Anda di halaman 1dari 7

Nilai Menyusui

27.08.2013

Menyusui merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi kepada bayi secara
optimal. Tidak ada hal yang lebih bernilai dalam kehidupan seorang anak selain
memperoleh nutrisi yang berkualitas sejak awal kehidupannya. Air Susu Ibu
merupakan nutrisi ideal untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan, dan
perkembangan bayi secara optimal.

Mengapa ibu harus menyusui ?

Berbagai kajian dalam 2 dekade terakhir makin memperlihatkan bahwa ASI adalah
nutrisi terbaik dan terlengkap. Nilai nutrisi ASI lebih besar dibandingkan susu
formula, karena mengandung lemak, karbohidrat, protein, dan air dalam jumlah yang
tepat untuk pencernaan, perkembangan otak, dan pertumbuhan bayi. Kandungan
nutrisinya yang unik menyebabkan ASI memiliki keunggulan yang tidak dapat ditiru
oleh susu formula apapun. Susu sapi mengandung jenis protein berbeda yang
mungkin baik untuk anak sapi, tetapi bayi manusia sulit mencernanya. Bayi yang
mendapat susu formula mungkin saja lebih gemuk dibandingkan bayi yang
mendapat ASI, tetapi belum tentu lebih sehat. Demikian pula, jenis asam lemak yang
terdapat di dalam ASI mempunyai pengaruh terhadap perkembangan otak yang
menyebabkan kemampuan melihat dan fungsi kognitif bayi berkembang lebih awal.

Menyusui eksklusif 6 bulan

Bayi dianjurkan untuk disusui secara ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan
dan pemberian ASI dilanjutkan dengan didampingi makanan pendamping ASI,
idealnya selama dua tahun pertama kehidupan. Perlindungan terhadap infeksi paling
besar terjadi selama beberapa bulan pertama kehidupan pada bayi yang mendapat
ASI secara eksklusif. Lebih lama bayi mendapatkan ASI akan memberikan efek
proteksi yang lebih kuat. Pada 6 bulan pertama, air, jus, dan makanan lain secara
umum tidak dibutuhkan oleh bayi. Makanan padat dapat diperkenalkan saat bayi
berusia 6 bulan, untuk melengkapi nutrisi ASI.

ASI dalam 24 jam pertama

Dua puluh empat jam setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting untuk
keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam pertama setelah melahirkan
dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI. Ibu
yang menjalani bedah Caesar mungkin belum mengeluarkan ASI nya dalam 24 jam
pertama setelah melahirkan, kadangkala perlu waktu hingga 48 jam. Walaupun
demikian, bayi tetap dianjurkan untuk dilekatkan pada payudara ibu untuk membantu
merangsang produksi ASI. Secara keseluruhan proses menyusui melibatkan 4
faktor, yaitu (1) bayi, (2) payudara, (3) Air Susu Ibu, dan (4) otak ibu. Kita seringkali
meremehkan peran otak ibu dalam proses menyusui. Proses menyusui merupakan
jalinan ikatan batin antara ibu dan bayi. Ibu harus menyiapkan dirinya agar berada
dalam keadaan baik saat menyusui. Perasaan depresi, marah dan nyeri harus
dihindarkan saat menyusui karena dapat menghambat produksi air susu ibu.
Bayi baru lahir sehat diberikan langsung kepada ibunya untuk mendapatkan kontak
kulit dengan ibunya. Bayi dapat dikeringkan dan dinilai skor APGARnya, bahkan
dinilai kesehatan fisik awal saat bayi diletakkan pada dada ibunya. Kontak seperti itu
memberikan stabilitas fisiologis optimal, kehangatan, dan kesempatan untuk
mendapat makanan pertama. Kontak kulit-ke-kulit awal yang baik dapat
meningkatkan lama menyusui. Penundaan pengukuran berat badan, pemberian
vitamin K dan profilaksis salep mata (sampai dengan 1 jam) masih dapat diterima
untuk memberikan kesempatan interaksi awal orangtua-bayi yang optimal. Kontak
kulit-ke-kulit dimulai sejak di ruang melahirkan atau ruang pemulihan. Pada saat
yang sama, ibu juga mulai diberi penjelasan mengenai teknik menyusui yang benar.

Kolostrum berwarna kekuningan yang keluar dari payudara pada beberapa jam
pertama kehidupan seringkali dianggap sebagai cairan yang tidak cocok untuk bayi,
padahal sesungguhnya kolostrum kaya akan sekretori immunoglobulin A (sIg A)
yang berfungsi melapisi saluran cerna agar kuman tidak dapat masuk ke dalam
aliran darah dan akan melindungi bayi sampai sistem imunnya (sistem kekebalan
tubuh) berfungsi dengan baik.

