Anda di halaman 1dari 36

KEPERAWATAN ANAK

MAKALAH IMUNISASI,INFEKSI CACINGAN,PENYAKIT


MALARIA DAN INFEKSI JAMUR

OLEH:
ROSLINDA
2A
PO713201191038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul imunisasi, infeksi cacingan,
penyakit malaria dan infeksi jamur ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah keperawatan anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pengertian imunisasi,penyakit yang timbul jika anak tidak di imunisasi
dan jadwal imunisasi. Selain itu makalah ini juga menambah wawasan tentang penyakit
malaria,serta infeksi jamur dan cacingan, bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj.Ningsih Jaya,SKM.,M.Kes, selaku Dosen mata
kuliah keperawatan anak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Luwu, 24 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................................... i

Daftar isi ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................................ 3
C. Tujuan................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Imunisasi............................................................................................................. 5
a. Pengertian imunisasi............................................................................... 5
b. Penyakit yang ditimbulkan pada anak yang tidak imunisasi.. 7
c. Jadwal imunisasi....................................................................................... 8
B. Infeksi cacingan................................................................................................ 9
1. Pengertian cacingan................................................................................ 9
2. Penyebab cacingan................................................................................... 9
3. Dampak cacingan...................................................................................... 9
4. Factor risiko................................................................................................ 10
5. Hubungan antara cacingan dengan lingkungan........................... 11
C. Penyakit malaria.............................................................................................. 12
1. Definisi penyakit malaria....................................................................... 12
2. Cara penularan penyakit malaria....................................................... 12
3. Jenis penyakit malaria............................................................................ 15
4. Tanda dan gejala malaria....................................................................... 15
5. Pengendalian dan pencegahan malaria........................................... 16
D. Infeksi jamur...................................................................................................... 17
1. Pengertian tinea........................................................................................ 17
2. Jenis penyakit dermatofitosis.............................................................. 17
3. Jenis penyakit non dermatofisis......................................................... 26
4. Pencegahan infeksi jamur..................................................................... 28

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan ............................................................................................. 29
b. Saran ...................................................................................................... 30

Daftar pustaka ............................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

a. Imunisasi
Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? Kata imun berasal
dari Bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan (kekebalan) yang
diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka
terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan.
Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya
berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi,
terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh
yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang
bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing
seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.

Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi
aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi
antibodi sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan
imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar
antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti
Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain
adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama
masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.

b. Infeksi cacingan
Masalah kesehatan merupakan masalah yang kompleks yang saling
berkaitan dengan masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhinya baik itu kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat.Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia
dan hewan.
yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk
beberapa jenis cacing yang termasuk Nematoda usus. Sebagian besar dari
Nematoda ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Diantara Nematoda usus tedapat sejumlah spesies yang penularannya
melalui tanah (Soil Transmitted Helminths) diantaranya yang tersering
adalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale
dan Trichuris trichiura.

c. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi
permasalahan kesehatan masyarakat yang sangat mempengaruhi angka
kematian dan kesakitan bayi. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT, 2001) di Indonesia terjadi 15 juta kasus malaria dengan
38.000 kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka kejadian kasus
Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada tahun
2004 yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria
sebesar 23,8 perseribu penduduk. Proporsi kematian karena malaria
berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001, adalah
sebesar 2%. Jumlah Kabupaten endemis di Indonesia adalah 424 Kabupaten
Dari 576 Kabupaten yang ada, dan diperkirakan 42,4 % penduduk beresiko
tertular (Sampri, 2007 ).

Umumnya penderita malaria ditemukan pada daerah-daerah terpencil


dan sebagian besar penderitanya dari golongan ekonomi lemah. Kesehatan
lingkungan mempelajari dan menangani hubungan manusia dengan
lingkungan dalam keseimbangan ekosistem dengan tujuan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui pencegahan terhadap
penyakit dan gangguan kesehatan dengan mengendalikan faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit malaria. Interaksi lingkungan
dengan pembangunan saat ini maupun yang akan datang saling berpengaruh.

d. Infeksi jamur
Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain
adalah dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan
kulit) dan jamur serupa ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya
infeksi jamur superfisial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur
lainnya dapat menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi dibagian
dalam. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma)
atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis).

Mikosis Superfisial adalah infeksi penyakit yang terjadi pada bagian


stratum korneum (lapisan kulit paling luar) dan juga rambut yang
disebabkan oleh jamur patogen. Infeksi jamur ini tidak menimbulkan
respons imun langsung dan tidak menyebabkan gangguan fisik. Penyakit
kulit infeksi jamur ini merupakan penyakit yang sering dijumpai di negara
kita yang beriklim subtropis dan lembab. Sedangkan prevalensi infeksi jamur
superfisial diseluruh dunia diperkirakan 20-25% dari populasi dunia , dan
merupakan salah satu bentuk infeksi kulit tersering. Mikosis superfisial
dibedakan menjadi Dermatofitosis dan Non – Dermatofitosis. Berikut adalah
beberapa jamur penyebab Mikosis Superfisial.

Berdasarkan lokasi anatomi tubuh yang dikenai, dermatofitosis terbagi


lagi atas : Tinea kapitis, tinea kruris, tinea korporis, tinea pedis, tinea
unguium.
Sedang yang non dermatofitosis terbagi lagi atas : Tinea versikolor, Piedra
hitam dan Piedra putih.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
2. Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi
3. Jadwal Pemberian Imunisasi

b. Infeksi cacingan
1. Pengertian cacingan ?
2. Penyebab cacingan?
3. Dampak cacingan
4. Factor risiko?
5. Hubungan antara cacingan dan lingkungan

c. Malaria
1. Apa Pengertian malaria ?
2. Bagaimana cara penularan malaria?
3. Apa saja jenis penyakit malaria ?
4. Apa saja tanda dan gejala malaria?
5. Apa saja pngendalian dan pencegahan malaria?

d. Infeksi jamur
1. Apakah pengertian dari tinea?
2. Apa saja jenis penyakit dermatofitosis?
3. Apa saja jenis penyakit non dermatofitosis?
4. Bagaimana cara pencegahan?

