Anda di halaman 1dari 58

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

MAKALAH IMUNISASI

Di Susun Oleh :

NAMA : NUR ASLISA ARIS


NIM : PO713201191023
KELAS : II A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKESMAKASSAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


2020 / 2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan karunia-
Nya sehinggapenyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah Imunisasi”.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi
para pembaca.Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini
agar menjadi lebih baik lagi.

Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya.Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

NUR ASLISA ARIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Imunisasi merupakan
salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu
kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen
pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk
menurunkan angka kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017)
Kegiatan Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977
kegiatan Imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka
pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.
Beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global
yang wajib diikuti oleh semua negara adalah eradikasi polio (ERAPO), eliminasi campak dan
rubela dan Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN) (Kementrian Kesehatan, 2017)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Imunisasi di Indonesia?
2. Apa saja dasar hukum penyelenggaraan imunisasi?
3. Apa tujuan dari imunisasi?
4. Apa pengertian imunisasi?
5. Apa manfaat imunisasi?
6. Apa saja jenis enyakit yang dapatdicegah dengan imunisasi?
7. Apa saja jenis-jenis imunisasi?
8. Bagaimana jadwal imunisasi?
9. Apa itu KIPI?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. munisasi Di Indonesia
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok
umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran.Pelaksaan program imunisasi dilakukan
oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan
pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/ imunisasi rutin dapat
diperoleh pada :
1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu,
Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin
2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya pada saat
diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, pekan Imunisasi Nasional,
atau melalui kunjungan dari rumah ke rumah.
3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta,
dokter praktik swasta atau rumah sakit swasta.

B. Dasar HukumPenyelenggaraan Program Imunisasi


Dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi :
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
3. Undang-undang No. 1 tahun 1962 tentang Karantina Laut.
4. Undang-undang No. 2 tahun 1962 tentang Karantina Udara.
5. Keputusan Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi.
6. Keputusan Menkes No. 1626/ Menkes/SK/XII/2005 tentang Pedoman Pemantauan dan
Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI).
C. Tujuan Imunisasi Di Indonesia
1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I.
2. Tujuan Khusus
a. Program Imunisasi
1) Tercapainya target Universal Child Immunization yaitucakupan imunisasi lengkap
minimal 80% secara merata padabayi di 100% desa/ kelurahan pada tahun 2010
2) Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insidendi bawah 1 per 1.000
kelahiran hidup dalam satu tahun) padatahun 2005.
3) Eradikasi polio pada tahun 2008.
4) Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.
b. Program Imunisasi Meningitis Meningokus
Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit MeningitisMeningokokus tertentu,
sesuai dengan vaksin yang diberikanpada calon jemaah haji.
c. Program Imunisasi Demam Kuning
Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalanan berasal dari
atau ke negara endemis demam kuning sehingga dapat mencegah masuknya penyakit
demam kuning di Indonesia.
d. Program Imunisasi Rabies
Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies.
D. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak
bayi hingga remaja tetapi juga pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan
antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi.Antibodi menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi
akibat penularan PD3I tersebut. (Depkes, 2016)
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. (Kemkes,2017)

E. Manfaat Imunisasi
1. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

F. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi


1. TBC (Tuberculosis).
Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena terhirupnya percikan
udara yang mengandung kuman TBC.Kuman inii dapat menyerang berbagai organ tubuh,
seperti paru-paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati,
atau selaput otak (yang terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi
yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum
bayi berumur 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian
imunisasi ini “berhasil,” maka setelah beberapa minggu di tempat suntikan akan timbul
benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi perempuan,
suntikan sebaiknya dilakukan di paha kanan atas.Biasanya setelah suntikan BCG diberikan,
bayi tidak menderita demam.

2. Difteri.
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
Diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan
gejala Demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil ) dan terlihat selaput putih kotor
yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun difteri dapat
merusak otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung.Penularan umumnya melalui
udara (betuk/bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang
terkontamiasi.Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan
tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
penyuntikan satu–dua bulan. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang
mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara
mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas

3. Pertusis
Penyakit Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan “ Batuk Seratus Hari “ adalah
penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejalanya khas
yaitu batuk yang terus menerus sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan
muntah kadang-kadang bercampur darah.Batuk diakhiri dengan tarikan napas panjang dan
dalam berbunyi melengking.Penularan umumnya terjadi melalui udara
(batuk/bersin).Pencegahan paling efektif adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan
dengan Tetanus dan Difteri sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang
pentuntikan.

4. Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim
urat syaraf dan otot.Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (dikenal
juga dengan trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa
sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung.Kejang-kejang secara cepat merambat ke
otot perut, lengan atas dan paha.Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi yang baru
lahir.Neonatal tetanus menyerang bayi yang baru lahir karena dilahirkan di tempat yang
tidak bersih dan steril, terutama jika tali pusar terinfeksi.Neonatal tetanus dapat
menyebabkan kematian pada bayi dan banyak terjadi di negara berkembang.Sedangkan di
negara-negara maju, dimana kebersihan dan teknik melahirkan yang sudah maju tingkat
kematian akibat infeksi tetanus dapat ditekan.Selain itu antibodi dari ibu kepada jabang
bayinya yang berada di dalam kandungan juga dapat mencegah infeksi tersebut.Infeksi
tetanus disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Clostridium tetani yang memproduksi
toksin yang disebut dengan tetanospasmin.Tetanospasmin menempel pada urat syaraf di
sekitar area luka dan dibawa ke sistem syaraf otak serta saraf tulang belakang, sehingga
terjadi gangguan pada aktivitas normal urat syaraf.Terutama pada syaraf yang mengirim
pesan ke otot.Infeksi tetanus terjadi karena luka. Baik karena terpotong, terbakar, aborsi
,narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun
frosbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana.
Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat berkembang
biaknya bakteria tetanus.Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari dengan
gejala yang mulai timbul di hari ketujuh.Dalam neonatal tetanus gejala mulai pada dua
minggu pertama kehidupan seorang bayi.Walaupun tetanus merupakan penyakit
berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan yang benar maka penderita
dapat disembuhkan.Penyembuhan umumnya terjadi selama 4-6 minggu.Tetanus dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT. Setelah lewat
masa kanak-kanak imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa. Dianjurkan
setiap interval 5 tahun : 25, 30, 35 dst. Untuk wanita hamil sebaiknya diimunisasi juga dan
melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya

5. Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak mendadak lumpuh pada
salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari.Terdapat 2 jenis vaksin yang
beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin Sabin (kuman yang
dilemahkan).Cara pemberiannya melalui mulut.Di beberapa negara dikenal pula
Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru
lahir atau berumur beberapa hari dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian
vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT.
Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT Pemberian imunisasi
polio akan menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit Poliomielitis. Imunisasi polio
diberikan sebanyak empat kali dengan selang waktu tidak kurang dari satu bulan imunisasi
ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5 – 6 tahun) dan saat meninggalkan
sekolah dasar (12 tahun).Cara memberikan imunisasi polio adalah dengan meneteskan
vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam mulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang dicampur dengan gula manis. Imunisasi ini jangan diberikan pada anak yang
lagi diare berat. Efek samping yang mungkin terjadi sangat minimal dapat berupa kejang-
kejang

6. Influenza
Influenza adalah penyakit infeksi yang mudah menular dan disebabkan oleh virus
influenza, yang menyerang saluran pernapasan. Penularan virus terjadi melalui udara pada
saat berbicara, batuk dan bersin, Influenza sangat menular selama 1 – 2 hari sebelum
gejalanya muncul, itulah sebabnya penyebaran virus ini sulit dihentikan.Berlawanan
dengan pendapat umum, influenza bukan batuk – pilek biasa yang tidak berbahaya. Gejala
Utama infleunza adalah: Demam, sakit kepala, sakit otot diseluruh badan, pilek, sakit
tenggorok, batuk dan badan lemah. Pada Umumnya penderita infleunza tidak dapat
bekerja/bersekolah selama beberapa hari.Dinegara-negara tropis seperti Indonesia,
influenza terjadi sepanjang tahun.Setiap tahun influenza menyebabkan ribuan orang
meninggal diseluruh dunia.Biaya pengobatan, biaya penanganan komplikasi, dan kerugian
akibat hilangnya hari kerja (absen dari sekolah dan tempat kerja) sangat tinggi.Berbeda
dengan batuk pilek biasa influenza dapat mengakibatkan komplikasi yang berat. Virus
influenza menyebabkan kerusakan sel-sel selaput lendir saluran pernapasan sehingga
penderita sangat mudah terserang kuman lain, seperti pneumokokus, yang menyebabkan
radang paru (Pneumonia) yang berbahaya. Selain itu, apabila penderita sudah mempunyai
penyakit kronis lain sebelumnya (Penyakit Jantung, Paru-paru, ginjal, diabetes dll),
penyakit-penyakit itu dapat menjadi lebih berat akibat influenza.
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan cukup
0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia 8 tahun, maka dosis
pertama cukup 1 dosisi saja.