Perlindungan kesehatan bayi

Banyak penelitian yang menilai pengaruh jangka pendek dan panjang dari menyusui
terhadap kesehatan bayi dan anak. Menyusu eksklusif selama 6 bulan terbukti
memberikan risiko yang lebih kecil terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, infeksi
saluran napas, infeksi telinga, pneumonia, infeksi saluran kemih) dan penyakit
lainnya (obesitas, diabetes, alergi, penyakit inflamasi saluran cerna, kanker) di
kemudian hari. Bayi yang mendapat ASI lebih sedikit memerlukan rawat inap
dibanding bayi yang mendapat susu formula. Zat kekebalan yang berasal dari ibu
dan terdapat dalam ASI akan ditransfer ke bayi untuk membantu mengatur respons
imun tubuh melawan infeksi.

Kesehatan saluran cerna

Keuntungan lain menyusui adalah ASI lebih mudah dicerna dibandingkan susu
formula. Saluran cerna dikatakan sehat apabila organ tersebut dapat menjalankan
fungsinya secara optimal. Proses pematangan saluran cerna distimulasi oleh ASI. Di
dalam ASI banyak terkandung oligosakarida yang tidak ditemukan pada susu sapi
(atau sangat sedikit sekali). Oligosakarida dapat menstimulasi pertumbuhan dan
aktivitas bakteri Bifidobacteria (bakteri baik) di dalam saluran cerna. Saluran cerna
bayi yang mendapat ASI mengandung banyak bakteri Bifidobacteria dan
Lactobacillus; bakteri menguntungkan yang dapat mencegah pertumbuhan
organisme yang merugikan dan banyak dilaporkan mempunyai efek terhadap
peningkatan sistem imun (kekebalan) tubuh.

Suasana asam yang terbentuk akibat masukan ASI merupakan sinyal bagi
pembentukan SIgA dan mukus pada permukaan saluran cerna. Peningkatan kadar
SIgA berkorelasi dengan peningkatan sistem pertahanan saluran cerna terhadap
infeksi, sedangkan mukus yang melapisi permukaan saluran cerna berfungsi
sebagai barrier agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke aliran darah. Dari
beberapa penelitian terbukti bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai
kadar SIgA lebih tinggi dibanding bayi yang mendapat
susu formula. Data tersebut dapat menjawab mengapa bayi yang mendapat ASI
mempunyai daya tahan tubuh alami yang lebih besar.

Kandungan ASI akan melengkapi sistem imun bayi yang belum sepenuhnya
matang, hal tersebut tidak didapatkan pada bayi yang mendapat susu sapi. Selain
itu, ASI keluar langsung dari payudara sehingga selalu steril dan tidak pernah
terkontaminasi oleh air dan botol tercemar yang dapat menyebabkan penyakit.

Intelegensi bayi

Berdasarkan kajian ilmiah, menyusu dapat berpengaruh terhadap perkembangan


intelektual anak, karena menyusui memberikan pelekatan erat dan rasa nyaman
yang berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Anak yang disusui
mempunyai intelegensia dan emosi lebih matang yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan sosialnya di masyarakat.

Beberapa publikasi penelitian tentang efek menyusui terhadap IQ bayi


memperlihatkan bahwa bayi yang mendapat ASI mempunyai nilai IQ 3-5 lebih tinggi
dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. Makin lama bayi menyusu, makin
besar efek positif pada IQ bayi. Tingkat IQ lebih tinggi dikaitkan dengan kandungan
nutrisi yang ditemukan pada ASI.

Rasa nyaman dan hangat selama menyusui

Para ahli di bidang psikologi meyakini bahwa bayi dapat menikmati rasa aman,
kehangatan, dan keberadaan ibunya, khususnya bila terjadi kontak kulit-ke-kulit
selama menyusu. Perasaan tersebut mungkin kurang diperoleh oleh bayi yang
mendapat susu botol. Oleh karena itu kontak kulit-ke-kulit menjadi bagian penting
dalam perawatan bayi sehari-hari. Ibu harus sesering mungkin memberikan
sentuhan kasih sayang kepada bayinya, karena hal tersebut merupakan sumber
kehangatan dan kenyamanan.

