Anda di halaman 1dari 40

TUGAS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

KELAS B

1. Vonalin Limahelu 7. Damaris Pembuaian


2. Patricia Makatitta 8. Vera Hukom
3. Inggrid Salawaney 9. Frilly Lekatompessy
4. Iren Uhnana 10. Gloria Uniplaita
5. Debie Latuperissa 11. Tina Jacob
6. Roy Wutuwensa 12. Febrianty Huwae

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami naikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Tugas ini merupakan “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Katarak dan Intervensi
Mandiri Perawat (Tetes Mata)”. Yang dipersembahkan sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah III pada program studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku .

Sebagai manusia biasa, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangatlah
diharapkan demi penyempurnaan tugas ini.

Akhirnya Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, Tuhan Yesus Sumber
Segala Pengetahuan Memberkati kita semua.

Ambon, Oktober 2020

Kelompok II

LANDASAN TEORITIS
Katarak

A. Defenisi

              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,

2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran

yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan

pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)

              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan

lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada

semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

B. Anatomi Fisiologi

              Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang

terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak

elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan

memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.

            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :

1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :

-          Sclera

-          Kornea

2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :

-          Koroid

-          Badan (korpus) siliare


-          Iris

3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :

-          Retina

-          Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus

              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola

mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan mata yang

terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis

pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran

berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks

serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran

(Istiqomah, 2003).

C.   Etiologi Katarak

              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1.      Fisik

2.      Kimia

3.      Penyakit predisposisi

4.      Genetik dan gangguan perkembangan

5.      Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6.      Usia

 (Tamsuri, 2008)

D.    Klasifikasi Katarak
              Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1.    Katarak traumatika

     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun

tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular).

Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.

2.    Katarak toksika

     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia

tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

kortikosteroid dan chlorpromazine.

3.    Katarak komplikata

     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak

ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,

hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia

atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –

bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya

myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.

3. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.

4. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair

sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).

E. PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)
Nukleus mengalami perubahan warna menjadi
Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa

KATARAK

Post op Nyeri

F. Manifestasi Klinis Katarak


              Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien

mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional

sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan

objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga

retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya

ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah

pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi

bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak

kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun -

tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak

akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

G.    Komplikasi

              Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit

katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata

2. Keratometri

3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

4. A-scan ultrasound (echography)

5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila

dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).

Darah putih: dibawah 10.000 normal

I. Penatalaksanaan

          Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan

laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru

yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar

melalui kanula.

          Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai

ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya

konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji

derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain -

lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing -

masing penderita.

          Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk

bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang

terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan katarak adalah

pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun

keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar,


yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk

mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.

          Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi

intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan

yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma

atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika

(Suddarth, 2001).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN


GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI : KATARAK
A. Pengkajian
Identitas Klien
       Nama                          : Ny. W
      Umur                          : 50 th
 Jenis Kelamin             : Perempuan
       Agama                        :  Islam
       Status Perkawinan      :  Sudah kawin
       Suku Bangsa              :  Indonesia
      Pendidikan                 : SMA
      Pekerjaan                    : Wiraswasta
      Tgl masuk RS             : 26 Oktober 2020
       
Penanggung Jawab
       Nama                          : Tn. F 
      Umur                          : 56 th
       Pekerjaan                    : Wiraswasta
      Alamat                       : Tulehu, Kota Ambon

B. Keluhan utama           
Pasien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat dari jarak jauh ataupun dekat.

C. Riwayat Kesehatan
a.    Riwayat kesehatan Sekarang

Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti
ada kabut serta terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Pasien juga mengalami
kesulitan melihat pada jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam hari.
Setelah dilakukan pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat gangguan keseimbangan
pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga kejernihan lensa berkurang. pasien
disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan pembedahan atau dikoreksi dengan dilator
pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari. pasien
juga mengalami hiperglikemia karena panyakit diabetis yang dideritanya.
b.  Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih  1 tahun
yang lalu.
c.   Riwayat Penyakit Keluarga

Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala yang sama
seperti yang diderita oleh pasien saat ini.