7. Demam Tifoid
Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang
masuk melalui saluran pencernaan dan menyebar keseluruh tubuh (sistemik), Bakteri ini
akan berkembang biak di kelenjar getah bening usus dan kemudian masuk kedalam darah
sehingga meyebabkan penyebaran kuman dalam darah dan selanjutnya terjadilah
peyebaran kuman kedalam limpa, kantung empedu, hati, paru-paru, selaput otak dan
sebagainya. Gejala-gejalanya adalah: Demam, dapat berlangsung terus menerus. Minggu
Pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningat setiap hari, biasanya menurun pada pagi
hari dan meningkat pada sore/malam hari. Minggu Kedua, Penderita terus dalam keadaan
demam. Minggu ketiga, suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali diakhir
minggu.gangguan pada saluran pencernaan, nafas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah,
lidah ditutupi selaput lendir kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Bisa juga perut kembung,
hati dan limpa membesar serta timbul rasa nyeri bila diraba.Biasanya sulit buang air besar,
tetapi mungkin pula normal dan bahkan dapat terjadi diare.gangguan kesadaran, Umumnya
kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu menjadi apatis sampai
somnolen. Bakteri ini disebarkan melalui tinja. Muntahan, dan urin orang yang terinfeksi
demam tofoid, yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat melalui perantara kaki-
kakinya dari kakus kedapur, dan mengkontaminasi makanan dan minuman, sayuran
ataupun buah-buahan segar. Mengkonsumsi makanan / minuman yang tercemar demikian
dapat menyebabkan manusia terkena infeksi demam tifoid. Salah satu cara pencegahannya
adalah dengan memberikan vaksinasi yang dapat melindungi seseorang selama 3 tahun dari
penyakit Demam Tifoid yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Pemberian vaksinasi ini
hampir tidak menimbulkan efek samping dan kadang-kadang mengakibatkan sedikit rasa
sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian

8. Hepatitis
Penyakit hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko
secara vertikal yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan
para medis, pecandu narkoba, pasien yang menjalani hemodialisa, petugas laboratorium,
pemakai jasa atau petugas akupunktur.
9. Meningitis
Penyakit radang selaput otak (meningitis) yang disebabkan bakteri Haemophyllus
influenzae tipe B atau yang disebut bakteri Hib B merupakan penyebab tersering
menimbulkan meningitis pada anak berusia kurang dari lima tahun. Penyakit ini berisiko
tinggi, menimbulkan kematian pada bayi.Bila sembuh pun, tidak sedikit yang
menyebabkan cacat pada anak.Meningitis bukanlah jenis penyakit baru di dunia
kesehatan.Meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang
belakang.Penyebab meningitis sendiri bermacam-macam, sebut saja virus dan bakteri.
Meningitis terjadi apabila bakteri yang menyerang menjadi ganas ditambah pula dengan
kondisi daya tahan tubuh anak yang tidak baik, kemudian ia masuk ke aliran darah,
berlanjut ke selaput otak. Nila sudah menyerang selaput otak (meningen) dan terjadi
infeksi maka disebutlah sebagai meningitis.

10. Pneumokokus
Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus sering juga disebut sebagai penyakit
pneumokokus. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dengan angka tertinggi menyerang
anak usia kurang dari 5 tahun dan usia di atas 50 tahun. Terdapat kelompok lain yang
memiliki resiko tinggi terserang pneumokokus (meskipun dari segi usia bukan risiko
tinggi), yaitu anak dengan penyakit jantung bawaan, HIV, thalassemia, dan anak dengan
keganasan yang sedang mendapatkan kemoterapi serta kondisi medis lain yang
menyebabkan kekebalan tubuh berkurang.

11. MMR ((Mumps Measles Rubella)


a. Mumps (parotitis atau gondongan)
Penyakit mumps (parotitis) disebabkan virus mumps yang menyerang kelenjar air liur di
mulut, dan banyak diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita
mumps, gejala yang dirasakan semakin hebat. Kebanyakan orang menderita penyakit
mumps hanya sekali seumur hidup.
Pencegahan mumps paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan campak dan
rubella (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.Setelah
lewat masa kanak-kanak, imunisasi mumps terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
bersamaan dengan campak dan rubella (vaksinasi MMR). Pemberian imunisasi MMR akan
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit mumps, campak dan rubella.

b. Measles (campak)
Penyakit measles (campak) disebabkan virus campak.Gejala campak yaitu demam,
menggigil, serta hidung dan mata berair.Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan
bintil merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut.Saat penyakit campak
memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40oC.
Pencegahan campak paling efektif adalah dengan imunisasi campak.Imunisasi campak
diberikan saat bayi berumur 9 bulan.Campak juga dapat dicegah dengan pemberian
imunisasi sebagai bagian vaksinasi MMR.Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi
campak terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, bersamaan dengan mumps dan rubella
(vaksinasi MMR).Imunisasi MMR diberikan sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-
2 bulan.

c. Rubella (campak Jerman)


Penyakit rubella disebabkan virus rubella.Rubella mengakibatkan ruam pada kulit
menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak.Ruam rubella
biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari.Gejala rubella berupa sakit kepala, kaku pada
persendian, dan rasa lemas.Biasanya rubella diderita setelah penderita berusia belasan
tahun atau dewasa.Bila bayi baru lahir atau anak balita terinfeksi rubella, bisa
mengakibatkan kebutaan.Bila wanita hamil terinfeksi rubella, dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin.Bayi umumnya lahir dengan cacat fisik (buta tuli) dan keterbelakangan
mental.
Pencegahan rubella paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan campak dan
mumps (vaksinasi MMR) sebanyak 2 kali dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.Setelah
lewat masa kanak-kanak, imunisasi rubella terus dilanjutkan walaupun telah dewasa,
bersamaan dengan campak dan mumps (vaksinasi MMR).
12. Rotavirus
Infeksi diare pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus.Infeksi diare
karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau muntah berak.Gejala infeksi
rotavirus berupa demam ringan, diawali muntah sering, diare hebat, dan atau nyeri
perut.Muntah dan diare merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung
selama 3 – 7 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan nafsu
makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat menyebabkan dehidrasi ringan
dan berat, bahkan kematian.Infeksi ini seringkali tidak berhubungan dengan makanan kotor
atau makanan basi atau air kotor.Tetapi penularannya lebih sering lewat fecal oral atau
kotoran masuk melalui mulut.Biasanya virus yang tersebar lewat muntahan tersebar di
sekitar mainan, pintu, lantai atau di sekitar anak-anak.Saat tangan anak tersentuh virus
melalui muntahan atau bekas feses yang tidak dicuci bersih dapat masuk ke tubuh saat
anak makan atau tangan masuk ke mulut. Angka kejadian kematian diare masih tinggi di
Indonesia dan untuk mencegah di are karena rotavirus, digunakan vaksin rotavirus. Vaksin
rotavirus yang beredar di Indonesia saat ini ada 2 macam. Pertama Rotateq diberikan
sebanyak 3 dosis: pemberian pertama pada usia 6-14 minggu dan pemberian ke-2 setelah
4-8 minggu kemudian, dan dosisi ke-3 maksimal pada usia 8 bulan. Kedua, Rotarix
diberikan 2 dosis: dosis pertama diberikan pada usia 10 minggu dan dosis kedua pada usia
14 minggu (maksimal pada usia 6 bulan). Apabila bayi belum diimunisasi pada usia lebih
dari 6-8 bulan, maka tidak perlu diberikan karena belum ada studi keamanannya

13. Varisela
Cacar air merupakan penyakit menular yang menimbulkan bekas bopeng di beberapa
bagian tubuh.Penyakit yang disebabkan oleh virus varicella ini bisa dicegah dengan
pemberian vaksin varicella.

14. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis tipe A dan
menyerang sel-sel hati manusia. Setiap tahunnya di Asia Tenggara, kasus hepatitis A
menyerang sekitar 400.000 orang per tahunnya dengan angka kematian hingga 800
jiwa.Sebagian besar penderita hepatitis A adalah anak-anak.
G. Jenis- Jenis Imunisasi
1. Imunisasi kekebalan tubuh ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat timbul ketika seseorang bersinggungan dengan, sebagai contoh,
mikroba. Sistem kekebalan akan membentuk antibodi dan perlindungan/perlawanan
lainnya terhadap mkroba. Imunisasi aktif buatan adalah dimana mikroba, atau bagian
darinya, diinjeksikan kepada seseorang sebelum ia dapat melakukannya secara alami.
Contoh vaksin hidup yang telah dilemahkan meliputi tampek, gondongan, rubella, atau
kombinasi ketiganya dalam satu vaksin sebagai vaksin MMR, demam kuning (yellow
fever), cacar air (varicella), rotavirus, dan vaksin influenza.

b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah elemen-elemen pra-sintesa dari sistem kekebalan yang dipindahkan
kepada seseorang, sehingga tubuhnya tidak perlu membuatnya sendiri elemen-elemen
tersebut.Akhir-akhir ini, antibodi dapat digunakan untuk imunisasi pasif. Metode imunisasi
ini bekerja sangat cepat, tetapi juga berakhir cepat, karena antibodi akan pecah dengan
sendirinya, dan jika tak ada sel-sel B untuk membuat lebih banyak antibodi, maka mereka
akan hilang. Imunisasi pasif terdapat secara fisiologi, ketika antibodi-antibodi dipindahkan
dari ibu ke janin selama kehamilan, untuk melindungi janin sebelum dan sementara waktu
sesudah kelahiran.Imunisasi pasif buatan umumnya diberikan melalui injeksi dan
digunakan jika ada wabah penyakit tertentu atau penanganan darurat keracunan, seperti
pada tetanus.Antibodi-antibodi ini dapat dibuat menggunakan binatang, dinamai “terapi
serum”, meskipun ada kemungkinan besar terjadinya syok anafilaksis, karena sistem
kekebalan yang melawan serum binatang tersebut. Jadi, antibodi manusia dihasilkan secara
in vitro melalui kultur sel dan digunakan menggantikan antibodi dari binatang, jika
tersedia. Di kota-kota besar di Indonesia selalu tersedia vaksin rabies untuk mereka yang
ingin mendapatkan kekebalan terhadap rabies dan serum anti-rabies bagi mereka yang
dikhawatirkan sudah terjangkit rabies, karena misalnya habis digigit anjing atau monyet.
Imunisasi Berdasarkan Sifat Penyelenggaraannya
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi :
a. Imunisasi program
b. Imunisasi Program terdiri atas:
1) Imunisasi rutin
Imunisasi dasar
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun dan terdiri atas
imunisasi terhadap penyakit:
 hepatitis B
 poliomyelitis
 tuberkulosis
 difteri
 pertusis
 tetanus
 pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib)
 campak.

Imunisasi lanjutan.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untukmempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan
Imunisasi dasar.

Imunisasi lanjutan diberikan pada:


 anak usia bawah dua tahun (Baduta)
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada Baduta terdiri atas imunisasi terhadap penyakit
difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
Hemophilus Influenza tipe b (Hib), serta campak.
 anak usia sekolah dasar
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri atas Imunisasi
terhadap penyakit campak, tetanus, dan difteri yang diberikan pada bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha kesehatan sekolah.
 wanita usia subur (WUS).
Imunisasi lanjutan yang diberikan pada WUS terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit
tetanus dan difteri.

