Anda di halaman 1dari 8

PERTEMUAN KE DUA DAN KETIGA

MATAKULIAH : PENGELOLAAN WILAYAH HUTAN


POKOK BAHASAN : HUTAN DAN MENEJEMEN HUTAN
WAKTU : 2 X 2 X 50 MENIT

III. MATERI: EKOLOGI HUTAN

A. Pengertian Ekologi dan Ekologi Hutan


Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, yaitu seorang ahli
biologi berkebangsaan Jerman pada tahun 1869. Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal atau tempat hidup atau habitat, dan logos
yang berarti ilmu, telah, studi, atau kajian (Soemarwoto, 1983; Irwan, 1992; Resosoedarmo
dkk., 1986). Oleh karena itu, secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang mahluk hidup dalam
rumahnya atau ilmu tentang tempat tinggal mahluk hidup.
Ekologi mempelajari hubngan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya
(Soerianegara dan Indrawan, 1982; Resosoedarmo dkk., 1986). Kendeigh (1980)
mengemukakan bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme yang lain serta lingkungannya. Hubungna timbal balik itu merupakan kenyataan
yang telah terbukti sebagai respons organisme dalam cara- caranya yang berhubungan dengan
organisme lain maupun dengan semua komponen lingkungannya.
Odum (1983) menyatakan bahwa ekologi adalah sautu studi tentang struktur dan fungsi
ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktut ekosistem menunjukkan suatu
keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas
organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor- faktor fisik dan
kimia lainnya yang menciotakan keadaan sistem tersebut. fungsi ekosistem menunjukkan
hubungan sebab akibat yang terjadi secara keseluruhan antarkomponen dalam sistem.
Adapun ekologi hutan adalah cabang dari ekologi yang khususn mempelajari ekosistem
hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan antara masyarakat
tetumbuhan pembentuk hutan dengan binatang liar dan alam lingkungannya sangat erat. Oleh
karena itu hutan sebagai suatu ekosistem dapat dipelajari dari segi autekologi maupun
sinekologi (Soerianagara dan Indrawan, 1982). Dari segi autekologi, maka di hutan bisa
dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap terhadap hidup dan tumbuhnya suatu
jenis pohon yang kajiannya mendekati sifat fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari
pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar
atau margasatwa.
Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu
komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan
struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan. Dalam ekosistem hutan itu bisa juga
dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi terhadao kondisi populasi, baik populasi
tumbuhan maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya.
B. Hubungan Ekologi Hutan dengan Ilmu Lain
Ekologi merupakan salah satu cabang biologi. Biologi murni dapat dibagi- bagi
berdasarkan dua sisi pembagian, yaitu pembagian berdasarkan atas lapisan horizontal disebut
sebagai pembagaian dasar, dan pembagian berdasarkan atas lapisan vertikal disebut
pembagian taksonomi. Pembagian ilmu biologi seperti itu diilustrasikan sebagai pembagian
biologi kue lapis. Biologi kue lapis tersebut diperinci sesuai dengan sisi pembagiannya
sebagai berikut.
1. Berdasarkan atas kerataan horizontal, maka cabang- cabang ilmu biologi itu antara lain :
a. Morfologi, yaitu cabang biologi yang mempelajari bentuk luar organisme.
b. Fisiologi, yaitu cabang biologi yang mempelajari proses kerja yang terjadi dalam
tubuh organisme.
c. Genetika, yaitu cabang biologi yang mempelajari sifat keturunan organisme.
d. Evolusi, yaitu cabang biologi yang mempelajari perubahan atau perkembangan
organisme dari waktu ke waktu cabang.
e. Anatomi, yaitu cabang biologi yang mempelajari bagian dalam organisme
f. Histologi, yaitu cabang biologi yang mempelajari jaringan tubuh organisme
g. Ekologi, yaitu cabang biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara
organisme dengan lingkungannya
h. Biologi molekul, yaitu cabang biologi yang mempelajari senyawa- senyawa organisme
dalam sel.
2. Berdasarkan atas kerataan vertikal, maka cabang- cabang ilmu biologi itu antara lain :
a. Bakteriologi, yaitu cabang biologi yang mempelajari kehidupan bakteri
b. Ortinologi, yaitu cabang biologi yang mempelahari burung,
c. Entomologi, yaitu cabang biologi yang mempelajari serangga
d. Botani, yaitu cabang biologi yang mempelajari tetumbuhan
e. Mikologi, yaitu cabang biologi yang mempelajari jamur
f. Mikrobiologi, yaitu cabang biologi yang mempelajari mikroba
Berdasarkan atas komposisi jenis organisme yang dikaji, maka ekologi digolongkan
menjadi dua sebagai berikut.
1) Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara
individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contohnya : mempelajari sejarah
hidup suatu spesies organisme, prilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungannya. Contoh
lain adalah mempelajari prilaku siamang di habitat aslinya, atau mempelajari prilaku
kemampuan adaptasi badak jawa di suatu taman nasional Pulau Sumatera.
2) Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam
satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari
struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, dan hutan payau,
mempelajari pola kehidupan binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka
margasatwa, atau di taman nasional, dan sebagainya.
C. Hubungan Ekologi dengan Ilmu Lainnya
Beberapa bidang ilmu yang relevan dengan ekologi hutan diuraikan sebagai berikut
(Arief, 1994; Soerianagara dan Indrawan, 1982).

