DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
KELAS B
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami naikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasih
karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Tugas ini merupakan “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Katarak dan Intervensi
Mandiri Perawat (Tetes Mata)”. Yang dipersembahkan sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah III pada program studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku .
Sebagai manusia biasa, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangatlah
diharapkan demi penyempurnaan tugas ini.
Akhirnya Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, Tuhan Yesus Sumber
Segala Pengetahuan Memberkati kita semua.
Kelompok II
LANDASAN TEORITIS
Katarak
A. Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,
2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada
B. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak
elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan
- Sclera
- Kornea
- Koroid
- Retina
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola
mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan mata yang
terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis
pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran
berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks
(Istiqomah, 2003).
C. Etiologi Katarak
1. Fisik
2. Kimia
6. Usia
(Tamsuri, 2008)
D. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun
tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular).
Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak
ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya
myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
E. PATHWAY KATARAK
CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
penglihatan Degenerasi pd lensa
KATARAK
Post op Nyeri
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun -
tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak
G. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
I. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru
yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya
konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji
derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain -
lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing -
masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan katarak adalah
pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi
yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma
atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).
B. Keluhan utama
Pasien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat dari jarak jauh ataupun dekat.
C. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan Sekarang
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur/tidak jelas dan seperti
ada kabut serta terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Pasien juga mengalami
kesulitan melihat pada jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat pada malam hari.
Setelah dilakukan pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil, nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat gangguan keseimbangan
pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga kejernihan lensa berkurang. pasien
disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan pembedahan atau dikoreksi dengan dilator
pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari. pasien
juga mengalami hiperglikemia karena panyakit diabetis yang dideritanya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala yang sama
seperti yang diderita oleh pasien saat ini.
D. Pemeriksaan Fisik
a. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keluarga pasien takut akan penyakit yang diderita pasien, dan berharap agar bisa cepat sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) : tidak
menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3) Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4) Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6) Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8) Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9) Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10) Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya diserahkan pada
agamanya.
Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
2) Tanda-tanda vital
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S : 36,5 derajat celcius
3) Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema : ada oedema
4) Kepala :
Inspeksi : rambut bersih
Palpasi :tidak Ada benjolan
5) Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual katarak Nampak
abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6) Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7) Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih sekret : tidak ada
8) Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9) Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10) Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11) Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13) Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan normal
Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14) Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus.
E. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
- pasien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi cidera
penglihatannya kabur, penglihatan kabur dengan dilator pupil)
dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu.
- pasien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan
tindakan yaitu dikoreksi dengan dilator
pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada dilatasi
pupil
-nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina sulit
dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi terhadap
- pasien mengatakan kesulitan melihat katarak infeksi
pada jarak jauh atau dekat, pandangan
ganda, susah melihat pada malam hari.
- pasien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan pada
susunan sel lensa oleh factor fisik dan
kimiawi sehingga kejernihan lensa
berkurang.
- Hiperglikemia
3 DS: gangguan penerimaan Gangguan sensori
- pasien mengatakan mengalami sensori/status organ persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur. indra penglihatan
- pasien mengatakan mengalami
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan ada dilatasi
pupil, nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina sulit
dilihat
5. Minta pasien
untuk membedakan4. Digunaknuntu
antara k melindungi
ketidakyamanan dari cedera dan
dan nyeri mata menurunkan
tajam tiba-tiba, gerakan mata
selidiki 5. Ketidak
kegelisaan,disorien amanan
tasi, gangguan mungkin karena
balutan prosedur
pembedahan,
nyeri akut
menunjukkan
TIO dan atau
Kolaborasi: perdarahan yang
1. berikan obat terjadi karena
sesuai indikasi regangan dan
· antiemetik contoh atau tak
proklorprazin diketahui
penyebabnya.
· asetazolamid(dio
mox) · mual, muntah
dapat
meningkatkan
TIO,
memerlukan
tindakan segera
untuk mencega
· analgesik contoh cedera okuler
empirin dengam· diberikan
kodein, untuk menurun
asetaminofen(tynol TIO bila terjadi
) peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
humor
· digunakan
untuk ketidak
nyamanan
ringan, mencega
gelisah yang
dapat
mempengaruhi
TIO
2 Resiko tinggi Setelah - Meningkat Mandiri
terhadap infeksi dilakukan kan 1. Diskusikan 1. Menurunkan
berhubungan intervesi sela penyembuhan pentingnya jumlah bakteri
dengan bedah ma 3x24 jam luka tepat mencuci tangan pada tangan,
pengangkatan diharapkan waktu sebelum menyentu mencega
katarak factor resiko- bebas atau mengobati kontaminasi area
infeksi dapat drainase mata operasi
diatasi purulen dan2. Gunakan atau2. Tehnik aseptic
eritema tunjukan tehnik menurunkan
yang tepat untuk resiko
membersihkan penyebaran
mata dari dalam bakteri dan
keluar dengan tisu kontaminasi
basah atau bola silang
kapas untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3. Tekankan
pentingnya
untuk tidak 3. Mencegah
menyentuh atau kontaminasi dan
menggarut mata kerusakan sisi
yang di operasi operasi
4. Obserpasi tanda
terjadinya infeksi
contah kemerahan,4. Infeksi mata
kelopak mata terjadi 2-3 hari
bengkak, drainase setelah prosedur
purulen. dan memerlukan
Kolaborasi: upaya intervensi
1. Berikan obat yang tepat
sesuai indikasi
· antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival) · sediakan
topical yang
digunakan
sevara
profilaksis,
dimana
terapi lebih akre
sif diperlukan
bila terjadi
infeksi. Catatan
steroid mungkin
· steroid ditambahkan
pada antibiotic
topical bila
pasien
mengalami
implantasi.