2) Imunisasi tambahan
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok
umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis
pada periode waktu tertentu.
Pemberian Imunisasi tambahan sebagaimana dilakukan untuk melengkapi Imunisasi dasar
dan/atau lanjutan pada target sasaran yang belum tercapai.

3) Imunisasi khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap
penyakit tertentu pada situasi tertentu.Situasi tertentu berupa persiapan keberangkatan calon
jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit tertentu,
dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit tertentu.
Imunisasi khususberupa Imunisasi terhadap meningitis meningokokus, yellow fever (demam
kuning), rabies, dan poliomyelitis.

c. Imunisasi pilihan.
Imunisasi Pilihan dapat berupa Imunisasi terhadap penyakit:
pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh
pneumokokus;
 diare yang disebabkan oleh rotavirus;
 influenza;
 cacar air (varisela);
 gondongan (mumps);
 campak jerman (rubela);
 demam tifoid;
 hepatitis A
 kanker leher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus;
 Japanese Enchephalitis;
 herpes zoster;
 hepatitis B pada dewasa
 demam berdarah.

2. 5 Macam Imunisasi dasar :


a. Vaksin BCG
Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun telah
dilemahkan.Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC)
tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis
complex.
1) Penyimpanan :lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis :0.05 ml
3) Kemasan :ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl Faali)
4) Masa kadaluarsa :satu tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak demam
6) Cara pemberian
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.Disuntikan ke
dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan.Dalam memberikan suntikan intrakutan,
agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10
mm, ukuran 26).
7) Efek samping :jarang dijumpai, bisa terjadi pembeng-kakan
kelenjar getah bening setempat yang terbatas dan biasanya menyembuh sendiri walaupun
lambat
8) Kontra Indikasi :tidak ada larangan, kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.
b. Vaksin DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal khusus tetanus, kombinasi DT (diphteri
tetanus) dan kombinasi DPT. Vaksin diphteri terbuat dari toksin kuman diphteri yang telah
dilemahkan (toksoid), biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus
dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DPT.
Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin
kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Ada tiga kemasan vaksin
tetanus yaitu tunggal, kombinasi dengan diphteri dan kombinasi dengan diphteri dan
pertusis.Vaksin pertusis terbuat dari kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan.
1) Penyimpanan : lemari es, suhu 2-8º C
2) Dosis : 0.5 ml, tiga kali suntikan, interval minimal 4 mg
3) Kemasan : Vial 5 ml
4) Masa kadaluarsa : Dua tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :demam ringan, pembengkakan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2
hari
6) Efek samping :Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam, kemerahan pada
tempat suntikan. Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat, seperti demam
tinggi atau kejang, yang biasanya disebabkan unsur pertusisnya.
7) Indikasi kontra :Anak yang sakit parah, anak yang menderita penyakit kejang demam
kompleks, anak yang diduga menderita batuk rejan, anak yang menderita penyakit gangguan
kekebalan. Batuk, pilek, demam atau diare yang ringan bukan merupakan kotra indikasi
yang mutlak, disesuaikan dengan pertimbangan dokter.
c. Vaksin Poliomielitis
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung virus polio
tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan
(salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin yang mengandung virus polio yang
hidup tapi dilemahkan (sabin), cara pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV)
lebih banyak dipakai di Indonesia.
1) Penyimpanan : OPV : Freezer, suhu -20º C
2) Dosis : 2 tetes mulut
3) Kemasan : vial, disertai pipet tetes
4) Masa kadaluarsa : OPV : dua tahun pada suhu -20°C
5) Reaksi imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
6) Efek samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota gerak seperti polio
sebenarnya.
7) Kontra Indikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
d. Vaksin Campak
Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.Kemasan untuk program
imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal.Namun ada vaksin dengan kemasan
kering kombinasi dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut
MMR.
1) Penyimpanan :Freezer, suhu -20º C
2) Dosis :setelah dilarutkan, diberikan 0.5 ml
3) Kemasan :vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukeringkan, beserta pelarut 5 ml (aquadest)
4) Masa kadaluarsa :2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada label)
5) Reaksi imunisasi :biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam ringan dan
sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, atau
pembengkakan pada tempat penyuntikan.
6) Efek samping :sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang
ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang
otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
7) Kontra Indikasi :sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam derajat
berat, gangguan
kekebalan, penyakit keganasan. Dihindari pula pemberian pada ibu hamil.
e. Vaksin Hepatitis B
Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara
suntikan 1 dan 2, lima bulan antara suntikan 2 dan 3. Namun cara pemberian imunisasi
tersebut dapat berbeda tergantung pabrik pembuat vaksin. Vaksin hepatitis B dapat
diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak membahayakan janin, bahkan akan
membekali janin dengan kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir.
a. Reaksi imunisasi :nyeri pada tempat suntikan, yang mungkin disertai rasa panas atau
pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
b. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali pemberian
c. Kemasan :HB PID
d. Efek samping :selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang berarti
e. Indikasi kontra :anak yang sakit berat.
f. Vaksin DPT/ HB (COMBO)
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis
yang inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang
mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
a. Dosis :0.5 ml sebanyak 3 kali
b. Kemasan :Vial 5 ml
c. Efek samping :gejala yang bersifat sementara seoerti lemas, demam, pembengkakan dan
kemerahan daerah suntikan. Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas,
meracau yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan
biasanya hilang dalam 2 hari
d. Kontra indikasi:gejala keabnormalan otak pada bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf yang merupakan kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap
komponen vaksin, penderia infeksi berat yang disertai kejang
H. Jadwal Imunisasi
1. Imunisasi Rutin
a. Imunisasi dasar

Catatan :
 Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca persalinan,
dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus daerah dengan akses
sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari.
 Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, Imunisasi BCG dan
Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
 Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai usia <1
tahun tanpa perlu melakukan tes mantoux.
 Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HBHib 1, DPT-HB-Hib 2, dan DPT-
HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai
status Imunisasi T2.
 IPV mulai diberikan secara nasional pada tahun 2016
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum bayi
berusia 1 tahun.
b. Imunisasi Lanjutan
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Catatan:
 Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan
dalam rentang usia 18-24 bulan
 Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-HB-
Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3.
Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar

Catatan:
 Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan DPT-
HB-Hib serta mendapatkan Imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai status Imunisasi
T5.
Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS)
Catatan:
 Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening) terlebih dahulu,
terutama pada saat pelayanan antenatal.
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah mencapai T5, yang
harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis.

I. KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)


1. Definisi KIPI
KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan pada seseorang yang terjadi
setelah pemberian imunisasi.Kejadian ini dapat merupakan reaksi vaksin ataupun
bukan.Kejadian yang bukan reaksi vaksin dapat merupakan peristiwa koinsidens (peristiwa
yang kebetulan terjadi) bersamaan atau setelah imunisasi. Klasifikasi KIPI dibagi menjadi
5 kategori : Pilihlah salah satu dari 5 kategori dibawah ini untuk mempelajari lebih jauh
tentang klasifikasi KIPI
1. Reaksi KIPI yang terkait komponen vaksin
KIPI yang diakibatkan sebagai reaksi terhadap satu komponen atau lebih yang terkandung
di dalam vaksin.
Contoh : Pembengkakan luas di paha setelah imunisasi DTP.
2. Reaksi KIPI yang terkait dengan cacat mutu vaksin
KIPI yang disebabkan oleh karena ada cacat mutu yang dipersyaratkan dalam produk
vaksin, termasuk penggunaan alat untuk pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen.
Contoh : Kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh produsen vaksin pada waktu
melakukan inaktivasi virus polio saat proses pembuatan vaksin IPVVaksin polio inaktivasi
(IPV)Vaksin polio inaktivasi (mati) dibuat pada tahun 1955 oleh Dr. Jonas Salk. Berbeda
dengn vaksin polio oral (OPV) , vaksin hidup yang dilemahkan (LAV) , IPV harus
diberikan melalui suntikan untuk membentuk respon imun. (inactivated polio vaccine).
Kelalaian dalam proses inaktivasi dapat menyebabkan kelumpuhan apabila IPV tersebut
disuntikkan kepada orang.
3. Reaksi KIPI akibat kesalahan prosedur
KIPI jenis ini disebabkan oleh cara pelarutan vaksin yang salah dan cara pemberian vaksin
yang salah. Kesalahan ini sangat mudah untuk dihindari.
Contoh : Terjadinya infeksi oleh karena penggunaan vial multidosis yang terkontaminasi
oleh mikroba (Catatan : Jarum yang berulang-ulang masuk ke dalam vial sewaktu
mengambil vaksin sudah tidak steril lagi).
4. Reaksi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik
KIPI ini terjadi karena kecemasan pada waktu disuntik.
Contoh : Terjadinya apa yang disebut dengan vasovagal syncopeSinkope yaitu reaksi
neurovaskuler yang menyebabkan terjadinya mata berkunang-kunang , badan terasa lemah
sampai pingsan. Sering terjadi pada anak dewasa muda pada saat pemberian imunisasi atau
sesudah pemberian imunisasi.
5. Kejadian Koinsiden
KIPI ini disebabkan oleh hal-hal lain yang tidak disebutkan sebelumnya.
Contoh : Demam yang sudah terjadi sebelum atau pada saat pemberian imunisasi. Dalam
hal ini dikatakan sebagai asosiasi temporalAsosiasi temporalDua atau lebih kejadian yang
terjadi pada waktu yang bersamaan. Kejadian pertama dapat berhubungan atau tidak
berhubungan dengan kejadian berikutnya..Sebagai contoh di daerah endemis
malariaMalariaPenyaki infeksi yang disebabkan oleh parasit (plasmodium) yang ditularkan
dari manusia ke manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Malaria
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di sub sahara Afrika. seperti di daerah
sub sahara, penderita malaria yang disebabkan infeksi plasmodium malaria yang ditularkan
oleh nyamuk anopheles sangat sering terjadi. Sehingga sering terjadi KIPI yang bersifat
koinsiden.
KIPI koinsiden apabila sering ditemukan didalam kegiatan imunisasi, maka dapat dijadikan
sebagai indikasi bahwa ada masalah kesehatan masyarakat diwilayah tersebut yang perlu
dianalisis lebih jauh.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah, bertanggungjawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok
umur serta tatacara memberikan vaksin pada sasaran.Pelaksaan program imunisasi dilakukan
oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang diberikan kepada tidak hanya anak sejak
bayi hingga remaja tetapi juga pada dewasa. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi yaitu TBC (Tuberculosis), difteri, pertusis, tetanus, polio, influenza, demam tifoid,
hepatitis, meningitis, pneumokokus, mmr ((mumps measles rubella), rotavirus, varisela dan
hepatitis A .
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. 2007.Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa Bilang Anak Sehat
Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex Media
Suririnah.Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Priyono, Y. Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Jakarta: PT BUKU KITA

Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12


Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
.http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._12_ttg_Penyelenggaraan_Imunisa
si_.pdf . Diunduh pada 17 November 2017.

