TIMOTHY M. POLUAN
18014101080
A. Definisi
Hipertensi dalam kehamilan (HDK) adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan
berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan (Junaidi, 2010). Terjadinya
hipertensi ini (≥140/90 mmHg) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
riwayat keluarga, stres, nutrisi, umur, paritas, aktivitas, dan eklamsia.1
B. klasifikasi hipertensi
Hipertensi dalam kehamilan saat ini dibedakan menurut The Working Group of
Hypertensive Disordes Complicating Pregnancy (2000) sebagai berikut :
1. hipertensi gestasional yaitu terjadinya hipertensi ringan selama kehamilan pada ibu
yang sebelumnya normotensif, tanpa disertai proteinuria dan kelainan hasil
laboratorium lain. Diagnosis hipertensi gastosional yaitu :
a. Tekanan darah ≥140/90 mmHg
b. Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia
kehamilan <12 minggu
c. Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
d. Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati dan
trombositopenia
e. Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan
a. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap minggu.
b. Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
c. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat
untuk penilaian kesehatan janin.
d. Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia dan
eklampsia.
e. Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.
f. Hipertensi kronik adalah Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum
kehamilan dan menetap setelah persalinan dengan diagnosis:
a. Tekanan darah ≥140/90 mmHg
b. Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya
c. hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu
d. Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
e. Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan ginjal
A. Definisi
Preeklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema
setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat
timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.2
B. Klasifikasi
1. Preeklamsia ringan
Adalah Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ
yang berakhibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
(Prawirohardjo, 2009. 543). Sedangkan menurut ilmu kebidanan praktis :61
Adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau edema setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul
sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Gejala dan tanda
preeklampsia ringan yaitu:2
a. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan setiap 6 iam.
b. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan setiap 6 jam.
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada
urin kateter atau urin aliran pertengahan.2
2. Preeklampsia berat
Adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmhg atau lebih disertai proteinuria dan atau edema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih menurut ilmu kebidanan praktis.63.
Sedangkan menurut Prawirohardjo ( 2009. 544) adalah preeklampsia dengan
tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolic > 110 mmHg
disertai proteinuria lebih 5 g/ 24 jam. Gejala dan tanda preeklampsia berat
yaitu :
a. Tekanan darah 160/110 mmHg
b. Oliguria, urin < 400 cc/24 jam.
c. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter.2
C. Etiologi
Penyebab preeklamsia belum diketahui pasti. Namun demikian, penyakit ini lebih
sering ditemukan pada wanita hamil yang :
1. Terpajan vili korialis pertama kali (primigravida atau primipaternitas)
2. Terpajan vilikorialis berlebihan (hiperplasentosis), misalnya pada kehamilan
kembar atau mola hidatidosa
3. Mempunyai dasar penyakit ginjal atau kardiovaskuler
4. Mempunyai riwayat preeklamsia/eklamsia dalam keluarga.3
H. Pengobatan medisinal
1. Obat anti kejang:
a. Terapi pilihan pada preeklamsia adalah magnesium sulfat (MgSO 4).
Sebaiknya MgSO4 diberikan terus menerus secara IV atau berkala secara
IM.
Pemberian IV terus menerus menggunakan infusin pump.
Dosis awal : 4 gram MgSO 4 20% (20 cc) dilarutkan kedalam 100 cc
cairan Ringer Laktat atau Ringer Dextrose selama 15-20 menit secara
IV.
Dosis pemeliharaan : 10 gram MgSO 4 20% dalam 500 cc RL/RD
dengan kecepatan 1-2 gram/jam
Pemberian IM berkala :
Dosis awal : 4 gram MgSO4 20% (20 cc) secara IV dengan kecepatan 1
gram/menit
Dosis pemeliharaan : 4 gram MgSO4 40% (10 cc) IM setiap 4 jam.
Tambahkan 1 cc Lidokain 2% setiap pemberian IM untuk mengurangi
nyeri dan panas.
I. Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan preeklamsia yang terbaik ialah mengakhiri kehamilan karena :
1. Penyebabnya adalah kehamilan itu sendiri
2. Preeklamsia akan membaik setelah persalinan
3. Mampu mencegah kematian janin dan ibu
Namun, bila kehamilan belum matur dan ibu serta janin masih baik, perawatan
konservatif dapat dilakukan untuk mempertahankan kehamilan sampai berumur
37 minggu.
A. Definisi
Eklamsia adalah kejang yang dialami wanita hamil dalam persalinan atau
masa nifas yang disertai gejala-gejala preeklamsia (hipertensi, edema dan
proteinuria).3 menurut saat terjadinya, eklamsia dapat dibedakan atas :
1. Eklamsia antepartum : terjadi sebelum kehamilan
2. Eklamsia intrapartum : terjadi sewaktu persalinan
3. Eklamsia pascasalin : terjadi setelah persalinan. Eklamsia pascasalin dapat terjadi
segera (early postpartum, setelah 24 jam-7 hari pascasalin) atau lambat (late
postpartum, setelah 7 hari pascasalin selama masa nifas).