· Digunakan
untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah - Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatka 1. Tentukann 1. kebutuhan
persepsi(pengliha intervesi sela n ketajaman ketajaman individu dan
tan) berhubungan ma 3x24 jam penglihatan penglihatan, catat pilihan
dengan gangguan diharapkan batas situasi apakah 1 atau 2 intervensi
penerimaan gangguan individu mata terlibat bervariasi sebab
sensori/status sensori - Memperbai kehilangan
organ indra persepsi ki potensi penglihatan
penglihatan dapat diatasi bahaya dalam terjadi lambat
lingkunga dan progresif.
Bila bilateral
tiap mata dapat
berlangjut pada
laju yang
berbeda tetapi
biasa nya hanya
1 mata
diperbaiki
2. Orientasikan perprosedur.
pasien terhadap2. memberikan
lingkungan,stap, peningkatan
orang lain di area kenyamanan dan
nya kekeluargaan,
menurunkan ce
mas dab
disorientasi
pasca operasi
3. Observasi tanda-3. terbangun dan
tanda dan gejala- lingkungan tak
gejala disorientasi, dikenal dan
pertahankan pagar mengalami
tempat tidur tetbatasan
sampai benar-benar penglihatan
senbuh dari dapat
anastesia mengakibatkan
bingung pada
orang tua.
Menurunkan
resiko jatuh bila
pasien bingung
4. Pendekatan dari atai tak kenal
sisi yang tak ukuran tempat
dioperasi , bicara, tidur
dan menyentuh
sering, dorong4. Memberikan
orang terdekat rangsangan
tinggal dengan sensori tepat
pasien terhadap isolasi
dan menurunkan
5. Perhatikan tentang bingung
suram atau
penglihatan kabur
dan iritasi mata
5. Gangguan
penglihatan atau
iritasi dapat
berakhir 1-2
jam setelah
diberikan
pengobatan
tetapi secara
bertahap
menurunkan
6. Ingatkan pasien dengan penggun
menggunakan aan.
kacamata Catatan :
katarakyang Iritasi local
tujuannya harus dilaporkan
memperbesar ke dokter tetapi
kurang lebih 25% jangan hentikan
penglihatan perifer penggunaan obat
hilang dan buta sementara
titik mungkin ada 6. perubahan
ketajaman dan
kedalaman
persepsi dapat
menyebabkan
bingung
penglihatan atau
meningkatkan
resiko cedera
sampai pasien
belajar untuk
mengkompensas
i.
H. Catatan Perkembangan
No Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Resiko tinggi Jam 08.00 wit Jam 12.00 wit
cidera berhubungan Mandiri : S: klien meengatakan nyeri
dengan perdarahan intra1. Mendiskusikan apa pasca dikoreksi sudah
okuler yang terjadi pada pasca berkurang.
dikoreksi tentang nyeri, O: klien tampak rileks
pembatasan aktivitas, pasca dikoreksi,tetapi
penampilan dan balutan aktivitas klien masih
mata dibatasi,seperti terlalu
2. Membatasi aktivitas banyak menggerkkan kapala
seperti megerakkan kepala dan menggaruk mata
tiba-tiba, menggaruk mata, A: Masalah teratasi
membongkok sebagian,aktivitas klien
3. Mendorong napas dalam masih dibatasi untuk
batuk untuk bershan nafas melindungi mata pasca
berihan paru dikoreksi
4. Mempertahankan P: Intervensi dilanjutkan
perlindungan mata sesuai
1. Batasi aktivitas klien
indikasi seperti megerakkan kepala
5. Meminta pasien untuk tiba-tiba, menggaruk mata,
membedakan antara membongkok
ketidakyamanan dan nyeri
2. Mempertahankan
mata tajam tiba-tiba, selidiki perlindungan mata sesuai
kegelisaan,disorientasi, indikasi
gangguan balutan 3. Meminta pasien untuk
Kolaborasi: membedakan antara
1. Memberikan obat sesuai ketidakyamanan dan nyeri
indikasi mata tajam tiba-tiba, selidiki
· antiemetik contoh kegelisaan,disorientasi,
proklorprazin gangguan balutan
· asetazolamid(diomox)