C. TUJUAN
a. Infeksi cacingan
1. Mengetahui dampak cacingan terhadap kesehatan.
2. Mengetahui faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan resiko
cacingan.
3. Mengetahui hubungan cacingan dengan lingkungan hidup.

b. Infeksi jamur
1. Untuk mengetahui secara umum pengertian dari tinea.
2. Untuk mengetahui etiologi atau spesies penyebab dari masing-masing
penyakit dermatofitosis dan non dermatofitosis.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari penyakit dermatofitosis.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari penyakit non dermatofitosis.
5. Untuk mengetahui cara penularan, pencegahan, gejala klinis, diagnosis, dan
penatalaksanaan dari masing-masing penyakit dermatofitosis dan non
dermatofitosis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. IMUNISASI
1. Pengertian Imunisasi
a. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi
berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap
suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit
itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi
lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem


kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan
terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan
satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.

b. Tujuan Pemberian imunisasi


Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk
mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa
penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B,
campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain
sebagainya.

c. Jenis – Jenis Imunisasi


1. BCG
2. Hepatitis B
3. Polio
4. DTP
5. Campak

1. Imunisasi BCG
Kepanjangan BCG ? Mungkin karena susah mengucapkannya makanya
jarang yang hafal kepanjangannya. Bacillus Calmette-Guerin. BCG adalah vaksin
untuk mencegah penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG
merupakan vaksin yang paling banyak di gunakan di dunia (85% bayi menerima
1 dosis BCG pada tahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat
bervariasi dan belum ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat
dipercaya. maksudnya, kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini
bervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai
kekebalan seseorang pada penyakit TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan
imunisasi hepatitis B, kita bisa memeriksa titer anti-HBsAg pada laboratotrium,
bila hasilnya > 10 μg dianggap memiliki kekebalan yang cukup terhadap
hepatitis B.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCG


berkurang jika telah ada sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan
sebelumnya, tetapi data ini tidak konsisten. maksudnya, kalau sih anak sudah
kemasukkan kuman TBC sebelum diimunisasi, proses pembentukan antibbodi
setelah diimunisasi kurang memuaskan. Karena itu, BCG hanya dilakukan 1kali
dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan uji tuberkulin dulu (bila
usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk mengetahui apakah anak telah
terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalan untuk
penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena itu
anak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu-ibu harus
segera memberikan imunisasi BCG buat anaknya. Imunsasi BCG diberikan
dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun, dan 0,1 ml pada anak.
Disuntikkan secara intrakutan.

2. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih
dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika
menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila
sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-
kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis
atau pengerutan hati.
Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil. Yang potemsial melalui
jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi
darah. Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi
darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau
peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir
rambut yang digunakan antar anggota keluarga.
Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota
keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening
terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak.
Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus
hepatitis B.
Vaksin tersebut diberikan pada bayi sebanyak 4 kali. Pemberian pertama
dilakukan segera setelah bayi lahir atau paling lambat 12 jam setelah kelahiran.
Lalu vaksi kembali diberikan secara bertutut-turut pada usia 2,3 dan 4 bulan

3. Polio
Polio adalah penyakit menular akibat infeksi virus yang menyerang sistem
saraf di otak dan saraf tulang belakang. Pada kasus yang parah, polio dapat
menyebabkan sesak napas, meningitis, kulumpuhan, hingga kematian. Tujuan
imunisasi polio untuk mencegah anak tertular penyakit tersebut.
Vaksin polio tetes diberikan 4kali, yaitu saat bayi baru lahir atau paling
lambat saat usianya 1 bulan. Selanjutnya vaksin diberikan secara berturut-turut
di usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Sementara vaksi polio suntik diberikan
1kali, yaitu pada usia 4 bulan.

4. DTP-HB-HIB
Imunisasi DPT-HB-HIB dapat memberikan perlindungan dan pencegahan
terhadap 6 penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus,
hepatitis B, pneumonia dan meningitis(radang otak). Imunisasi wajib ini
diberikan 4 kali dengan jadwal pemberian berturut-turut pada bayi di usia 2
bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan dosis pemberian terakhir ketika usia anak 18 bulan

5. Imunisasi campak
Imunisasi campak diberikan sebagai langkah pencegahan terhadap penyakit
campak berat yang dapat menyebabkan pneumonia, diare, dan radang otak
(ensefaliti). Imunisasi campak diberikan sebanyak 3kali, yaitu saat anak berusia
9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun. Jika anak diberikan vaksin MR/MMR di usia 15
bulan, maka pemberian imunisasi campak ulang di usia 18 bulan tidak
diperlukan. Hal ini dikarenakan vaksin MR atau MMR tersebut sudah
mengandung vaksin campak.

2. Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi

1. Penyakit TBC
Dampak jika bayi tidak imunisasi adalah terkenanya penyakit tuberculosis
(TBC). Untuk mencegah penyakit TBC, bayi sebaiknya diberikan imunisasi
bacillus calmette Guerin (BCG). Vaksin BCG dapat diberikan sejak lahir,
imunisasi ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh.

2. Terjankit hepatitis B
Jenis penyakit ini salah satu penyakit yang dapat penyebabkan kehilangan
nyawa pada seseorang , sebab infeksi hepatitis merupakan suatu infeksi virus
pada hati, apabila penyakit ini tidak segera diatasi dapat menyebabkan kanker
hati. Untuk mencega penyakit ini, maka ada baiknya bayi diberikan imunisasi HB
sesuai dengan jadwal.

3. Tetanus
Banyak dari kita yang masih belum familiar dengan penyakit yang satu ini,
tetanus merupakan penyakit infeksi akut dan seringkali fatal yang disebabkan
oleh bakteri clostridium tetani yang memproduksi toksin (racun). Racun inilah
yang kemudian akan menyebar ke dalam tubuh dan menganggu saraf, yang
ditandai dengan meningkatnya tegangan dan kekejangan otot sehingga oto akan
menjadi kaku.

4. Terkena radang selaput otak


Radang selaput otak atau dikenal dengan sebutan meningitis sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia, jenis penyakit ini dapat menjangkit siapa saja baik
orang dewasa, anak-anak maupun bayi. Agar bayi tidak terkena penyakit
meningitis ada baiknya dilakukan pencegahan dengan melakukan imunisasi HIB.

5. Polio
Penyakit polio merupakan sebuah infeksi virus yang sangat mudah menular dan
menyerang sistem saraf, khususnya pada bayi yang belum melakukan vaksinasi
polio, penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan pada seseorang, sebab
virus menyerang sistem saraf pusat.

3. Jadwal Pemberian Imunisasi


Berikut jenis imunisasi yang tergabung dalam program pemerintah, dan didanai
oleh pemerintah, bagi bayi di bawah usia 1 tahun di Indonesia :
 Usia 0 bulan : BCG, HB-0, Polio-0
 Usia 2 bulan : DPT/HB/Hib-1, Polio-1
 Usia 3 bulan : DPT/HB/Hib-2, Polio-2
 Usia 4 bulan : DPT/HB/Hib-3, Polio-3
 Usia 9 bulan : campak
Jenis imunisasi yang dianjurkan berdasarkan kelompok umur:
Usia kurang dari 1 tahun : BCG, hepatitis B, polio, DPT, campak, Hib, pneumokokus,
rotavirus
 Usia 1-4 tahun : DPT, polio, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza, Hib,
pneumokokus
 Usia 5-12 tahun : DPT, polio, campak, MMR, tifoid, Hepatitis A, varisela,
influenza, pneumokokus.
 Usia 12-18 tahun : Td, hepatitis B, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza,
pneumokokus, HPV.
 Usia lanjut : influenza, pneumokokus (vaksin PCT)
B. INFEKSI CACINGAN

1. PENGERTIAN
Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya
merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing
yang termasuk Nematoda usus. Sebagian besar dari Nematoda ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara Nematoda
usus tedapat sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah (Soil
Transmitted Helminths) diantaranya yang tersering adalah Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale dan Trichuris
trichiura.

