Anda di halaman 1dari 33

Asuhan Keperawatan

Pada Klien Dengan Gangguan Integument (Luka Bakar)


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah: Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen: Ns. Destiawan Eko Utomo, S.Kep,.M.Kep.,Sp.Kep.KMB

KELOMPOK 2
Disusun oleh :

1. Rizki Ayu Merdika 18215186


2. Salsa Nevisa 18215189
3. Sindiyana 18215194
4. Sindri Disti Sagitari 18215195
5. Siti Hapsah 18215199
6. Siti Nurubaidilah 18215207
7. Sri Septian 18215214
8. Sumiatun 18215220
9. Tiara Candra Kirana 18215225
10.Titi Widiyanti 18215226
11.Ubaydilah 18215231
12.Via Fuzia 18215236

PROGRAM STUDI STRATA SATU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes YATSI)
TANGERANG 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Tujuan dari pembuatan makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas kelompok Keperawatan Medikal Bedah III.

Saya ucapkan beribu-ribu terimakasih atas bantuan dari pembimbing dan


berbagai pihak dan penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari diri penulis
tanpa bantuan dan dukungannya sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Ida Faridah, S.Kp.,M.Kes selaku ketua Stikes YATSI Tangerang.


2. Ibu Ns. Febi Ratnasari, M.Kep. selaku Kaprodi S1 Keperawatan.
3. Ibu Ns. Mimi Miftah Mutiara, S.Kep selaku Penanggung Jawab Akademik
S1 Keperawatan Tingkat 3D Keperawatan.
4. Ibu Ns. Destiawan Eko Utomo, S.Kep,.M.Kep.,Sp.Kep.KMB selaku dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun demi
pendidikan dan perbaikan dimasa mendatang.

Akhirul kalam penulis ucapkan alhamdulillah dan terima kasih untuk semuanya.

Tangerang, 11 Januari 2021

KELOMPOK 2
DAFTAR ISI

Halaman judul ---------------------------------------------------------------------

Kata pengantar

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakanh
B. Rumus Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi luka bakar
E. Pemeriksaan penunjang
F. Penatalaksanaan
G. Komplikasi

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap
panas, bahankimia, radiasi, atau arus listrik. Pemindahan energi dari
sumber panas ketubuhmanusia menyebabkan urutan kejadian fisiologis
sehingga pada kasus yang paling berat menyebabkan destruksi jaringan
ireversibel. Rentang keparahan luka bakarmulai dari kehilangan minor
segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cederakomplek yang melibatkan
semua sistem tubuh. Terapi bervariasi dari aplikasisederhana agens
antiseptik topikal di klinik rawat jalan hingga pendekatan timantardisiplin,
multisistem, dan invasif dilingkungan aseptik pusat penanganan luka
bakar.
Diperkirakan bahwa 500.000 milyar cedera luka bakar yang
memerlukan intervensi medis terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, dan
dari jumlah tersebut,sekitar 40.000 memerlukan hospitalisasi dengan
perkiraan sekitar 4.000 cedera luka bakar mengakibatkan kematian
(American burn Association [ABA], 2007).Rumah merupakan tempat
yang paling umum terjadinya luka bakar terkait kebakaran (43%).
Kebakaran rumah menyebabkan 92,5 % dari semua kematian terkait
kebakaran. Sebagian besar kebakaran tempat tinggal disebabkan oleh
memasak yang tidak di awasi, yang disebabkan oleh minyak yang mudah
terbakar, lemari, penutup dinding, gorden, dan kantong kertas atau plastik.
Bahkan roko, termasuk sigaret, cerutu, dan rokok tipa, merupakan
penyebab utama kematian akibat kebakaran rumah. Sampah, kasur, dan
perabot yang dilapisi dengan kain pelapis merupakan bahan yang sering
terbakar dirumah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas tentang
"Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Integument (Luka
Bakar)”

