Anda di halaman 1dari 26

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


(Integrasi Nilai Antikorupsi KPK dalam Kurikulum PAI)

Sayidati Umi Hanik


Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Judul buku
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM
(Integrasi Nilai Antikorupsi KPK dalam Kurikulum PAI)

Penulis
Sayidati Umi Hanik

Editor
Samsul S

ISBN : 978-602-70129-2-9
Vi + 227 hlm. ; ukuran buku 24 x 17 cm

© Hak Cipta Sayidati Umi Hanik, 2014


Hak penerbit dimiliki Paradigma Institut (Parist).
Dilarang mengkopi sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara
apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy, tanpa izin
sah dari penerbit.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT


atas ridha dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya tesis ini dapat
terselesaikan. Tesis yang berjudul Pendidikan Antikorupsi dalam Perspektif
Pendidikan Islam (Studi Kasus Modul Pendidikan Antikorupsi KPK ke
dalam PAI). Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:

Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. sebagai rektor UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. sebagai direktur
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, M. Zuhdi, Ph.D
sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan fikiran, waktu dan
tenaganya dalam memberikan arahan dalam penulisan dan penyelesaian
tesis. Prof. Dr. Suwito, MA., Dr. Yusuf Rahman yang banyak memberikan
dukungan moril, para dosen Prof. Dr. H.A. Malik Fadjar, dan Prof. Dr.
Amany Lubis, MA, Prof. Dr. Sukron Kamil dan Dr. Suparto, Prof. Dr.
Khuzaemah Tohido Y., MA. serta para penguji sejak proses proposal hingga
pada ujian akhir, terimakasih atas saran dan kritiknya untuk kebaikan karya
ini.
Para staff Perpus Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mas
Ainul Rofiq, pak Imron, ibu Alfida, dan ibu Nur, terimakasih atas
layanannya. Bapak Dedi A. Rahim dan Sandri Justina selaku narasumber
dari Dikyanmas KPK, ibu Yulita T.S dan ibu B. Tyas Susanti selaku
narasumber dari PSU Unika Soegijapranata Semarang, dan bapak Ahmad
Rizali selaku Dewan Pembina KGI. Terimakasih atas informasinya untuk
karya ini.
Untuk kedua orang tua tersayang, bapak H. Hadi Sunarto dan ibu Hj.
Asmiyati, S.Pd, terima kasih atas motivasi serta doa-doanya, karya ini
penulis persembahkan untuk bapak ibuku. Paklik dan bulik tersayang, Prof.
Dr. Masykuri Abdillah, dan Dra. Hj. Misfiati, terimakasih atas segalanya.
Adek-adekku dan sepupuku tersayang, Hj. Zahrotun Naimah, S.S, M. Ilham
Saiful R., Nabila Amalia, Ana Adiba, Alvin Faisal.
Untuk Rekan-rekan seperjuangan di RA. Al-Wardah dan IGRA Cab.
Jaken dan Pati, rekan-rekan semua di Sunarto Group. Teman-temanku
semua di SPs UIN Jakarta, Suwartiningsih, Ely Milky, Ghufron Ibnu

iii
0DVnud, Hanif Luthfi, Nur Hasan, Ismail Marzuki, Falizar Irfani, Rifatul
Hasanah, Andi Rahma, Mala Yasin. Serta untuk adek-adekku di Griya
Kauman, Bintusyathi =XDQ )HEUL\DWL /DLOL 6DnDGDK dan Arief, terimaksih
atas motivasinya.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmad-Nya kepada kita
semua. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua dalam upaya pembenahan karakter bangsa menuju
Indonesia bebas korupsi.

Jakarta, 7 Februari 2014

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................... 1
B. Permasalahan..................................................... 14
C. Penelitian Terdahulu Yang Relevan................. 15
D. Tujuan Penelitian ............................................. 18
E. Manfaat Signifikansi Penelitian ...................... 18
F. Metodologi Penelitian....................................... 18
G. Sistematika Penulisan .......................................19

BAB II PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DAN PENDIDIKAN


ISLAM
A. Pendidikan Antikorupsi .................................. 21
1. Redifinisi Antikorupsi dan Pendidikan...... 21
2. Nilai-nilai Antikorupsi............................... 35
B. Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan
Islam..................................................................41
1. Sejarah Pendidikan Antikorupsi................. 41
2. Pendidikan Antikorupsi dalam Pendidikan
Agama Islam............................................... 44

BAB III KPK DAN MODUL PENDIDIKAN ANTIKORUPSI


PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD-MI)
A. Fungsi dan Tugas KPK Secara Umum............. 52
B. Peran KPK dalam Pendidikan Anti Korupsi.... 54
C. Modul Pendidikan Antikorupsi Tingkat SD-
MI......................................................................58
1. Proses Penyusunan Modul......................... 58
2. Tujuan Pendidikan Antikorupsi................ 80
3. Pendidikan Antikorupsi dalam Kurikulum
2013........................................................... 82
4. Upaya Penerapan Pendidikan
Antikorupsi................................................ 93

v
BAB IV NILAI-NILAI ANTIKORUPSI DALAM TELAAH
KURIKULUM PAI
A. Nilai-nilai Antikorupsi KPK di dalam Al-Quran
dan Hadis.......................................................... 105
1. Tanggung Jawab....................................... 111
2. Kedisiplinan.............................................. 116
3. Kejujuran................................................... 118
4. Kerja Keras............................................... 123
5. Kemandirian.............................................. 127
6. Keadilan.................................................... 131
7. Keberanian................................................ 136
8. Kepedulian................................................ 139
9. Kesederhanaan.......................................... 143
B. Integrasi Muatan Materi Antikorupsi dalam
Kurikulum........................................................ 150
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................... 173
B. Saran-saran....................................................... 174

DAFTARA PUSTAKA............................................................... 177

GLOSARIUM................................................................................ 201

INDEKS ......................................................................................... 207

LAMPIRAN .................................................................................. 213

BIODATA DIRI .......................................................................... 227

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Era globalisasi telah membawa dampak positif bagi kemajuan
bangsa Indonesia dalam berbagai aspek, baik itu dari segi ekonomi,
politik, sosial, budaya, pendidikan, serta pertahanan. Namun kemajuan
tersebut diwarnai oleh perilaku korupsi yang justru akan menghambat
bagi kemajuan bangsa ini. Pemberitaan tentang kasus tindak pidana
korupsi hampir setiap hari menghiasi media cetak maupun elektronik.
Perilaku koruptif telah menjangkit semua elemen masyarakat,
baik dari tingkat atas maupun tingkat bawah, dari lembaga pemerintah
(tingkat eksekutif, legislatif maupun yudikatif) maupun non-
pemerintahan, dari perkotaan hingga perkampungan terpencil
sekalipun dengan bentuk yang berbeda-beda dengan cara yang mereka
sadari maupun tidak, bahkan yang sangat mengherankan adalah
terjadinya korupsi di departemen yang notabenenya merupakan
lembaga representatif sebagai teladan yang baik dan penggerak nilai-
nilai keagamaan secara normatif kolektif malah ikut-ikutan melakukan
perbuatan tersebut.1
Korupsi diartikan dengan sebagai sebuah bentuk penyalahgunaan
kekuasaan dan kepercayaan untuk kepentingan pribadi.2 Menurut Syed
Hussein Alatas, korupsi adalah menempatkan kepentingan-
kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi dengan pelanggaran
norma tugas dan kesejahteraan, yang dibarengi dengan kerahasiaan,
pengkhianatan, penipuan, dan pengabaian serta konsekuensi yang
diderita publik.3 Kategori sebagai tindakan korup menurut UU No. 31
Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 adalah merugian keuangan
negara, menyuap, penggelapan, pemerasan, perbuatan curang, benturan

1
Lukman Hakim, ‚Model Integrasi Pendidikan Antikorupsi dalam
Kurikulum Pendidikan Islam‛, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, Vol. 10 No. 2
2012, 143. Lihat pula EL, Ant, ‚Korupsi Dana Haji;Mantan Menag Said Agil Jadi
Tersangka‛, Gatra.com, 16 Juni 2005, http://arsip.gatra.com//2005-06-
16/artikel.php?id=85454 (diakses, Kamis 25 Oktober 2012).
2
Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam (Jakarta: AMZAH,
2011), 33.
3
Syed Hussein Alatas, The Sociology of Corruption; The Nature, Function,
Causes and Prevention of Corruption, edisi terjemah, al-Ghozie Usman (Jakarta:
LP3ES, 1983), 24.

