Fatkhuri
Dosen FISIP Universitas Pembangunan Nasional ―Veteran‖ Jakarta
fatkhuri@ymail.com
ABSTRAK
Korupsi dalam pelayanan publik telah menjadi masalah cukup serius di Indonesia.
Korupsi dalam konteks pelayanan publik disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu eksternal
dan internal. Faktor eksternal karena adanya keinginan masyarkat untuk mendapatkan
pelayanan secara cepat dalam berbagai urusan seperti pengurusan perijinan dan sejenisnya.
Rentang kerja birokrasi yang panjang dan berbelit-belit (red-tape) menyebabkan masyarakat
tidak sabar dan menginginkan proses yang cepat dan efisien. Sedangkan faktor internal lebih
menitikberatkan pada adanya fenomena rentang birokrasi yang panjang dengan sengaja
dimanfaatkan oleh oknum-oknum di birokrasi untuk memperoleh keuntungan secara ilegal.
Strategi dalam upaya mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan dua hal: pertama
penguatan kelembagaan internal birokrasi. Penguatan kelembagaan internal birokrasi dalam
rangka mewujudkan birokrasi yang profesional. Birokrasi profesional harus dijalankan
dengan menerapkan aturan-aturan yang ketat dan pelaksanaanya dikontrol oleh atasan secara
ketat, dan tenaga pelayanan birokrasi harus ditopang oleh orang-orang yang memiliki
kompetensi memadai. Kedua penguatan kapasitas sumber daya manusia yang mendorong
birokrasi diisi oleh orang-orang yang profesional. Sumber daya manusia yang profesional
adalah pegawai yang bekerja dengan pengetahuan dan kompetensi yang memadai dan
memiliki integritas yang unggul. Penguatan kapasitas sumber daya manusia dilakukan
melalui profesional development program dan character building program.
ABSTRACT
Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 65
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
A. PENDAHULUAN
Korupsi di Indonesia seperti berbagai urusan seperti pengurusan
penyakit yang sudah sangat akut. perijinan dan sejenisnya. Faktor internal
Berbagai penawar sudah diberikan, akan lebih menitikberatkan pada adanya
tetapi penyakit tersebut tak kunjung fenomena bahwa rentang birokrasi yang
sembuh. Praktik korupsi telah menggejala panjang dengan sengaja dimanfaatkan oleh
dan telah menjangkiti hampir di semua lini oknum-oknum di birokrasi untuk
kehidupan, tak terkecuali pada ranah mempersulit dan memperlama proses
pelayanan publik di Birokrasi pengurusan administrasi. Di sinilah
Pemerintahan. Sektor pelayanan publik peluang korupsi kemudian terjadi ketika
menjadi salah satu lahan yang paling kebutuhan untuk mendapatkan layanan
basah terkait korupsi ini. Sehingga tidak secara cepat dari masyarakat datang, pada
mengherankan, jika kasus-kasus seperti saat bersamaan disambut dengan adanya
pungutan liar, gratifikasi, dan sejenisnya keinginan oknum tertentu di birokrasi
kerapkali terjadi di area ini. Alhasil, untuk mengeruk keuntungan secara ilegal.
birokrasi tidak lagi berjalan efektif dan Seiring gencarnya kampanye
efisien. Birokrasi pada akhirnya hanya tentang pencegahan dan pemberantasan
menjadi pelayan penguasa dan oknum- korupsi di Indonesia, harus diakui bahwa
oknum yang menghalalkan segala cara. korupsi saat ini bisa dikatakan telah
Korupsi sebagaimana digambarkan oleh menjadi musuh bersama (common enemy)
Larmour (2007) menjauhkan diri dari tipe seluruh masyarakat. Secara umum,
ideal sebuah negara yang semestinya harus masyarakat Indonesia menyadari bahwa
memenuhi fungsi-fungsi keadilan dalam korupsi merupakan masalah yang harus
pelayanan publik (the fairness of public diperangi. Mereka sepakat bahwa korupsi
service), persamaan terhadap masyarakat adalah perbuatan yang sangat merugikan.