WHO. 2017. Modul 1 Introduksi Keamanan Vaksin. http://in.vaccine-safety-


training.org/adverse-events-classification.html . Diakses pada 16 November 2017.

Departemen Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/InfoDatin -Imunisasi-2016.pdf.
Diunduh pada 10 November 2017

Dokter Indonesia. 2015. Inilah Perbedaan Imunisasi Aktif Dan Imunisasi Pasif .
https://mediaimunisasi.com/2015/03/17/inilah-perbedaan-imunisasi-aktif- dan-imunisasi-
pasif/. Diakses pada 17 November 2017

Santoso, B. 2017.Sekilas Vaksin Pneumokokus.


http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/sekilas-vaksin-pneumokokus . Diakses Pada
16
TUGAS KEPERAWATAN ANAK
MAKALAH MALARIA

Di Susun Oleh :

NAMA : NUR ASLISA ARIS


NIM : PO713201191023
KELAS : II A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKESMAKASSAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


2020 / 2021
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Malaria
Definisi penyakit malaria menurut World Health Orgnization (WHO)adalah penyakit
yang disebabkan oleh parasit malaria ( plasmodium) bentukaseksual yang masuk kedalam tubuh
manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (  Anopheles SPP ) betina. Definisi lainnya adalah suatu
jenis penyakit menular yangdisebabkan oleh agen tertentu yang infektif dengan perantara suatu
vektor dandapat disebarkan dari satu sumber infeksi kepada host.
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasite plasmodium
antara lain plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodiumfalciparum, plasmodium ovale
yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop yangditularkan oleh nyamuk malaia (anopheles),
penyakit malaria dapat menyerangsemua orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua
golongan umur (daribayi, anak-anak, sampai dewasa), apapun pekerjaannya, penyakit malaria
biasanyamenyerang yang tinggal didaerah yang mempunyai banyak genangan air yangsesuai untuk tempat
perkembangbiakan nyamuk malaria seperti persawahan, pantai,perbukitan dan pinggiran hutan
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 malaria adalah penyakitinfeksi yang
disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup danberkembang biak dalam sel darah
merah manusia dan penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina. Penyakit malaria adalah salahsatu penyakit yang menular, penyakit parasit yang hidap
dalam sel darah manusiayang ditularkan melelui nyamuk malaria dari penderita malaria kepada
orang lain,penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur dan semua jenis kelamin.
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit(protozoa) dari genus
plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamukanopheles. Istilah malaria diambil
dari dua kata dari bahasa Italia, yaitu Mal(buruk) dan Area (udara) atau udara buruk, karena
dahulu banyak terdapat didaerahrawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga
mempunyaibeberapanama lain seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam
pantai,demamcharges, demam kura dan paludisme .
B. Jenis Malaria
Penyakit ini memiliki empat jenis dan disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Jenis
malaria itu adalah:
1. Malaria ertian (paling ringan), yang disebabkan plasmodium vivax dengan gejala demam
dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama dua
minggu setelah infeksi).
2. Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika,
disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat
malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan
koma, mengigau dan kematian.
3. Malaria kuartana yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih
lama daripada penyakit malaria ertian atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi
antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap
tiga hari.
4. Malaria pernisiosa, disebabkan oleh plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat
mendadak, mirip stroke, koma disertai gejala malaria yang berat

C. Gejala Malaria
Penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala klinis dengan gejalautama demam
mengigil secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengangejala klinis lain sebagai berikut
1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
2. Nafsu makan menurun.
3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium
Falciparum.
5. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
7. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yangmenonjol adalah
mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia)serta adanya riwayat
kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria
8. Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3stadium yang
berurutan yaitu :
a. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat
dingin.Gigigemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segalamacam
pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah.Bibirdan jari jemarinya
pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat.Penderitamungkin muntah dan pada anak-
anak sering terjadi kejang.Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam. 
b. Stadium demam (Hot stage).
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa
kepanasan.Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar,
sakitkepala menjadi-jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi.Biasanya
penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkatsampai 41°C atau lebih.
Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam.Demam disebabkan oleh pecahnya
sison darah yang telah matang danmasuknya merozoit darah kedalam aliran darah.
Pada plasmodium vivax dan P. ovale sison-sison dari setiap generasimenjadi
matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tigahari terhitung dari
serangandemam sebelumnya. Nama malaria
tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada plasmodium malariaa, fenomenatersebut
72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya intervaldemamnya tidak
jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yanglamanya tergantung pada proses
pertumbuhan parasit dan tingkatkekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
c. Stadium berkeringat (sweating stage)
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampaitempat
tidurnya basah.Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah
suhu normal.Penderita biasanya dapat tidurnyenyak.Pada saat bangun dari tidur
merasa lemah tetapi tidak ada gejalalain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4
jam. Gejala-gejala yangdisebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita,
tergantung padaspecies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat
biasanyaterjadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium
falciparum.Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan parasit (bentuk trofosoitdan
sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ tubuh sepertiotak, hati dan ginjal
sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah pada organ-organ
tubuh tersebut.Gejala mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai
tidak berfungsinya ginjal.Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malariaini.
Kadang-kadang gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black waterfever yang
merupakan gejala berat adalah munculnya hemoglobin pada airseni yang
menyebabkan warna air seni menjadi merah tua atau hitam.Gejala lain dari black water
fever adalah ikterus dan muntah-muntah yangwarnanya sama dengan warna empedu,
black water fever biasanyadijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum
yang berulang-ulang dan infeksi yang cukup berat.

D. Pencegahan Penyakit Malaria


Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satulangkah yang penting
untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hariini.Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan
oleh kesadaran masyarakatsetempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan menghindari gigitan
nyamuk dapatdilakukan dengan cara :
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengankelambu
berinsektisida.
2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
6. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarangnyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yangbergantungan serta
genangan air.
9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubukabate) pada genangan air
atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payausepanjang
pantai.
E. Pengobatan Penyakit Malaria
Berikut adalah daftar obat yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit malaria.
1. Atovaquone/Proguanil (Malarone)
a. Obat ini dapat digunakan 1-2 hari sebelum melakukan perjalanan ke daerahepidemi
malaria (dibanding dengan obat lain yang harus digunakan dalam jangka waktu yang
lebih panjang).
b. Pilihan terbaik untuk waktu perjalanan yang lebih singkat ke daerahepidemi malaria
karena obat ini hanya digunakan dalam waktu 7 harisetelah perjalanan ke daerah
epidemi, dibandingkan dengan obat lain yangharus digunakan 4 minggu sepulangnya dari
daerah epidemi malaria.
c. Efek samping yang sangat rendah (hampir tidak ada efek samping)
d. Mudah untuk dibeli di apotek.
2. Klorokuin
a. Pilihan yang baik untuk perjalanan yang panjang ke daerah epidemi malariakarena obat ini digunakan
mingguan (satu minggu sekali)
b. Dapat digunakan oleh wanita hamil.
c. Beberapa orang lebih suka mengambil dosis mingguan.
3. Doxycycline
a. Obat ini dapat diambil 1-2 hari sebelum tiba di tempat epidemi malaria.
b. Obat malaria yang paling murah di pasaran saat ini.
c. Obat ini juga melindungi dari beberapa infeksi lain seperti Rickettsiae andleptospirosis.
4. Mefloquine
a. Sangat cocok untuk perjalanan panjang dan lama ke tempat epidemi malariakarena obat
ini hanya digunakan seminggu sekali.
b. Dapat digunakan oleh wanita hamil.
5. Primakuin
a. Obat ini sangat efektif menangkal plasmodium vivax sehingga sangat cocokdigunakan di
daerah epidemi malaria vivax.
b. Obat hanya perlu digunakan 7 hari setelah meninggalkan tempat epidemi.
c. Obat digunakan 1-2 hari sebelum ke tempat epidemi malaria.
F. Epidemiologi Malaria
Epidemiologi malaria adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran malaria dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya dalam masyarakat. Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang
diselidiki : host (manusia sebagai host intermediate dan nyamuk sebagai host definitive), agent
(penyebab penyakit malaria, plasmodium), environment (lingkungan).

