Anda di halaman 1dari 3

KESIAPAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT

KOTA KENDARI MENYONGSONG TRANSFORMASI


MGDs-SDGS
Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Perubahan universal dari Millenium Development goals (MDGs) menjadi Sustainable


Development Goals (SDGs) merupakan transformasi positif dalam tujuan pembangunan.
MDGs dengan prinsip dari negara maju, untuk negara berkembang mengasumsikan bahwa
negara miskin dan berkembang yang mempunyai pekerjaan rumah, lalu negara maju
mendukung dengan penyediaan dana. Kini, SDGs yang berlaku universal memandang semua
negara memiliki pekerjaan rumah, setiap negara wajib mengatasinya dan saling bekerja sama
untuk menemukan sumber pembiayaan dan perubahan kebijakan yang diperlukan. Perbedaan
yang substantif ini akan berimplikasi pada penerapan tujuan pembangunan di setiap negara,
dimulai dari skala prioritas, perencanaan program, pengawasan, hingga bagaimana
masyarakat bisa berperan secara aktif dalam pembangunan.

SDGs dikenal sebagai “Transforming Our World : the 2030 Agenda for Sustainable
Development” memiliki lima pilar yaitu rakyat (people), planet (planet), kemakmuran
(prosperity), perdamaian (peace), dan kemitraan (partnership). Perubahan mendasar antara
MDGs dan SDGs adalah prinsip “tidak ada seorangpun yang ditinggalkan” yang pada
dasarnya, SDGs disusun melalui proses yang partisipatif, dengan melibatkan warga negara itu
sendiri sebagai surveior. Berbeda dengan MDGs yang dirumuskan oleh para elite PBB tanpa
melalui proses konsultasi atau survey terhadap warga negara. Oleh karena itu, SDGs
diharapkan mampu mewujudkan kondisi ideal yang merupakan tatanan kehidupan yang
diinginkan oleh masyarakat. Kondisi dimana kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi,tak
ada lagi kekhawatiran akan hari esok, iklim yang kondusif guna aktualisasi diri, dan
terwujudnya proses relasi sosial yang berkeadilan.

Memandang realita yang terjadi saat ini, nusantara kita masih sangatlah jauh dari
kondisi ideal tersebut, ketimpangan terus terjadi di seluruh sektor. Menurut studi yang
dilakukan oleh International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), terdapat
beberapa ketimpangan yang sangat memprihatinkan dan perlu dijadikan prioritas dalam
menjalankan pemerintahan. Salah satu ketimpangan tersebut adalah tentang ketimpangan
dalam pelayanan kesehatan. Beberapa aspek yang dapat dijadikan indikator diantaranya
adalah ketersediaan tenaga medis dan kelengkapan sarana, serta fasilitas medis. Berdasarkan
data, Wilayah indonesia bagian timur masih jauh tertinggal dibanding Jawa-Bali dan
Indonesia bagian barat . Hal ini tentu kontradiktif dengan UUD 1945 pasal 28 H ayat 1 dan
ayat 2, dimana essensi dari ayat-ayat tersebut adalah tentang persamaan dan keadilan setiap
warga negara dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Selaras dengan UUD 1945, dalam 17
tujuan yang termuat dalam SDGs pun mencakup tentang pelayanan kesehatan yang ideal bagi
setiap warga negara. Sehingga berdasarkan kesenjangan ini, aspek pelayanan kesehatan
seharusnya menjadi salah satu prioritas dalam agenda pembangunan negara.