(the equality of society), dan kemerdekaan Korupsi inilah yang menjadi penghambat
dalam kompetisi ekonomi (the freedom for kemajuan negara dan membuat
economic competition) masyarakat tetap dalam kondisi miskin.
Korupsi di sektor pelayanan Namun demikian, dalam praktiknya tidak
publik umumnya lebih disebabkan oleh semua masyarakat ―dapat‖ terhindar dari
dua faktor utama, yaitu eksternal dan problem korupsi ini. Artinya, secara
internal. Faktor eksternal karena adanya persepsi masyarakat membenci korupsi,
keinginan masyarakat untuk memperoleh akan tetapi dalam konteks pengalaman
proses pelayanan yang cepat dalam atau praktik, belum semua masyarakat
66 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
mampu mewujudkan apa yang menjadi dari seluruh komponen bangsa. Makalah
kepercayaannya tersebut. Berdasarkan ini akan mengebalobarsi secara mendalam
data hasil survei tahun 2015 yang dirilis terkait fenomena korupsi dalam pelayanan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun publik di Indonesia. Fokus kajian akan
2016, Indeks Perilaku Anti Korupsi menekankan pada beberapa aspek
(IPAK) masyarakat Indonesia dilihat dari sebagaimana diuraikan dalam rumusan
aspek persepsi terhadap anti korupsi masalah berikut. Ada pun Rumusan
mengalami kenaikan. Akan tetapi, hal Masalah dari penelitian ini adalah sebagai
tersebut belum diiringi dengan tindakan, di berikut : Motif apa yang melatarbelakangi
mana dalam survei tersebut menunjukkan adanya praktik-praktik korupsi dalam
tindakan yang tidak selaras dengan apa pelayanan publik dan apa strategi untuk
yang dipersepsikan masyarakat yang mencegah perilaku/tindakan korupsi?
tercermin dari Indeks pengalaman
terhadap praktik korupsi yang justru B. KERANGKA TEORI
memperlihatkan kenyataan sebaliknya. 1.Konsep Birokrasi
IPAK disusun berdasarkan dua dimensi Birokrasi merupakan organisasi
utama yakni persepsi dan pengalaman. pemerintah yang berfungsi untuk
Indeks Persepsi cenderung meningkat dari melaksanakan kebijakan-kebijakan dan
kondisi 2014 ke 2015, sebaliknya pada pada umumnya berkaitan dengan fungsi
Indeks Pengalaman cenderung menurun. pelayanan publik. Birokrasi terdiri atas
Hal ini menggambarkan bahwa para pejabat yang diangkat, dimana fungsi
masyarakat semakin idealis ‗membenci utamanya adalah untuk melaksanakan
korupsi‘ tetapi tidak sejalan dengan kebijakan-kebijakan yang telah diambil
perilaku nyata dalam kehidupan sehari- oleh para pengambil keputusan. Birokrasi
hari. Indeks Persepsi Anti Korupsi merupakan faktor penting dalam
masyarakat Indonesia tahun 2015 mensukseskan program-program
sebanyak 3.73, sedangkan Indeks pemerintah sebab menjadi medium yang
Pengalaman Korupsi masyarakat sebanyak berfungsi bagi pencapaian tujuan
3. 39 dari skala 5. Data tersebut kebijakan negara. Begitu penting dan
menunjukkan bahwa pada dasarnya strategisnya keberadaan birokrasi sehingga
kesadaran masyarakat akan pentingnya Lane sebagaimana dikutip oleh Atlay
mencegah dan memberantas korupsi sudah (1999) menyebutkan bahwa alokasi
semakin baik. Akan tetapi trend positif berbagai sumber daya publik (public
tersebut belum diikuti dengan perilaku resources allocation) tidak mungkin ada
masyarakat untuk tidak melakukan tanpa keberadaan birokrasi. Alokasi
korupsi. anggaran untuk barang dan jasa dalam
Besarnya praktik korupsi juga pendistribusiannya membutuhkan struktur
terkonfirmasi dari hasil survei birokrasi. Peran birokrasi adalah
Transparansi Internasional (TI). Ranking melaksanakan keputusan, dan
Indonesia dilihat dari Corruption menyediakan barang dan jasa dalam
Perception Index pada tahun 2015 berada jumlah tertentu untuk masyarakat dan