Gambar Segitiga Epidemiologi


1. Agent (Parasit Malaria)
Penyebab malaria adalah Genus Plasmodia Famili Plamodiidae dan Ordo Coccidiida dan di
Indonesia sampai saat ini ada 4 spesies parasit malaria yang diketahui (Depkes RI, 2001) :
a. Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika yang sering menyebabkan
malaria yang berat hingga menyebabkan kematian.
b. Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana.
c. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana.
d. Plasmodium ovale (jarang dijumpai), umumnya di Afrika.
2. Host (Pejamu)
a. Manusia (Host intermediate)
Penyakit malaria dapat mengidentifikasi setiap manusia, ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi manusia sebagai pejamu penyakit malaria antara lain : usia
atau umur, jenis kelamin, imunitas, rasa tau suku bangsa, status gizi, sosial ekonomi
(Susana, 2010 : 18).
b. Nyamuk (Host definitif)
Nyamuk Anopheles yang menghisap darah hanya nyamuk Anopheles
betina.Darah diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Perilaku nyamuk sangat
menentukan dalam proses penularan malaria.
3. Environment (Lingkungan)
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada
sehingga memungkinkan terjadinya penularan malaria indigenous (setempat) terjadinya
penularan malaria disebabkan antara lain oleh faktor lingkungan yang kondusif sebagai tempat
perindukan nyamuk malaria
Faktor lingkungan mempunyai peranan yang besar sesudah perilaku manusia dalam
memerankan kesehatan. Lingkungan vektor adalah keadaan lingkungan dimana vektor dapat
berkembang biak dengan baik
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik dibedakan antara cuaca dan iklim. Cuaca didefinisikan sebagai fluktasi
yang besar di atmosfer dari jam ke jam atau hari ke hari sedangkan iklim adalah rata-rata
cuaca yang dideskripsikan dalam hubungan dengan rata-rata dan kuantitas statistic lainnya
yang mengukur variasi selama satu periode waktu untuk suhu daerah geografis. Unsur iklim
antara lain suhu udara, suhu air, kelembapan udara, hujan, angin, cahaya matahari,
ketinggian, arus air
b. Lingkungan kimia
Sifat-sifat lingkungan kimia berpengaruh terhadap kepadatan vektor antara lain derajat
keasaman air, salinitas, kekeruhan/turbiditas bebas (CO2), oksigen terlarut (DO) dan
tegangan permukaan
c. Lingkungan biologi
Berbagai jenis tumbuhan seperti bakau, lumut, ganggang, dan berbagai jenis tumbuhan
lain dapat mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat mengahalangi sinar matahari yang
masuk atau melindungi dari serangan makhluk hidup lain. Adanya berbagai jenis ikan
pemakan larva seperti ikan kepala timah, ikan nila, dll akan mempengaruhi populasi nyamuk
disuatu daerah
d. Lingkungan sosial budaya
Faktor sosial memegang peranan yang penting dalam penularan malaria. Pembangunan
bendungan, penambangan timah, dan pembukaan tempat pemukiman baru adalah beberapa
contoh kegiatan pembangunan yang sering menimbulkan perubahan lingkungan yang
menguntungkan bagi nyamuk Anopheles
Faktor ini besar pengaruhnya dibandingkan dnegan faktor lainnya. Kebiasaan berada diluar
rumah sampai larut malam dimana vektornya lebih bersifat eksofilik dan eksofagik akan
memperbesar jumlah gigitan nyamuk. Penggunaan kelambu, kawat kasa pada rumah dan
penggunaan zat penolak nyamuk yang intensitasnya berbeda sesuai dengan perbedaan status
social masyarakat, akan mempengaruhi angka kesakitan malaria.
Faktor yang cukup penting adalah pandangan atau persepsi masyarakat terhadap penyakit
malaria, papabila malaria dianggap sebagai suatu kebutuhan untuk diatasi, upaya untuk
menyehatkan lingkungan akan dilaksanakan oleh masyarakat. Dampak dari laju pembangunan
yang kian cepat adalah timbulnya tempat perindukan buatan manusia itu sendiri, seperti tempat
pemukiman baru, pembangunan bendungan, penambangan timah dan emas yang menimbulkan
perubahan lingkungan yang menguntungkan bagi nyamuk malaria

G. Faktor Yang Mempengaruhi


1. Tempat peristirahat vektor
Seperti halnya tempat perkembangbiakkan vektor, maka tempat peristirahatan vektor juga
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kejadian malaria. Pada umumnya vektor
malaria akan lebih senang beristirahat pada tempat yang teduh, lembab dan aman
2. Tempat berkembang biak vektor
Tempat berkembang biak nyamuk Anopheles adalah genangan genangan air, baik air tawar,
maupun air payau, tergantung dari jenis nyamuknya, air itu tidak boleh tercemar atau
terpolusi dan selalu berhubungan dengan tanah
3. Tempat makan vektor
Ternak besar seperti sapi dan babi dapat mengurangi gigitan nyamuk pada manusia, apabila
kandang hewan tersebut diletakkan diluar rumah tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah
4. Perilaku masyarakat
Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi kesetiaan
masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan menyehatkan lingkungan,
menggunakan kelambu, kawat kasa pada rumah dan menggunakan obat nyamuk Menurut
Budarja, perilaku penggunaan obat anti nyamuk pada saat tidur malam dapat memberikan
dampak atau pengaruh terhadap kejadian malaria.
H. Riwayat penyakit malaria di Indonesia dari tahun 2017
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, hingga akhir 2017 terdapat 261.671
kasus malaria di Indonesia yang 100 di antaranya meninggal dunia.
Masih ada sekitar 28 persen penduduk Indonesia yang tinggal di wilayah endemis malaria, baik
rendah, sedang, maupun tinggi. Situasi malaria di Indonesia menunjukkan masih terdapat 10,7
juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria. Daerah tersebut
terutama meliputi Papua, Papua Barat, dan NTT.Pada 2017, dari jumlah 514 kabupaten/kota di
Indonesia, 266 (52%) di antaranya wilayah bebas malaria, 172 kabupaten/kota (33%) endemis
rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemis menengah, dan 39 kabupaten/kota (8%) endemis
tinggi.Saat ini pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah on
the track dalam upaya eliminasi malaria pada 2030. Pada tahun 2016 jumlah kab/kota eliminasi
malaria sebanyak 247 dari target 245.
Pada 2017 pemerintah berhasil memperluas daerah eliminasi malaria yakni 266
kabupaten/kota dari target 265 kabupaten/kota. Sementara tahun ini ditargetkan sebanyak 285
kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi, dan 300 kabupaten/kota pada 2019.Selain itu,
pemerintah pun menargetkan tidak ada lagi daerah endemis tinggi malaria di 2020. Pada 2025
semua kabupaten/kota mencapai eliminasi, 2027 semua provinsi mencapai eliminasi, dan 2030
Indonesia mencapai eliminasi.Eliminasi malaria adalah upaya untuk menghentikan penularan
malaria setempat dalam satu wilayah geografi tertentu. Maksudnya, kasus malaria masih ada
namun bukan didapat di daerah tersebut, dan bisa jadi masih ditemukan nyamuk penular
malarianya, sehingga tetap dibutuhkan kewaspadaan petugas kesehatan, pemerintah, dan
masyarakat untuk mencegah penularan kembali.
Upaya pemerintah dalam memperluas wilayah bebas malaria di antaranya dilakukan
melalui pekan kelambu anti nyamuk massal dan pemantauan penggunaannya. Secara nasional,
jumlah kelambu yang didistribusikan untuk seluruh Indonesia sejak tahun 2004 sampai 2017
sebanyak 27,6 juta kelambu.Secara umum upaya yang efektif mencegah malaria adalah tidur
menggunakan kelambu, penyemprotan dinding rumah, dan menggunakan repellent. Sementara
upaya lainnya adalah dengan manajemen lingkungan, termasuk menebarkan ikan pemakan
jentik, seperti ikan mujair dan cupang.Dilakukan pula pelatihan tenaga untuk malaria bagi
(dokter, perawat, analis, kader, petugas surveilans, etomolog), dan penyediaan alat diagnostik
dan obat anti malaria yaitu artemisinin based-combination therapy (ACT).
DAFTAR PUSTAKA

Arlan Prabowo. Malaria: Mencegah dan Mengatasi, Penerbit Niaga Swadaya

Dr. Suparyanto, M.Kes. Epidemiologi Penyakit Malaria.http://dr-


suparyanto.blogspot.com/2014/03/epidemiologi-penyakit-malaria.htmldiakses tanggal 07
Februari 2019 pukul 10.12

http://www.depkes.go.id/article/view/18043000010/hari-malaria-sedunia-
pemerintah-perluas-wilayah-bebas-malaria.html diakses tanggal 07 Februari 2019 pukul
11.15
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3989706/infografis-fakta-seputar-
malaria-di-indonesia diakses tanggal 07 Februari 2019 pukul 11.15
Subdit Malaria.2017. Buku Saku Tatalaksana Kasus Malaria.Kemetenterian
Kesehatan Republik Indonesia 2017.
file:///C:/Users/Asus/Downloads/Documents/bukusaku_malaria.pdf diakses tanggal 07
Februari 2019 pukul 09.30

(Aspirator Vol. 1 No. 2 Tahun 2009 : 94-102)


TUGAS KEPERAWATAN ANAK
INFEKSI CACING

Di Susun Oleh :

NAMA : NUR ASLISA ARIS


NIM : PO713201191023
KELAS : II A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKESMAKASSAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


2020 / 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia. Umumnya, cacing jarang menimbulkan penyakit
serius namun dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang berhubungan dengan faktor
ekonomi. Penyakit kecacingan di Indonesia adalah penyakit rakyat umum, infeksinya pun dapat
terjadi secara simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus, pada orang dewasa bisa
menyebabkan menurunnya produktivitas kerja dan dalam jangka panjang hal ini dapat
menyebabkan menurunnya sumber daya manusia
Menurut data World Health Organization (2017) sebanyak 820 miliar orang di dunia
terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 460 miliar orang terinfeksi cacing Trichuris trichiura
dan 440 miliar orang terinfeksi cacing Hookworm. Soil Transmitted Helminth merupakan
kelompok parasit cacing usus yang memerlukan media tanah untuk perkembangannya. Parasit
cacing usus yang termasuk Soil Transmitted Helminth antara lain Ascaris lumbricoides (cacing
gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Hookworm (cacing kait) dan Strongyloides
stercoralis atau cacing benang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan prevalensi infeksi Soil
Transmitted Helminth (STH) masih lebih dari 20%. Hasil survey tahun 2008 pada delapan
Provinsi terpilih di Indonesia didapatkan kisaran prevalensi STH yang cukup tinggi yaitu antara
2,7% - 60,7%. Prevalensi kecacingan terendah ada di Provinsi Sulawesi Utara dan tertinggi
diProvinsi.