Pengaruh menyusui untuk ibu

Menyusui memberi keuntungan untuk ibu, karena tidak perlu mensterilkan botol,
tidak perlu membeli susu formula, menakar dan mencampurnya. Oleh karena
menyusui bayi memerlukan ekstra kalori, maka ibu yang ingin berat badannya
kembali seperti semula dapat terbantu. Menyusui juga merangsang uterus untuk
berkontraksi kembali ke ukurannya semula sebelum hamil sehingga membantu
mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

Menyusui ekslusif selama 6 bulan juga akan meningkatkan kadar antibodi dalam
sirkulasi darah ibu sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi setelah
melahirkan. Perdarahan post partum berkurang dihubungkan dengan peningkatan
konsentrasi oksitosin. Risiko kanker payudara, kanker ovarium, dan osteoporosis
pasca menopause dilaporkan juga lebih kecil pada ibu menyusui.

Ibu yang merawat bayi perlu istirahat; bila tidak, akan menurunkan produksi ASI nya.
Ibu harus duduk, meletakkan kakinya lebih tinggi, dan rileks setiap beberapa jam
setelah merawat bayinya. Dengan menyusui, ibu lebih mudah memberikan
perawatan bayinya pada malam hari; tidak perlu menyiapkan susu botol saat bayi
menangis.

Selama ini dilaporkan bahwa menyusui dapat berperan sebagai satu cara
kontrasepsi, karena selama menyusui ovulasi akan tertekan sehingga kemungkinan
hamil selama menyusui lebih kecil. Ibu tidak akan mengalami ovulasi. Walaupun
demikian, hal tersebut masih memerlukan kajian lebih mendalam, sehingga selama
belum ada jaminan untuk hal tersebut, bagi ibu yang tidak ingin segera memiliki
anak lagi tetap harus menggunakan kontrasepsi, meskipun sedang menyusui.

Siapa yang mendapat keuntungan dari meyusui?

Menyusui tidak saja menguntungkan secara pribadi untuk bayi dan ibu, tetapi juga
memberi keuntungan untuk keluarga, sistem pelayanan kesehatan, pemberi kerja,
dan negara secara keseluruhan. Keluarga dapat menghemat dana ratusan ribu
sampai jutaan rupiah yang akan dibelikan susu formula. Belum lagi jumlah waktu
yang terbuang untuk menyiapkan, mencuci dan menghangatkan botol sebelum
diberikan kepada bayi. Meskipun ibu menyusui mempunyai selera makan besar dan
memerlukan mengkonsumsi kalori ekstra, makanan ekstra untuk ibu tetap lebih
murah dibandingkan membeli susu formula untuk bayi. Makanan tambahan untuk
ibu menyusui maksimal 500 kalori/hari sehingga energi untuk memenuhi kebutuhan
bayi sebagian diambil dari lemak di bawah kulit yang dicadangkan ibu selama hamil.
Bayi yang mendapat ASI akan lebih jarang sakit, sehingga bayipun lebih jarang
berobat ke dokter apalagi harus dirawat inap. Hal tersebut jelas akan menurunkan
anggaran negara untuk biaya penyakit yang sebenarnya dapat dicegah, sehingga
dana dapat digunakan oleh program lain. Selain itu, nilai produktivitas kerja ibu pun
akan makin meningkat.

Dukungan menyusui

Dukungan menyusui yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan orang di sekitar ibu
baik saat hamil maupun setelah melahirkan sangat membantu ibu untuk menyusui
anaknya sesegera dan selama mungkin. Upaya tersebut harus dimulai dengan
mewujudkan rumah sakit, klinik bersalin yang sayang bayi.

Kapan ibu tidak boleh menyusui ?

Sebagian besar penyakit yang sering terjadi, seperti flu, infeksi kulit, atau diare tidak
ditularkan melalui ASI. Di lain pihak, pada saat ibu menderita suatu infeksi, ASI yang
dikandungnya akan mengandung antibodi terhadap penyakit tersebut dan akan
melindungi bayi dari penyakit yang sama. Walaupun demikian, beberapa virus tetap
dapat melewati ASI, seperti virus HIV yang dapat menyebabkan AIDS. Wanita
dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui bila terdapat susu pengganti ASI yang
memenuhi syarat AFASS (acceptable, feasible, affordable, sustainable dan safe).
Menyusui bukan merupakan kontraindikasi bagi ibu dengan infeksi HIV, walaupun
diduga bahwa puting lecet atau berdarah dapat meningkatkan risiko penularan.

Seorang ibu yang terkena kanker payudara tetap dapat menyusui bayinya dengan
menggunakan payudara yang sehat sebelum dimulai kemoterapi. Kanker payudara
tidak ditransmisi melalui menyusui.Meskipun belum ada bukti ilmiah terpercaya, ada
pendapat yang menyatakan bahwa hormon yang dihasilkan selama hamil dan
menyusui dapat memicu rekurensi kanker.