1
kepentingan dan gratifikasi.4 Tidak salah apabila korupsi dipandang
sebagai tindakan amoral5 sehingga memunculkan stereotip bahwa
korupsi disamakan dengan perbuatan mencuri, tindakan jahat dan
buruk serta menjadi musuh bersama yang harus dihentikan.
Berbagai bentuk survei atas korupsi pun dilakukan. Hasil
Transparency International tahun 201\3 IPK Indonesia menempatkan
negara ini pada urutan ke-144 dari 178 negara yang disurvei.6 Hasil
riset Internasional Country Risk Guide Index (ICRGI) sebagaimana
dikutip oleh Koalisi Antar Umat Beragama untuk Antikorupsi,
mencatat bahwa negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim seperti
Indonesia, Pakistan, Bangladesh dan Nigeria memiliki IPK sangat
rendah dan hal tersebut juga terjadi pada negara-negara yang
berpenduduk mayoritas beragama Kristen seperti Argentina, Meksiko,
Filipina, Kolumbia, begitu pula Thailand yang mayoritas penduduknya
Budha juga memiliki IPK sangat rendah. Justru sebaliknya pada
kawasan negara Muslim seperti Arab Saudi, Malaysia dan Iran IPK-
nya tercatat tinggi, begitu pula di Kanada, Amerika serikat dan Inggris
yang mayoritas penduduknya beragama Kristen.7
Menurut Teten Masduki bahwa ‚Tingkat korupsi tidak ada
hubungannya dengan agama yang dianut oleh suatu negara‛.8 Selain
itu pula Komaruddin Hidayat berpendapat bahwa ‚Perilaku korupsi
tidak selalu terkait dengan kondisi keagamaan‛.9 Sependapat dengan
hal di atas menurut Azra, korupsi tidak berkaitan dengan agama
namun lebih condong ke arah kurangnya konsistensi penegakan hukum

4
Komisi Pemberantasan Korupsi, Pahami Dulu Baru Lawan: Buku Panduan
Buat Melawan Korupsi (Jakarta: KPK, 2007), 7.
5
Adami Chazawi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia
(Malang: Bayu Media, 2005), cet II, 1.
6
Arfi Bambani Amri, Taufiq Rahadian, ‚Transparency: 2013, Indeks
Persepsi Korupsi Indonesia Stagnan‛, Viva News,
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/463449-transparency--2013--indeks-
persepsi-korupsi-indonesia-stagnan (diakses, 11 Desember 2013).
7
Koalisi Antar Umat Beragama untuk Antikorupsi, Pendidikan Antikorupsi
(Yogyakarta: LP3 UMY, 2004), 4.
8
Ulil Abhsar Abdalla, ‚Teten Masduki: Korupsi Itu Syirik Sosial‛,
Islamlib.com, 9 Mei 2004, http://islamlib.com/id/artikel/korupsi (diakses, 30 Oktober
2012). Berdasarkan hasil wawancara Ulil Abhsar Abdalla pada Teten Masduki.
9
iam, ‚Diskusi Keagamaan: Agama Tak Efektif untuk Berantas Korupsi‛,
Kompas.com, 20 Agustus 2011,
http://nasional.kompas.com/read/2011/08/20/02175925/Agama.Tak.Efektif.untuk.Be
rantas.Korupsi (diakses 25 Oktober 2012).

2
sebagaimana yang telah dibuktikan oleh beberapa survei yang telah
dijelaskan sebelumnya. Terdapat tiga poin penting mengenai ketidak
adanya korelasi antara agama dengan korupsi, antara lain yaitu agama
hanya dipahami dan bersifat sebatas himbauan moral semata sehingga
tergantung pada pribadi individu masing-masing, tidak
direalisasikannya paradigma tauhid10 dalam pendidikan, serta
kesenjangan antara keimanan dan sosial sehingga melahirkan
kesenjangan antara kesalehan personal dan sosial.11
Korupsi di Indonesia menurut Bung Hatta sebagaimana dikutip
oleh Satrio Wahono dalam Jurnal Nasional, sudah menjadi bagian dari
budaya bangsa.12 Hal itu sudah tertanam dalam pribadi individu
maupun masyarakat sehingga apabila korupsi sudah menjadi sebuah
budaya maka sulit sekali untuk dicegah karena telah menjadi
kebiasaan dengan bentuk berbeda-beda dengan disadari maupun tidak
dan telah menyangkut nilai moral dan spiritualitas.
Menurut Kartini Kartono korupsi sebagai patologi sosial yang
menyangkut aspek psikoanalisis13 dengan salah satu cirinya ialah
10
Paradigma tauhid di arahkan pada tiga pola hubungan yang fungsional.
Yaitu hubungan manusia dengan Allah (aspek teologis/keberagamaan), hubungan
manusia dengan manusia (aspek antropo-sosiologis/kebersamaan), dan hubungan
manusia dengan alam sekitar (aspek kosmologis/kemitraan). M. Hasbi, ‚Konsep
Tauhid sebagai Solusi Problematika Pendidikan Agama bagi Siswa Madrasah‛,
INSANIA,
httpejournal.stainpurwokerto.ac.idindex.phpinsaniaarticledownload230215+&cd=10
&hl=id&ct=clnk.pdf (diakses, 8 Januari 2014). Lihat pula Aam Abdussalam,
‚Paradigma Tuhid: Kajian Paradigma Alternatif dalam Pengembangan Ilmu dan
Pembelajaran‛, Ta’lim; Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 9 No. 2 –
2011,httpjurnal.upi.edufile02_PARADIGMA_TAUHID_KAJIAN_PARADIGMA_
ALTERNATIF_DALAM_PENGEMBANGAN_ILMU_DAN_PEMBELAJARAN_-
_AAM.pdf (diakses, 8 Januari 2014).
11
Azyumardi Azra, Disampaikan dalam Forum Ujian WIP Selaku Penguji,
Senin, 30 Desember 2013.
12
Yang dimaksud budaya disini menurut Oswald Spengler sebagaimana
dikutip oleh Abdul Hadi yaitu ‚Kebudayaan merupakan cerminan dalam kehidupan
rohaniah seperti seni, bahasa, sastra, aliran pemikiran dan falsafah, nilai-nilai moral,
dan spiritulitasSatrio Wahono, ‚Budaya Malu: Alat Pemberantasan Korupsi‛, Jurnal
Nasional, 25 November 2011, 10, http://www.jurnas.com/halaman/10/2011-11-
25/190218 (diakses 29 Juni 2012). Abdul Hadi WM, ‚Takdir Alisyahbana dan
Pemikiran Kebudayaan‛, Refleksi: Jurnal Kajian Agama dan Filsafat, Vol. VII, No.
3, 2006, 301-305.
13
Gazi Saloom, ‚Korupsi Sebagai Patologi Sosial dalam Perspektif Islam‛,
dalam Chaider S. Bamualim, JM. Muslimin (ed.), Pendidikan antikorupsi di
Perguruan Tinggi Islam (Jakarta: CSRC Universitas Islam Negeri Syarif