Banten dengan jenis cacing yang paling banyak yaitu Trichuris trichiura Penelitian yang
dilakukan oleh Tirtayanti, Sundari, dan Dhyanaputri (2016) juga menunjukkan bahwa dari 26
sampel potongan kuku tangan pengrajin genteng di Desa Pejaten Kediri Tabanan ditemukan
telur cacing Ascaris lumbricoides sebanyak 53,8%, Hookworm sebanyak 23,1%, campuran telur
cacing Ascaris lumbricoides dan Hookworm sebanyak 15,4% serta campuran telur cacing
Trichuris trichiura sebanyak7,7%.
Infeksi kecacingan banyak ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi terutama
pada kelompok masyarakat dengan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang kurang baik.
Menurut Irianto (2011) suhu yang optimum bagi Ascaris lumbricoides adalah 22-330C dan
Trichuris trichiura tumbuh baik di daerah panas, dengan kelembaban tinggi terutama tempat
yang terlindung. Menurut Natadisastra (2009) lingkungan yang baik bagi perkembangan cacing.

tambang adalah pada tanah gembur. Suhu optimum bagi Necatoramericanusadalah


28-320 C dan untuk cacing Ancylostoma duodenale adalah 23-25 0C. Cacingan mempengaruhi
pemasukan (intake), pencernaan (digestif),penyerapan (absorbsi) dan metabolisme makanan.
Infeksi cacing dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa kekurangan kalori dan protein serta
kehilangan darah, selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktivitas
kerja, juga dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya.Satu
ekor cacing dapat menghisap darah, protein, dan karbohidrat dari tubuh manusia. Prevalensi rata-
rata jumlah cacing 6 ekor per orang dan kemungkinan kerugian akibat kehilangan nutrisi berupa
protein, karbohidrat dan darah, tentu akan memberikan efek yang sangat membahayakan

Penyakit kecacingan, tidak hanya menyerang kalangan anak anak saja, namun juga
dapat menyerang semua kalangan tanpa mengenal batasan umur. Umumnya orang yang sering
kontak langsung dengan tanah, tanpa menggunakan alat pelindung diri 86% beresiko terkena
penyakit kecacingan, karena tanah merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan telur
Ascaris lumbricoides dan Trichuri trichiura. Pertumbuhan yang baik bagi cacing tambang
diperlukan tanah pasir, karena diantara butir-butir tanah pasir ini larva dapat leluasa mengambil
O2 maupun zat pembangun.
Pekerja yang berhubungan langsung dengan tanah mempunyai peluang besar terkena
infeksi cacing. Infeksi cacing yang berat, dapat berakibat langsung berkaitan dengan gangguan
pencernaan, anemia, dan sindrom paru, apabila dikaitkan dengan kerja, kejadiaan infeksi ini
akan menurunkan produktifitas kerja.
Salah satu pekerjaan yang beresiko terkena infeksi kecacingan adalah pengrajin gerabah.
Pengrajin gerabah, selalu kontak langsung dengan tanah pada saat proses pembuatan kerajinan
yang membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menyempurnakan pola kerajinan yang
dibuat. Pembuatan kerajinan gerabah masih menerapkan teknik manual yaitu dengan
menggunakan tangan untuk membentuk pola kerajinan yang diinginkan dengan menggunakan
bahan pokok berupa tanah liat. Bali yang terkenal dengan daerah seni dan budayanya masih
menggunakan produk hasil olahan dari tanah liat ini sebagai alat sarana upacara keagamaan
maupun pajangan kerajinan seni yang di perjual belikan baik di Bali bahkan sampai keluar
daerah Bali, menurut Ali (2016), terdapat hubungan antara pemakaian alat pelindung diri
(APD), Kebersihan kuku, mencuci tangan, penyediaan air bersih, kepemilikan jamban dan
saluran pembuangan limbah dengan kejadian penyakit cacing.
Diagnosis terhadap infeksi STH untuk menentukan ada atau tidaknya parasit tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan sampel kuku atau feses. Penyakit cacingan dapat
ditularkan melalui kuku yang kotor serta menginjak tanah tanpa menggunakan alas kaki
sehingga akan mempermudah terinfeksi cacing.Sebagian besar infeksi oleh parasit berlangsung
tanpa gejala atau menimbulkan gejala ringan, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium sangat
dibutuhkan.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap pengrajin
gerabah di sentral kerajinan gerabah Kelurahan Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.
Daerah ini penduduknya mayoritas bekerja sebagai pengrajin maupun penjual gerabah. Dalam
proses produksinya, pekerja masih menggunakan cara tradisional dengan menggunakan tangan
untuk membentuk pola kerajinan yang diinginkan, tanpa menggunakan alat pelindung diri pada
saat bekerja. Pekerja juga mencuci tangan tidak menggunakan air bersih dan sabun sebelum
makan dan setelah bekerja. Kebanyakan dari pekerja memiliki kuku yang tidak terawat,
sehingga faktor penularan dari infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah, sangat
memungkinkan untuk terjadi, berdasarkan uraian masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui jenis telur cacing STH pada kuku tangan pengrajin gerabah di Sentral Kerajinan
Gerabah Kelurahan Kapal Kecamatan Mengwi KabupatenBadung

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INFEKSI CACING
Infeksi cacing merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit berupa cacing.
Cacing umumnya tidak menyebabkan penyakit berat sehingga seringkali diabaikan
walaupun sesungguhnya memberikan gangguan kesehatan. Tetapi dalam keadaan infeksi
berat atau keadaan yang luar biasa, kecacingan cenderung memberikan analisa keliru
kearah penyakit lain dan tidak jarang dapat berakibat fatal.
Definisi infeksi kecacingan menurut WHO (2011) adalah sebagai infestasi satu atau
lebih cacing parasit usus yang terdiri dari golongan nematoda usus. Diantara nematoda
usus ada sejumlah spesies yang penularannya melalui tanah atau biasa disebut dengan
cacing jenis STH yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Trichuris trichiura dan
Ancylostoma duodenale (Margono 2006). Kecacingan ini umumnya ditemukan di daerah
tropis dan subtropis dan beriklim basah dimana hygiene dan sanitasinya buruk. Penyakit ini
merupakan penyakit infeksi paling umum menyerang kelompok masyarakat ekonomi
lemah dan ditemukan pada berbagai golongan usia.

B. PENYEBAB INFEKSI CACING


Ada berbagai cara cacing menginfeksi manusia hingga akhirnya menyebabkan seseorang
mengalami cacingan, seperti:
 menyentuh objek yang memiliki telur cacing (terutama jika Anda tidak mencuci tangan
setelahnya)
 menyentuh tanah, mengonsumsi makanan atau cairan yang mengandung telur cacing
 berjalan tanpa menggunakan alas kaki di atas tanah yang mengandung cacing
 makan makanan mentah atau kurang matang yang mengandung cacing

Penyebab cacingan pada diri seseorang berbeda-beda tergantung dari jenis cacing apa yang
masuk ke dalam tubuh. Beberapa jenis cacing yang paling umum menyebabkan penyakit
cacingan pada manusia, yaitu:

 Cacing Pita
Cacing pita atau Cestoda, dapat dikenali dari bentuknya yang tampak seperti pita yaitu pipih
dengan ruas-ruas pada seluruh tubuhnya. Panjang cacing pita dewasa dapat mencapai 4,5
hingga 9 meter. Cacing pita memasuki tubuh manusia ketika tangan bersentuhan dengan
tinja atau tanah yang mengandung telur cacing kemudian terbawa ke dalam mulut ketika
sedang makan. Selain itu, cacing pita juga dapat masuk melalui konsumsi makanan atau
minuman yang sudah terkontaminasi telur cacing. Konsumsi daging babi, sapi ataupun ikan
yang mentah atau dimasak kurang matang juga dapat menyebabkan masuknya cacing pita ke
dalam tubuh manusia.

 Cacing Tambang

Cacing tambang dalam bentuk larva dan dewasa dapat hidup dalam usus halus manusia dan
dapat menyerang binatang peliharaan, termasuk kucing dan anjing. Umumnya infeksi cacing
tambang terjadi karena bersentuhan dengan tanah di lingkungan hangat dan lembap yang di
dalamnya terdapat telur atau cacing tambang.Cacing tambang dewasa dengan panjang
sekitar 5-13 milimeter dapat menembus kulit, misalnya melalui telapak kaki yang tidak
menggunakan alas, kemudian masuk ke sirkulasi darah dan ikut terbawa ke dalam paru-paru
dan tenggorokan. Jika tertelan, maka cacing akan memasuki usus. Infeksi cacing
tambang masih umum terjadi di daerah iklim tropis dan lembap dengan sanitasi lingkungan
yang buruk, termasuk Indonesia.

 Cacing Kremi

Cacing kremi berwarna putih dan halus, dengan panjang sekitar 5-13 milimeter. Infeksi
cacing kremi paling banyak dialami oleh anak-anak usia sekolah.Infeksi cacing kremi
umumnya disebabkan oleh menelan telur cacing kremi yang sangat kecil secara tidak
sengaja. Telur cacing ini sangat mudah menyebar. Bisa melalui makanan, minuman atau jari
yang terkontaminasi. Telur cacing kemudian masuk ke usus dan berkembang menjadi cacing
dewasa dalam beberapa minggu. Jika telur cacing mencapai anus dan digaruk, maka telur
cacing dapat berpindah ke jari, lalu menyentuh permukaan benda atau orang lain.

 Cacing Gelang
Cacing ini berukuran cukup besar, dengan panjang sekitar 10 -35 cm. Cacing gelang dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui tanah yang telah terkontaminasi telur cacing. Ketika
masuk ke dalam tubuh, telur akan menetas di usus, kemudian menyebar melalui pembuluh
darah atau saluran getah bening ke organ tubuh lain seperti paru-paru atau empedu.

C. DAMPAK INFEKSI CACING


Kecacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Kecacingan dapat menyebabkan menurunnya
kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas penderita sehingga secara ekonomi
dapat menyebabkan banyak kerugian yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas
sumber daya manusia. Infeksi cacing pada manusia dapat dipengaruhi oleh perilaku,
lingkungan tempat tinggal dan manipulasinya terhadap lingkungan.
Infeksi cacing gelang yang berat dapat menyebabkan malnutrisi, gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada anak-anak. Infeksi cacing tambang dapat menyebabkan anemia
defesiensi besi, sedangkan Trichuris trichiura menimbulkan morbiditas yang tinggi.
Pada infeksi Trichuris trichiura berat sering dijumpai diare darah, turunnya berat badan
dan anemia. Infeksi cacing tambang umumnya berlangsung selama menahun, cacing
tambang ini sudah dikenal sebagai penghisap darah. Seekor cacing tambang mampu
menghisap darah 0,2 ml per hari. Apabila terjadi infeksi berat, maka penderita akan
kehilangan darah secara perlahan dan dapat menyebabkan anemia berat.