Kota Kendari terus berbenah, bagaimana peran pemerintah Kota Kendari dalam
menerapkan SDGs dan program apa saja yang akan direncanakan dalam aspek pelayanan
kesehatan tentunya memiliki urgensi tersendiri. Tujuan pembangunan Kota Kendari tentunya
tidak terlepas dari nawacita, yang merupakan agenda pembangunan dari Presiden Joko
Widodo. Hampir di seluruh poin terdapat relevansi antara SDGs dan nawacita, Sehingga
diharapkan, pemerintah dapat menerapkan SDGs secara menyeluruh. Demi terlaksananya
implementasi SDGs secara holistik, diperlukan berbagai usaha yang inovatif, khususnya jika
pemerintah ingin masyarakat dapat berperan aktif dalam pembangunan. Misalnya saja, jika
pemerintah melaksanakan prinsip keterbukaan informasi publik, lalu didukung dengan
menciptakan ruang-ruang diskusi publik yang interaktif, serta kerjasama yang kooperatif
dengan instistusi pendidikan, maka pemerintahan yang akuntabel niscaya akan terwujud.
Keterbukaan informasi publik akan meningkatkan trust kepada pemerintah, dan
meminimalisir mosi tidak percaya terhadap pemerintah terlebih pada aspek transparansi
anggaran. Terciptanya ruang-ruang diskusi publik akan menjadi wadah untuk
brainstorming dan menghidupkan kesadaran masyarakat, khususnya para pemuda agar benar-
benar bekerja secara nyata dan mengambil peran sesuai dengan bidang keilmuannya masing-
masing. Kerjasama yang kooperatif dengan institusi pendidikan akan menghidupkan fungsi
institusi tersebut sebagai lembaga kontrol terhadap berjalannya suatu pemerintahan.
Disamping kerjasama dalam bidang penelitian, pengembangan, dan pengabdian masyarakat,
menggandeng institusi pendidikan sebagai lembaga kontrol pun tak kalah pentingnya.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang penyelenggara utamanya adalah Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sangat membantu pemerintah dalam menerapkan
pelayanan kesehatan untuk seluruh lapisan masyarakat. JKN diselenggarkan secara nasional
dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Prinsip asuransi sosial membuat
kepesertaan seluruh penduduk menjadi wajib, sehingga mendukung terselenggaranya prinsip
ekuitas, yakni kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.
Sehingga tidak ada lagi masyarakat yang memiliki halangan. Khususnya halangan finansial,
untuk mengakses pelayanan kesehatan. Hal ini selaras dengan tujuan ketiga SDGs, yakni
kesehatan untuk semua umur.

Sejatinya, Kesehatan adalah komitmen politik, bukan komoditi politik. Sejauh mana
pemerintah dapat berkomitmen untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat sebagai
prioritas, maka sejauh itu pula tenaga medis akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan
sumpah profesinya. Di era JKN, upaya kesehatan promotif dan preventif begitu dikedepankan
oleh pemerintah baik di tingkatan pusat maupun di daerah, namun upaya kesehatan promotif
dan preventif selalu terkendala dengan kesadaran masyarakat akan kesehatan itu sendiri yang
cenderung rendah. Hal tersebut menjadikan puskesmas sebagai garda terdepan dalam upaya
meningkatkan kesehatan masayarakat. Berbagai upaya telah direncanakan oleh puskemas
diantaranya adalah promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, pencegahan pemberantasan
penyakit menular, kesehatan keluarga dan reproduksi, perbaikan gizi masyarakat, serta
penyembuhan penyakit dan pelayanan kesehatan. Selain mengoptimalkan program dasar
puskesmas, berbagai usaha dapat dilakukan untuk meningkatkan peran serta masyarakat
untuk turun langsung dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Diantaranya adalah,
pemerintah dapat mengadakan Kompetisi Kecamatan Sehat (KKS), dimana indikator
penilaiannya disesuaikan dengan konsep kesehatan holistik yang telah disusun oleh tim
penilai khusus. Selanjutnya, pemenang dari kompetisi ini nantinya akan dijadikan kecamatan
percontohan dan akan dibuatkan protap bagi kecamatan lain agar dapat menjadi kecamatan
sehat. Keterlibatan masyarakat secara langsung dan aktif akan menumbuhkan kesadaran dan
motivasi yang bersumber dari masyarakat itu sendiri, dengan demikian pelaksanaan upaya
kesehatan secara promotif dan preventif dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Implementasi SDGs yang menyeluruh bukanlah hal yang utopis, selama pemerintah
menemukan pendekatan dan metode yang sesuai. Pencapaian secara menyeluruh tentunya
membutuhkan waktu yang tidak singkat, kerjasama lintas sektoral yang terintegrasi, dan
komitmen politik yang benar-benar pure untuk mensejahterkan masyarakat.

Salam perjuangan!

Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Penulis : Agriawan al hikmah, S.Ked


(Direktur Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam HmI Cabang Kendari)

Anda mungkin juga menyukai