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini yaitu untuk mendapatkan
gambaran tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Integument (Luka Bakar)
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi luka bakar
2. Mengetahui etiologi dari luka bakar
3. Mengetahui patofisiologi dari luka bakar
4. Mengetahui manifestasi klinis dari luka bakar
5. Mengetahui klasifikasi dari luka bakar
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk klien dengan luka
bakar
7. Mengetahaui penatalaksaan pada klien dengan luka bakar
8. Mengetahui komplikasi pada klien dengan luka bakar
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien luka bakar
BAB 2
PEMBAHASAN
2. 1 Luka Bakar
2.1.1 Pengertian
Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang di
sebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak
hanya kerusakan kulit, tetapi juga pempengaruhi seluruh system
tubuh. (Brunner& suddarth, 2014)
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau
kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang
memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Saat
terjadi kontak dengan sumber panas (atau penyebab lainnya).
Berlangsung reaksi kimiawi yang menguras energi dari jaringan
sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan (Moenadjat 2014)
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit
akibat langsung atau perantara dengan sumber panas (Thermal)
kimia, listrik, dan radiasi luka bakar adalah luka yang disebabkan
oleh trauma panas yang memberikan gejala tergantung luas, dan
lokasi lukanya (Brunner& suddarth, 2014)

2.1.2 Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan
api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat
tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara
garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api
terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan
tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru
mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan
untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa
cedera kontak.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung
dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas
pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara
lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti
solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental
cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar
kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja
atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola
luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya
menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan
oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka
umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan
cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat
kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera
luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta
dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke
saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas
bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus
jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian
dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar
tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
Sunburn sinar matahari, terapi radiasi (Smeltzer, 2013)

2.1.3 Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat
hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi
akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan
mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan.
Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami
kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama
dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab
luka bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan
selama 15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C
mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan
patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama
awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah
jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta
hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang
berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya
integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium
serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang
signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena
berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik
akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi
dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh
darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi
dalam 24 hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan 14
mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan
cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume
darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada
luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah
kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi
aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan
sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis
pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat
mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama
syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum
terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi
segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai
sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi
kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya
asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel
darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena
kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin
memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar
dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen
oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat 15
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah
sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi selsel
darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin
bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak
memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal
sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan
pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan
immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar
bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam
pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi
pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang
diakibatkan hipermetabolisme. (Brunner & Suddarth 2013)
2.1.4 Manifestasi Klinis

Kedalaman Bagian
Penampilan Perjalanan
dan penyebab kulit yang Gejala
luka kesembuhan
luka bakar terkena

Derajat 1 Epidermis  Kesemutan  Memerah,  Kesembuhan


 Tersengat  Hiperestesia menjadi lengkap dalam
matahari (super putih jika waktu satu
 Terkena sensitive) ditekan minggu
api  Rasa nyeri  Minimal atau  Pengelupasan
dengan mereda jika tanpa edema kulit
intensitas didinginkan
rendah
Derajat 2 Epidermis  Nyeri  Melepuh;  Kesembuhan
 Tersiram dan Bagian  Hiperestesia dasar luka luka dalam
air Dermis  Sensitif berbintik– waktu 2–3
mendidih terhadap bintik minggu
 Terbakar udara yang merah,  Pembentukan
oleh nyala dingin epidermis parut dan
api retak, depigmentasi
permukaan  Infeksi dapat
luka basah mengubahnya
 Edema menjadi
derajat 3
Derajat 3 Epidermis,  Tidak terasa  Kering; luka  Pembentukan
 Terbakar Keseluruhan nyeri bakar eskar
api Dermis dan  Syok berwarna  Diperlukan
 Terkena kadang–  Hematuri putih seperti pencangkokan
cairan kadang dan badan kulit  Pembentukan
mendidih jaringan kemungkinan atau parut &
dalam subkutan hemolysis berwarna hilangnya
waktu yang  Mungkin gosong. kontur serta
lama terdapat luka  Kulit retak fungsi kulit.
 Tersengat masuk dan dengan  Hilangnya jari
arus listrik keluar (pada bagian kulit tangan atau
luka bakar yang tampak ekstermitas
listrik)  Edema dapat terjadi

2.1.5 Klasifikasi Luka Bakar


1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi

2. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite) (Padila. 2012)


Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka
bakar yang di dalam proses penyembuhannya tidak
meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama
tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan,
terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh
daerah putih, epidermis yang tidak mengandung
pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna
merah serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai
epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya
tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan
keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat. Luka
derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
b. Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian
dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses
eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau
pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit
normal, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka
bakar derajat II ada 2:
1. Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari
dermis, apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
2. Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.
Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung
apendises kulit yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu
bulan.
c. Luka bakar derajat III ( Full Thickness)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan
yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada
pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena
koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis,
tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak
ada proses epitelisasi spontan.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a) Luka bakar ringan/ minor
 Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
 Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia
lanjut
 Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia
(tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
b) Luka bakar sedang (moderate burn)
 Luka bakar dengan luas 15 – 25% pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
 Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia <
10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
 Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum
c) Luka bakar berat (major burn)
 Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah
10 tahun atau di atas usia 50 tahun
 Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
 Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
 Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa memperhitungkan luas luka bakar
 Luka bakar listrik tegangan tinggi
 Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
4. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat
menggunakan beberapa metode yaitu :
3. Wallace Rule of Nine (Adult)
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
Total :
100%

4. Rule of Nine (Child)


a. Kepala dan leher : 14%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 16% : 32%
Total :
100%

5. Rule of Nine (Infant)


a. Kepala dan leher : 18%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 14% : 28%
Total :
100%

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada
luka bakar yaitu :
1. Hitung darah lengkap
Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari
15%mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit)
yang meningkatmenunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadisehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluhdarah.
2. Leukosit
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atauinflamasi
3. GDA (Gas Darah Arteri)
Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbondioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada
retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada
awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi
dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat
terjadi bila mulai diuresis. 
5. Natrium Urin
Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga ketidak adekuatan
cairan.
6. Alkali Fosfat
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa,
natrium.
7. Glukosa Serum
Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress. 
8. Albumin Serum
Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
 
9. BUN atau Kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsiginjal
, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera. 
11. EKG
Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
12. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

2.1.7 Penatalaksanaan
1. Penderita luka bakar harus segera dijauhkan dari agens yang
dapat membakar,dan daerah kulit yang terkena harus segera
di rendam dalam air dingin untuk menghentikan kerusakan
lebih lanjut. Pemberian es harus di hindari karena dapat
menurunkan aliran darah ke daerah yang terkena dan
memperburuk derajat luka bakar. Pakaian yang dikenakan
tidak boleh di lepas pada luka bakar serius, karena melepas
luka bakar berarti melepas kulit.
2. Pemberian cairan intravena molekul makro dengan volume
besar seperti albumin, dextran, dan glukosa, dapat
meningkatkan edema daerah yang tidak terkena luka, tetapi
tidak terjadi pada derah yang terkena.
3. Heparin dapat mempertahankan aliran darah pada daerah
yang terkena tetapi dapat juga menimbulkan edema.
4. Luka bakar derajat pertama dapat direndam dalam air dingin
atau kompres dingindan obat anti implamasi dalam waktu
yang lama.
5. Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial memerlukan
balutan khusus yangmerangsang pembelahan sel dan
pertumbuhan
6. Penatalaksanaan nyeri adalah tujuan utama terapi luka bakar.
Peredaan nyeri yangadekuat dapat menghilangkan trauma
psikologis akibat luka bakar dan sebagian bertahan seiring
dengan penyembuhan kulit.

2.1.8 Komplikasi
1. Kehilangan fungsi (luka bakar pada wajah, tangan, kaki,
genitalia )
2. Penyumbatan total sirkulasi dalam ekstremitas (akibat edema
karena luka bakaryang melingkar).
3. Obstruksi jalan nafas (luka bakar leher) atau ekspansi respirasi
yang terbatas(luka bakar pada dada).
4. Cedera paru (akibat inhalasi asap atau emboli paru)
5. Sindrom gawat napas dewasa (akibat dekompensasi jantung
kiri atau infarkmiokard
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan

Kasus

Tn. A berusia 40 tahun masuk ke RS kalianda.klien mengatakan demam


sudah 3hari yg lalu, klien tampak lemas dan kelihatan gelisah. Klien
mengatakan nyeri pada punggung tangan sebelah kanan, klien tampak
meringis kesakitan skala nyeri 9 dan ada luka bakar dipunggung tangan
tersebut. Terdapat kerusakan lapisan kulit, kemerahan dipunggung tangan
klien. Klien mengatakan mudah lelah, aktivitas tidak memungkinkan.