1. Taksonomi Tumbuh- Tumbuhan


Untuk mengetahui spesies pohon dan tetumbuhan lainnya dalam hutan dibutuhkan sifat
generatif yang berdasar pada sifat- sifat bunga dan buah. Dalam keadaan tidak berbuah
diperlukan pemahaman mengenai sifat vegetatif sebagai alternatif pengganti sangat
diperlukan. Sifat vegetatif tumbuhan diperlukan fokus terhadap sifat daun, batang, kulit
batang, getah, dan kayu. Karena itu pengenalan jenis pohon masih bergantung kepada jasa
dari orang- orang yang tinggal di daerah setempat, juga dengan cara mengoleksi contoh organ
tumbuhan untuk dideterminasi yang kemudian disusun nama pohon berdasarkan daerah
asalnya. Cara demikian dapat membantu dan mempermudah studi komunitas tumbuhan dan
kegiatan inventarisasi hutan.
2. Geologi dan Geomorfologi
Keadaan geologi dan geomorfologi sangat mempengaruhi keadaan hutan. Pada kondisi
iklim yang sama, jenis- jenis batuan yang berbeda akan menghasilkan jenis tanah yang
berbeda. Pada jenis tanah tertentu juga akan menghasilkan tipe komunitas tumbuhan tertentu.
Demikian pula kondisi topografi dan relief memengaruhi dan struktur hutan karena kondisi
topografi dan relief yang berbeda akan menyebabkan perbedaan pada kesuburan tanah dan
kondisi air tanah.
3. Ilmu Tanah
Kesuburan tanah mempengaruhi keadaan tumbuh- tumbuhan yang di atasnya, kesuburan
tanah akan mempengaruhi tipe vegetasi yang terbentuk serta berpengaruh terhadap
keproduktifan hutan. Oleh karena itu, tanah merupakan salah satu faktor pembatas alam yang
memengaruhi pertumbuhan semua spesies tumbuhan, struktur, dan komposisi vegetasi,
sehingga akan berpengaruh terhadap tipe hutannya.
4. Klimatologi
Usur iklim seperti temperatur, curah hujan, kelembapan, dan tekanan uap air
berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon. Pengaruh iklim terhadap kehidupan tumbuhan
sangat nyata, terlebih lagi iklim mikro di suatu tempat yang bergantung kepada keadaan
topografi dan kondisi atmosfer karena kondisi atmosfer juga ikut menentukan sifat iklum
setempat dan regional. Adanya perbedaan iklim akan menimbulkan variasi dalam formasi
hutan (Arief, 1994). Sebaliknua kondisi atau komunitas tumbuhan juga mempengaruhi atau
mengendalikan perubahan terhadap unsur- unsur iklim, sehingga dapat dikatakan kondisi
iklim lokal dipengaruhi oleh keberadaan dan kondisi vegetasi yang ada. Bahkan keberadaan
hutan kota ditinjau dari fungsi ekologinya tidak dapat digantikan oleh hutan di temoat lainnya
apalagidari segi peranannya terhadap pengendalian neraca energi dan neraca (Murdiyarso dan
Suharsono, 1992).
5. Genetika
Ilmu genetika memilik peranan besar dalam memahami pertumbuhan dan perkembangan
mahluk hiduo. Pengaruh genetik dari tumbuhan yang satu terhadap tumbuhan lainnya dapat
diketahui dengan ilmu genetika. Jika ada dua atau lebih tumbuhan yang berdekatan akan
menyebabkan terjadinya perkawinan silang sehingga memunculkan keturunan baru yang
mengandung sifat kedua induknya. Karena itu pengetahuan tentang genetika penting dalam
mempelajari ekologi.
6. Geografi Tumbuhan
Pada awal perkembangan ilmu ekologi, ekologi tumbuhan merupakan cabang dari ilmu
geogarfi tumbuhan (Phytogeografi) yang membahas pengaruh faktor lingkungan terhadap
penyebaran tumbuhan. Dari sudut pandang aspek komunitas tumbuhan, ekologi hutan sama
dengan ekologi tumbuhan. Akan tetapi dari segi ekosistem, ekologi hutan memiliki cakupan
yang lebih luas daripada ekologi tumbuhan. Oleh karena itu, ekologi hutan sangat berkaitan
dengan ilmu geografi tumbuhan mengingat pola penyebaran berbagai spesies pohon perlu
diketahui dalam kaitannya dengan perbedaan kondisi fisik bumi, kondisi iklim, geomorfologi,
dan kondisi fisiografi.
7. Fisiologi dan Biokimia
Kajian autekologi terhadap mahluk hidup yang ada di dalam hutan hampir sama dengan
kajian fisiologi, yang membahas tentang proses kerja dalam tubuh organisme. Salah satu
proses dalam tubuh pohon ada yang bersifat kimia yang dinamakan proses biokimia.

