Dosen Pengampu : Ishana Balaputra S. Kep Ners M.P.H
Di susun oleh
REZHA RIZKIANTI
1776610021
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI AL-QODIRI JEMBER
2019 A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi kejang demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38’C, yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia <4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. Kejang demam tidak selalu seorang anak harus mengalami peningkatan suhu seperti diatas, kadang dengan suhu yang tidak terlalu tinggi anak sudah kejang. 2. Klasifikasi Ada 2 golongan kejang demam: a) Kejang demam sederhana Di keluarga penderita tidak memiliki riwayat epilesi Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan- 6 tahun Lamanya kejang berkangsung <20 menit Kejang tidak bersifat tonik klonik Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau abnormalitas perkembangan Kejang tidak berulang dalam waktu singkat Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam b) Kejang demam kompleks Bila kejang tidak memenuhi kriteria diatas, maka golongan sebagai kejang demam kompleks. 3. Etiologi Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu populasi neuron yang sangat mudah tepicu sehingga mengganggu fungsi normal otak dan dapat juga terjadi karena keseimbangan asam basa dan elektrolit yang terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan. (Sylvia A.price) Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepet yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya berlangsung singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familial, dan beberapa kejadian kejang dapat berlanjut melawati masa anak-anak dan mungkin mengalami kejang non demam pada kehidupan selanjutnya. 4. Patofisiologi Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tongsilitis, otitis media akut, bronkitis penyabab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen. Penyebaran toksik keseluruh tubuh akan di respon oleh hipotalamus dengan menaikkan pengaturan suhu di hipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya secara sistemik. Naiknya pngeturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu tubuh dibagian yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot. Naiknya suhu hipotalamus, otot, kulit, dan jaringan di tubuh yang lain akan di sertai pengeluaran mediator kimia seperti epinfrin dan prostlaglandin. Pengeluan mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion nutrium. Ion kalium dengan cepat dari luar sel menuju kedalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat menaikkan fase deplorasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang. 5. Manifestasi klinis Gejala umum: a. Kejang umum biasanya di awali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10-15 menit, bisa juga melebihi. b. Takikardia: pada bayi frekuensi sering diatas 150-200/menit c. Pulpasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat menurunnya curah jantung. d. Gajala bendungan system vena: hepatomegali, peningkatan tekanan vena jugularis. 6. Pemeriksaan a) Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi legkap, elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang menunjukkan kelainan yang berarti. b) Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan maningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien dengan kejang demam meliputi: Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala maningitis sering tidak jelas. Bayi antara 12 bulan – 1 tahun di anjurkan untuk melakukan lumbal pungsi kecuali pasti bukan maningitis. c) Pemeriksan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas. d) Pemeriksaan foto kepala, CT-scan atau MRI tidak di anjurkan pada anak tanpa kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal. CT-scan dan MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak. B. KONSEP ASKEP 1. Diagnosis keperawatan a. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme b. Ketidakefektifan bersihab jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret dalam tubuh c. Resiko cedera (jatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan penurunan respon terhadap lingkungan 2. Rencana tindakan
Diagnosis Tujuan & kiteria Intervensi Rasional
hasil Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign 1. Untuk mengetahui berhubungan tindakan 2. Anjurkan kompres perubahan tanda- dengan keperawatan hangat tanda vital pasien peningkatan selama 1x24 jam 3. Sirkulasi udara 2. Melancarkan laju harapkan suhu 4. Kolaborasi dengan aliran darah metabolisme tubuh dalam batas dokter pemberian 3. Anjurkan keluarga normal (36-37,5 atipiretik untuk memberikan C), dengan kriteria baju yang dapat hasil : menyerap keringat 1. Pasien tidak 4. Untuk mengetahui rewel intervensi selanjutnya
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Auskultasi suara 1. Untuk
bersihab jalan tindakan paru mengetahui nafas keperawatan 2. Lakukan fisioterapi suara tambahan berhubungan selama 1x24 jam di dada di paru-paru dengan harapkan batuk 3. Posisikan pasien 2. Untuk akumulasi secret berkurang, dengan semifowler melancarkan dalam tubuh kriteria hasil : 4. Kolaborasi dengan dahak/secret di 1. Batuk tidak dokter pemberian paru berdahak obat-obatan 3. Melancarkan pernafasan pasien 4. Untuk lebih membantu mengurangi batuk Resiko cedera Setelah dilakukan 1. Ciptakan 1. Agar pasien (jatuh, terkena tindakan lingkungan yang merasa aman benda tajam) keperawatan aman bagi pasien dengan berhubungan selama 1x24 jam 2. Singkirkan benda- lingkungannya dengan di harapkan resiko benda berbahaya 2. Agar pasien penurunan cedera teratasi, dari lingkungan terhindar dari respon terhadap dengan kriteria pasien resiko cedera lingkungan hasil : 3. Izinkan keluarga 3. Mengurangi 1. Pasien bebas untuk tinggal potensial cidera dari cedera dengan pasien 4. Untuk keamanan 4. Sediakan tempat pasien tidur dengan ketinggian yang rendah, yang sesuai