2. PENYEBAB
Penyakit Cacingan di indonesia di sebabkan oleh Ascaris Lumbricoides,
Necator Americanus, Ancylostoma Duodenale dan Trichurus Trichura. Penyakit
infeksi cacingan atau bisa pula disebut dengan penyakit cacingan sangat
berkaitan erat dengan masalah hygiene dan sanitasi lingkungan. Di Indonesia
masih banyak tumbuh subur penyakit cacing penyebabnya adalah hygiene
perorangan sebagian masyarakat yang masih kurang. Kebanyakan penyakit
cacing ditularkan melalui tangan yang kotor. Kuku jemari tangan yang kotor dan
panjang sering terselipi telur cacing karena kebiasaan anak bermain ditanah.
Orang dewasa bekerja di kebun, dan disawah.

3. DAMPAK
Kecacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung, namun
sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing gelang yang
berat akan menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak-anak. Infeksi cacing tambang (Ancylostoma duodenale
danNecator americanus) mengakibatkan anemia defesiensi besi, sedang
menimbulkan morbiditas yang tinggi (Soedarto, 1999). Berbagai penelitian
membuktikan bahwa sebagian kalori yang dikonsumsi manusia tidak
dimanfaatkan badan karena adanya parasit dalam tubuh. Pada infeksi ringan
akan menyebabkan gangguan penyerapan nutrien lebih kurang 3% dari kalori
yang dicerna, pada infeksi berat 25% dari kalori yang dicerna tidak dapat
dimanfaatkan oleh badan. Infeksi Ascaris lumbricoides yang berkepanjangan
dapat menyebabkan kekurangan kalori protein dan diduga dapat
mengakibatkan defisiensi Vitamin A. Pada infeksi Trichuris trichiura berat sering
dijumpai diare darah, turunnya berat badan dan anemia.

4. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor risiko(Risk faktor) yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit cacingan yang penyebarannya melalui tanah antara lain:
1. Lingkungan
Penyakit cacingan biasanya terjadi dilingkungan yang kumuh terutama
didaerah kota atau daerah pinggiran. Jumlah prevalensi Ascaris lumbricoides
banyak ditemukan di daerah perkotaan, dan jumlah prevalensi tertinggi
ditemukan didaerah pinggiran atau pedesaan yang masyarakatnya sebagian
besar masih hidup dalam kekurangan

2. Tanah
Penyebaran penyakit cacingan dapat melalui terkontaminasinya tanah
dengan tinja yang mengandung telur Trichuris trichiura, telur tumbuh dalam
tanah liat yang lembab dan tanah dengan sushu optimal ± 30-C. Tanah liat
dengan kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 250C300C sangat
baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides sampai menjadi
bentuk infektif. Sedangakan untuk pertumbuhan larva Necator americanus
yaitu memerlukan suhu optimum 280C-320C dan tanah gembur seperti pasir
atau humus, dan untuk Ancylostoma duodenale lebih rendah yaitu 230C-250C
tetapi umumnya lebih kuat.

3. Iklim
Penyebaran Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura yaitu didaerah tropis
karena tingkat kelembabannya cukup tinggi. Sedangkan untuk Necator
americanus dan Ancylostoma duodenalepenyebarannya paling banyak
didaerah panas dan lembab. Lingkungan yang paling cocok sebagai habitat
dengan suhu dan kelembaban yang tinggi terutama didaerah perkebunan
dan pertambangan).

4. Perilaku
Perilaku mempengaruhi terjadinya infeksi cacingan yaitu ditularkan lewat
tanah. Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya
jarijari tangan mereka dimasukkan kedalam mulut, atau makan nasi tanpa
cuci tangan.

5. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya cacingan yaitu faktor sanitasi yang
buruk berhubungan dengan sosial ekonomi yang rendah
6. Status gizi
Cacingan dapat mempengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif),
penyerapan (absorbsi), dan metabolisme makanan. Secara keseluruhan
infeksi cacingan dapat menimbulkan kekurangan zat gizi berupa kalori dan
dapat menyebabkan kekurangan protein serta kehilangan dan produktifitas
kerja, juga berpengaruh besar dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga
mudah terkena penyakit lainnya.

5. HUBUNGAN ANTARA CACING DENGAN LINGKUNGAN


Sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik
dibidang kesehatan terutama kesehatan masyarakat. Sedangkan menurut
Budioro.B. Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan
pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia.. Jadi lebih baik mengutamakan usaha pencegahan
terhadap berbagai faktor lingkungan sehingga dapat menghindari munculnya
berbagai penyakit.
1. Kepemilikan jamban
Bertambahnya penduduk yang tidak seimbang dengan area pemukiman
timbul masalah yang disebabkan pembuangan kotoran manusia yang
meningkat. Penyebaran penyakit yang bersumber pada kotoran manusia
(feaces) dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.

2. Lantai rumah
Rumah sehat secara sederhana yaitu bangunan rumah harus cukup kuat,
lantainya mudah dibersihkan. menurut Soekidjo Notoatmodjo syarat-syarat
rumah yang sehat jenis lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan
tidak basah pada musim penghujan.

3. Ketersediaan air bersih


Air sehat adalah air bersih yang dapat digunakan untuk kegiatan manusia dan
harus terhindar dari kuman-kuman penyakit dan bebas dari bahan-bahan
kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut, sehingga orang yang
memanfaatkan air bersih tidak menjadi sakit.Akibat air yang tidak sehat
dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti:
 Penyakit perut (kolera, diare, disentri, keracunan, dan penyakit perut
lainnya)
 Penyakit cacingan (cacing pita, cacing gelang, cacing kremi, demam
keong, kaki gajah).
Air yang bersih dapat dilihat dari ciri fisiknya yaitu: air titak boleh
berwarna harus jernih atau bening sampai kelihatan dasar tempat air itu
dan tidak boleh keruh harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa,
dan kotoran lainnya. Air juga tidak boleh berbau harus bebas dari bahan
kimia industri maupun bahan kimia rumah tangga seperti bau busuk, dan
bau belerang.

C. PENYAKIT MALARIA
1. Defenisi Penyakit Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk
infeksi akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus
plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan
ditularkan oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata
bahasa italia yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena
dahulu banyak terdapat di daerah rawa– rawayang mengeluarkan bau busuk.
Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa,
demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme
( Prabowo, 2004 )
Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk anopheles tetapi hanya 16
spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk Anopheles.
Relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca
pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah
posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam
maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding
dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah
dan di belakang lemari.