D. GEJALA INFEKSI CACINGAN

Gejala cacingan sangat beragam, bergantung pada jenis cacing yang menginfeksi. Namun,


beberapa hal berikut bisa menjadi pertanda adanya cacingan:

 Menemukan cacing dalam feses atau saat buang air besar


 Memiliki ruam kemerahan, gatal, dan berbentuk seperti cacing pada kulit
 Mengalami diare atau sakit perut selama lebih dari dua minggu
 Terkadang juga terdapat keluhan konstipasi/ sembelit
 Perut yang terlihat bengkak atau mengalami perut kembung
 Mengalami penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas
 Gatal hebat pada area anus, terutama pada malam hari
 Reaksi pada kulit, seperti ruam, biduran, dan reaksi alergi lainnya pada kulit
 Rasa gelisah dan kecemasan, timbul karena adanya iritasi akibat zat beracun dan sisa
metabolisme cacing kepada sistem saraf pusat manusia
 Merasa lelah dan kurang tenaga
 Nyeri sendi dan otot
 Pada anak dapat timbul gejala tumbuh kembang yang terhambat dan malnutrisi
 Kaki gajah
 Dan beberapa gejala lain

E. PENCEGAHAN PADA INFEKSI CACINGAN


 Pengobatan Cacingan
Pengobatan yang dilakukan pada penderita cacingan umumnya dilakukan dengan
mengonsumsi obat cacing yang diminum selama satu hingga tiga hari. Penghuni rumah yang
sama dengan penderita cacingan bisa saja memerlukan konsumsi obat cacing juga.
 Pencegahan Cacingan
Sebagai tindakan untuk mencegah cacingan, perlu Anda perhatikan beberapa hal berikut:

- Menjaga kebersihan dan membiasakan diri untuk mencuci tangan.Terutama setelah


menggunakan kamar kecil, sebelum makan, atau mempersiapkan makanan.Bawalah
cairan disinfektan yang dapat digunakan sepanjang hari.
- Cuci buah dan sayur hingga bersih sebelum dimasak.
- Masak makanan hingga matang.Perhatikan bahwa berbagai sumber protein perlu suhu
tertentu untuk mencapai kematangan masing-masing.
- Konsumsi air putih dalam kemasan atau air putih yang matang.
- Berikan obat cacing pada hewan peliharaan secara rutin, terutama untuk anjing dan
kucing.
- Buang kotoran hewan peliharaan di tempat sampah secepatnya.Gunakan masker dan
sarung tangan saat melakukan hal ini.
- Selalu gunakan alas kaki.
- Simpan alas kaki yang digunakan untuk aktivitas luar ruangan di luar rumah
BAB III
PRNUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam
infeksi yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh
inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil
nutrisi daritubuh inangnya.
Jenis-jenis cacing yang dapat menginfeksi adalah CACING GELANG: (Ascaris
lumbricoides) CACING CAMBUK: (Tricuris Trichiura) CACING TAMBANG:
(Ancylostomiasis) CACING KREMI: (Enterobius Vemicularis) Gejala umum jika terinfeksi
cacing adalah timbulnya rasa mual, lemas, hilangnya nafsu makan, rasa sakit di bagian perut,
diare, dan turunnya berat badan karena penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan.

Pada infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke organlain,
sehingga menimbulkan kerusakan organ & jaringan, dapat timbul gejala demam, adanya
benjolan di organ/jaringan tersebut, dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing, infeksi
bakteri, kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena. Penderita
cacingan akan mengalami penurunan daya tahan tubuh serta metabolisme jaringan otak.
Bahkan, dalam jangka panjang, penderita akan mengalami kelemahan fisik dan intelektualitas.
Kategori infeksi cacing ditentukan dari jumlah cacing yang dikandungnya. Infeksi usus akibat
cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh
menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain, termasuk HIV/AIDS,
Tuberkulosis dan Malaria. Penularan cacing : cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat
makanan atau minuman yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih
tinggal di usus halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar.
Pencegahan infeksi ini relative mudah, yaitu dengan pola hidup bersih dan schat, menjaga
keschatan diri dan lingkungan, mengkonsumsi obat cacing setiap 6 bulan sekali.
TUGAS KEPERAWATAN ANAK
MAKALAH INFEKSI JAMUR

Di Susun Oleh :

NAMA : NUR ASLISA ARIS


NIM : PO713201191023
KELAS : II A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKESMAKASSAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


2020 / 2021

BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi jamur yang menyebabkan penyakit kulit dan kuku masih banyak
dijumpai.Penyakit tersebut disebabkan oleh beberapa jamur salah satunya adalah
Tricophyton rubrum.Perkembangan infeksi jamur di Indonesia yang termasuk negara dengan
iklim tropis terutama disebabkan oleh udara yang lembab, sanitasi yang kurang dengan
lingkungan yang padat, ditambah tingkat sosial ekonomi yang kurang.

Tricophyton rubrum termasuk dalam anggota kelompok jamur yang disebut dermatofita
yaitu salah satu dari tiga genus jamur yang penting : Microsporum, Epidermophyton,
Tricophyton. Jamur ini dapat menyebabkan mikosis superfisial yang hanya menyerang
jaringan keratin (kulit, rambut dan kuku), tumbuh baik pada suhu 22 0 -280 C, memerlukan
2-4 minggu untuk berkembang dan jamur ini bersifat aerob

Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi pada penyakit terutama di negara-negara
tropis.Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit kulit yang sering muncul di tengah
masyarakat Indonesia.Iklim tropis dengan kelembaban udara yang tinggi di Indonesia sangat
mendukung pertumbuhan jamur. Banyaknya infeksi jamur juga didukung oleh masih
banyaknya masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga masalah
kebersihan lingkungan, sanitasi dan pola hidup sehat kurang menjadi perhatian dalam
kehidupan seharihari masyarakat Indonesia

Jamur yang dapat menyebabkan infeksi antara lain Candida albicans dan Trichophyton
rubrum. Candida albicans adalah suatu ragi lonjong, bertunas yang menghasilkan
pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan maupun eksudat.Ragi ini adalah
anggota flora normal selaput mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan genitalia
wanita.Pada genitalis wanita Candida albicans menyebabkan vulvovaginitis yang
menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat, dan pengeluaran
sekret.Hilangnya pH asam merupakan predisposisi timbulnya vulvovaginitis kandida.Dalam
keadaan normal pH yang asam dipertahankan oleh bakteri vagina (Jawetz et al., 1986).
Candida albicans dapat tumbuh secara optimum pada pH 4, tetapi juga dapat tumbuh antara
pH 3-7

Penyakit yang disebabkan oleh Candida dikenal dengan kandidiasis. Kandidiasis adalah
suatu penyakit jamur yang bersifat akut dan sub akut yang disebabkan oleh spesies Candida,
biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai kulit mulut, vagina, kuku, kulit, bronki,
atau paru–paru. Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia dan dapat menyerang semua umur
baik laki–laki maupun perempuan

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN INFEKSI JAMUR

Infeksi jamur merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur.Penyakit ini dapat dialami
oleh siapa saja.Namun demikian, individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah lebih
berisiko terserang infeksi jamur.Misalnya, penderita HIV/AIDS, pasien kemoterapi, serta
pasien pasca transplantasi organ.

Jamur adalah organisme yang dapat hidup secara alami di tanah atau tumbuhan.Bahkan
jamur bisa hidup di kulit manusia.Meskipun normalnya tidak berbahaya, namun beberapa
jamur dapat mengakibatkan gangguan kesehatan serius.

B. PENYEBAB INFEKSI JAMUR

Penyebab infeksi jamur atau mikosis tergantung kepada jenis infeksi itu sendiri. Di


bawah ini akan dijelaskan beberapa jenis infeksi jamur, penyebabnya, serta faktor risiko
yang menyertainya.

 Candidiasis
Candidiasis disebabkan oleh infeksi jamur Candida.Pada kondisi normal, jamur tersebut
hidup secara alami di permukaan kulit. Namun bila perkembangannya tidak terkendali,
jamur tersebut akan menyebabkan infeksi. Salah satu penyebab tumbuh suburnya jamur
ini adalah efek samping antibiotik.Perkembangan jamur Candida yang tidak terkendali
dapat dipicu oleh sejumlah hal, antara lain kurangnya kebersihan diri, mengenakan
pakaian ketat, iklim yang hangat, serta kondisi kulit yang lembap atau tidak dikeringkan
dengan benar.

 Infeksi Candida auris


Seperti namanya, infeksi ini disebabkan oleh jamur Candida auris. Berbeda dari
jamur Candida lain, Candida auris kebal terhadap obat anti jamur yang biasa digunakan
untuk mengobati candidiasis. Di samping itu, jenis jamur ini juga dapat menyebabkan
kematian pada sebagian besar penderitanya.Candida auris menyebar dari orang ke orang,
melalui pemakaian bersama pada peralatan yang terkontaminasi.

 Kurap
Kurap disebabkan oleh jenis jamur yang hidup di tanah,
yaitu epidermophyton, microsporum, dan trichophyton.Seseorang bisa terinfeksi bila
menyentuh tanah yang terkontaminasi jamur tersebut.Penyebaran dapat terjadi antara
hewan ke manusia, atau dari manusia ke manusia.

 Infeksi jamur kuku


Infeksi jamur kuku terjadi ketika terdapat jamur di kuku yang tumbuh tidak terkendali.
Jenis jamur penyebab infeksi jamur kuku sama dengan jamur penyebab kurap. Infeksi
jamur ini juga bisa terjadi pada tangan (tinea manum).
Meskipun dapat terjadi pada siapa saja, risiko infeksi jamur kuku lebih tinggi pada
penderita diabetes, lansia di atas 65 tahun, pengguna kuku palsu, orang yang mengalami
cedera kuku, dan individu dengan kekebalan tubuh lemah.

 Aspergillosis
Aspergillosis disebabkan oleh perpaduan antara sistem kekebalan tubuh yang lemah dan
paparan jamur Aspergillus.Jamur ini dapat ditemukan di tumpukan kompos, tumpukan
gandum, dan sayuran yang membusuk.
Selain pada individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah (misalnya kondisi sel darah
putih rendah atau sedang mengonsumsi obat kortikosteroid), risiko aspergillosis lebih
tinggi pada penderita asma atau cystic fibrosis.