Pada saat ini tidak dipungkiri bahwa banyak wanita menggunakan implan pada
payudaranya untuk alasan kosmetik. Sampai sejauh ini, belum diketahui apakah
implan payudara akan mempengaruhi bayi yang disusui. Banyak ibu dengan implan
berhasil menyusui bayinya. Ibu yang pernah mengalami pengangkatan jaringan
payudara karena sesuatu hal, mungkin tidak dapat menyusui bila kelenjar dan
saluran ke puting terangkat.

Tantangan dalam menyusui

Menyusui adalah suatu kewajiban sekaligus tantangan. Pada minggu-minggu


pertama, menyusui dapat terasa nyeri bila tidak dilakukan dengan tepat. Puting
dapat terluka atau lecet apabila ibu membiarkan bayinya menghisap pada puting
dan tidak pada areolanya. Bila ibu tidak menyusui secara rutin sesuai keinginan
bayi, tidak jarang payudara akan terasa keras dan nyeri. Keadaan ini dapat dikurangi
dengan mengatur posisi dan membiarkan bayi untuk menyusui sesuai kebutuhan,
mengurut payudara, dan mengompres hangat atau dingin di antara waktu menyusui.
Ibu menyusui juga dapat mengalami penyumbatan saluran ASI nya yang
menyebabkan mastitis; infeksi payudara yang nyeri. Mastitis membutuhkan
perawatan medis yang baik.

Menyusui dapat mempengaruhi gaya hidup. Ibu menyusui sebaiknya memakai


pakaian yang dapat digunakan untuk menyusui dimana saja. Ibu harus
memperhatikan makannnya, cukup nilai gizi, berhenti merokok dan minum alkohol,
karena alkohol dapat ditemukan di dalam ASI.

Ibu menyusui harus disiapkan bila ia ingin kembali bekerja agar tetap dapat
memberikan ASI kepada bayinya. Ibu menyusui yang bekerja membutuhkan:
lingkungan bersih, suasana nyaman dan private, jadwal kerja yang lebih fleksibel,
sehingga ibu dapat memerah ASI nya dengan tenang dan menyimpan ASI nya untuk
sementara pada tempat yang adekuat. Idealnya, fasilitas perawatan bayi disediakan
di tempat kerja. Bila tempat bekerja tidak memiliki program menyusui, ibu harus
meminta kepada atasannya untuk merancang kebutuhan tersebut.

Konsumsi obat selama menyusui

Tidak semua obat telah diuji pada ibu menyusui, sehingga tidak dapat dipastikan
pengaruh obat yang diminum oleh ibu selama menyusui terhadap bayinya. Oleh
karena hanya sedikit sekali masalah yang dilaporkan, maka obat yang secara resmi
boleh dibeli bebas (tanpa resep dokter), bila hanya diminum sesuai kebutuhan dapat
dianggap aman. Ibu yang harus minum obat setiap hari, misalnya pada epilepsi,
diabetes, atau tekanan darah tinggi tetap dapat menyusui. Walaupun demikian,
setiap akan mengonsumsi obat selama menyusui sebaiknya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan tenaga kesehatan. Untuk meminimalisasikan pajanan pada bayi, ibu
dapat minum obat segera setelah menyusui atau sebelum bayi tidur panjang.

Mungkinkah bayi alergi terhadap ASI ?


ASI mengandung paling sedikit 100 bahan yang tidak ditemukan dalam susu
formula. Tidak ada satupun susu formula yang lebih hipoalergenik dibanding ASI,
karena protein yang berasal dari manusia (ibu) tidak dapat mensentisasi bayi
manusia. Walaupun demikian, reaksi alergi masih mungkin dapat terjadi akibat
bahan makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Jika ibu menghilangkan bahan makanan
tersebut dari dietnya, keluhan biasanya akan membaik dan menghilang dengan
sendirinya.

Cara tepat menyusui

Ibu menyusui dimulai sedini mungkin, setelah melahirkan. Saat bayi terjaga naluri
menghisapnya sangat kuat. Saat menyusui, mulut bayi harus terbuka lebar. Puting
diletakkan sejauh mungkin dalam mulut bayi, pastikan bibir dan gusi bayi berada di
sekitar areola, tidak hanya pada puting. Hal ini akan meminimalisasikan luka pada
ibu. Tenaga kesehatan yang sudah terlatih dapat membantu ibu menemukan posisi
menyusui yang nyaman.