2. Cara Penularan
Penyakit malaria ditularkan melalui dua cara yaitu secara alamiah dan non
alami Penularan secara alamiah adalah melalui gigitan nyamuk anopheles betina
yang mengandung parasit malaria (Prabowo, 2004 ). Saat menggigit nyamuk
mengeluarkan sporosit yang masuk ke peredaran darah tubuh manusia sampai
sel-sel hati manusia. Setelah satu sampai dua minggu digigt, parasit kembali
masuk ke dalam darah dan mulai menyerang sel darah merah dan mulai
memakan haemoglobin yang membawa oksigen dalam darah. Pecahnya sel
darah merah yang terinfeksi plasmodium ini menyebabkan timbulnya gejala
demam disertai menggigil dan menyebabkan anemia, (Depkes,2003).

1. Penularan alamiah
Menurut epidemiologi penularan malaria secara alamiah terjadi akibat
adanya interaksi antara tiga faktor yaitu Host, Agent, dan Environment.
Manusia adalah host vertebrata dari Human plasmodium, nyamuk sebagai
Host invertebrate, sementara Plasmodium sebagai parasit malaria sebagai
agent penyebab penyakit yang sesungguhnya, sedangkan faktor lingkungan
dapat dikaitkan dalam beberapa aspek, seperti aspek fisik, biologi dan sosial
ekonomi.
a) Manusia (Host Intermediate
Pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria, tetapi kekebalan
yang ada pada manusia merupakan perlindungan terhadap infeksi
Plasmodium malaria. Kekebalan adalah kemampuan tubuh manusia
untuk menghancurkan Plasmodium yang masuk atau membatasi
perkembangannya.
b) Nyamuk Anopheles spp ( Host Defenitive)
Nyamuk Anopheles spp sebagai penular penyakit malaria yang
menghisap darah hanya nyamuk betina yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan mematangkan telurnya. Jenis nyamuk Anopheles
spp di Indonesia lebih dari 90 macam.
2. Agent
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen hidup
ataupun tidak hidup dimana kehadirannya, bila diikuti dengan kontak efektif
dengan manusia yang rentan akan terjadi stimulasi untuk memudahkan
terjadi suatu proses penyakit. Agent penyebab penyakit malaria termasuk
agent biologis yaitu protozoa Plasmodium Falciparum, Plasmodium vivax
3. Lingkungan ( Environment )
1. Lingkungan fisik
a) Suhu
Masa inkubasi Ekstrinsik adalah mulai saat masuknya gametosit ke
dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium sporogami dalam
nyamuk yaitu terbentuknya sporozoid yang kemudian masuk
kedalam kelenjar liur. Makin tinggi suhu maka makin pendek masa
inkubasi Ekstrinsik . Pengaruh suhu berbeda dari setiap species pada
suhu 26,7˚ C.
b) Kelembaban udara
Kelembaban udara yang rendah, mempengaruhi umur nyamuk,
tingkat kelembaban 63 % misalnya merupakan angka paling rendah
untuk memungkinkan adanya penularan.
c) Hujan
Hujan diselingi oleh panas akan memperbesar kemungkinan
berkembangnya Anopheles spp. Bila curah hujan yang normal pada
sewaktu-waktu maka permukaan air akan meningkat sehingga tidak
menguntungkan bagi malaria. Curah hujan yang tinggi akan merubah
aliran air pada sungai atau saluran air sehingga larva dan kepompong
akan terbawa oleh air.
d) Angin
Jarak terbang nyamuk dapat dipengaruhi oleh kecepatan angin
artinya jarak jangkau nyamuk dapat diperpanjang atau di perpendek
tergantung kepada arah angin.
e) Sinar matahari
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk
berbeda beda. An.sundaicus. Lebih menyukai tempat yang teduh dan
An.barbirostris dapat hidup di tempat yang teduh maupun tempat
yang Terang.An. macculatus lebih suka hidup di tempat yang
terlindung (sinar matahari tidak langsung).
f) Arus air
Masing-masing nyamuk menyukai tempat perindukan yang aliran
airnya berbeda. An.barbirostris menyukai tempat perindukan yang
airnya statis atau sedikit mengalir. An.minimus menyukai tempat
perindukan yang airnya cukup deras dan An. Letifer di tempat air
yang tergenang (Depkes RI, 2006).

2. Lingkungan biologis
Jenis tumbuhan air yang ada seperti bakau ( Mangroves), ganggang dan
berbagai jenis tumbuhan lain yang dapat mempengaruhi kehidupan
larva nyamuk, karena ia dapat menghalangi sinar matahari yang masuk
atau menghalangi dari serangan mahkluk hidup lain. Beberapa jenis
tanaman air merupakan indicator bagi jenis-jenis nyamuk tertentu.

3. Lingkungan sosial budaya


Faktor ini kadang- kadang besar sekali pengaruhnya dibandingkan
dengan faktor lingkungan yang lain. Kebiasaan untuk berada diluar
rumah sampai larut malam, di mana vector lebih bersifat eksofilik dan
eksofagik akan memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan
kelambu, kawat kasa pada rumah dan penggunaan zat penolak nyamuk
yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status social
masyarakat akan mempengaruhi angka kesakitan malaria.

2. Penularan non-alamiah

Penularan ini terjadi jika bukan melalui gigitan nyamuk anopheles. Beberapa
penularan malaria secara non alamiah antara lain : malaria bawaan (Kongenital)
adalah malaria pada bayi baru lahir yang ibunya menderita malaria.penularannya
terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput yang melindungi
plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Gejala
pada bayi baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering
menangis dan rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan atau
minum, serta kuning pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini dibedakan dengan
infeksi kongenital lainnya. Pembuktian pasti dilakukan dengan deteksi parasit.
Malaria pada darah bayi. Selain itu Transfusion malaria yakni infeksi malaria yang
ditularkan melalui transfusi darah dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian
jarum suntik secara bersama- sama pada pecandu narkoba atau melalui
transplantasi organ. (Prabowo, 2004).

3. Jenis Penyakit Malaria


Ada 4 jenis penyebab malaria pada manusia antara lain :
1. Plasmodium falcifarum yang sering menjadi malaria cerebral, dengan angka
kematian yang tinggi. Infeksi oleh spesies ini menyebabkan parasitemia yang
meningkat jauh lebih cepat dibandingkan spesies lain dan merozitnya menginfeksi
sel darah merah dari segala umur (baik muda maupun tua). Spesies ini menjadi
penyebab 50% malaria di seluruh dunia.
2. Plasmodium vivax . spesies ini cenderung menginfeksi sel– sel darah merah
yangmuda. (retilkulosit) kira– kira 43% dari kasus malaria di seluruh dunia
disebabkan oleh plasmodium vivax.
3. Plasmodium malariae, mempunyai kecenderungan untuk menginfeksi sel – sel
darahmerah yang tua.
4. Plasmodium ovale. Prediksinya terhadap sel – sel darah merah mirip dengan
plasmodium vivax (menginfeksi sel– sel darah muda) (Sutisna, 2004) Ada juga
seorang penderita di infeksi lebih dari satu spesies plasmodium secara bersamaan.
Hal ini disebut infeksi campuran atau mixed infeksion. Infeksi campuran paling
banyak disebabkan oleh dua spesies terutama plasmodium falcifarum dan
plasmosium vivax atau plasmodium vivax dan plasmodium malariae. Jarang terjadi
infeksi campuran disebabkan oleh plasmodium vivax dan plasmodium malariae.
Lebih jarang lagi infeksi campuran oleh tiga spesies sekaligus.