1. Tingkat invasi (tingkat permulaan) : mata terpaku, kepala dipalingkan ke satu sisi,
muka memperlihatkan kejang-kejang halus. Tingkat ini berlangsung beberapa
detik.
2. Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis) : seluruh badan kaku, kadang-kadang
terjadi epistotonus yang lamanya 15-20 detik.
3. Tingkat konvulsi ( tingkat kejang klonis) : kejang hilang timbul, rahang membuka
dan menutup begitu pula mata, otot-otot muka dan otot badan berkontraksi dan
berelaksai berulang. Kejang sangat kuat sampai-sampai penderita dapat terlempar
dari tempat tidur atau menggigit lidah sendiri. Ludah berbuih bercampur darah
keluar dari mulut, mata merah dan muka biru. Kejang berangsung ± 1 menit
4. Tingkat koma : setelah kejang klonis, penderita mengalami koma, lamanya
bervariasi mulai dari beberapa menit sampai berjam-jam. Bila sadar kembali,
penderita tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi (amnesia retrograd).3
B. Patologi
Dalam tubuh penderita yang meninggal dunia akibat eklamsia dapat
ditemukan kelainan-kelainan hati, ginjal, otak, paru dan jantung. Umumnya terdapat
tanda-tanda nekrosis, perdarahan, edema, hiperimia atau iskemia dan trombosis.3
Di plasenta, dapat ditemukan infark akibat degenerasi lapisan trofoblas.
Perubahan lain yang dapat dijumpai antara lain retensi air dan natrium,
hemokonsentrasi dan terkadang asidosis.
C. Etiologi
Penyebab eklamsia belum diketahui benar. Oleh karena eklamsia merupakan
kelanjutan atau stadium akhir preeklamsis, faktor-faktor yang memengaruhi
kejadiannya sama dengan preeklamsia.3
D. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis eklamsia, keadaan-keadaan lain yang menyebabkan
kejang dan demap seperti kecunan, tenataus dan epilepsi harus disingkirkan.
Diagnosis eklamsia yang terjadi lebih dari 24 jam pascasalin harus dicurigai. Namun
demikian, semua ibu dalam masa kehamilan dan masa yang mengalami kejang dan
hipertensi harus dianggap sebagai penderita eklamsia sampai terbukti bukan.3
E. Pengelolaan
1. Profilaksis/pencegahan: menemukan kasus preeklamsia sedini mungkin
danmengobatinya dengan adekuat.
2. Pengobatan : karena eklamsia merupakan keadaan gawat darurat yang sangat
berbahaya bagi keselamatan ibu dan anak, penderita harus dirawat di unit
perawatan intensif (ICU). Secara teoritis, eklamsia adalah penyakit yang
disebabkan oleh kehamilan, maka pengobatan yang terbaik adalah secepat
mungkin mengakhiri kehamilan, misalnya dengan seksio sesaria ataupun
melakukan persalinan pervaginam.3
Tujuan pengobatan eklamsia yaitu :
a. Mencegah kejang berulang
b. Menurunkan/ mengendalikan tekanan darah
c. Mengatasihemokonsentrasi dan memperbaiki diuresis dengan pemberian
cairan seperti RL
d. Mengatasi hipoksia dan asidosis dengan mengusahakan agar penderita
memperoleh O2 dan mempertahankan kebebasan jalan nafas.
e. Mengakhiri kehamilan tanpa memandang usai kehamilan, setelah kejang
teratasi.
F. Pengobatan medisinal
1. Pemberian MgSO4 sebagai obat untuk mengatasi kejang pada eklamsia
2. Pemberian obat suportif seperti anti hipertensi, kardiotonik, antipiretik, antibiotik,
dan anti nyeri sesuai indikasi sebagaimana pengobatan pre eklamsia
3. Perawatan serangan kejang dan koma:
a. dikamar isolasi yang cukup terang dan tenang
b. mulut penderita dipasang tong spatel
c. kepala direndahkan dan daerah orofaring diisap
d. fiksasi badan ketempat tidur harus cukup kendor guna menghindari fraktur
e. untuk mengatasi status konvulsivus dapat dipertimbangkan suntikan
benzodiazepin, fenitoinatau diazepam
f. untuk mengatasi edema otak, dapat diberikan infus cairan mannitol, gliserol
atau deksametason.
g. Kesadaran dan kedalaman koma dipantau
h. Dekubitus dicegah
i. Nutrisi dapat diberika melalui NGT (nasogastric tube)
G. Pengelolaan Obstetrik
Sikap dasar pengelolaan obstetrik adalah semua kehamilan dengan ekamsia harus
diakhiri tanpa memandang usia kehamilan atau keadaan janin. Waktu pengakhiran
kehamilan ditetapkan bila hemodinamika dan metabolisme ibu sudah penuh/stabil,
yakni 4-8 jam setelah salah satu atau lebih dari keadaan ini:
1. Setelah pemberian obat anti kejang terakhir
2. Setelah kejang trakhir
3. Setelah pemberian oba-obat antihipertensi terakhir
4. Pasien mulai sabar (responsif).3
DAFTAR PUSTAKA