3
semua ingin serba praktis dan tercapai tanpa usaha yang berarti.14
Korupsi merupakan sebuah perilaku yang dihasilkan dari kuatnya
pengaruh budaya hedonisme dan kini telah menjangkit individu
maupun masyarakat yang mempunyai anggapan bahwa segala sesuatu
diukur dengan uang sebagai standarnya.15 Oleh sebab itu hal inilah
yang dapat mengakibatkan timbulnya krisis akhlak (moral). Perilaku
koruptif dapat menjangkit disegala aspek maupun lapisan masyarakat.
Problematika ini menjadi persoalan dunia. Perilaku koruptif dapat
terjadi karena kurangnya rasa kesadaran akan pentingnya tanggung
jawab moral bagi individu maupun kelompok dalam memegang
ama>nah. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan serta
pemahaman agama terhadap perilaku koruptif yang telah jelas
diterangkan dalam sumbernya.
Menurut sejarawan Arnold J. Toynbee (1889-1975) sebagaimana
dikutip oleh B. Tyas Susanti mengungkapkan bahwa kejatuhan bangsa
dan emperium besar seperti bangsa Romawi adalah karena adanya
krisis moralitas dan peradaban.16 Hal itu sebagaimana disebutkan di
dalam Al-Quran bahwa kekayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa17
serta kajayaan dan keruntuhannya tergantung pada sikap dan tindakan
mereka sendiri sehingga tidak menjamin kelanggengan serta
kemakmuran masyarakatnya tanpa didukung oleh kualitas moral
penduduk suatu bangsa tersebut.18 Sebagaimana yang terjadi pada

Hidayatullah Jakarta, 2006), 214. Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid 1 (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2005), 89.
14
Gazi Saloom, ‚Korupsi Sebagai Patologi Sosial dalam Perspektif Islam‛,
dalam Chaider S. Bamualim, JM. Muslimin (ed.), Pendidikan antikorupsi di
Perguruan Tinggi Islam, 200.
15
Saharuddin Daming, ‚Pangkal Korupsi‛, Tempo.co, 21 Juni 2011,
http://www.tempo.co.read/kolom/2012/06/21/608/Pangkal-Korupsi- (diakses, 30
Oktober 2012).
16
B. Tyas Susanti, dkk (ed), dalam ‚Kata Pengantar‛, Pembelajaran
Antikorupsi- Buku 2: Dampak Buruk Korupsi (Semarang: Unika Soegijapranata dan
Partnership, tt), 1. Lihat pula S.H. Alatas, Korupsi; Sifat, Sebab dan Fungsi (Jakarta:
LP3ES, 1987), 41-42.
17
Q.S. Saba’(34):15-17. Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahannya
(Jakarta: 2006), 686.
18
Sukron Kamil, ‚Perspektif Islam Tentang Antikorupasi‛, dalam Karlina
Helmanita, Sukron Kamil ed, Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi (Jakarta:
CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), 114. Lihat QS. ar-Ra’du (13): 11,
mengenai kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa tergantung pada sikap dan
tindakannya sendiri masyarakat suatu bangsa. Departemen Agama, Al-Quran dan
Terjemahannya, 370.

4
negara ini, bahkan mewabahnya korupsi di Indonesia bisa
menyebabkan bangsa ini terpuruk dan jatuh‛.19
Korupsi merupakan salah satu hambatan serius bagi proses
reformasi Indonesia menuju penguatan serta pengembangan model
demokrasi, maksimalisasi peran dan pembangunan sistem hukum,
penciptaan investasi yang kompetitif, serta perwujudan nilai tambah
bangsa secara nasional dan internasional.20 Kondisi ini menyebabkan
pembangunan di Indonesia tidak merata. Akibatnya masyarakat tidak
memiliki hak-haknya secara utuh. Ada banyak korban masyarat yang
diakibatkan oleh korupsi. Kemiskinan semakin meningkat, infrastuktur
di mana-mana rusak, kesejahteraan tidak merata, susahnya penyediaan
lapangan pekerjaan dan peningkatan kualitas pendidikan dan
kesehatan semakin susah.21 Kondisi tersebut tidak mungkin terus
dibiarkan, perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk
menghentikan masalah ini baik dalam jangka pendek atau jangka
panjang.
Korupsi merupakan masalah multidimensi yang secara umum
disebabkan oleh faktor politik, hukum dan ekonomi.22 Hal ini terjadi
karena adanya peluang dan keinginan23 serta menyangkut aturan,
perilaku, sistem manajemen dan SDM dari penyelenggaraan
pemerintahan yang lemah sehingga mengakibatkan ketidak percayaan
masyarakat terhadap pemerintah. Upaya pemerintah untuk pencegahan
korupsi telah dilakukan dengan berbagai cara, namun upaya tersebut
dinilai kurang tepat karena hanya terfokus pada penindakan para
koruptor saja tetapi tidak pernah memikirkan pada cara

19
B. Tyas Susanti, dkk (ed), dalam ‚Kata Pengantar‛, Pembelajaran
Antikorupsi- Buku 2; Dampak Buruk Korupsi, 1.
20
JM. Muslimin, ‚Korupsi: Pengertian, Sebab dan Dampaknya‛, dalam
Chaider S. Bamualim dan JM. Muslimin (ed), Pendidikan Antikorupsi di Perguruan
Tinggi Islam, 18.
21
Musa Asy’arie, Keluar dari Krisis Multidimensi (Yogyakarta: LESFI,
2001), 44. Lihat, Irfan Abubakar, Chaider S. Bamualim (ed.), Filantropi
Islam&Keadilan Sosial: Studi Tentang Potensi, Tradisi, dan Pemanfaatan Filantropi
Islam di Indonesia (Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2006), 4.
22
Indah Sri Utari, ‚Faktor Penyebab Korupsi‛, dalam Nanang T. Puspito,
Marcella Elwina S. (ed.), Pendidikan Antikorupsi untuk Perguruan Tinggi (Jakarta:
Kemendikbud, 2011), 53.
23
Jeremy Pope, Confronting Corruption: The Elements of National
Integrity System, terj. Masri Maris, Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem
Integritas Nasional (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), 17.

5
pencegahannya24 dan upaya tersebut selama ini dinilai belum bisa
memuaskan serta dinilai belum menunjukkan sepenuhnya nilai-nilai
keadilan.25 Oleh sebab itu maka diperlukan upaya pemberantasan.
Jeremy Pope mengatakan bahwa pencegahan korupsi bukan hanya
memusatkan perhatian pada upaya penegakan hukum serta sanksi
sosial saja, namun terletak pada upaya pencegahan dan pendidikan
masyarakat.26 Klitgaard menyatakan bahwa langkah-langkah
mengurangi korupsi salah satunya adalah dengan mengubah sikap
terhadap korupsi (pembaharuan akhlak) melalui pelatihan, program
pendidikan dan keteladanan pribadi.27
Melihat fenomena gagalnya antikorupsi yang ditempuh selama
ini, maka KPK membuat suatu upaya pencegahan korupsi melalui
pendidikan yaitu dengan cara membangun modul yang berisi nilai-nilai
karakter yang dapat dijadikan sebagai benteng perlawanan terhadap
perilaku korupsi. Wacana pendidikan antikorupsi menjadi sebuah
langkah yang sangat strategis bagi pencegahan korupsi, karena suatu
fakta menunjukkan bahwa gerakan antikorupsi hingga saat ini masih
belum banyak menunjukkan hasil yang signifikan.28 Alasannya korupsi
menyangkut masalah kerusakan moral dan mental29 sehingga apabila
masalah korupsi hanya ditangani secara represif dengan menjerat
koruptor kepenjara semata, sementara upaya preventif melalui
pendidikan tidak maksimal maka dapat dipastikan tidak akan
terselesaikan masalah tersebut.