D. Pemeriksaan Fisik
a.    Pola fungsi kesehatan
1)      Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keluarga pasien takut akan penyakit yang diderita pasien, dan berharap agar bisa cepat sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) : tidak
menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2)      Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3)      Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4)      Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5)      Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6)      Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7)      Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8)      Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9)      Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10)  Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya diserahkan pada
agamanya.

Pemeriksaan fisik
1)      Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB  : 155 cm
2)      Tanda-tanda vital
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S     : 36,5 derajat celcius
3)      Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema :  ada oedema
4)      Kepala :
Inspeksi : rambut bersih
Palpasi :tidak Ada benjolan
5)      Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual katarak Nampak
abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6)      Telinga
  Fungsi pendengaran :tidak ada  gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7)      Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada                                                        Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih                                                                  sekret : tidak ada
8)      Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering                                                       kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9)      Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10)  Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak  menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak  ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11)  Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12)  Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13)  Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan  normal
Ekstremitas bawah : pergerakan  normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14)  Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus.

E. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
- pasien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi cidera  
penglihatannya kabur, penglihatan kabur dengan dilator pupil)
dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu.
- pasien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan
tindakan yaitu dikoreksi dengan dilator
pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada dilatasi
pupil
-nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina sulit
dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi terhadap
- pasien mengatakan kesulitan melihat katarak infeksi
pada jarak jauh atau dekat, pandangan
ganda, susah melihat pada malam hari.
- pasien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan pada
susunan sel lensa oleh factor fisik dan
kimiawi sehingga kejernihan lensa
berkurang.
- Hiperglikemia
3 DS: gangguan penerimaan Gangguan sensori
- pasien mengatakan mengalami sensori/status organ persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur. indra penglihatan
- pasien mengatakan mengalami
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
-  pupil berwarna putih dan ada dilatasi
pupil, nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina sulit
dilihat

F. Diagnosa keperawatan yang muncul


1.  Resio tinggi terhadap cidera   b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator pupil)
2.  Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
3.  Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ indra
penglihatan

G. Nursing Care Planning


N
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
o
1 Resio tinggi Setelah Menunjukkan Mandiri :
cidera  berhubun dilakukan perubahan 1.     Diskusikan apa1.     Membantu
gan dengan intervesi  sela perilaku, pola yang  terjadi pada megurangi rasa
perdarahan intra ma 3x24 jam hidup untuk pasca dikoreksi takut an
okuler diharapkan menurunka tentang nyeri, meningkatkan
perdrahan faktor resiko pembatasan kerja
intra okuler dan aktivitas, sama  dalam
dapat segera untuk  melidu penampilan dan pembatasan
diatasi ngi diri dari balutan mata yang diperlukan
cedera. 2.     Batasi aktivitas
seperti megerakkan2.     Menurunkan
kepala tiba-tiba, stres pada area
menggaruk mata, pengikisan/menu
membongkok runkan TIO
3.     Dorong napas
dalam batuk untuk
bershan nafas
berihan paru
4.     Pertahankan 3.     Batuk
perlindungan mata meningkatkan
sesuai indikasi TIO

5.     Minta pasien
untuk membedakan4.     Digunaknuntu
antara k melindungi
ketidakyamanan dari cedera dan
dan nyeri mata menurunkan
tajam tiba-tiba, gerakan mata
selidiki 5.     Ketidak
kegelisaan,disorien amanan
tasi, gangguan mungkin karena
balutan prosedur
pembedahan,
nyeri akut
menunjukkan
TIO dan atau
Kolaborasi: perdarahan yang
1.    berikan obat terjadi karena
sesuai indikasi regangan dan
·      antiemetik contoh atau tak
proklorprazin diketahui
penyebabnya.