 Infeksi jamur mata


Infeksi jamur mata adalah kondisi yang jarang, namun tergolong serius.Infeksi jamur
mata paling sering disebabkan oleh jamur Fusarium yang hidup di pohon atau
tanaman.Jamur Fusarium bisa masuk ke mata bila mata tidak sengaja tergores bagian
tanaman tersebut.
Selain akibat cedera mata, infeksi jamur mata dapat terjadi pada pasien yang
menjalani operasi katarak atau transplantasi kornea.Pada kasus yang jarang, infeksi jamur
mata juga terjadi akibat penggunaan obat tetes mata atau cairan pembersih lensa kontak
yang sudah terkontaminasi, serta pengobatan dengan suntikan kortikosteroid pada mata.

 Pneumocystis pneumonia (PCP)
PCP disebabkan oleh jamur Pneumocystis jirovecii, yang menyebar melalui udara.PCP
menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS,
atau pada pasien pasca menjalani transplantasi organ dan obat imunosupresif.

 Cryptococcus neoformans
Infeksi ini disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans.Spora jamur tersebut dapat
terhirup secara tidak sengaja, namun tidak menyebabkan infeksi.Hanya saja, individu
dengan kekebalan tubuh lemah berisiko tinggi terinfeksi jamur ini.

 Histoplasmosis
Histoplasmosis disebabkan oleh jamur Histoplasma. Jamur ini dapat ditemukan di tanah
yang terpapar kotoran burung atau kelelawar.Infeksi terjadi ketika spora jamur di tanah
terhirup dan masuk ke saluran pernapasan.
Setiap orang dapat terjangkit histoplasmosis. Akan tetapi, infeksi ini lebih rentan terjadi
pada petani, peternak, penjelajah gua, pekerja konstruksi, dan petugas pengendali hama.
 Mucormycosis
Mucormycosis terjadi akibat menghirup spora jamur golongan Mucorales secara tidak
sengaja.Infeksi juga dapat terjadi bila luka terbuka di kulit terpapar jamur
ini.Jamur Mucorales bisa ditemukan di daun, kayu, tanah, atau di tumpukan
kompos.Namun walaupun jamur ini terdapat di alam, bukan berarti infeksi pasti terjadi
pada setiap orang yang terpapar spora jamur.Infeksi lebih berisiko terjadi pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti penderita kanker dan diabetes.

 Sporotrichosis
Sporotrichosis disebabkan oleh jamur Sporothrix yang banyak ditemukan di  tanah atau
tanaman.Infeksi terjadi ketika spora jamur masuk ke tubuh melalui sentuhan, terutama
melalui luka terbuka di kulit.Meskipun sangat jarang, infeksi juga dapat terjadi bila
menghirup spora jamur secara tidak sengaja.
Beberapa orang dengan jenis pekerjaan tertentu lebih berisiko terserang
infeksi sporotrichosis, misalnya tukang kebun, petani, dan pasien yang sedang menjalani
terapi imunosupresif.

 Talaromycosis
Talaromycosis disebabkan oleh jamur Talaromyces marneffei. Sama seperti beberapa
jenis infeksi jamur lain, talaromycosis umumnya menyerang orang dengan sistem
kekebalan tubuh lemah.

C. GEJALA INFEKSI JAMUR

Gejala infeksi jamur sangat beragam, tergantung bagian tubuh yang terinfeksi, yang meliputi:

 Bintik merah atau ungu di kulit


 Muncul ruam kulit
 Kulit pecah-pecah
 Luka melepuh atau bernanah
 Gatal-gatal
 Rasa sakit di bagian yang terinfeksi
 Pembengkakan di area yang terinfeksi
 Batuk disertai darah atau lendir
 Sesak napas
 Demam
 Penglihatan kabur
 Mata merah dan sensitif pada cahaya
 Air mata keluar berlebihan
 Sakit kepala
 Hidung tersumbat
 Mual dan muntah

D. DIAGNOSIS INFEKSI JAMUR


pasien terserang infeksi jamur bila terdapat sejumlah gejala yang telah dijelaskan
sebelumnya. Akan tetapi, dokter akan menjalankan beberapa pemeriksaan lanjutan untuk
memastikannya.
Pemeriksaan lanjutan untuk infeksi jamur dilakukan dengan mengambil sampel darah,
urine, nanah, atau cairan serebrospinal, tergantung organ yang terinfeksi.Metode
pemeriksaan tersebut cukup beragam, tergantung kepada jenis infeksi jamur itu sendiri. Di
antaranya adalah:
 Tes KOH
Dalam tes KOH, dokter akan mengambil sampel kerokan kulit pasien yang terinfeksi,
lalu mencampurnya dengan larutan KOH (kalium hidroksida). KOH akan
menghancurkan sel kulit sehat, dan menyisakan sel kulit yang terinfeksi jamur.
 Kultur jamur
Kultur jamur dilakukan guna mendeteksi apakah terdapat jamur di area tubuh yang
terinfeksi. Dalam prosedur ini, dokter akan mengambil sampel darah, kulit, kuku, atau
lapisan dalam kulit pasien untuk dibiakkan di laboratorium.
Sampel juga dapat menggunakan cairan serebrospinal bila dicurigai terdapat infeksi pada
otak dan tulang belakang. Dalam prosedur ini, sampel cairan serebrospinal yang
menyelubungi otak dan tulang belakang pasien akan diambil, menggunakan metode
pungsi lumbal, yaitu melalui celah tulang belakang di daerah punggung bawah.
 Tes pewarnaan gram
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan infeksi lain, yaitu bakteri. Tes
pewarnaan gram dilakukan dengan mengambil sampel dahak, darah, atau urine pasien
untuk diteliti di laboratorium.
 Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan guna dianalisis di bawah mikroskop.Dokter
dapat mengambil sampel kulit, paru-paru, tulang sumsum, atau kelenjar getah bening,
tergantung kepada area yang terinfeksi.

E. PENATALAKSANAAN INFEKSI JAMUR


Metode pengobatan infeksi jamur tergantung kepada jenis infeksi, tingkat keparahan, dan
bagian tubuh yang terinfeksi. Pada umumnya, pasien akan diberikan obat antijamur.
Obat antijamur yang digunakan untuk infeksi jamur sangat beragam.Bentuk dan dosis
obat, serta durasi pengobatan berbeda-beda, terutama pada ibu hamil dan anak-anak.Pada
beberapa kasus, obat antijamur harus diberikan di rumah sakit.Sebaiknya konsultasi terlebih
dahulu ke dokter sebelum menggunakan obat ini.
Obat antijamur yang dapat digunakan, antara lain:

 Amphotericin
 Clotrimazole
 Griseofulvin
 Itraconazole
 Ketoconazole
 Miconazole
 Natamycin
 Nystatin
 Terbinafine
 Tioconazole
 Voriconazole

Selain dengan obat-obatan, dokter juga dapat melakukan sejumlah prosedur, seperti:
 Debridement. Debridement dilakukan dengan mengangkat jaringan tubuh yang rusak atau
terinfeksi. Selain untuk mencegah penyebaran infeksi, debridement dilakukan agar
jaringan yang sehat bisa lebih cepat memperbaiki diri.
 Bedah. Pada sejumlah kasus sporotrichosis yang menginfeksi paru-paru, tulang, dan
sendi, dokter dapat menjalankan tindakan bedah untuk mengangkat bagian organ yang
terinfeksi.
 Vitrektomi. Vitrektomi adalah bedah untuk mengeluarkan cairan vitreus dari dalam bola
mata.
 Transplantasi kornea. Transplantasi kornea adalah tindakan mengganti kornea pasien,
dengan kornea dari pendonor. Tujuannya adalah untuk memperbaiki fungsi penglihatan.
 Enukleasi. Enukleasi adalah tindakan mengganti keseluruhan bola mata dan saraf yang
terkait dengan bola mata.

F. UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI JAMUR

Infeksi jamur dapat dicegah dengan melakukan sejumlah langkah berikut:

 Jaga kebersihan kulit dan segera keringkan tubuh bila basah.


 Jangan berbagi pakai handuk, pakaian, atau barang-barang pribadi.
 Jaga kuku kaki tetap pendek, namun tidak terlalu pendek.
 Jangan gunakan gunting kuku yang sama untuk kuku yang terinfeksi dan yang tidak.
 Kenakan alas kaki di tempat umum.
 Jangan menggaruk area kulit yang terinfeksi.
 Hindari mengenakan pakaian atau sepatu ketat.
 Kenakan pakaian yang bersih untuk beraktivitas.
 Segera cuci pakaian setelah digunakan.
 Ganti pakaian dalam dan kaus kaki tiap selesai beraktivitas.

G. KOMPLIKASI INFEKSI JAMUR

Sejumlah komplikasi serius dapat muncul akibat infeksi jamur yang tidak ditangani. Komplikasi
tersebut tergantung kepada jenis infeksi jamur yang diderita, antara lain:
 Perdarahan di paru-paru
 Penyebaran infeksi ke otak, jantung atau ginjal
 Efusi pleura (penumpukan cairan pada pleura)
 Pneumothorax (penumpukan udara pada pleura)
 Gagal napas
 Perikarditis atau radang pada kantung jantung
 Gangguan kelenjar adrenal
 Meningitis atau radang selaput otak
 Kelumpuhan
 Kejang
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Infeksi jamur pada kulit ada 4, yaitu tinea pedis, tinea korporis, tinea capitis,dan tinea
cruris. Masing-masing infeksi jamur tersebut memiliki etiologi, anifes,komplikasi dan
patofisiologi yang berbed-beda meskipun mereka sejenisTinea pedia atau ringworn of the
foot adalah infeksi dermatifia pada kaki,terutama pada sela jari dan telapak kaki. Tinea !
orporis adalah suatu penyakit kulitmenular yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita. Tinea capitis adalah infeksi superfisial yang disebabkan oleh jamur
dermatophyta "biasanya spesiesMicrosporum dan Trichophyton#, menyerang folikel rambut
di kulit kepala dan sekitarkulit. Tinea $ruris adalah dermatofitosis pada sela paha, perineum
dan sekitar anus.infekssi !elainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat
merupakan penyakit

Anda mungkin juga menyukai