Timothy M. Poluan
18014101080
Fakultas Kedokteran Unsrat
1
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini
biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta tidak dapat berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus. Hipertensi
menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta sehingga menimbulkan keguguran.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap
pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan yang dalam pada saat melahirkan atau akibat
tindakan pembedahan (dilatasi, amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten,
bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum.
2
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual khususnya
kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran
yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya
abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih
funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.
3
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan
adekuat.
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau
benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
4
(2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik
peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
(3) Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.
5
Abortus inkompletus merupakan suatu abortus di mana hasil konsepsi telah lahir atau
teraba pada vagina (belum keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan yang tertinggal
(biasanya jaringan plasenta).
6
A. Diagnosa abortus komplets adalah :
(1) Perdarahan yang sedikit
(2) Ostium uteri telah menutup
(3) Uterus telah mengecil
B. Penanganan abortus komplit :
(1) Tidak perlu evaluasi lagi.
(2) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(4) Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
(5) Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
5. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan. Selain itu
telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte
trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami
abortus.
a. Diagnosa abortus habitualis adalah :
(1) Kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.
(2) Ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah.
(3) Timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap
minggu.
(4) Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari vagina
(5)Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan
histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.
b. Penanganannya terdiri atas :
(1) Memperbaiki keadaan umum.
(2) Pemberian makanan yang sempurna.
(3) Anjuran istirahat cukup banyak.
(4) Larangan koitus dan olah raga.
(5)Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnyamungkin
hanya mempunyai pengaruh psikologis.
7
6. Missed abortion
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih,
maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada
perdarahan per vaginam sedikit hingga menimbulkan gambaran abortus imminens.
Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus ini,sekurang kurangnya terjadi
pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi dapat juga dihasilkan dengan pemasangan
laminaria stift.
(1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan macerasi
janin.
(3) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe berlangsung terus.
8
7. Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan
abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
Penyulit serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis. Perdarahan
hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada abortus legal tetapi
dengan frekuensi yang jauh lebih kecil.
Hasil biasanya adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis,
endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital, bahkan darah
posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah bakteria anaerob sedangkan koliform
juga sering dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan menjadi penyebab abortus septik antara
lain adalah haemophilus influenzae, campylobacter jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi
infeksi antara lain adalah evakuasi segera produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum
luas secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok, perlu diberikan terapi suportif. Abortus
septik juga pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati intravaskular diseminata.
A. Diagnosa abortus infeksiosa adalah :
(1) Abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek serta
nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
(2) Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil.
(3) Demam tinggi, dan tekanan darah menurun.
(4) Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah pada
serviks uteri.
9
Indikasi untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung (rheuma),
hypertensi essensial, carcinoma daro cervik.
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin
mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya
adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi kordis dan penyakit
vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasif.
American College Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk
untuk abortus terapeutik :
a) Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu
kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko
kesehatan perlu dipertimbangkan faktor lingkungan pasien.
b) Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada
evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama.
c) Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi
dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
2) Abortus provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis
yang syah dan dilarang oleh hukum.
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu
hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan
penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan
saat ini termasuk dalam katagori ini.
E. Tabel diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
Perdaraha Serviks Uterus Gejala/ tanda Diagnosis Tindakan
n
Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus Obserasi
hingga dengan bawah imminens perdarahan
sedang usia Uterus lunak Istirahat
gestasi Hindarkan
koitus
Sedikit Limbung Kehamila Laparotomi
membesa atau pingsan n ektopik dan parsial
r dari Neri perut yang Salpingektom
normal bawah terganggu i
Nyeri Salpingostom
goyang i
porsio
Masa
adneksa
Cairan bebas
intraabdome
10
n
Tertutup/terbuk Lebih Sedikit/tanpa Abortus Tidak perlu
a kecil dari nyeri perut komplit terapi spesifik
usia bawah kecuali
gestasi Riwayat perdarahan
ekspulsi berlanjut atau
hasil terjadi infeksi
konsepsi
Sedang Terbuka Sesuai Kram atau Abortus Evakuasi
hingga usia nyeriperut insipiens
masif/ kehamila bawah
banyak n Belum
terjadi
ekspulsi
hasil
konsepsi
11
F. Komplikasi Akibat Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan
syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada
tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk
perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa abortus pada sapi yang telah lama
dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti bahwa toxoplasma
gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan.tidak terdapat bukti
bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia trachomatis menyebabkan abortus pada
manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan peningkatan insidensi abortus
setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Abortus spontan secara independen
berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu,
seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
4. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank karena
infeksi berat (syok endoseptik).
12
DAFTAR PUSTAKA
13