·      asetazolamid(dio
mox) ·       mual, muntah
dapat
meningkatkan
TIO,
memerlukan
tindakan segera
untuk mencega
·      analgesik contoh cedera okuler
empirin dengam·       diberikan
kodein, untuk menurun
asetaminofen(tynol TIO bila terjadi
) peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
humor
·       digunakan
untuk ketidak
nyamanan
ringan, mencega
gelisah yang
dapat
mempengaruhi
TIO
2 Resiko tinggi Setelah -     Meningkat Mandiri
terhadap infeksi dilakukan kan 1.     Diskusikan 1.     Menurunkan
berhubungan intervesi  sela penyembuhan pentingnya jumlah bakteri
dengan bedah ma 3x24 jam luka tepat mencuci tangan pada tangan,
pengangkatan diharapkan waktu sebelum menyentu mencega
katarak factor resiko-     bebas atau mengobati kontaminasi area
infeksi dapat drainase mata operasi
diatasi purulen dan2.     Gunakan atau2.     Tehnik aseptic
eritema tunjukan tehnik menurunkan
yang tepat untuk resiko
membersihkan penyebaran
mata dari dalam bakteri dan
keluar dengan tisu kontaminasi
basah atau bola silang
kapas untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3.     Tekankan
pentingnya
untuk  tidak 3.     Mencegah
menyentuh atau kontaminasi dan
menggarut mata kerusakan sisi
yang di operasi operasi
4.     Obserpasi tanda
terjadinya infeksi
contah kemerahan,4.     Infeksi mata
kelopak mata terjadi 2-3 hari
bengkak, drainase setelah prosedur
purulen. dan memerlukan
Kolaborasi: upaya intervensi
1.    Berikan obat yang tepat
sesuai indikasi
·      antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival) ·       sediakan
topical yang
digunakan
sevara
profilaksis,
dimana
terapi lebih akre
sif diperlukan
bila terjadi
infeksi. Catatan
steroid mungkin
·      steroid ditambahkan
pada antibiotic
topical bila
pasien
mengalami
implantasi.
·       Digunakan
untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah -     Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatka 1.    Tentukann 1.    kebutuhan
persepsi(pengliha intervesi  sela n ketajaman ketajaman individu dan
tan) berhubungan ma 3x24 jam penglihatan penglihatan, catat pilihan
dengan gangguan diharapkan batas situasi apakah 1 atau 2 intervensi
penerimaan gangguan individu mata terlibat bervariasi sebab
sensori/status sensori -     Memperbai kehilangan
organ indra persepsi ki potensi penglihatan
penglihatan dapat diatasi bahaya dalam terjadi lambat
lingkunga dan progresif.
Bila bilateral
tiap mata dapat
berlangjut pada
laju yang
berbeda tetapi
biasa nya hanya
1 mata
diperbaiki
2.    Orientasikan perprosedur.
pasien terhadap2.    memberikan
lingkungan,stap, peningkatan
orang lain di area kenyamanan dan
nya kekeluargaan,
menurunkan ce
mas dab
disorientasi
pasca operasi
3.   Observasi tanda-3.    terbangun dan
tanda dan gejala- lingkungan tak
gejala disorientasi, dikenal dan
pertahankan pagar mengalami
tempat tidur tetbatasan
sampai benar-benar penglihatan
senbuh dari dapat
anastesia mengakibatkan
bingung pada
orang tua.
Menurunkan
resiko jatuh bila
pasien bingung
4.   Pendekatan dari atai tak kenal
sisi yang tak ukuran tempat
dioperasi , bicara, tidur
dan menyentuh
sering, dorong4.    Memberikan
orang terdekat rangsangan
tinggal dengan sensori tepat
pasien terhadap isolasi
dan menurunkan
5.   Perhatikan tentang bingung
suram atau
penglihatan kabur
dan iritasi mata
5.    Gangguan
penglihatan atau
iritasi dapat
berakhir  1-2
jam setelah
diberikan
pengobatan
tetapi secara
bertahap
menurunkan
6.    Ingatkan pasien dengan penggun
menggunakan aan.
kacamata Catatan :
katarakyang Iritasi local
tujuannya harus dilaporkan
memperbesar ke dokter tetapi
kurang lebih 25% jangan hentikan
penglihatan perifer penggunaan obat
hilang dan buta sementara
titik mungkin ada 6.    perubahan
ketajaman dan
kedalaman
persepsi dapat
menyebabkan
bingung
penglihatan atau
meningkatkan
resiko cedera
sampai pasien
belajar untuk
mengkompensas
i.