Td : 130/80mmhg

Suhu : 39

Rr : 24x/m

Nadi 85x/m

Analisa Data

Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan


Ds : kemerahan kategori : lingkungan
- Klien subkategori : keamanan
mengatakan dan proteksi
nyeri D.0129 Gangguan
Do : Integritas Kulit/Jaringan
- Kerusakan
lapisan kulit
- kemerahan
Ds : Agen Pencedera fisik Kategori : Psikologis
- klien mengatakan (mis. Terbakar) Subkategori : Nyeri dan
nyeri pada dan Kenyamanan
punggung tangan D.0077
sebelah kanan Nyeri Akut
Do :
- klien tampak
meringis
kesakitan
- gelisah
- terdapat
kerusakan
lapisan kulit
- kemerahan
dipunggung
tangan
- Td : 130/80
mmHg

Ds : Proses Penyakit (mis. Kategori : Lingkungan


- klien mengatakan Infeksi) Subkategori : Keamanan
demam sudah 3 dan Proteksi
hari D.0130
Do : Hipertemia
- Suhu : 39°C
Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Kemerahan b.d setelah dilakukan Observasi :
gangguan integritas intervensi selama 2 jam - Identifikasi
kulit/jaringa d.d maka gangguan penyebab gangguan
kerusakan lapisan kulit integritas kulit/jaringan integritaas kulit
Meningkat dengan (mis. Perubahan
kriteria hasil : sirkulasi,
- Perfusi jaringan perubahan status
cukup meningkat nutrisi, penurunan
- Kerusakan jaringan kelembaban, suhu
cukup menurun lingkungan ekstrim,
- Kerusakan lapisan penurunan
kulit cukup menurun mobilitas.
- Nyeri cukup Teurapeutik :
menurun - Ubah posisi tiap
- Kemerahan cukup 2jam, jika tirah
menurun baring.
Edukasi :
- Anjurkan minum
air yang cukup
- Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrim
nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Obsevasi :
pencedera fisik (mis. intervensi selama 2 jam - Identifikasi lokasi,
Terbakar) d.d mengeluh maka nyeri akut karakteristik,
nyeri, tampak Menurun dengan durasi, frekuensi,
meringis,gelisah kriteria hasil : kualitas, intensitas
- Kemampuan nyeri.
menuntaskan - Identifikasi skala
aktifitas cukup nyeri
meningkat - Identifikasi respon
- Keluhan nyeri nyeri non verbal
cukup menurun Identifikasi faktor
- Meringis cukup yang memperberat
menurun dan memperingan
- Gelisah cukup nyeri.
menurun - Identifikasi
- Kesulitan tidur pengetahuan dan
cukup menurun keyakinan tentang
nyeri.
Teurapeutik :
- Berikan teknik
nonfamakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
Tens.hipnosis,
akupresur,terapi
musik,
biofeedbeck, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitas istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan Obsevasi :
penyakit ( mis.infeksi ) intervensi selama 2 jam - Monitor suhu tubuh
d.d suhu tubuh di atas maka hipertermia - Identifikasi
normal, kulit merah membaik dengan penyebab
kriteria hasil : hipotermia (mis.
- Kulit merah Terpapar suhu
cukup lingkungan rendah,
meningkat pakaian tipis,
- Suhu tubuh kerusakan
cukup membaik hipotalamus,
- Tekanan darah penurunan laju
cukup membaik metabolisme,
kekurangan lemak
subkutan)
- Monitor tanda dan
gejala akibat
hipotermia (mis.
Hipotermia ringan:
takipnea,disartria,
mengigil,hipertensi,
diuresis: hipotermia
sedang : aritmia,
hipotensi, apatis,
koagulopati, refleks
menerun :
hipotermia berat :
oliguria, refleks
menghilang,edema
paru, asam basa
abnormal.
Teurapeutik :
- Sediakan
lingkungan yang
hangat (mis. Atur
suhu ruangan,
inkubator)
- Ganti pakaian
dan/atau linen yang
basah
- Lakukan
penghangatan pasif
(mis. Selimut,
menutup kepala,
pakaian tebal)
- Lakukan
penghangatan aktif
eksternal (mis.
Kompres hangat,
botol hangat,
selimut hangat,
perawatan metode
kanguru)
- Lakukan
penghangatan aktif
internal (mis. Infus
cairan hangat,
oksigen hangat,
lavase paritoneal
dengan cairan
hangat)
Edukasi :
- Anjurkan
makan/minum
hangat.