4. Tanda dan Gejala


1. Demam
a) Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi cepat
tetapi lemah. Bibir dan jari– jari pucat kebiru– biruan (sianotik). Kulitnya
kering dan pucat penderita mungkin muntah dan pada anak sering terjadi
kejang. Periode ini berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam
b) Stadium demam
Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita
menjadi merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar,
sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau
muntah– muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita
merasa sangat haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 0C. Stadium
ini berlangsung 2- 4 jam.
c) Stadium berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai membasahi
tempat tidur. Namun, suhu badan pada fase ini turun dengan cepat kadang –
kadang sampai dibawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan
pada saat terjaga , ia merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita akan
merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Tetapi
sebenarnya penyakit ini masihbersarang. Stadium inu berlangsung selama 2
- 4 jam. (Prabowo, 2004).

2. Pembesaran limpa
Pembesaran limpa merupakan gejala khas pada malaria kronis atau menahun.
Limpa membengkak dan terasa nyeri.limpa membengkak akibat penyumbatan
oleh sel-sel darah merah yang mengandung parasit malaria. Lama –
lamakonsistensi limpa menjadikeras karena jaringan ikat pada limpa semakin
bertambah. Dengan pengobatan yang baik limpa berangsur normal kembali
(Prabowo, 2004).

3. Anemia
Anemia terjadi disebabkan oleh penghancuran sel darah merah yang berlebihan
oleh parasit malaria. Selain itu, anemia timbul akibat gangguan pembentukan sel
darah merah di sumsum tulang (Prabowo, 2004).

5. Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Malaria


1. Pengendalian malaria
Penangulangan vector dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa
(penyemprotan rumah dengan Insektisida). Dengan di bunuhnya nyamuk maka
parasit yang ada dalam tubuh, pertumbuhannya di dalam tubuh tidak selesai,
sehingga penyebaran/transmisi penyakit dapat terputus (Depkes RI, 2003)
Demikian juga kegiatan anti jentik dan mengurangi atau menghilangkan tempat-
tempat perindukan, sehingga perkembangan jumlah ( Density) nyamuk dapat
dikurangi dan akan berpengaruh terhadap terjadinya transmisi penyakit
malaria (Depkes RI, 2003)

2. Pengendalian vector
Pengendalian vector malaria dilaksanakan berdasarkan pertimbangan,
Rasioanal,Efektif, Efisiensi, Sustainable, dan Acceptable yang sering disingkat
RESSA
a) Rasional
Lokasi kegiatan pengendalian vektor yang diusulkan memang terjadi
penularan (ada vektor) dan tingkat penularannya memenuhi criteria
yang ditetapkan, antara lain : Wilayah pembebasan : desa dan ditemukan
penderita.
b) Efektif
Dipilih salah satu metode / jenis kegiatan pengendalian vektor atau
kombinasi dua metode yang saling menunjang dan metode tersebut
dianggap paling berhasil mencegah atau menurunkan penularan, hal ini
perlu didukung oleh data epidemiologi dan Laporan masyarakat.
c) Sustainable
Kegiatan pengendalian vektor yang di pilih harus dilaksanakan secara
berkesinambungan sampai mencapai tingkat penularan tertentu dan
hasil yang sudah di capai harus dapat dipertahankan dengan kegiatan lain
yang biayanya lebih murah, antara lain dengan penemuan dan
pengobatan penderita.
d) Acceptable
Kegiatan yang dilaksanakan dapat diterima dan didukung oleh
masyarakat setempat

3. Penemuan dan Pengobatan Penderita Malaria


Salah satu cara memutuskan penyebaran penyakit malaria adalah dengan
menemukan penderita sedini mungkin baik dilakukan secara aktif oleh petugas
yang mengunjungi rumah secara teratur ( Active Case detection) maupun
dilakukan secara pasif ( Passive Case Detection), yaitu memeriksa semua pasien
yang berkunjung ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), yaitu Polindes, Pustu,
Puskesmas dan Rumah Sakit baiK swasta maupun pemerintah yang
menunnjukkan gejala malaria dan dilakukan pengambilan darah untuk diperiksa
di labaratorium.

D. INFEKSI JAMUR
1. Pengertian Tinea
Infeksi tinea (atau pipa hitam) adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur
yang berbeda-beda. Jamur-jamur tersebut mempengaruhi bagian-bagian tubuh
yang berbeda. Gejala-gejala infeksi jamur ini diberi nama berdasarkan di mana
jamur terjadi, seperti jamur pada seluruh kulit tubuh (tinea Corporis), jamur
kulit kepala (tinea capitis), tinea kaki (tinea pedis, kurap kaki), tinea cruris
(tinea cruris), dan jamur kuku (tinea unguium).

2. Jenis penyakit Dermatofitosis


1) Tinea Korporis
Tinea korporis adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit wajah
berminyak (kecuali jenggot), tubuh dan tungkai (termasuk punggung
tangan dan kaki). Tinea corporis disebut juga tinea sirsinata, tinea
globrosa, atau kurap. Tinea korporis terdapat di seluruh dunia, terutama
pada daerah tropis dan insiden meningkat pada kelembaban udara yang
tinggi. Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia dan masih
merupakan salah satu penyakit rakyat.
Tinea korporis disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang
meneyrang jaringan berkeratin. Jamur ini bersifat keratinofilik dan
keartinolisis.Penyakit ini disebabkan oleh Trichophyton, Microsporum,
dan E. floccosum.Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum,
T.metagrofites. Mikrosporon gipseum, M.kanis, M.audolini. 
 Gejala
a. Mula-mula timbul lesi kulit berupa bercak eritematosa yang gatal, terutama bila
berkeringat.
b. Timbul lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-
kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan
c. Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak menunjukkan
tanda-tanda radang yang akut.
d. Pada kasus yang tidak mendapatkan pengobatan, dapat menyebar luas dan kadang
berbentuk lingkaran yang dapat diasumsikan sebagai penampakan granulomatosa.

 Cara Penularan
Bersentuhan dengan kulit pasien yang terinfeksi kurap ataupun binatang peliharan,
menyentuh permukaan benda yang telah digunakan penderita kurap (pakaian,
handuk, tempat tidur, sprei, dan sisir).