24
IRJEN Depag RI, Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi dengan
Pendekatan Agama, Monitoring dan Evaluasinya di Lingkungan Departemen Agama
Tahun 2006-2009 (Jakarta: IRJEN Depag RI, 2006), 6.
25
JM. Muslimin, ‚Korupsi: Pengertian, Sebab, dan Dampaknya‛ , dalam
Chaider S. Bamualim, JM. Muslimin (ed), Pendidikan Antikorupsi di Perguruan
Tinggi Islam, 26.
26
Jeremy Pope, Confronting Corruption: The Elements of National
Integrity System, terj. Masri Maris, Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem
Integritas Nasional (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), xxxii.
27
Robert Klitgaard, Controlling Corruption: Membasmi Korupsi (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2005), 29
28
Karlina Helmanita, ‚Pendidikan Antikorupsi: Sebuah Langkah Strategis‛,
dalam Karlina Helmanita, Sukron Kamil ed, Pendidikan Antikorupsi di Perguruan
Tinggi, 20.
29
Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, 4.
Lihat ISW/ELN/ANA/IAM/THY, ‚Kerusakan Moral Mencemaskan‛, Kompas,
Senin 20 Juni 2011, 1. Memuat berita terkait penyelenggaraan negara berupa fakta
diantaranya kasus suap dan korupsi sepanjang tahun 2004-2011

6
Pemberantasan korupsi merupakan serangkaian upaya tindakan
untuk mencegah dan menanggulangi korupsi, melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitoring, penyelidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan serta peran masyarakat berdasarkan Undang-Undang
yang berlaku. Dengan demikian maka pemberantasan korupsi
mencakup tiga unsur, yaitu pencegahan (antikorupsi/preventif),
penindakan (penanggulangan/represif) serta peran serta masyarakat.30
Hal ini sejalan dengan Perpres No. 55 Tahun 2012 tentang Strategi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang
Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah 2012-2014, serta Inpres No. 1
Tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Tahun 2013.31
Pencegahan korupsi melalui jalur pendidikan sebab pendidikan
merupakan kunci masa depan bangsa sehingga tujuan pendidikan
mempunyai kedudukan yang amat penting.32 Pendidikan antikorupsi
merupakan pendidikan seumur hidup yang harus ditanamkan sejak
dini33 dan ini merupakan salah satu unsur terpenting dalam pendidikan
budi pekerti.34 Pendidikan merupakan satu instrumen perubahan yang
mengedepankan cara damai, jauh dari politik pragmatis, berawal dari
kebangkitan kesadaran kritis untuk pemberdayaan dan perubahan

30
Arya Maheka, Mengenali dan Memberantas Korupsi (Jakarta: KPK,
2006), 26.
31
Penjelasan lebih jauh, lihat Inpres No. 17/2011, ‚Tentang Aksi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 2012‛,
http://www.lkpp.go.id/v2/files/content.file.06012012130709Inpres%202011-17%20-
%20PPK.pdf (diakses, 10 Desember 2012). Lihat Pepres No. 55 Tahun 2012
‚Tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan korupsi Jangka Panjang
Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah 2012-2014‛,
http://acch.kpk.go.id/documents/10157/34337/Perpres-55-2012-Stranas-PPK.pdf
(diakses, 6 Mei 2013), Inpres No. 1 Tahun 2013, ‚Tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2013‛,
http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/173672/Inpres0012013.pdf (diakses, 6 Mei 2013).
32
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2005), 97. Lihat Ahmad Rizali (ed.), Panduan Pelajar Terpuji: Untuk Tingkat Pelajar
(Jakarta: KPK, 2008), 1. Lihat Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3. Tujuan pendidikan secara umum yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak atau perilaku peserta didik
yang berakhlak mulia, berilmu, jujur, kreatif dan mandiri.
33
Samsul Bahri (ed.), Modul Pendidikan Antikorupsi, 2.
34
B. Tyas Susanti, ‚Kata Pengantar‛, dalam B. Tyas Susanti, dkk (ed),
Pembelajaran Antikorupsi Buku 2; Dampak Buruk Korupsi‛ (Semarang: ISS, 2009),
1.

7
masyarakat berdasarkan penguatan inisiatif manusiawi dan nurani
untuk agenda perubahan.35 Kualitas sumber daya manusia yang tinggi
merupakan modal utama pembangunan untuk mencapai kesejahteraan
bangsa. Peningkatan intelektualitas, kecerdasan emosi, penanaman
karakter, nilai dan budaya menjadi satu prasyarat keberhasilan
pengembangan sumberdaya manusia Indonesia36 demi terwujudnya
keberhasilan aktualisasi clean and good governance secara efektif.37
Sering terdengar pendapat yang mengatakan bahwa upaya
penegakan hukum lebih penting daripada upaya jalur pendidikan. Akan
tetapi aspek pendidikan bukanlah menafikan aspek hukum dan dalam
penelitian ini bukanlah dari aspek hukum yang dijadikan pokok
kajiannya namun dari aspek pendidikan. Apabila menekankan aspek
hukum saja yang diupayakan maka hal itu hanya bersifat mengobati
saja dan bukan melakukan upaya preventif, sementara ini yang
dilakukan hanyalah bersifat pengobatan saja. Buktinya dengan
penegakan hukum saja korupsi masih tetap ada sehingga upaya yang
diperlukan adalah pencegahan.
Pendidikan antikorupsi mutlak diperlukan untuk memperkuat
pemberantasan korupsi yang sedang berjalan, diantaranya melalui
reformasi sistem dan reformasi kelembagaan serta penegakan hukum.
Pendidikan antikorupsi merupakan upaya reformasi kultur politik
melalui sistem pendidikan untuk melakukan perubahan kultural yang
berkelanjutan, termasuk untuk mendorong terciptanya good corporate
culture di sekolah dan perguruan tinggi.38 Pencegahan korupsi melalui
pendidikan disadari memang bukan merupakan satu-satunya cara bagi
penyelesaian korupsi di Indonesia. Namun karena realitas dan praktik
korupsi di Indonesia sudah akut, maka masalah korupsi juga tidak bisa

35
JM. Muslimin, ‚Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi Islam (PTI):
Pendekatan Integratif‛, dalam Chaider S. Bamualim, JM. Muslimin (ed), Pendidikan
Antikorupsi di Perguruan Tinggi Islam, 7.
36
Samsul Bahri (ed.), Modul Pendidikan Antikorupsi, 2. Lihat Bambang
Widjoyanto, Abdul Malik Gismar, Laode M. Syarif, Koruptor Itu Kafir, Telaah Fiqh
Korupsi dalam Muhammadiyah dan Nadhlatul Ulama (NU)‛, 155. Lihat Siti
Muyassarotul Hafidzoh, ‚Ideologisasi Pendidikan Antikorupsi‛. Jurnal Nasional, 25
November 2011, http://www.jurnas.com/halaman/10/2011-11-25/190217 (diakses 15
September 2012).
37
Chaider S. Bamualim,‚Kata Pengantar‛, dalam Chaider S. Bamualim, JM.
Muslimin (ed), Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi Islam, vi
38
Azyumardi Azra, ‚Kata Pengantar Pendidikan Antikorupsi Mengapa
Penting‛, dalam Karlina Helmanita, Sukron Kamil (ed.). Pendidikan Antikorupsi di
Perguruan Tinggi, viii.