H. Catatan Perkembangan
No Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Resiko tinggi Jam 08.00 wit Jam 12.00 wit
cidera  berhubungan Mandiri : S:  klien meengatakan nyeri
dengan perdarahan intra1.    Mendiskusikan apa pasca dikoreksi sudah
okuler yang  terjadi pada pasca berkurang.
dikoreksi tentang nyeri, O:  klien tampak rileks
pembatasan aktivitas, pasca dikoreksi,tetapi
penampilan dan balutan aktivitas klien masih
mata dibatasi,seperti terlalu
2.    Membatasi aktivitas banyak menggerkkan kapala
seperti megerakkan kepala dan menggaruk mata
tiba-tiba, menggaruk mata, A: Masalah teratasi
membongkok sebagian,aktivitas klien
3.    Mendorong napas dalam masih dibatasi untuk
batuk untuk bershan nafas melindungi mata pasca
berihan paru dikoreksi
4.    Mempertahankan P: Intervensi dilanjutkan
perlindungan mata sesuai
1.      Batasi aktivitas klien
indikasi seperti megerakkan kepala
5.    Meminta pasien untuk tiba-tiba, menggaruk mata,
membedakan antara membongkok
ketidakyamanan dan nyeri
2.   Mempertahankan
mata tajam tiba-tiba, selidiki perlindungan mata sesuai
kegelisaan,disorientasi, indikasi
gangguan balutan 3.  Meminta pasien untuk
Kolaborasi: membedakan antara
1.    Memberikan obat sesuai ketidakyamanan dan nyeri
indikasi mata tajam tiba-tiba, selidiki
·      antiemetik contoh kegelisaan,disorientasi,
proklorprazin gangguan balutan
·      asetazolamid(diomox)
2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wit Jam 12.00wit
infeksi berhubungan Mandiri S: Klien mengatakan dapat
dengan bedah1.    Mendiskusikan pentingnya beristrahat dengan baik
pengangkatan katarak mencuci tangan sebelum tanpa terasa nyeri pasca
menyentu atau mengobati operasi pengangkatan
mata katarak
2.    Menggunakan atau O: klien dapat beristirahat
tunjukan tehnik yang tepat dengan tenang dan lebih
untuk membersihkan mata rilek serta tidak terdapat
dari dalam keluar dengan tanda-tanda terjadinya
tisu basah atau bola kapas infeksi pada mata klien
untuk tiap usapan ganti A: Masalah klien teratasi
balutan dan masukkan lensa sebagian,tidak terjadi
kontak bila menggunakan infeksi pada mata klien
3.    Menekankan pentingnya pasca operasi.
untuk  tidak menyentuh atau P: Intervensi dilanjutkan
menggarut mata yang di
1.      Tekankan pentingnya
operasi untuk  tidak menyentuh atau
4.    Mengobserpasi tanda menggarut mata yang di
terjadinya infeksi contah operasi
kemerahan, kelopak mata
2.      obserpasi tanda terjadinya
bengkak, drainase purulen. infeksi contah kemerahan,
Kolaborasi: kelopak mata bengkak,
1.    Memberikan obat sesuai drainase purulen
indikasi
·      antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival)
·      Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wit Jam 12.00 wit
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan setelah
berhubungan dengan
1.        Menentukann ketajaman dilakukan operasi matannya
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 sudah dapat melihat
sensori/status organ indra atau 2 mata terlibat walaupun tanpa bantuan
penglihatan 2.        Mengorientasikan pasien kaca mata katarak
terhadap lingkungan,stap, O: klien sudah dapat
orang lain di area nya melihat benda-benda
3.        Mengobservasi tanda- disekitarnya
tanda dan gejala- gejala A: Masalah teratasi
disorientasi, pertahankan P: Intervensi dihentikan
pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari
anastesia
4.        Pendekatan dari sisi yang
tak dioperasi , bicara, dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien
5.        Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata
6.        Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih

INTERVENSI / TINDAKAN MANDIRI PERAWAT

TETES MATA
         

A.   Definisi
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata. Obat yang biasa
digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli bebas ,
misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb). Namun banyak klien
menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata seperti glaukoma dan untuk terapi
setelah suatu prosedur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien yang menerima obat
mata ialah klien  lanjut usia. Masalah yang berhubungan dengan usia termasuk penglihatan yang
buruk, tremor tangan dan kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol obat,
mempengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat atau bidan
memberi penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam
pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk memperlihatkan klien setiap
langkah prosedur pemberian obat tetes mata untuk meningkatkan kepatuhan klien.