2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wit Jam 12.00wit
infeksi berhubungan Mandiri S: Klien mengatakan dapat
dengan bedah1. Mendiskusikan pentingnya beristrahat dengan baik
pengangkatan katarak mencuci tangan sebelum tanpa terasa nyeri pasca
menyentu atau mengobati operasi pengangkatan
mata katarak
2. Menggunakan atau O: klien dapat beristirahat
tunjukan tehnik yang tepat dengan tenang dan lebih
untuk membersihkan mata rilek serta tidak terdapat
dari dalam keluar dengan tanda-tanda terjadinya
tisu basah atau bola kapas infeksi pada mata klien
untuk tiap usapan ganti A: Masalah klien teratasi
balutan dan masukkan lensa sebagian,tidak terjadi
kontak bila menggunakan infeksi pada mata klien
3. Menekankan pentingnya pasca operasi.
untuk tidak menyentuh atau P: Intervensi dilanjutkan
menggarut mata yang di
1. Tekankan pentingnya
operasi untuk tidak menyentuh atau
4. Mengobserpasi tanda menggarut mata yang di
terjadinya infeksi contah operasi
kemerahan, kelopak mata
2. obserpasi tanda terjadinya
bengkak, drainase purulen. infeksi contah kemerahan,
Kolaborasi: kelopak mata bengkak,
1. Memberikan obat sesuai drainase purulen
indikasi
· antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival)
· Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wit Jam 12.00 wit
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan setelah
berhubungan dengan
1. Menentukann ketajaman dilakukan operasi matannya
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 sudah dapat melihat
sensori/status organ indra atau 2 mata terlibat walaupun tanpa bantuan
penglihatan 2. Mengorientasikan pasien kaca mata katarak
terhadap lingkungan,stap, O: klien sudah dapat
orang lain di area nya melihat benda-benda
3. Mengobservasi tanda- disekitarnya
tanda dan gejala- gejala A: Masalah teratasi
disorientasi, pertahankan P: Intervensi dihentikan
pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari
anastesia
4. Pendekatan dari sisi yang
tak dioperasi , bicara, dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien
5. Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata
6. Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih
TETES MATA
A. Definisi
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata. Obat yang biasa
digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli bebas ,
misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb). Namun banyak klien
menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata seperti glaukoma dan untuk terapi
setelah suatu prosedur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien yang menerima obat
mata ialah klien lanjut usia. Masalah yang berhubungan dengan usia termasuk penglihatan yang
buruk, tremor tangan dan kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol obat,
mempengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat atau bidan
memberi penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam
pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk memperlihatkan klien setiap
langkah prosedur pemberian obat tetes mata untuk meningkatkan kepatuhan klien.
B.
Obat mata dapat digolongkan menjadi :
1. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
2. Obat mata golongan kortikosteroid
3. Obat mata lainnya
2 Azyter
a. Komposisi
Azithromycin dihydrate
b. Indikasi
Terapi antibiotika secara lokal untuk conjunctivitis yang disebabkan oleh bakteri tertentu.
trachomatous conjunctivitis disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.
c. Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap azithromycin atau antibiotika golongan makrolida lainnya, pasien
yang berusia < 2 tahun.
d. Efek samping
Rasa tidak nyaman di mata (pruritus, panas,perih) setelah diteteskan. Penglihatan menjadi
kabur. Mata terasa lengket. Sensasi rasa aneh di tubuh setelah penetesan.
e. Indeks keamanan pada wanita hamil
Pada wanita hamil tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan)
dimana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester
pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya)
Khususpada obat mata, tutup jangan sampai tertukar yaitu tutup hijau untuk miotik. Tutup
merah untuk midriatik dan tutup putih untuk antibiotik, anestesi dan steroid
Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau mengoleskan salep
mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi pupil,
untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga
digunakan untuk menghilangkan iritasi mata
Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam
tabung kecil. Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap
obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.
Tindakan
Alat & Bahan :
a. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salep
b. Pipet
c. Pinset anatomi dalam tempatnya
d. Korentang dalam tempatnya
e. Plester
f. Kain kasa
g. Kertas tisu
h. Balutan
i. Sarung tangan
j. Air hangat atau kapas pelembab
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping kanan
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah
hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di
ataas tulang orbita
7. Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan
8. Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata kemudian
pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai
anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak
mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak
mata
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian
PERHATIAN!!!
Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata setelah dibuka lebih dari 30 hari, karena
obat tidak bebas kuman lagi.
Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata oleh lebih dari satu orang, agar tidak terjadi
penulaan infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta . EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC.
https://id.scribd.com/doc/225878013/irigasi-mata (diakses pada selasa, 27 Oktober 2020)