8
diselesaikan hanya melalui penegakan hukum39 hal ini menjadi
tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat.
Melihat kondisi kejahatan korupsi yang tak kunjung dapat
diselesaikan dengan maksimal40 maka perlu adanya kesadaran serta
antisipasi dan pentingnya menanamkan nilai-nilai antikorupsi melalui
pendidikan bagi anak sejak usia dini41 baik melalui jalur formal
maupun informal.42 Bambang Widjojanto berpendapat bahwa,
‚Antikorupsi itu seyogyanya disajikan sejak dini mulai dari tingkat
SD‛.43 Dengan cara membangun karakter kejujuran sejak dini karena
usia SD merupakan usia pendidikan formal pertama yang masih
perfikir yang bersifat umum dalam artian belum bisa berfikir secara
spesialis. Pada umur 6-12 tahun44 anak-anak mulai berpikir
transformasi reversible (dapat dipertukarkan) dan kekekalan. Mereka
dapat mengerti perpindahan benda, mulai dapat membuat klarifikasi,
namun pada dasarnya masih pada hal yang konkrit dan sederhana.
Anak sudah mengerti persoalan sebab-akibat. Oleh karena itu, dalam
penanaman nilai pun sudah dapat dikenalkan suatu tindakan dengan
akibat baik dan buruk.45
Melalui pendidikan antikorupsi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) berencana akan menjalankan muatan

39
Karlina Helmanita, ‚Pendidikan Antikorupsi: sebuah Langkah Strategis‛,
dalam Karlina Helmanita, Sukron Kamil (ed.), Pendidikan Antikorupsi di Perguruan
Tinggi, 4.
40
Dalam pidatonya memperingati hari Antikorupsi se-dunia yang
diselenggarakan oleh Insight Institut, ekonom Faisal Basri mengatakan bahwa sistem
pemasyarakatan bagi koruptor belum maksimal sehingga tidak menimbulkan efek
jera disebabkan hukumannya kian lama kian ringan. Nicolas Timothy, ‚Insight
Institut Gelar Dialog Antikorupsi‛. TRIBUNNEWS, 12 September 2011,
http://www.tribunnews.com/2011/12/09/insight-institut-gelar-dialog-antikorupsi
(diakses 7 Februari 2012).
41
yot, ‚Terapkan Pendidikan Antikorupsi Sejak Dini‛. (diakses, 2 Februari
2012).
42
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Fikih Antikorupsi
Perspektif Ulama Muhammadiyah (Jakarta: PSAP, 2006), 125.
43
Puspa Perwitasari/Antara, ‚KPK Antikorupsi Harus Masuk Kurikulum
Sekolah‛, Republika.co.id, 11 Juni 2012,
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/06/12/m5gpvs-kpk-anti-
korupsi-harus-masuk-kurikulum-sekolah (diakses 29 Oktober 2012).
44
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet.
Ke-15, 111.
45
Komisi Pemberantasan Korupsi, Buku Panduan Guru Modul Pendidikan
Antikorupsi Tingkat SD-MI (Jakarta: KPK, 2008), 2.

9
pendidikan antikorupsi mulai tahun ajaran baru 2012/2013 untuk
masuk menjadi kurikulum mata pelajaran di sekolah tingkat SD hingga
SMA patut di apresiasi walaupun kenyataannya pendidikan
antikorupsi ini baru mulai diaplikasikan pada kurikulum 2013/2014.46
Program pendidikan yang merupakan tindak lanjut dari nota
kesepahaman antara Kemendikbud dan KPK tahun 2010 lalu itu
bertujuan ingin membetuk generasi baru antikorupsi47 dengan upaya
memberi fondasi mental dan moral yang kuat bagi setiap anak bangsa
untuk menjauhi korupsi. Sehingga dari rencana tersebut memunculkan
pertanyaan model pendidikan antikorupsi seperti apa yang dapat
mewujudkan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.48
Pelajaran antikorupsi ini nantinya diharapkan tidak akan menjadi
mata pelajaran yang akan menambah beban peserta didik. Mata
pelajaran ini bisa dimasukan kesetiap mata pelajaran, kesetiap pokok
bahasan, dan mata pelajaran apa saja bisa disisipi dengan pendidikan
antikorupsi49 tanpa harus membuat mata pelajaran khusus
antikorupsi.50 Misalnya digabungkan dengan mata pelajaran yang
sejenis seperti harapan masyarakat yaitu dengan mata pelajaran
pendidikan agama51 dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), sebab

46
Erwin Zachri, dkk, ‚Di Jayakarta Rute Berbelok Mendadak; Kurikulum
2013 Disusun Terkesan Mendadak. Tim Pusat Kurikulum Kalah Pengaruh Dibanding
Tim Alkaff‛, Tempo, 7 Juli 2013, 52.
47
Evilin Falanta,‚Pendidikan Antikorupsi Lewat Pelajaran sekolah‛,
kbr68h, 27 Januari 2012, http://www.kbr68h.com/karir/18637-pendidikan-
antikorupsi-lewat-pelajaran-sekolah (diakses 5 Februari 2012).
48
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut
Dunia Pendidikan, 101.
49
Doddy Zulkifli, ‚Pendidikan Antikorupsi Mulai 2011‛, Kemdiknas Dirjen
Pendidikan Tinggi, 5 Oktober 2010,
http://2011.web.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1676:
pendidikan-anti-korupsi-mulai-2011&catid=143:berita-harian (diakses, 27 Maret
2012). Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional, M. Nuh.
50
Ahmad Rizali (ed), dalam ‚Kata Pengantar‛ Pimpinan KPK, Pendidikan
Nilai-nilai Antikorupsi Untuk Kelas 5 SD (Jakarta: KPK, 2008). 2.
51
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut
Dunia Pendidikan, 102. Bahwasanya Pendidikan Agama yang berorientasi pada
peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME perlu dijadikan
inti dari pengembangan pendidikan di sekolah terutama dalam menganti sipasi krisis
moral atau akhlak termasuk di dalamnya korupsi.

10
keduanya merupakan pendidikan integritas,52 bahkan dapat pula
diterapkan pada mata pelajaran IPS, Matematika, dan sangat mungkin
menjadi bagian kurikulum nasional.53
Sejalan dengan harapan masyarakat, Undang-Undang Sisdiknas
Nomor 20 tahun 2003 dijelaskan dalam Bab I Ketentuan Umum pasal
1 ayat 2, bahwa Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
zaman.54
Berdasarkan uraian di atas yang sekaligus akan menjadi kajian
utama dalam tesis ini khususnya, dalam pelaksanaan proses belajar
mengenai pendidikan antikorupsi dibutuhkan sebuah pedoman
pembelajaran yaitu berupa modul atau buku ajar. Buku ajar merupakan
bagian dari kurikulum, di dalamnya memuat secara rinci materi ajar
yang harus disampaikan sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang
ditetapkan. Buku ajar merupakan media instruksional yang dominan
peranannya di kelas.55 Mengingat tidak adanya modul dari pemerintah
mengenai pendidikan antikorupsi maka Direktorat Pendidikan dan
Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas) yang berada di bawah KPK
bekerjasana dengan Universitas Soegijapranata dan KGI (Klub Guru
Indonesia) membuat modul pendidikan antikorupsi bagi jenjang
pendidikan mulai dari tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA hingga
Perguruan Tinggi.56