B.
       Obat mata dapat digolongkan menjadi :
1.      Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
2.      Obat mata golongan kortikosteroid
3.      Obat mata lainnya

C.      Tujuan pemberian obat pada mata diantaranya :


1.      Digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil,
untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa
2.      Digunakan untuk menghilangkan iritasi mata
3.      Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya
infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata yang luka/
ulkus
4.      Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga bengkak yang bisa
disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus. Karena infeksi mata oleh virus itu resisten
terhadap pengobatan biasanya digunakan obat mata golongan kortikosteroid untuk
menghilangkan gejalanya saja. Kalaupun dengan antiseptik hal itu menghindari infksi sekunder
5.      Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang disebabkan oleh
mikroba dan dengan keluhan bengkak/ radang juga gatal atau alergi
6.      Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.
D.   Prinsip pemberian obat mata
1.      Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif terhadap apapun
yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu,tenaga kesehatan menghindari obat mata apapun
secara langsung ke kornea
2.      Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Tenaga kesehatan
menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata yang lain dengan alat tetes mata atau
tube salep
3.      Tenaga kesehatan menggunakan obat mata hanya untuk mata yang terinfeksi.

E.         Indikasi dan Kontraindikasi Pemberian Obat Pada Mata


1          Indikasi
Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikut :
a.       Meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu,
sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang
b.      Antiseptik dan antiinfeksi
c.       Radang atau alergi mata.
2        Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada
penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam
pegawasan dan nasehat dokter.

F.       Obat tetes mata


1        Albucid
a.       Komposisi :
Na Sulfasetamida.
b.      Indikasi
Pengobatan & pencegahan infeksi pada konjungtiva (selaput ikat mata), kelopak mata &
kerusakan mata akibat bahan-bahan industri, konjungtivitis (radang selaput ikat mata) akut,
ulserasi kornea, ophtalmia neonatorum (radang mata atau selaput ikat mata yang berat pada bayi
yang baru lahir).
c.       Efek samping
Reaksi alergi, super infeksi.
d.      Kemasan
Tetes mata 10 % x 10 ml.
e.       Dosis
1-2 tetes & diulangi paling sedikit 4 kali sehari selama beberapa hari.

2        Azyter
a.       Komposisi
Azithromycin dihydrate
b.      Indikasi
Terapi antibiotika secara lokal untuk conjunctivitis yang disebabkan oleh bakteri tertentu.
trachomatous conjunctivitis disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.
c.       Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap azithromycin atau antibiotika golongan makrolida lainnya,  pasien
yang berusia < 2 tahun.
d.      Efek samping
Rasa tidak nyaman di mata (pruritus, panas,perih) setelah diteteskan. Penglihatan menjadi
kabur. Mata terasa lengket. Sensasi rasa aneh di tubuh setelah penetesan.
e.       Indeks keamanan pada wanita hamil
Pada wanita hamil tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan)
dimana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester
pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya)