 Pencegahan
a. Menjaga kebersihan
b. Biasakan mencuci tangan
c. Jangan menggunakan pakaian yang lembab atau basah dalam waktu yang lama
d. Periksakan selalu hewan peliharaan yang Anda miliki agar terhindar dari penularan
kurap lewat binatang peliharaan
e. Hindarilah kebiasaan meminjam atau meminjamkan barang pribadi

2) Tinea Kruris
Tinea cruris atau yang biasa disebut dengan jock itch adalah
dermatofitosis yang mengenai paha atas bagian tengah, daerah inguinal
(daerah lipat paha), pubis, perineum (antara anus dan kemaluan) dan
daerah perianal (dekat lubang anus).Disebabkan oleh jamur dari spesies
Trichophyton, Microsporum dan E. Floccosum
Tinea kruris terdapat di seluruh dunia, terutama pada daerah
tropis dan insiden meningkat pada kelembaban udara yang tinggi.
Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia dan masih merupakan
salah satu penyakit rakyat.

 Gejala
a. Tinea cruris memiliki gejala yang diawali dengan kulit berwarna merah berbentuk
setengah lingkaran yang menyebar dari lipatan pangkal paha hingga paha bagian
atas.
b. Pangkal paha akan terasa sedikit gatal pada tahap awal infeksi, namun jika tidak
segera ditangani, kondisi akan memburuk dan menimbulkan rasa gatal yang tidak
tertahankan.
c. Lepuhan-lepuhan kecil dapat muncul di pinggiran lesi, yang seringkali menimbulkan
rasa gatal dan sensasi seperti terbakar.
d. Kulit yang terinfeksi dapat menjadi bersisik atau terkelupas.

 Cara Penularan
Tinea cruris biasa menjangkiti orang-orang yang banyak mengeluarkan keringat,
seperti atlet, namun banyak diderita juga oleh orang-orang yang menderita diabetes
dan obesitas. Penularan dapat juga diakibatkan oleh penggunaan handuk yang
bersamaan atau bahkan kontak langsung pada penderitanya.
 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menjaga kelembaban tubuh tetap seimbang, ini
dilakukan dengan menjaga kebersihan pribadi, tidak menggunakan pakaian yang
ketat atau berbahan panas, gunakan pakaian yang menyerap keringat dan rajinlah
berganti pakaian, biarkan sirkulasi udara pada area selangkangan tetap baik dengan
tidak memakai celana yang berlapis-lapis. Angin dan cahaya matahari pagi dapat
membantu mengeringkan luka dan mengusir jamur, gumakan sabun antiseptik
sebagai perlindungan tambahan.

3) Tinea Kapitis
Tinea kapitis adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit kepala dan
polikel rambut. Penyakit ini disebabkan oleh jamur golongan dermatofita
terutama Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes dan Microsporum
gypseum. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak yang dapat
ditularkan dari binatang peliharaan misalnya kucing dan anjing. Tapi juga
dapat menginfeksi orang dewasa.
Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak – anak
berumur antara 4 dan 14 tahun. Walaupun jamur patogen yang terlibat
banyak, Trichophyton tonsurans menjadi penyebab lebih dari 90% kasus
di Amerika Utara dan United Kingdom. Kasus – kasus di perkotaan
biasanya didapatkan dari teman – teman atau anggota keluarga.
Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan malnutrisi protein
memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus – kasus yang
disebabkan oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari anak
anjing dan anak kucing.
 Gejala
Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas
a. Gray pacth ring wor
Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya
dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut
jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari
akarnya sehinggamenimbulkan alopesia setempat.
b. Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites.
infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik)
yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung
rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan kulit, yang
berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ” black dot”.
c. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat
yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang
berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah
ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan
suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik.

 Cara Penularan
a. Penularan secara langsung apabila bersentuhan langsung dengan kulit penderita.
b. Selain itu, seseorang juga berisiko tertular tinea capitis jika menyentuh hewan-
hewan pembawa penyakit ini. Contoh-contoh hewan pembawa penyakit tinea
capitis adalah kucing, anjing, kuda, domba, sapi, babi.
c. Penularan tidak langsung dengan pemakaian alat pribadi secara bersamaan sepeti
handuk, baju, dan lain-lain.

 Pencegahan
a. Selalu menjaga kebersihan tangan.
b. Mencuci rambut dan kulit kepala secara rutin dengan sampo.
c. Jangan berbagi penggunaan barang-barang, seperti sisir, handuk, dan baju, dengan
orang lain, atau meminjamkan barang-barang tersebut dengan orang lain.
d. Menghindari hewan yang terinfeksi.
e. Berbagi informasi seputar tinea capitis dengan orang lain mengenai bagaimana cara
agar tidak terinfeksi beserta cara pencegahannya.

4) Tinea Pedis
Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = “Ring worm of the foot”.
Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja
di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-
orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti
anggota tentara.Penyakit ini menyebabkan munculnya kerak, kulit yang
bersisik/berkerak atau melepuh, serta rasa gatal pada area kaki yang
terinfeksi. Tinea pedis biasanya disebabkan oleh jamur dari
genus trichophyton, yaitu jamur epidermophyton floccosum, T.
mentagrophytes, T. rubrum, dan T. tonsurans. Jamur dapat menginfeksi
kaki melalui berbagai cara. Tempat-tempat atau fasilitas umum yang
berada di lokasi yang lembap merupakan tempat jamur-jamur ini
berkembang biak, menjadikan orang-orang yang tinggal di lokasi seperti
ini memiliki risiko terinfeksi jamur.
 Gejala

a. Interdigital tinea pedis, umumnya menginfeksi daerah lembut antara jari-jari kaki.
Infeksi ini dapat menimbulkan gejala berupa gatal, kemerahan, atau peradangan
kulit di antara jari-jari kaki yang terlihat selalu tampak basah.
b. Chronic hyperkeratotic tinea pedis, merupakan kondisi telapak kaki kemerahan
dengan kerak yang kronis pada penderita tinea pedis. Penderita infeksi jamur ini
dapat merasakan gatal atau tidak merasakan gejala sama sekali. Kerak terdiri atas
tumpukan-tumpukan sel kulit, tampak berwarna putih.
c. Acute ulcerative tinea pedis, adalah kondisi munculnya bintik-bintik berisi nanah
dan lepuhan-lepuhan berisi cairan yang berkembang cepat disertai dengan adanya
luka dan erosi pada kulit. Kondisi ini umumnya terjadi pada ruang antar jari. Selain
itu, dapat terjadi infeksi jaringan lunak dan pembuluh limfe di sekitar lesi.
d. Vesiculobullous athlete’s foot. Gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah
kulit yang melepuh atau adanya kantung berongga (bula) pada lapisan kulit yang
memerah di area telapak kaki.
 Cara Penularan
Kebiasaan bertelanjang kaki juga dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi
tinea pedis. Lokasi seperti kolam renang, area mandi yang terinfeksi, kebiasaan
menggaruk kaki yang terinfeksi jamur, atau menggunakan handuk sembarangan
dapat meningkatkan risiko terinfeksi tinea pedis. Kebiasaan seperti ini juga dapat
membantu penyebaran jamur ke area tubuh lain, terutama daerah tubuh yang selalu
dalam kondisi hangat atau lembap, seperti jari kaki yang selalu terbungkus kaos
kaki dan sepatu.
 Pencegahan