52
Amin Purnawan, ‚Pembelajaran Hukum Progresif Berbasis Integritas
untuk Perubahan Sosial‛, dalam Sukron Kamil, Korupsi dan Integritas dalam Ragam
Perspektif‛, 185.
53
Puspa Perwitasari/Antara, ‚KPK Antikorupsi Harus Masuk Kurikulum
Sekolah‛, Republika.co.id, (diakses, 29 Oktober 2012)
54
Atiqullah, ‚Sistem Pendidikan Keagamaan Antikorupsi‛. KARSA, Vol.
XVII No. 1 April 2010, 79. Lihat Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI
tahun 2006, ‚Tentang UU
SISDIKNAS‛,http://garuda.kemdikbud.go.id/jurnal/detil/id/0:79838/q/UU%20SISDI
KNAS/offset/0/limit/15 (diakses 29 Juni 2012).
55
Zamroni, Mewujudkan Pendidikan yang Profesional: Diperlukan
Kecerdikan Memanfaatkan Peluang, (Makalah Seminar Nasional Ikatan Alumni
UNY Komisariat FIP, tanggal 27 Januari 2007).
56
Yulvianus Harjono, ‚KPK Minta Diknas Adakan Pendidikan
Antikorupsi‛. Kompas.com, 5 Maret 2009,
http://nasional.kompas.com/read/2009/03/05/19210198/ (diakses 4 Februari 2012).

11
Terdapat dua versi dalam penulisan modul pendidikan
antikorupsi tersebut. Pertama yaitu modul hasil kerjasama KPK
dengan Universitas Soegijapranata yang diterbitkan pada Januari 2008
untuk kelas 4-6 SD/MI dan kedua, modul hasil kerjasama KPK dengan
KGI yang diterbitkan pada Agustus 2008 untuk kelas 1-3 SD-MI.
Modul yang kedua ini dibuat secara partisipasif oleh perwakilan guru
se-Jabodetabek dengan berbagai latar belakang instansi lembaga
pendidikan maupun agama yang berbeda untuk menyusun nilai-nilai
antikorupsi, termasuk materi dan isinya yang merupakan sisipan
materi antikorupsi yang sebetulnya ada di mata pelajaran PKn,
Agama, Matematika dan mata pelajaran yang lainnya.57 Kedua modul
tersebut berisikan materi yang sama mengenai sembilan nilai karakter,
antara lain kejujuran, tanggung jawab dan lain sebagainya termasuk
ajakan untuk ikut memerangi korupsi sejak dini.
Untuk menjawab persoalan di atas biasanya masyarakat sangat
mendambakan peran pendidikan agama sebagai bagian dari upaya
pencegahan dini terhadap merebaknya bahaya korupsi. Pendidikan
antikorupsi yang terintegerasi dengan nilai agama berusaha untuk
terus menyuarakan nurani dan konsistensi antara nilai, watak dan
praktek serta menguatkan antara keimanan, perilaku sosial dan
membangun lembaga publik yang memiliki akuntabilitas dan
kredibilitas serta mengembangkan model alternatif pendidikan nilai,
sebab pendidikan antikorupsi adalah wujud nyata dan bagian dari
usaha pemupukan, penguatan modal sosial dan kultural. 58
Untuk mengaplikasian amanat dalam UU tersebut tentunya
bukan tanpa hambatan. Ketika melihat contoh sebagaimana yang telah
disebutkan di awal yaitu berkaitan dengan pelanggaran yang tejadi di
lingkungan Kementerian Agama dimana kementerian tersebut yang
semestinya sebagai penjaga moral bangsa serta menjadi benteng
terakhir atas pencegahan terjadinya korupsi malah melakukan tindakan
itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada yang salah dalam
menyangkut pelaksanaan pendidikan agama, baik materi, pendekatan
maupun kurikulumnya sehingga membuat banyak pihak merasa
57
Yulvianus Harjono, ‚KPK Minta Diknas Adakan Pendidikan
Antikorupsi‛. Kompas.com, 5 Maret 2009, (diakses, 4 Februari 2012). Lihat Ahmad
Rizali (ed.), Modul Pendidikan Antikorupsi Tingkat SD-MI: Buku Panduan Guru,
hal. referensi buku.
58
JM. Muslimin, ‚Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi Islam (PTI):
Pendekatan Integratif‛, dalam Chaider S. Bamualim, JM. Muslimin (ed), Pendidikan
Antikorupsi di Perguruan Tinggi Islam, 7.

12
pesimis terhadap peran agama yang diharapkan dapat memainkan
perannya dalam pencegahan korupsi.59 Selain itu pula makin
diperparahnya dengan kondisi pendidikan agama mengenai kekeliruan
masyarakat dalam memberikan persepsi keagamaan sehingga
pendidikan agama di tanah air menjadi terhenti dan cenderung tidak
mampu menghadapi perubahan sosial. Hal tersebut disebabkan karena
persepsi keagamaan yang diajarkan tidak lagi kontekstual dan tidak
menyentuh permasalahan dalam kehidupan masyarakat saat ini.60
Atas dasar yang mengenai permasalahn yang telah
dikemukankan di atas maka nilai-nilai yang terdapat di dalam modul
tersebut dijadikan acuan. Pertanyaannya adalah mengapa modul
tersebut dihubungkan dengan Pendidikan Agama Islam. Alasannya
ialah dengan melihat latar belakang penulisan modul tersebut sehingga
dapat dikatakan bahwa modul ini ditulis bukan khusus untuk kalangan
pendidikan Islam saja namun dipakai untuk semua golongan agama,
selain itu pula alasan lainnya adalah mayoritas penduduk negara kita
adalah Muslim maka penting sekali jika antikorupsi dilakukan dengan
pendekatan pendidikan yang berbasis agama Islam dan cara tersebut
dipandang efektif untuk mencegah terjadinya korupsi. Maka penting
untuk melihat apakah modul ini sesuai karakter pendidikan Islam,
karena modul tersebut akan digunakan di sekolah Islam maupun
sekolah umum yang mayoritas siswanya adalah Muslim. Oleh sebab
itu penelitian ini dianggap penting karena modul ini lahir dari berbagai
macam pemeluk agama.
Pendidikan antikorupsi yang terintegerasi dengan nilai agama
dapat dikatakan terus berusaha menyuarakan nurani dan konsistensi
antara nilai, watak dan praktek serta menguatkan antara keimanan,
perilaku sosial dan membangun lembaga publik yang memiliki
akuntabilitas dan kredibilitas serta mengembangkan model alternatif
pendidikan nilai. Sebab pendidikan antikorupsi adalah wujud nyata
dan bagian dari usaha pemupukan, penguatan modal sosial dan
kultural.61 Selain itu pula Pendidikan Agama Islam bisa dijadikan
sebagai sarana upaya preventif dan antisipasif dalam pencegahan serta
59
Imam Suprayogo, ‚Islam dan pendidikan Antikorupsi‛. 30 Juli 2008,
http://www.imamsuprayogo.com/viewd_artikel.php?pg=51 (diakses 29 Juni 2012).
60
Saiful Amin Ghofur, ‚Merancang Kurikulum Pendidikan Antikorupsi‛,
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 01, No. 01, Juni 2009 ISSN 2085-3033, 33.
61
JM. Muslimin, ‚Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi Islam (PTI):
Pendekatan Integratif‛, dalam Chaider S. Bamualim dan JM. Muslimin (ed),
Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi Islam, 7.