G.     PEMBERIAN OBAT TETES MATA


Obat tetes mata biasanya dikemas dalam botol atau tanpa pipiet (botol plastik). Cara
pemberian obat tetes ini mudah.
Kerugian pemberian obat tetes mata adalah obat ini lebih cepat hilang dari mata.
Prosedur Pemberian Obat Tetes mata
Persiapan Alat
1. Obat dalam tempatnya
2 .Kertas tisu
3 .Sarung tangan
4. Air hangat atau kapas pelembab
Persiapan Lingkungan
1. Jaga privasi klien
2. Beri penerangan yang cukup
3. Tutup jendela, korden, dan pintu atau beri sketsel jika pasien
lebih dari 1
Persiapan Klien
1.      1. Jelaskan prosedur tindakan pada klien
2.      2. Tempatkan klien dengan posisi yang nyaman
3.      3. Kaji kembali riwayat medis klien
Prosedur Rasional
1.         Cuci tangan 1.        Menghilangkan
2.         Pakai sarung tangan jika mikroorganisme permukaan.
terdapat secret. 2.        Melindungi dari pemajanan
3.       Bersihkan mata dengan kapas terhadap sekresi.
basah lebih dulu jika ada 3.        –
sekret.  4.        Mengurangikecemasan klien.
4.         Jelaskan prosedur kepada 5.        Menjamin ketepatan
klien. medikasi.
5.         Cek nama obat, dosis, dan 6.        Memposisikan kepala untuk
tanggal kadaluarsa obat. jalan termudah pada struktur
6.         Anjurkan klien tengadah dan mata.
melihat ke atas. 7.        Membentuk kantong tempat
7.         Tarik kelopak ke bawah meneteskan obat mata.
melalui tulang pipi, pegang 8.        Memudahkan mengontrol
kulit palpebra bawah dengan botol.
ibu jari dan jari telunjuk serta 9.        Mengarahkan botol ke bola
tarik ke depan. mata tanpa menyentuh bola
8.         Pegang botol seperti mata atau bulu mata.
memegang pensil dengan 10.    Memungkinkan tetesan jatuh
ujung di bawah. ke dalam kantong.
9.         Letakan pergelangan tangan 11.    Mencegah tumpahnya obat.
yang memegang botol pada 12.    Meratakan obat (penekanan
pipi klien. menyebabkan obat tertekan
10.     Tekan botol secara perlahan ke dalam sistem
pada formix inferior. nasolakrimalis yang
11.     Secara pelan lepaskan menurunkan absorpsi obat).
palpebra bawah. 13.    Meningkatkan absorpsi obat
12.     Instruksikan klien untuk yang maksimal.
menutup mata secara
perlahan, jangan
menekannya.
13.     Tunggu 5-10 menit sebelum
meneteskan obat tetes yang
lain.
Evaluasi
1.     Reaksi total
2.     Reaksi  pasien
3.     Munculnya efek sampingobat
Dokumentasi
1.      Nama
2.      Umur
3.      Waktu tindakan (Jam, hari, bulan,tahun )
4.      Evaluasi
5.      Jenis tindakan
6.      Nama terang dan tanda tangan perawat dan pasien

Yang harus diperhatikan pada waktu memakai obat tetes mata :


1.      Tetes mata jangan dihangatkan sebelum diteteskan, karena panas dapat mempengaruhi
kestabilan struktur kimia obat.
2.      Laporkan pada dokter apabila setelah penetesan obat mata, klien mengeluh adanya iritasi kulit
atau rasa panas/ kaku karena mungkin merupakan petunjuk adanya alergi.

Pemberian Obat Salep Mata


Obat ini biasanya dikemas dalam bentuk tube. Sifat substansi lebih stabil dibanding larutan.
Penyebaran lebih lambat sehingga digunakan sebagai pengganti tetes mata jika dibutuhkan kerja
yang lama. Salep mata juga digunakan untuk pelumas, misalnya untuk tepi kelopak yang
meradang atau apabila kornea terpajan, karena basis minyak pada salep akan membentuk lapisan
pelindung pada permukaan kornea. Obat ini lebih lama ada di mata dibanding tetes mata, lebih
enak dipakai, dan yang masuk apparatus lakrimalis sedikit.

Kerugian penggunaan obat salep :


1.      Mengganggu penglihatan karena menimbulkan sensasi bayangan pada mata.
2.      Mengganggu penyembuhan kornea karena dapat menghambat pelepasan epitel kornea.
3.      Dapat menyebabkan dermatitis kontak.

Prosedur pemberian obat salep mata :