D. BAGIAN BAGIAN HUTAN

1. Zona Hutan Hujan Bawah

Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan bawah meliputi pulau- pulau Sumater, Jawa,
Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi,dan beberapa pulau di Maluku misalnya di Pulau Taliabu,
Mangole, Mandiole, Sanan, dan Obi. Di hutan hujan bawah banyak terdapat spesies pohon
anggota family Diptercarpaceae terutama anggota genus Shorea, Dipterocarpus,Hopea,
atica, Dryobalanops,dan Cotylelobium.
Pada ekosistem hutan hujan bawah di Jawa dan Nus Tenggara terdapat spesies pohon
anggota genus Altinga, Bischofia, Castanopsis, Ficus, dan Gossampinus, serta spesies-spesies
pohon dari family Leguminosae. Adapun ekosistem hutan campuran didominasi oleh spesies
pohon Palaquium spp. Spesies merambat yang banyak dijumpai di hutan hujan bawah adalah
anggota family Apocynaceae, Araceae, dan berbagai spesies rotan (Calamus spp.
2. Zona Hutan Hujan Tengah

Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan tengah meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi, sebagian Indonesia Timur, di Aceh dan Sumatera Utara. Secara umum, ekosistem
hutan hujan tengah di dominasi oleh genus Quercus, Castanopsis, Nothofagus, dan spesies
pohon anggota family Magnoliaceae.
Di beberapa daerah, tipe ekosistem hutan hujan tengah agak khas. Misalnya di Aceh
dan Sumatera Utara terdapat spesies pohon Pinus Mercusii, di Jawa Tengah terdapat spesies
pohon Albizzia Montana dan Anaphalis javanica, di beberapa daerah di Jawa Timur terdapat
spesies pohon Cassuarina spp., di Sulawesi terdapat kelompok spesies pohon anggota genus
Agathus dan Podocarpus. Di sebagian wilayah Indonesia timur terdapat spesies pohon
anggota Genus Trema, Vaccinium, dan pohon Podocarpus imbricatus, sedangkan spesies
p[ohon anggota family Dipterocarpaceae hanya terdapat pada daerah- daerah yang memiliki
ketinggian tempat 1.200 m dpl.
3. Zona Hutan Hujan Atas

Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan atas hanya di Irian Jaya dan di sebagian daerah
Indonesia barat. Tipe ekosistem hutan hujan atas pada umumnya berupa kelompok hutan
yang terpisah-pisah oleh padang rumput dan belukar. Pada ekosistem hutan hujan atas di Irian
Jaya banyak mengandung spesies pohon Conifer (pohon berdaun jarum) genus Dacrydium,
Libecedrus, dan Podocarpus. Di samping itu, juga mengandung spesies pohon Eugenia spp
dan alophyllum, sedangkan di sebagian daerah di Indonesia barat dijumpai juga kelompok