13
pemberantasan korupsi dengan cara mengembangkan dan
mengintegrasikan nilai-nilai antikorupsi ke dalam pokok bahasan
materi dalam kurikulum PAI.62 Melalui kajian tersebut diharapkan
dapat dijadikan pegangan bagi para pelaksana antikorupsi maupun
Pendidikan Agama Islam dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi para pengambil kebijakan, sekaligus sebagai
wacana pengembangan PAI yang perlu diteliti lebih lanjut oleh para
ilmuwan dan para pemerhati PAI secara komprehensif.63
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian tentang ‚Pendidikan
Antikorupsi dalam Perspektif Pendidikan Islam (Integrasi Nilai
Antikorupsi KPK dalam Kurikulum PAI)‛ laik untuk dilakukan.
Karena upaya antikorupsi ini berbeda dengan cara represif, maka
tawaran penelitian ini mengarah pada upaya preventif dengan
mengungkap nilai-nilai antikorupsi yang terdapat dalam modul
pendidikan antikorupsi tingkat SD-MI sehingga dapat diperoleh
gambaran mengenai pandangan serta implementasinya dalam
kurikulum PAI. Oleh sebab itu melalui penanaman nilai-nilai
antikorupsi yang terdapat pada modul kepada anak sejak dini
diharapkan siswa mampu memahami bahwasannya korupsi itu
bertentangan dengan norma hukum maupun agama.

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang maslah yang telah
diuraikan di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini
diantaranya ialah:
a. Apakah nilai-nilai antikorupsi dapat diintegrasikan dalam
Kurikulum Berbasis Karakter (KBK 2013) PAI di Sekolah
Dasar.
b. Mengapa integrasi nilai antikorupsi penting dimasukan dalam
kurikulum PAI di Sekolah Dasar.
c. Apakah nilai-nilai antikorupsi dalam modul KPK dapat
dikembangkan sehingga dapat diaplikasikan dalam PAI

62
Sujiman, ‚Pendidikan Antikorupsi Melalui Pendidikan Agama Islam‛,
Tesis pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, 165.
63
Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran (Bandung:
Mizan, 1998), 385.

14
2. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi pada masalah integrasi
nilai-nilai antikorupsi dalam kurikulum KBK di tingkat SD serta
bagaimana sumber ajaran Islam memandangnya, mengingat modul
PAK yang dijadikan sebagai sumber acuan dalam penyusunan modul
PAI merupakan hasil kerjasama antara KPK dengan PSU Unika
Soegijapranata dan KGI.

3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah integrasi nilai antikorupsi dalam modul KPK dan
pengembangannya dalam Kurikulum PAI di tingkat Sekolah Dasar?

C. Penelitian Dahulu yang Relevan


Penelitian ini mendukung pendapat Sujiman dalam tesisnya
‚Pendidikan Anti Korupsi Melalui PAI‛ mengatakan bahwa PAI bisa
dijadikan sebagai sarana upaya preventif dan antisipatif dalam
mengembangkan nilai antikorupsi untuk pencegahan dan
pemberantasan korupsi. Implementasi PAI (PAI) dari segi materi
sudah mengembangkan nilai-nilai antikorupsi dengan model integratif-
inklusif namun belum sepenuhnya mencerminkan perluasan tema
dengan pendekatan antikorupsi. Ini terlihat dari pembahasan materi
yang tidak begitu jelas dan terkadang parsial.64
Surya Abadi Sembiring, dalam buku Korupsi dan Integritas
dalam Ragam Perspektif. Merebaknya kasus korupsi disebabkan
karena integritas dipandang masih sebagai faktor internal saja, dan
korupsi di Indonesia akan berkurang jika integritas juga difungsikan
sebagai faktor eksternal. Terdapatnya inkonsistenansi antara nilai-nilai
yang diajarkan dengan perbuatan seperti yang terjadi selama ini
tampaknya telah berdampak pada lemahnya pembangunan karakter
manusia sebagai individu, masyarakat, dan bangsa. Apabila ingin
merubahnya, maka dibutuhkan para pendidik yang berintegritas yang
mampu dijadikan sebagai suri tauladan bagi para siswanya.65 Buku ini
memberikan pengetahuan baru mengenai korupsi yakni bukan hanya
berkaitan dengan uang dan barang saja, akan tetapi dari berbagai

64
Sujiman, ‚Pendidikan Antikorupsi Melalui Pendidikan Agama Islam‛.
Tesis pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, 165.
65
Sukron Kamil (ed), Korupsi dan Integritas dalam Ragam Perspektif
(Jakarta: PSIA UIN Jakarta, 2013), 199.

15
ragam perspektif. Kekurangan dari buku ini yaitu tidak membahas
korupsi secara gamblang.
Sejumlah Peneliti CSRC (Center for the Study of Religion and
Culture) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam buku Pendidikan
Antikorupsi di Perguruan Tinggi66 dan Pendidikan Antikorupsi di
Perguruan Tinggi Islam.67 Buku ini berisi tentang beberapa aspek
terkait korupsi antara lain seperti: pengertian, bentuk, penyebab,
dampak, langkah pemberantasannya. Buku ini mencoba menggali
berbagai ragam ajaran Islam mengenai antikorupsi dalam suatu kajian
yang sistematis dan integratif. Secara substansi materi yang disajikan
mengandung kerangka etika yang bersumber dari teologi antikorupsi
dalam Islam.68 Secara khusus buku ini ditujukan sebagai upaya
penyadaran dan penanaman nilai-nilai antikorupsi bagi mahasiswa dan
pembahsannya bersifat sangat luas.
Yunahar Ilyas (Et.al.), Korupsi dalam Perspektif Agama-agama
(Panduan Untuk Pemuka Umat). Buku ini merupakan upaya untuk
mensosialisasikan kampanye antikorupsi di kalangan masyarakat
melalui jalur pendidikan keumatan. Buku ini pembahasannya
dilakukan dengan pendekatan lintas agama melalui para penulis yang
isinya merepresentasikan dari agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha,
dan menitikberatkan pada pembahasan aktualisasi nilai-nilai
keagamaan dalam upaya pemberantasan korupsi.69
Jeremy Pope, Confronting Corruption: the Elements of National
Integrity System. Bahwa ‚Strategi mengontrol korupsi harus terfokus
pada unsur peluang dan keinginan. Peluang dapat dikurangi dengan
cara, mengadakan perubahan sistem, sedangkan keinginan dapat
dikurangi dengan mencegah, menegakan hukum dan menegakan
mekanisme akuntabilitas‛. Selain itu agar berhasilnya sebuah strategi
tidak saja memusatkan perhatian pada upaya penegakan hukum dan
menjatuhkan sanksi tetapi pada upaya pencegahan dan pendidikan

66
Karlina Helmanita, Sukron Kamil (ed.), Pendidikan Antikorupsi di
Perguruan Tinggi (Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006).
67
Chaider S. Bamualim, JM. Muslimin (ed.), Pendidikan Antikorupsi di
Perguruan Tinggi Islam, (Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006).
68
Azyumardi Azra, ‚Pendidikan Antikorupsi; Mengapa Penting‛, dalam
Karlina Helmanita, Sukron Kamil (ed.), Pendidikan Antikorupsi di Perguruan Tinggi,
xi.
69
Yunahar Ilyas (Et.al), Korupsi dalam Perspektif Agama-agama (Panduan
Untuk Pemuka Umat) (Yogyakarta: LP3 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
2004),74.

