas yang mumpuni. Kuantitas Sumber Daya Manusia yang kurang
memadai berakibat pada kurang optimalnya aktualisasi dari peran Dinas Pariwisata Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Aceh Tengah untuk melakukan monitoring atau memberikan motivasi
terhadap para pelaku wisata Kabupaten Aceh Tengah sehingga program hanya bersifat kegiatan
tertentu seperti event tahunan. Selain itu kurang optimalnya juga aktualisasi peran untuk
merangkul seluruh stakeholder untuk bersama-sama melakukan pengembangan pariwisata di
Kabupaten Aceh Tengah. Hal tersebut dapat terlihat bahwa belum adanya kegiatan koordinasi
atau evaluasi bersama yang dilakukan oleh seluruh pemangku kepentingan Pariwisata.
e. Keterbatasan Anggaran
Anggaran merupakan hal yang penting untuk menentukan terselenggaranya program atau
kegiatan. Tanpa adanya anggaran yang memadai maka program pun akan sulit dijalankan secara
optimal. Dengan terbatasnya anggaran yang dimilki Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Aceh Tengah khusunya untuk bidang pembinaan, pembangunan infrastruktur, promosi dan
pengembangan pariwisata Kabupaten aceh tengah. Salah satu masalah di anggaran Dinas
Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Tengah ini masih bergabung dengan pemuda dan
olahraga.