di urutan ke-88 dari 168 negara yang konsumen . Oleh karena itu, dapat
disurvei. Fakta ini mengindikasikan bahwa disimpulkan bahwa sukses tidaknya
korupsi telah menjadi masalah bersama sebuah negara salah satunya dapat dilihat
yang perlu memperoleh perhatian lebih dari performance birokrasi yang
Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 67
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
68 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 69
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
70 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 71
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
72 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
diduga terlibat masalah percaloan. Para dan praktek. Kedua jenis ujian tersebut
orangtua siswa mengklaim telah menjadi lebih dirasakan sebagai hambatan terutama
korban praktik percaloan dalam apabila pemohon mengurus melalui
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) prosedur resmi dengan biaya yang resmi
Kota Depok 2016. Orangtua siswa pula. Artinya meskipun pada hari pertama
menyampaikan telah menyetorkan uang hingga ketiga pemohon mengurus SIM
senilai p 8-20 juta per siswa kepada para melalui prosedur resmi namun
oknum tersebut, namun nasib anak-anak pengalaman gagal dalam mengikuti kedua
mereka tidakjelas (Pikiran Rakyat, jenis ujian itu yang terjadi berkali-kali
31/08/2016). Fakta tersebut menunjukkan membuat pemohon harus mengambil
bahwa praktik pemberian uang di pilihan dengan menggunakan jasa calo
masyarakat masih marak terjadi ketika (ICW, 2000)
berkaitan dengan proses Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB). d. Pelanggar lalu lintas memberikan uang
damai
c. Memberikan uang dalam pengurusan Dalam survei IPAK BPS,
SIM dan STNK persentase masyarakat yang menilai
Dalam survei IPAK BPS, ―tidak wajar‖ untuk memberikan uang
persentase masyarakat yang menilai damai kepada Polisi sebanyak 77% pada
―tidak wajar‖ untuk memberikan uang tahun 2015. Angka ini mengalami
damai kepada Polisi sebanyak 69% pada kenaikan dari tahun 2014 sebanyak 73%.
tahun 2015. Angka ini mengalami Dari data ini dapat disimpulkan bahwa,
kenaikan dari tahun 2014 sebanyak 65%. meskipun terjadi kenaikan, tidak bisa
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa, dinegasikan bahwa masih ada sebagian
meskipun terjadi kenaikan, tidak bisa masyarakat yang menilai wajar untuk
dinegasikan bahwa masih ada sebagian memberikan uang damai dalam rangka
masyarakat yang menilai wajar untuk menghindari sanksi atas pelanggaran lalu
memberikan uang dalam pengurusan SIM lintas yang dialami masyarakat.
dan STNK. Masyarakat lebih memilih untuk
Pengurusan SIM dan STNK memberikan uang ―damai‖ kepada oknum
selama ini menjadi lahan empuk oleh polisi, daripada harus mengikuti prosedur
oknum di Kepolisian untuk mengeruk baku ketika terjadi pelanggaran lalu lintas.
keuntungan secara ilegal. Celah korupsi
dalam pengurusan Calo ini terjadi ketika 2. Apa strategi untuk mencegah
masyarakat ingin mendapatkan proses perilaku/tindakan korupsi?
cepat dan tidak berbelit-belit. Berdasarkan Melihat fenomena korupsi di
hasil Survei ICW tahun 2000, para sektor pelayanan publik sampai hal-hal
pemohon yang melakukan pengurusan yang berskala kecil, dibutuhkan strategi
SIM umumnya dilakukan melalui yang komprehensif untuk dapat
perantaraan para calo. Tiap calo biasanya meminimalisir celah atau potensi
menetapkan jumlah uang yang harus terjadinya korupsi. Fakta di atas
dibayarkan sesuai dengan paket yang menunjukkan bahwa korupsi dilakukan
mereka tawarkan dan biasanya para karena rentang birokrasi yang panjang.