a. Memastikan kaki dalam keadaan kering dengan membatasi penggunaan sepatu


yang terlalu ketat dan sempit.
b. Anda bisa menggunakan bedak antijamur pada kaki yang terinfeksi untuk mencegah
infeksi tinea pedis kembali.
c. Menjaga agar kuku kaki selalu pendek atau terpotong rapi. Gunakan gunting kuku
yang berbeda dengan gunting kuku yang Anda gunakan untuk area yang sedang
terinfeksi.
d. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari bahan yang ringan dan dapat menyerap
kelembapan serta rutin mengganti kaos kaki jika kaki mulai terasa lembap.
e. Kurangi berjalan tanpa alas kaki di fasilitas umum, seperti kolam renang dan kamar
mandi umum. Gunakan sandal agar kaki yang lembap tidak berada di dalam kondisi
tertutup.
f. Gunakan pemutih klorin dalam larutan pembersih kaos kaki atau larutan pembersih
lantai, bak mandi, lantai kamar mandi, dan permukaan konter untuk mencegah
penyebaran infeksi jamur.
g. Hindari menggunakan sepatu yang sama atau sepatu bekas secara bergantian untuk
mengurangi sekaligus menghindari risiko penularan infeksi jamur dari orang yang
terinfeksi tinea pedis.
h. Jagalah selalu kebersihan kaos kaki dan sepatu Anda, serta hindari juga penggunaan
handuk secara bergantian.

5) Tinea Unguium
Tinea unguium adalah infeksi jamur kuku atau dalam bahasa medis tinea
unguium adalah kondisi umum yang dimulai dengan bintik putih atau
kuning di bawah ujung kuku tangan atau kuku jari kaki. Infeksi jamur
yang parah dapat menyebabkan kuku menghitam, menebal, dan hancur
di tepi. Infeksi ini dapat mempengaruhi beberapa kuku tetapi biasanya
tidak semua kuku terinfeksi. Penyebab tersering adalah Trichophyton
rubrum, diikuti oleh Trichophyton mentagrophytes varian interdigitale,
dan Epidermophyton floccosum. T. rubrum tersering ditemukan pada kuku
tangan, sedangkan T. mentagrophytes terutama pada kuku kaki.

 Gejala

a. Kuku mengalami penebalan


b. Kuku menjadi rapuh, mudah hancur atau tidak berbentuk
c. Bentuk kuku menjadi tidak jelas
d. Kuku menjadi kusam
e. Kuku berubah warna menjadi gelap.
f. Kulit disekitar kuku akan mengalami radang atau bersisik.
g. Jika infeksi jamur tidak diobati maka dapat menghancurkan kuku dan mungkin
dapat menyebabkan nyeri.
 Pencegahan

a. Menjaga kuku agar tetap pendek dan menipiskan bagian kuku yang menebal. Hal ini
dapat membantu mengurangi rasa sakit dan mempermudah obat masuk kedalam
kuku. Sebelum melakukan penipisan kuku dapat mengoleskan krim yang
mengandung urea setiap malam pada kuku yang akan ditipiskan dan menutupi
mereka dengan perban.
b. Cuci bagian kuku yang diberi krim urea pada pagi hari. Ulangi sampai kuku
melunak. Jika Anda memiliki kondisi yang menyebabkan buruknya aliran darah
pada kaki sehingga tidak dapat memotong kaki, maka Anda dapat melakukannya di
penyedia layanan kesehatan seperti puskesmas atau klinik secara rutin untuk
memotong kuku.
c. Menggunakan gunting kuku yang berbeda untuk memotong kuku yang terinfeksi.
Hal ini dibutuhkan agar tidak terjadi kontaminasi infeksi jamur pada kuku yang lain.
d. Menjaga kuku agar tidak terluka atau cedera dengan menggunakan sarung tangan
vinil ketika melakukan pekerjaan basah dan menggunakan sarung tangan katun
untuk melakukan pekerjaan kering.
e. Jika infeksi jamur terjadi pada kuku kaki, maka perlu menggunakan sepatu yang pas
pada kaki dan menjaga kaki agar tetap kering dan bersih.

6) Tinea Imbrikata
Tinea imbrikata adalah dermatofitosis kronis yang disebabkan
oleh Trychophyton concentricum dengan gambaran morfologis khas,
berupa papulo-skuamosa yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran
konsentris, sehingga tampak seperti atap genting. Penyakit ini banyak
ditemukan di pulau-pulau Pasifik dan Oceania,

 Gejala
a. Lingkaran-lingkaran bersisik kasar di permukaan kulit.Lingkaran ini tampak seperti
libkaran bermata satu (poliksiklik ).
b. Sisik-sisik melingkar yang satu menutup yang lain seperti lapisan genting dan
disertai dengan rasa yang sangat gatal.
c. Penyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit halus sehingga sering
digolongkan dalam tinea korporis. Apabila diraba terasa jelas skuamanya
menghadap ke dalam.
d. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih
tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar.
 Cara Penularan
Penularan tinea imbrikata dapat melalui kontak langsung dengan individu atau
hewan terinfeksi, benda-benda seperti pakaian, alat-alat, dan lain-lain

 Pencegahan
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan badan serta
lingkungan.Keadaan yang lembab dan panas dapat mempengaruhi penyebaran
penyakit ini.Oleh karena itu, hindari mengenakan pakaian yang tidak menyerap
keringat.Selain itu, mandilah secara teratur menggunakan sabun antiseptik.

7) Tinea Barbae
Tinea barbae merupakan salah satu bentuk infeksi jamur
dermatofita yang menyerang  pada area dagu yang menyerang kulit dan
folikel rambut.Biasanya disebabkan oleh jamur dari
golongan Trichophyton dan Microsporum.Penyakit kulit ini selalu terjadi
pada orang dewasa dan tidak pernah terjadi pada anak-anak.Biasanya
terjadi pada orang-orang yang kurang menjaga kebersihan.Lingkungan
yang kotor merupakan faktor yang mempermudah infeksi

 Gejala
a. Penderita biasanya berupa gatal dan rasa pedih pada daerah yang terkena infeksi
disertai bintik-bintik kemerahan yang kadang bernanah.
b. Pada keadaan kronik terlihat nanah dan munculnya sel-sel raksasa. Rambut
didaerah yang terkena infeksi menjadi rapuh, tidak mengkilat, dan reaksi radang
pada folikel.
 Pencegahan
a. Menjaga kebersihan tubuh terutama  di daerah dagu.
b. Sebaiknya jenggot dicukur bersih, jaga juga kebersihan lingkungan disekitar untuk
menghindari penyebaran jamur penyebab tinea barbae.

3. Jenis-jenis Penyakit Non Dermatofisis

1. Tinea Versikolor
Tinea versikolor merupakan suatu infeksi yang agak sering terjadi (terutama
pada dewasa muda), yang disebabkan oleh jamur Pytirosporum orbiculare.
Jamur ini agaknya merupakan bagian dari flora normal pada kulit manusia
dan hanya menimbulkan gangguan pada keadaan-keadaan tertentu. Bagian
tubuh yang sering terkena adalah punggung, lengan atas, lengan bawah, dada
dan leher. Lebih sering ditemukan di daerah beriklim panas dan
berhubungan dengan meningkatnya pengeluaran keringat.