Bayi baru lahir perlu sering disusui. Meskipun tidak perlu dengan jadwal yang ketat,
bayi perlu disusui bila memperlihatkan tanda lapar atau paling tidak setiap 2 jam.
Bayi baru lahir harus disusui 8 sampai 12 kali setiap 24 jam, sampai puas, biasanya
10 hingga 15 menit. Setiap menyusui sebaiknya menghabiskan satu payudara dan
untuk menyusui berikut pada payudara lainnya. Pada minggu minggu awal setelah
lahir, bayi harus dibangunkan untuk menyusui bila telah 4 jam tidak menyusui. Hal
tersebut akan merangsang ibu untuk memproduksi ASI yang lebih banyak.
Selanjutnya, bayi akan lebih terjadwal rutin. Oleh karena ASI lebih mudah dicerna
dibandingkan susu formula, maka bayi yang menyusu terlihat minum lebih sering
dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.

Bayi menyusu tidak membutuhkan air putih, karena akan mempengaruhi keinginan
bayi untuk menyusui dan dapat menyebabkan berkurangnya persediaan ASI. ASI,
87-90 % terdiri atas air. Makin sering bayi menyusu, makin banyak ASI yang
diproduksi oleh ibu. Bayi baru lahir harus belajar menyusu. Kita harus memberikan
waktu kepada bayi untuk mengenal pola menghisap yang baik. Puting buatan
menyebabkan cara menghisap yang berbeda dibanding menghisap puting yang
sebenarnya, oleh karena itu tidak dianjurkan. Begitu pula, menghisap dari botol
dapat membingungkan sebagian bayi pada minggu-minggu pertama.

Pada awal setelah melahirkan, puting ibu dapat dikeringkan dengan udara setiap kali
selesai menyusui untuk mencegah lecet. Bila puting lecet, ibu dapat melapisinya
dengan ASI atau pelembab alamiah lainnya untuk membantu penyembuhan. Posisi
yang tepat saat menyusui dapat membantu mencegah luka pada puting. Bila ibu
terluka, perlu diperhatikan adanya gejala infeksi payudara meliputi demam, iritasi,
dan bengkak yang nyeri dan kemerahan. Hal tersebut membutuhkan penanganan
segera.

Engorgement

Pada hari ketiga, ASI yang dihasilkan seringkali sangat banyak sementara bayi
hanya membutuhkan sedikit sehingga menyebabkan payudara ibu membengkak,
keras dan nyeri untuk beberapa hari. Untuk mengurangi engorgement tersebut, ibu
harus menyusui bayinya sesering mungkin dan sesuai kebutuhan sampai tubuh
menyesuaikan diri dan menghasilkan hanya yang dibutuhkan bayi. Pada saat itu, ibu
dapat mengompres payudaranya dengan air hangat dan mandi air hangat untuk
mengurangi bengkak, dan kompres dingin untuk mengurangi nyeri. Ibu juga dapat
mengeluarkan sebagian ASI sebelum menyusui, baik secara manual atau dengan
pompa. Nyeri karena engorgement juga dapat diredakan dengan menyusui bayi
lebih dari satu posisi, atau mengurut payudara dengan perlahan ke arah puting.
Asetaminofen dapat meredakan nyeri dan aman untuk diminum sesekali selama
menyusui.

Apakah bayi mendapat ASI cukup ?

Bayi bervariasi dalam pola makan dan buang air kecil. Ibu disarankan utuk melihat
tanda yang menunjukkan bayi mendapat ASI yang cukup. Paling sedikit 6 popok
basah per hari dan 2 tinja lembek dan berwarna kekuningan per hari (konsistensi
tinja bergantung usia bayi), berat badan tetap bertambah setelah usia 1 minggu, urin
kuning muda, tidur dengan nyenyak, dan bayi tampak aktif dan sehat saat bangun.

Kesimpulan

Menyusui sebagai norma kultural dan nilai menyusui harus dikenalkan sedini
mungkin. Petugas kesehatan sudah diperkenalkan secara rinci mengenai nilai
menyusui sejak masa pendidikan dan dilengkapi setelah mereka lulus dan
menjalankan profesinya. Calon ibu dan keluarga diberikan informasi segera dan
terus menerus, setelah mereka menyatakan siap hamil.

Menyusui merupakan bentuk pelayanan kesehatan promotif dan preventif, oleh


karena itu, sudah sebaiknya asuransi kesehatan juga mencakup biaya pelayanan
laktasi, karena setiap dana yang digunakan untuk pelayanan laktasi, akan
menghemat lebih dari jutaan rupiah untuk biaya pengobatan penyakit.

Sumber : Buku Indonesia Menyusui

Penulis : Badriul Hegar

Silahkan bagikan artikel ini jika menurut anda bermanfaat bagi oranglain.

Anda mungkin juga menyukai