pemohon mengambil paket jasa dimana Oleh karena itu, di bawah ini diuraikan
mereka tidak perlu melakukan ujian teori
Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 73
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
beberapa strategi sebagai solusi untuk Dalam konteks pemberian sanksi dan
mencegah perilaku korupsi. penghargaan misalnya, birokrasi perlu
Pertama, memperkuat kapasitas menerapkan aturan reward and
kelembagaan birokrasi pelayanan publik. punishment bagi pegawai. Pegawai bukan
Penguatan kapasitas kelembagaan hanya dituntut untuk bekerja secara
birokrasi sangat penting dalam rangka maksimal, akan tetapi prestasi hasil kinerja
menerapkan birokrasi ala Weberian, yaitu para pegawai juga harus mendapatkan
Birokrasi legal-rational. Birokrasi legal- apresiasi dari pimpinan.
rational ditandai dengan birokrasi yang Kedua, penguatan kapasitas
memuat aturan-aturan yang ketat dan sumber daya manusia (SDM). SDM
pelaksanaanya dikontrol oleh atasan secara menjadi salah satu faktor determinan
ketat, dan tenaga pelayanan birokrasi sukses tidaknya sebuah organisasi
harus ditopang oleh orang-orang yang birokrasi. Oleh karena itu, birokrasi yang
memiliki kompetensi memadai. Harus profesional harus diisi oleh orang-orang
diakui bahwa lahirnya Komisi yang profesional, yakni orang-orang yang
Pemberantasan Korupsi (KPK) di bekerja dengan kompetensi yang
Indonesia patut mendapatkan apresiasi. memadai. Disamping itu, penguatan
KPK memberikan harapan bahwa dengan kapasitas sumber daya dibutuhkan untuk
penguatan institusi anti korupsi, potensi membekali para pegawai agar memiliki
atau jumlah orang yang melakukan tanggung jawab, disiplin dan patuh
korupsi dapat ditindak dan diminimalisir terhadap aturan yang berlaku.
dengan baik. Namun demikian, institusi Mewujudkan birokrasi yang
KPK belum mampu menjangkau problem- profesional dapat dilakukan melalui
problem korupsi sampai pada masalah- program training peningkatan kompetensi
masalah kecil sebagaimana terjadi di dan training tentang pendidikan karakter
institusi pelayanan publik. Kasus-kasus (character building). Peningkatan
seperti korupsi di kantor kelurahan, kantor kompetensi diperlukan agar para birokrat
Polisi, dan sejenisnya yang melibatkan cakap dan efektif dalam bekerja. Para
masyarakat selama ini luput dari perhatian. pegawai diharapkan memiliki peningkatan
Hal ini karena fokus KPK memang pada pengetahuan dan skills yang dibutuhkan
kasus-kasus besar. Oleh karena itu, untuk menunjang kerja birokrasi.
penguatan kelembagaan birokrasi dapat Sedangkan training pendidikan karakter
menjadi strategi untuk mencegah dan menjadi bagian integral mewujudkan
memberantas korupsi dari dalam. Menurut birokrasi yang clean governance.
Hart (2001), penguatan kelembagaan Integritas dapat menjadi jaminan roda
birokrasi (organisasi) dapat mendorong birokrasi dapat berjalan sesuai arah yang
adanya disiplin internal sebagaimana akan dituju. Pendidikan karakter ini dapat
diinginkan dalam model birokrasi legal dilakukan melalui training yang berisi
rasional ala Weberian. Penguatan tentang penanaman nilai tentang kerja
kelembagaan ini dapat diwujudkan melalui sama, kejujuran, disiplin, dan
reformasi internal birokrasi dengan membiasakan budaya malu. Melalui
menerapkan mekanisme Pengawasan profesional development program untuk
Internal, pemberian sanksi dan peningkatan kompetensi pegawai dan
penghargaan, penerapan kode etik, audit menggalakkan program character building
internal, dan lain-lain) (Hart, 2001). diharapkan dapat menjadi solusi untuk
74 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 l 75
Korupsi dalam birokrasi dan strategi pencegahannya - Fatkhuri
76 l Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial - Vol. 1 No. 2 Tahun 2017