tegakan Leptospermum, Tritania, dan Phyllocadus yang tumbuh dalam ekosistem hutan hujan
atas pada daerah yang memiliki ketinggian tempat lebih dari 3.300.m dpl

Secara fisik, hutan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kanopi atau bagian puncak,
bagian tengah dan bagian atas permukaan atau bagian lantai. Kanopi merupakan bagian
puncak dari pohon, yang apabila pada kawasan hutan kanopi tersebut terlihat tidak rata, tetapi
mengikuti tinggi rendahnya pepohonan.
Bagian tengah merupakan bagian batang dan dahan dari pepohonan. Sedangkan
bagian di atas permukaan tanah terdiri dari semak rerumputan dan bagian-bagian tumbuhan
baik daun, ranting, dahan dan batang yang mati dan jatuh dan menupuk di atas permukaan
tanah yang disebut juga dengan ‘serasah’.
D. Peranan Ekologi Hutan dalam Pengelolaan Hutan
Ekologi hutan merupakan ilmu dasar yang penting sebagai ulmu yang dijadikan dasar
bagi beberapa bidang ilmu kehutanan, misalnya silvikultur, konservasi sumber daya hutan,
manajemen hutan, perlindungan hutan, dan sebagainya. Ekologi hutan mempunyai cakupan
yang luas karena hutan merupakan suatu ekosistem,, sehingga ekologi hutan harus
mempelajari hutan sebagai suatu ekosistem. Sehingga para ekolog harus mencoba memahami
hubungan timbal balik antara tumbuhan, binatang, manusia, dan unsur lingkungan lainnya.
Hutan merupakan ekosistem yang kompleks, maka para ahli ekologi harus mampu
memahami hutan secara menyeluruh, artinya mereka harus menjadi seorang generalis yang
memiliki kemampuan dalam menggunakan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terkait, serta mampu menggunakan hasil temuan seorang spesialis ilmu yang terkait untuk
menyelesaikan masalah kehutanan. Semua ini terasa sangat penting mengingat mudahnya
terjadi perubahan pada ekosistem hutan sebagai akibat dari kegiatan manusia.
Manusia yang memanfaatkan atau mengelola ekosistem hutan harus memiliki
pengetahuan ekologi dan mau menerapkan dalam setiap kegiatan pemanfaatan dan
pengelolaan hutan, sehingga hutan dapat dimanfaatkan secara maksimal dan hutan tetap
lestari. Bahkan seharusnya pengetahuan ekologi hutan menjadi prasyarat bagi profesi
rimbawan, bagi para petugas yang mengelola ekosistem hutan, bagi para pecinta alam dan
lingkungan, dan bagi siapa pun yang ingin memanfaatkan atau mempunyai kepentingan
dengan ekosistem hutan (Manan, 1978).

Anda mungkin juga menyukai