Hari/tgl No Implementasi Evaluasi paraf


/jam Dx
1 Mengidentifikasi S:
penyebab gangguan
integritaas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi,
penurunan kelembaban,
suhu lingkungan ekstrim,
penurunan mobilitas.
Mengubah posisi tiap
2jam, jika tirah baring.
Menganjurkan minum air
yang cukup
Menganjurkan
menghindari terpapar suhu
ekstrim
2 Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Mengidentifikasi skala
nyeri
Mengidentifikasi respon
nyeri non verbal
Mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri.
Mengidentifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri.
Memberikan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. Tens.hipnosis,
akupresur,terapi musik,
biofeedbeck, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Memfasilitas istirahat dan
tidur
Mempertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
Mengkolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu
3 Memonitor suhu tubuh
Mengidentifikasi
penyebab hipotermia (mis.
Terpapar suhu lingkungan
rendah, pakaian tipis,
kerusakan hipotalamus,
penurunan laju
metabolisme, kekurangan
lemak subkutan)
Memonitor tanda dan
gejala akibat hipotermia
(mis. Hipotermia ringan:
takipnea,disartria,
mengigil,hipertensi,
diuresis: hipotermia
sedang : aritmia, hipotensi,
apatis, koagulopati, refleks
menerun : hipotermia berat
: oliguria, refleks
menghilang,edema paru,
asam basa abnormal.
Menyediakan lingkungan
yang hangat (mis. Atur
suhu ruangan, inkubator)
Mengganti pakaian
dan/atau linen yang basah
Melakukan penghangatan
pasif (mis. Selimut,
menutup kepala, pakaian
tebal)
Melakukan penghangatan
aktif eksternal (mis.
Kompres hangat, botol
hangat, selimut hangat,
perawatan metode
kanguru)
Melakukan penghangatan
aktif internal (mis. Infus
cairan hangat, oksigen
hangat, lavase paritoneal
dengan cairan hangat
Menganjurkan
makan/minum hangat.
BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan
Luka bakar dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor
penyebab seperti :panas, sengatan listrik, zat kimia, maupun radiasi.
Penderita luka bakar memerluakn penanganan yang serius secara holistik/
menyeluruh dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Pada penderita luka
bakar yang luas dan dalam memerluakn perawatan luka bakar yang lama
dan mahal serta mempunyai efek resiko kematian yang tinggi.
Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarganya.Perawat
sebagai tim yang paling banyal berhubungan dengan asien dituntut untuk
terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga mampu
merawat pasien luka bakar secara komprehensif dan optimal.
Tingkat keberhasilan perawatan penderita luka bakar sanagt
dipengaruhi oleh cara penanganan, kerjasama dan kecekatan tim kesehatan
yang merawat disamping faktor-faktor lain (usia penderita, riwayat
kesehatan, penyebab luka bakar,cedera lain yang menyertai dan kebiasaan
hidup). Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi
maka makin berkembang pula tehnik/ cara penanganan luka bakar
sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita
luka bakar.

4. 2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sintia,R.Y. (2013). Luka Bakar Konsep Umum dan Investigasi Berbasis Klinis Luka
Antemortem dan Posttorem. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Dewi, Sintia,R.Y. (2013). Luka Bakar Konsep Umum dan Investigasi Berbasis Klinis Luka
Antemortem dan Posttorem. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Siti, S.A. (2008). Luka Bakar. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo.

Suriadi. (2007). Manajemen Luka. Romeo Grafika. Pontianak.

Susanti dkk. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar. Universitas Islam As-
Syafi’iyah – Fakultas Ilmu Kesehatan “ P2K”.

Anda mungkin juga menyukai