16
masyarakat.70 Pope tidak membahas tentang antikorupsi melalui upaya
pendidikan secara spesifik, disitu hanya dijelaskan melalui pendidikan
masyarakat secara global, yakni wawasan edukasi untuk masyarakat
mengenai korupsi.
Robert Klitgaard, Controlling Corruption mengatakan bahwa
‚Langkah-langkah mengurangi korupsi salah satunya adalah dengan
mengubah sikap terhadap korupsi (pembaharuan akhlak) melalui
pelatihan, program pendidikan dan keteladanan pribadi‛.71 Buku ini
membahas mengenai permasalah korupsi yang melanda di negara
berkembang dan berusaha memberikan wawasan baru bahwa korupsi
bisa itu bisa dilawan melalui studi kasus yang konkrit di lima negara
antara lain Hongkong, Filipina, Singapura, Korea dan Ruritania.
Franz Magnis Suseno dalam bukunya yang berjudul Korupsi
Kemanusiaan: Menafsirkan Korupsi (dalam) Masyarakat, mengatakan
bahwa ‚Penyebab korupsi adalah gagalnya pendidikan agama dan
etika‛.72 Buku ini menjelaskan kegagalan pendidikan agama dan etika
dalam mememainkan peranannya sehingga menyebabkan korupsi
dengan alasan tidak terimplementasikannya nilai-nilai agama dan
etikan dalam kehidupan nyata dengan alasan telah tergerusnya nilai-
nilai tersebut dengan arus globalisasi dan modernisme.
Baharuddin Lopa dalam Masalah Korupsi dan Pemecahannya
menyatakan bahwa ‚Pada dasarnya penyebab korupsi di Indonesia
adalah kondisi ekonomi yang mana dengan alasan untuk
mempertahankan hidup, selain itu juga karena lemahnya pengawasan
mekanisme organisasi sehingga mendorong seseorang yang lemah
imannya untuk melakukan korupsi‛.73
Dari sejumlah karya yang disebutkan di atas nampaknya belum
ada hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan anti korupsi
pada anak sejak dini yang berlandaskan pada moralitas Islam. Oleh
sebab itu penelitian ini diharapkan memiliki peran yang strategis

70
Jeremy Pope, Confronting Corruption: The Elements of National
Integrity System, terj. Masri Maris, Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem
Integritas Nasional (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), xxxii.
71
Robert Klitgaard, Controlling Corruption: Membasmi Korupsi (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2005), 29.
72
Frans Magnis Suseno, Korupsi Kemanusiaan: Menafsirkan Korupsi
(dalam) Masyarakat (Jakarta: Kompas, 2006), 99.
73
Baharuddin Lopa, Masalah Korupsi dan pemecahannya (Jakarta: Kipas
Putih Aksara, 1997), 102.

17
sebagai penguatan landasan teologis dan moral Islami dalam mencegah
maraknya korupsi bagi generasi yang akan datang dimulai sejak dini.

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplor nilai-nilai
antikorupsi yang disajikan dalam modul KPK serta mengetahui
bagaimana nilai-nilai tersebut diterapkan dalam kurikulum PAI tingkat
SD/MI sebagai upaya mencegah budaya korupsi sejak dini.

E. Signifikansi / Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
menambah khazanah keilmuan dalam upaya mempersiapkan moral dan
mental sejak usia dini sehingga dapat ditepakan dalam kehidupan
sehari-hari melalui pembudayaan (pembiasaan) sebagai bekal untuk
membentengi diri dari perilaku koruptif pada kehidupan yang akan
datang.

F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan tema dan permasalahan yang akan penulis teliti,
maka penelitian tesis ini merupakan jenis penelitian kepustakaan
(library research)74 dengan upaya untuk mengungkapkan secara faktual
tentang nilai-nilai antikorupsi dalam modul PAI dan Budi Pekerti
dengan metode deskriptif analisis75 serta penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif.76

74
H. Mc. Millan dan Sally Schumacher, Research In Education a Capital
Introduction (United State: Priscilla Mc Geeho, 5th ed), 148. Library research
dilakukan dengan menelaah naskah, dokumen, arsip, koran, majalah dan buku-buku
yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
75
Deskriptif analisis yaitu mendeskripsikan data, fakta dan kecenderungan
yang terjadi yang kemudian dianalisa serta direkomendasikan mengenai apa yang
harus dibangun untuk mencapai suatu keadaan. U. Maman, dkk, Metodologi
Penelitian Agama: Teori dan Praktik (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), 29.
76
Pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan atau penelusuran
untuk mengeksplorasi dan memahami data sentral dengan mengajukan pertanyaan
yang umum dan agak luas. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), 3.

18
2. Sumber Data
Sumber utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah modul
pendidikan antikorupsi yang diterbitkan oleh KPK bagian Direktorat
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas) tahun 2008 pada
tingkat SD-MI, sedangkan objek dari penelitian ini adalah buku ajar
PAI dan Budi Pekerti tingkat SD-MI kurikulum 2013. Sumber
penunjangnya adalah wawancara serta buku-buku yang berkaitan
dengan pendidikan antikorupsi, artikel, majalah, jurnal maupun kitab-
kitab yang ditulis para ulama dalam bidangnya, sedangkan bahan lain
yang secara tidak langsung berkaitan dengan penulisan ini
dikategorikan sebagai data untuk penunjang.

3. Teknik Analisis Data


Nazir menjelaskan bahwa analisis data adalah mengelompokan,
membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data
sehingga mudah untuk dibaca.77 Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi (content
analysis)78 yaitu menganalisa masalah pokok yang diteliti menurut
isinya. Teknik ini digunakan untuk mengkaji isi teks modul pendidikan
antikorupsi KPK tingkat SD-MI yang diintegrasikan dalam modul PAI
dan Budi Pekerti, kemudian dilakukan identifikasi dan mengambil
kandungan aspek-aspek moralitas Islam sesuai data penelitian yang
penulis perlukan.

G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tesis ini disusun dalam lima bab pembahasan
dengan sistematika sebagai berikut:
Bab Pertama, Pendahuluan meliputi: latar belakang masalah,
permasalahan, penelitian terdahulu yang relevan, tujuan penelitian,
manfaat/signifikansi penelitian, metodologi penelitian, sistematika
penulisan.
Bab Kedua, mengkaji Pendidikan Antikorupsi dan Pendidikan
Islam, meliputi: A. Pendidikan Antikorupsi; Redefinisi Antikorupsi
dan Pendidikan, Nilai-nilai Antikorupsi, B. Pendidikan Antikorupsi

77
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indah, 2011), 358.
78
H.M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2008), 156. Lihat,
Syauqi> Dhaif, al-Bahath al-Adabi>: Thabi>‘atuh, Mana>hijuh, Ushu>luh, Masha>diruh
(Kairo: Da>r al-Ma’a>rif, Cet. VIII, 1972), 131-145.

19
dalam Pendidikan Islam; Sejarah Pendidikan Antikorupsi, Pendidikan
Antikorupsi dalam Pendidikan Agama Islam.
Bab Ketiga, tentang KPK dan Modul Pendidikan Antikorupsi
Tingkat SD-MI, meliputi: A. Fungsi dan Tugas KPK Secara Umum, B.
Peran KPK dalam Pendidikan Antikorupsi, C. Modul Pendidikan
Antikorupsi Tingkat SD-MI: 1. Proses Penyusunan Modul, 2. Tujuan
Modul Pendidikan Antikorupsi, 3. Pendidikan Antikorupsi dalam
Kurikulum 2013, 4. Upaya Penerapan Pendidikan Antikorupsi.
Bab Keempat, Sembilan Nilai-nilai Antikorupsi KPK di dalam Al-
Quran dan Hadis: A. Nilai-nilai Antikorupsi KPK di dalam Al-Quran
dan Hadis, meliputi; 1. Tanggung jawab, 2. Kedisiplinan, 3.
Kejujuran, 4. Kerja keras, 5. Kemandirian, 6. Keadlilan, 7. Keberanian,
8. Kepedulian, 9. Kesederhanaan. B. Integrasi Muatan Materi
Antikorupsi dalam Kurikulum.
Bab Kelima, berisi kesimpulan dan saran-saran.

20

Anda mungkin juga menyukai