 Gejala
a. Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di
badan.
b. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur
sampai teratur, batas jelas dan difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila di
lihat dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang.
Kelainan biasanya asimtomatik sehingga ada kalanya penderita tidak mengetahui
bahwa ia berpenyakit tersebut.
c. Lesi kulit berupa bercak putih sampai coklat, merah, dan hitam. Di atas lesi terdapat
sisik halus. Bentuk lesi tidak teratur, dapat berbatas tegas atau difus.
d. Sering didapatkan lesi bentuk folikular atau lebih besar, atau bentuk numular yang
meluas membentukplakat, kadang-kadang dijumpai bentuk campuran, yaitu
folikular dengan numular, folikular dengan plakat ataupun folikular, atau numular
dengan plakat.
e. Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan

 Pencegahan
Seseorang yang pernah menderita tinea versikolor sebaiknya menghindari cuaca
panas atau keringat yang berlebihan.

2. Piedra Hitam
Tinea piedra hitam merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada
rambut berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam).
Penyakit ini umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropics.
Terutama pada rambut kepala, kumis atau jambang, dan dagu.
 Gejala
a. Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan yang
keras warna hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut tersebut.
b. Umumnya rambut lebih suram
c. Bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam
3. Tinea Piedra Putih
Piedra putih ialah infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh
Trichosporon beigelii. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis,
jarang mengenai rambut kepala. Penyakit ini jarang ditemukan, terdapat di
daerah beriklim sedang. Jamur ini dapat ditemukan di tanah, udara,dan
permukaan tubuh.
 Gejala
a. Pada piedra putih, kelainan rambut tampak
sebagai benjolan yang berwarna putih
kekuningan.
b. Selain pada rambut kepala, dapat juga menyebabkan kelainan pada rambut kumis
dan rambut janggut. rambut penderita mudah patah pada saat disisir.
c. Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan yang
keras. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut tersebut.
d. Umumnya rambut lebih suram,selain itu akan terdengar bunyi seperti kawat apabila
rambut disisir. Bunyi ini ditimbulkan karena adanya benjolan-benjolan pada
rambut.
 Cara Penularan
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang
sudah terkena infeksi
 Pencegahan
a. Menjaga kebersihan rambut kepala, terutama bagi mereka yang tinggal dalam
komunitas  yang padat dalam satu tempat tinggal (rumah, kamar).
b. Seprai dan bantal yang pernahdigunakan sebaiknya dicuci dengan air panas, juga
sisir penderita dan sikat dapatdiberikan pedikulisida.
c. Mereka yang tinggal sekamar (atau serumah) dengan penderita sebaiknya
diperiksa.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan
atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya.

Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan hewan yang sifatnya
merugikan dimana manusia merupakan hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk
Nematoda usus. Penyakit Cacingan di indonesia di sebabkan oleh Ascaris Lumbricoides,
Necator Americanus, Ancylostoma Duodenale dan Trichurus Trichura. penyebab penyakit,
dapat berupa makhluk hidup maupun tidak hidup. Agent penyakit cacingan ini tentu saja
adalah cacing. Host atau penjamu ialah keadaan manusia yang sedemikan rupa sehingga
menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Manusia merupakan satusatunya
host bagi E. vermicularis. Manusia terinfeksi bila menelan telur infektif. Telur akan menetas
di dalam usus dan berkembang menjadi dewasa dalam caecum, termasuk appendix.
Lingkungan fisik adalah yang berwujud geogarfik dan musiman. Lingkungan fisik ini dapat
bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai
sumber penyakit. faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi yang berlaku
yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan yang akan
berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang cukup
besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan kepadatan
penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan hidup
masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang kesemuanya dapat menimbulkan berbagai
masalah kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit cacingan.

Malaria adalah : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina.. Parasit penyebab malaria (Plasmodium) antara lain;
Plasmodium falciparum (malaria tropika), Plasmodium vivax (malaria tertiana),
Plasmodium malarie (malaria kuartana), Plasmodium ovale (jarang, Indonesia
Timur,Afrika ) Tanda dan gejala malaria ada 2 yaitu gejala malaria ringan yang terdiri dari
stsadium dingin, stadium demam dan stadium berkeringat.

Infeksi tinea (atau pipa hitam) adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang
berbeda-beda. Jamur-jamur tersebut mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang berbeda.
Infeksi tinea terjadi pada mikosis superfisial dermatofitosis dan non dermatofitosis. Jenis
tinea pada dermatofitosis yaitu tinea korporis, tinea kruris, tinea kapitis, tinea pedis, tinea
unguium, tinea imbrikata. Sedangkan jenis tinea pada non dermatofitosis yaitu tinea
versikolor, piedra hitam dan piedra putih. Gejala klinis yang ditimbulkan dari masing-
masing tinea berbeda. Cara penularannya bisa melalui kontak langsung dengan
menggunakan peralatan pribadi secara bersamaan. Diagnosis tinea dapat mengguakan
KOH, kultur pada media, dan dapat menggunakan sinar wood.

SARAN

1) Tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap


kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
2) Jarak rumah ke Puskesamas tidak mempunyai pengaruh terhadap kelengkapan
imunisasi dasar pada bayi.
3) Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh positip terhadap kelengkapan imunisasi
dasar, yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi
akan berpengaruh meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
4) Motivasi ibu mempunyai pengaruh positip terhadap kelengkapan imunisasi dasar.
Yang berarti bahwa semakin baik motivasi ibu akan berpengaruh meningkatkan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
5) Tenaga Kesehatan Berupaya untuk meningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat
imunisasi dasar bagi bayi sehingga ibu yang mempunyai bayi berusaha
meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi melalui penyuluhanpenyuluhan di
masyarakat.
6) Berupaya untuk meningkatan motivasi ibu dengan memberikan informasi tentang
imunisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan meningkatkan
kelengkapan imunisasi bayi.
7) Ibu yang mempunyai bayi Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang manfaat
imunisasi bagi anaknya. Agar mempunyai motivasi yang besar dalam meningkatkan
kesehatan bayi dan keluarganya

DAFTAR PUSTAKA

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasan. Semarang: Erlangga.
Jawetz, Melnick dan Adelberg.2008.Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23.Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Tim Penyusun.1989.Mikologi Medik.Jakarta:Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan


Departemen Kesehatan RI.

https://hellosehat.com/penyakit/infeksi-jamur-infeksi-tinea/ (Diakses 19 Juli 2017)


https://www.deherba.com/kurap-tinea-corporis-bagaimana-cara-mengobati-dan-
mencegahnya.html (Diakses 19 Juli 2017)
http://delvina-vina.blogspot.co.id/2011/11/tinea-barbae-sikosis-barbae.html (Diakses 20
Juli 2017)

Anda mungkin juga menyukai