Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan bawah meliputi pulau- pulau Sumater, Jawa,
Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi,dan beberapa pulau di Maluku misalnya di Pulau Taliabu,
Mangole, Mandiole, Sanan, dan Obi. Di hutan hujan bawah banyak terdapat spesies pohon
anggota family Diptercarpaceae terutama anggota genus Shorea, Dipterocarpus,Hopea,
atica, Dryobalanops,dan Cotylelobium.
Pada ekosistem hutan hujan bawah di Jawa dan Nus Tenggara terdapat spesies pohon
anggota genus Altinga, Bischofia, Castanopsis, Ficus, dan Gossampinus, serta spesies-spesies
pohon dari family Leguminosae. Adapun ekosistem hutan campuran didominasi oleh spesies
pohon Palaquium spp. Spesies merambat yang banyak dijumpai di hutan hujan bawah adalah
anggota family Apocynaceae, Araceae, dan berbagai spesies rotan (Calamus spp.
2. Zona Hutan Hujan Tengah
Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan tengah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi, sebagian Indonesia Timur, di Aceh dan Sumatera Utara. Secara umum, ekosistem
hutan hujan tengah di dominasi oleh genus Quercus, Castanopsis, Nothofagus, dan spesies
pohon anggota family Magnoliaceae.
Di beberapa daerah, tipe ekosistem hutan hujan tengah agak khas. Misalnya di Aceh
dan Sumatera Utara terdapat spesies pohon Pinus Mercusii, di Jawa Tengah terdapat spesies
pohon Albizzia Montana dan Anaphalis javanica, di beberapa daerah di Jawa Timur terdapat
spesies pohon Cassuarina spp., di Sulawesi terdapat kelompok spesies pohon anggota genus
Agathus dan Podocarpus. Di sebagian wilayah Indonesia timur terdapat spesies pohon
anggota Genus Trema, Vaccinium, dan pohon Podocarpus imbricatus, sedangkan spesies
p[ohon anggota family Dipterocarpaceae hanya terdapat pada daerah- daerah yang memiliki
ketinggian tempat 1.200 m dpl.
3. Zona Hutan Hujan Atas
Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan atas hanya di Irian Jaya dan di sebagian daerah
Indonesia barat. Tipe ekosistem hutan hujan atas pada umumnya berupa kelompok hutan
yang terpisah-pisah oleh padang rumput dan belukar. Pada ekosistem hutan hujan atas di Irian
Jaya banyak mengandung spesies pohon Conifer (pohon berdaun jarum) genus Dacrydium,
Libecedrus, dan Podocarpus. Di samping itu, juga mengandung spesies pohon Eugenia spp
dan alophyllum, sedangkan di sebagian daerah di Indonesia barat dijumpai juga kelompok
tegakan Leptospermum, Tritania, dan Phyllocadus yang tumbuh dalam ekosistem hutan hujan
atas pada daerah yang memiliki ketinggian tempat lebih dari 3.300.m dpl
Secara fisik, hutan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kanopi atau bagian puncak,
bagian tengah dan bagian atas permukaan atau bagian lantai. Kanopi merupakan bagian
puncak dari pohon, yang apabila pada kawasan hutan kanopi tersebut terlihat tidak rata, tetapi
mengikuti tinggi rendahnya pepohonan.
Bagian tengah merupakan bagian batang dan dahan dari pepohonan. Sedangkan
bagian di atas permukaan tanah terdiri dari semak rerumputan dan bagian-bagian tumbuhan
baik daun, ranting, dahan dan batang yang mati dan jatuh dan menupuk di atas permukaan
tanah yang disebut juga dengan ‘serasah’.
D. Peranan Ekologi Hutan dalam Pengelolaan Hutan
Ekologi hutan merupakan ilmu dasar yang penting sebagai ulmu yang dijadikan dasar
bagi beberapa bidang ilmu kehutanan, misalnya silvikultur, konservasi sumber daya hutan,
manajemen hutan, perlindungan hutan, dan sebagainya. Ekologi hutan mempunyai cakupan
yang luas karena hutan merupakan suatu ekosistem,, sehingga ekologi hutan harus
mempelajari hutan sebagai suatu ekosistem. Sehingga para ekolog harus mencoba memahami
hubungan timbal balik antara tumbuhan, binatang, manusia, dan unsur lingkungan lainnya.
Hutan merupakan ekosistem yang kompleks, maka para ahli ekologi harus mampu
memahami hutan secara menyeluruh, artinya mereka harus menjadi seorang generalis yang
memiliki kemampuan dalam menggunakan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terkait, serta mampu menggunakan hasil temuan seorang spesialis ilmu yang terkait untuk
menyelesaikan masalah kehutanan. Semua ini terasa sangat penting mengingat mudahnya
terjadi perubahan pada ekosistem hutan sebagai akibat dari kegiatan manusia.
Manusia yang memanfaatkan atau mengelola ekosistem hutan harus memiliki
pengetahuan ekologi dan mau menerapkan dalam setiap kegiatan pemanfaatan dan
pengelolaan hutan, sehingga hutan dapat dimanfaatkan secara maksimal dan hutan tetap
lestari. Bahkan seharusnya pengetahuan ekologi hutan menjadi prasyarat bagi profesi
rimbawan, bagi para petugas yang mengelola ekosistem hutan, bagi para pecinta alam dan
lingkungan, dan bagi siapa pun yang ingin memanfaatkan atau mempunyai kepentingan
dengan ekosistem hutan (Manan, 1978).