Persiapan alat
1.    Obat pada tempatnya
2.    Sarung tangan
3.    Kasa
Persiapan Lingkungan
1. Jaga privasi klien
2. Beri penerangan yang cukup
3. Tutup jendela, korden, dan pintu atau beri sketsel jika pasien
 lebih dari 1
Persiapan Klien
4.      1. Jelaskan prosedur tindakan pada klien
5.      2. Tempatkan klien dengan posisi yang nyaman
3. Kaji kembali riwayat medis klien
Prosedur Rasional
1.      Cuci tangan 1. Menghilangkan
2.      Pakai sarung tangan jika mikroorganisme permukaan.
terdapat secret. 2. Melindungi dari pemajanan
3.      Bersihkan mata denngan kapas terhadap sekresi.
basah lebih dulu jika ada sekret. 3. –
4.      Jelaskan prosedur kepada klien. 4. Mengurangi kecemasan klien.
5.      Cek nama obat, dosis, dan 5. Menjamin ketepatan medikasi.
tanggal kadaluarsa obat. 6. Memposisikan kepala untuk
6.      Anjurkan klien tengadah dan jalan termudah pada struktur mata.
melihat ke atas. 7. Membentuk kantong tempat
7.      Tarik kelopak ke bawah melalui mengoleskan obat mata.
tulang pipi, pegang kulit 8. Mencegah sentuhan pada mata
palpebra bawah dengan ibu jari atau bulu mata, yang akan
dan jari telunjuk serta tarik ke menyebabkan cedera okular dan
depan. mencegah kontaminasi salep.
8.      Masukan obat dari area bersih 9. Memasukan obat dari area
ke area kotor. Pegang tube salep bersih ke area kotor.
dekat mata tapi jangan 10. Mencegah salep keluar dari
menyentuh mata atau bulu mata. sakus konjungtiva.
9.      Tekan sejumlah kecil salep 11. Meratakan obat.
secara horisontal ke dalam 12. –
forniks inferior dari kantus 13. Menghilangkan kecemasan
medial ke lateral. klien dan mencegah cedera.
10.  Lepaskan kelopak mata bawah
secara perlahan.
11.  Instruksikan klien untuk
menutup mata secara perlahan,
jangan menekannya.
12.  Usap kelebihan salep mata
dengan kasa.
13.  Beritahu klien bahwa
pandangan dapat menjadi kabur
karena salep.
Evaluasi
1.Reaksi total
2.Reaksi  pasien
3.Munculnya efek sampingobat
Dokumentasi
1.Nama
2. Umur
3. Waktu tindakan (Jam, hari, bulan,tahun )
4. Evaluasi
5. Jenis tindakan
   Nama terang dan tanda tangan perawat dan pasien

Yang harus diperhatikan pada waktu memakai obat mata :


1.      Perhatikan etiketnya.
2.      Perhatikan tanggal kadaluarsanya.
3.      Perhatikan adanya perubahan warna.
4.      Sebaiknya jangan digunakan jika telah terbuka selama tiga bulan (>2 bulan).
5.      Perhatikan, jika ada partikel-partikel sebaiknya jangan digunakan.
6.      Hindarkan kontaminasi.

Khususpada obat mata, tutup jangan sampai tertukar yaitu tutup hijau untuk miotik. Tutup
merah untuk midriatik dan tutup putih untuk antibiotik, anestesi dan steroid

Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau mengoleskan salep
mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi pupil,
untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga
digunakan untuk menghilangkan iritasi mata
Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam
tabung kecil. Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap
obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.
Tindakan
Alat & Bahan :
a. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salep
b. Pipet
c. Pinset anatomi dalam tempatnya
d. Korentang dalam tempatnya
e. Plester
f. Kain kasa
g. Kertas tisu
h. Balutan
i. Sarung tangan
j. Air hangat atau kapas pelembab

Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping kanan
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah
hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di
ataas tulang orbita
7. Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan
8. Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata kemudian
pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai
anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak
mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak
mata
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian

Cara Menggunakan Tetes Mata dengan Benar

1. Cuci tangan sebelum memegang obat


2. Periksa apakah ujung botol tidak tersumbat
3. Hindari memegang ujung penetes atau menyentuhkan ke mata
4. Miringkan kepala kebelakang, tarik kelopak mata kebawah sampai terbentuk kantung
mata.
5. Teteskan obat sesuai dosis 
6. Mata ditutup selama 1-2 menit, jangan mengedip. Ujung mata dekat hidung ditekan
selama 1-2 menit atau gerakkan bola mata secara berkeliling (masih dengan keadaan tertutup)
agar obat dapat menyebar secara merata. Langkah ini diulangi untuk tetesan selanjutnya
(misalnya tetulis 4 tetes, tiap 1 tetes, mata ditutup kembali). Tidak dianjurkan untuk
meneteskan secara beruntun (langsung) 4 tetes sekaligus karena memungkinkan obat tidak
terdistribusi seluruhnya dan dapat terbuang bersama airmata.
7. Tutup botol dengan baik setelah digunakan
8. Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar pada tangan

PERHATIAN!!!
Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata setelah dibuka lebih dari 30 hari, karena
obat tidak bebas kuman lagi.
Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata oleh lebih dari satu orang, agar tidak terjadi
penulaan infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta . EGC

Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica


Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta.
EGC

Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC.
https://id.scribd.com/doc/225878013/irigasi-mata (diakses pada selasa, 27 Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai