Anda di halaman 1dari 28

REPORTING

KEPERAWATAN JIWA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Tina Lestari 220110166048 Atet Malki 220110166054


Diky Rustandi 220110166049 Neli Hartini 220110166055
Alma Afrilia 220110166050 Intan M 220110166056
Agung Rizki 220110166051 Rifaldi 220110166057
Via Komalasari 220110166052 Jakaria Gilang 220110166058
Selly Amalia 220110166053

UNIVERSITAS PADJADJARAN GARUT


Jl Proklamasi No 17 Tarogong Kaler Jayaraga Garut
2018
1. Tuliskan data yang ditemukan pada saat interaksi
2. Buat SPTK untuk kasus yang di interaksikan
3. SPTK lengkap sampai ke diagnosa dan intervensi selanjutnya
4. Lengkapi hasil interaksi dengan jurnal ygnterkait dengan materi
5. Jurnal minimal 2

KASUS 1
Nama perawat : Neli
Nama Pasien : Upin Umur : 23 tahun

DS :
 Keluarga mengatakan sebelumnya bekerja di pabrik dan di PHK
 2 minggu yang lalu ditinggalkan calon pasangannya dan gagal
menikah
 Klien suka mengamuk, marah-marah, teriak dan melempar barang
disekitar
 Klien mengatakan ingin Hp tetapi Ibunya tidak punya uang untuk
membeli hp
 Keluarga mengatakan jika klien sedangmengamuk susah untuk
ditenangkan
DO :
 Saat berinteraksi klien teria-teriak dan melemparkan dompet

DX : Resiko Perilaku Kekerasan

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Sp-1 Pasien : Risiko perilaku kekerasan
Pertemuan ke-1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien terlihat gelisah, klien mampu menjawab pertanyaan dari perawat
tetapi menjawabnya sambil marah-marah.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny
3. Tindakan Keperawatan
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah,
tanda dan gejala yang  dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibat dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
pertama ( latihan nafas dalam).

B. STRETEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam teurapeutik
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Neli,
saya biaya dipanggil Neli. Saya  perawat yang dinas diruang Madrim
ini, saya dinas diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi
dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama 3 minggu ini saya yang
merawat ibu.
Nama ibu siapa?  Dan senang nya dipanggil apa?”

b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan Upin saat ini ?”
“Masih ada perasaaan kesal atau marah?”
c. Kontrak
Topik : “Sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang Upin rasakan”
Waktu : “ Berapa lama Upin mau kita berbincang-bincang ?
bagaimana kalau 10 menit?”
Tempat : “Dimana kita akan bincang-bincang? “Bagaimana kalau
diruang tamu?”

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan


“ Apa yang menyebabkan Upin marah?”
“Apakah sebelumnya Upin pernah marah?”
“Terus penyebabnya apa?
“Samakah dengan yang sekarang?
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan,
makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab
marah klien), apa yang Upin rasakan?“
“Apakah Upin merasa kesal, kemudian dada Upin berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“ Apa yang Upin lakukan selanjutnya”
“ Apakah dengan Upin marah-marah, keadaan jadi lebih baik?”
“ Menurut Upin adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?”
“Maukah Upin belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita
belajar satu cara dulu,”
“Begini Pin, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu
tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-
lahan dari mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan
lakukan sebanyak 5 kali. Bagus sekali Upin sudah dapat melakukan nya.
“Nah sebaiknya latihan ini Upin lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Upin sudah terbiasa
melakukannya”.

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klin terhadap tindakan keperawatan
“ Bagaimana perasaan Upin setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan Upin? ”
“ Coba Upin sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan  dan
apa yang ibu lakukan serta akibatnya.

b. Tindakan lanjut klien


“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya Pin”

c. Kontrak yang akan datang


Topik : “baik Pin, bagaimana kalau besok  kita latihan cara lain
untuk mencegah dan mengendalikan marah Upin.”
Waktu : “Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit
saja”
Tempat : ”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya
disini saja ya Pin?”
“Saya pamit dulu Ibu…Assalamu’alaikum.”      
                                                                                
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Sp-2 Pasien : Risiko perilaku kekerasan
Pertemuan ke-2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien tenang ada kontak mata saat berbicara dan membanting barang
disekitar
2. Tujuan Khusus
a. Melatih cara  mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
3. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun
jadwal kegiatan  harian cara ke dua.
B. STRETEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam teurapeutik
“ Assalamu’alaikum Upin, masih ingat nama saya” bagus Upin ya
saya Neli”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu
marah?”
c. Kontrak
Topik : “Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan
perasaan marah dengan     kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
Waktu : “ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
Tempat : “ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini
ya Bu”

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan


“ Kalau ada yang menyebabkan Upin marah dan muncul perasaan kesal,
selain nafas dalam Upin dapat memukul kasur dan bantal.”
“ Sekarang mari kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar
Upin? Jadi kalau nanti Upin kesal atau marah, Upin langsung kekamar
dan lampiaskan marah Upin tersebut dengan memukul bantal dan kasur.
Nah coba Upin lakukan memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali Upin
melakukannya!”
“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah,
kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klin terhadap tindakan keperawatan
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”“ Coba ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih?
Bagus!”
.“    Assalamu’alaikum

b. Tindakan lanjut klien


“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari Upin”
“Pukul berapa Upin mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?”
“Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam
3 sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua
cara tadi ya Pin.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
“Sekarang Upin istirahat, selanjutnya kita akan belajar mengendalikan
marah dengan belajar bicara yang baik.”
Waktu : “2 jam lagi kita ketemu ya Pin”
Tempat : “Tempatnya mau dimana Upin ?” “Baik kalau ingin
disini nanti saya akan langsung kesini. Sampai jumpa !”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Sp-3 Pasien : Risiko perilaku kekerasan
Pertemuan ke-3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien ada kontak mata saat berbicara namun ketika berbicara klien degan
nada suara yang tinggi.
2. Tujuan Khusus
a. Melatih cara  mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal   
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal

3. Tindakan Keperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan
perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal
( menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik), susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal)

B. STRETEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam teurapeutik
“ Assalamu’alaikum Upin, masih ingat nama saya” bagus Upin,,,ya
saya Neli”, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita
ketemu lagi”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana Pin, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?” “Coba saya lihat jadual kegiatan hariannya. “Bagus,
c. Kontrak
Topik : “Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk
mencegah marah?”
Waktu : “Berapa lama Upin mau kita berbincang-bincang?
Bagaiman kalau 10 menit?”
Tempat : “Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau ditempat yang sama?”

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan


“Sekarang kita latihan cara bicara  Upin baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya Pin:
Pertama : Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Upin
mengatakan penyebab marahnya karena tidak dibelikan Hp
Iphone, Coba Upin minta  dengan baik:” bu, Upin pengen Hp Iphone”
Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-
lain. Coba Upin praktekkan . Bagus Pin
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Upin
tidak ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak
bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba Upin praktekkan
. Bagus bu.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang
lain yang membuat kesal Upin dapat mengatakan:’Saya jadi ingin
marah karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
 
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klin terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?’
b. Tindakan lanjut klien
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari.”“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam
jadwal. Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa
kita buat jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya
meminta obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “ Bagaimana kalau besok  kita ketemu lagi?” “Baik
besok kita ketemu lagi ya untuk melihat sejauh mana Upin
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mengontrol marah
Upin”
Waktu : “Upin besok mau jam berapa?” oh baik kalau ingin jam
10, besok saya akan datang ya”
Tempat : “Tempatnya mau dimana Pin? Disini lagi atau diluar”
“Oh diluar baik. Sampai jumpa!”
ANALISA JURNAL
Nama
Penulis
Tujuan Teori Metode Penelitian Hasil penelitian, kesimpulan dan saran
Jurnal dan
Tahun
PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL MARAH PADA PASIEN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI
RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH
Armelia, Mengetahui Peneliti disini Rancangan penelitian ini Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Dwi, pengaruh melakukan penelitian menggunakan Quasi tentang pengaruh relaksasi otot progresif
Purnomo relaksasi otot perngaruh relaksasi Eksperiment dengan metode terhadap kemampuan mengontrol marah
progresif otot karena perubahan penelitian One Group Pre pada pasien RPK di RSJD Dr. Amino
terhadap yang diakibatkan oleh Post test design Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah bahwa
kemampuan relaksasi otot progresif tingkat kemampuan mengontrol marah
mengontrol yaitu dapat mengurangi sebelum diberikan intervensi relaksasi otot
marah pada ketegangan otot, progresif pada responden yang mengalami
pasien RPK menurunkan laju RPK dengan skor rata-rata 52.0 (rendah)
metabolisme, dan standar deviasi 10.5 dan Tingkat
meningkatkan rasa kemampuan mengontrol marah setelah
kebugaran, dan diberikan intervensi relaksasi otot progresif
konsentrasi, serta pada responden yang mengalami RPK
memperbaiki dengan skor rata-rata 60.23 (sedang) dan
kemampan untuk standar deviasi 10.5
mengatasi stressor Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
(Potter & Perry, 2005, relaksasi otot rogresif terhadap kemampuan
hlm.491). Relaksasi mengontrol marah pada pasien RPK
otot progresif juga
dapat meningkatkan
keterampilan dasar
relaksasi untuk
mengontrol marah dan
memperbaiki
kemampuan untuk
mengatasi stres.
UPAYA PENURUNAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN PADA KLIEN DENGAN MELATIH ASERTIF SECARA
VERBAL
Fathul Habbi, Agar dapat Jurnal ini melakukan Penulis menggunakan metode Pengkajian dilakukan pada tanggal 20
2017 menurunkan upaya untuk deskriptif dengan studi kasus februari 2017. Klien disini merupakan klien
risikoperilaku menurunkan selama 3x24 jam yang mengalami resiko perilaku kekerasan.
kekrasan setelah risikoperilaku Interaksi selama wawancara, klien
dilakukan kekerasan dengan cara kooperatif namun kontak mata kurang
latihan asertif pelatihan asertif secara kepada lawan bicara. Proses pikir, klien saat
verbal. Pelaksanaanya diberikan pertanyaan langsung
membina hubungan menjawab namun berbelit-belit dan tidak
saling percaya kepada menuju pada pertanyaan.
klien untuk Klien mampu mengetahui dan
mendapatkan mempraktikan upaya penurunan risiko
informasi, setelah perilaku kekerasan dengan melakukan
mendapatkan latihan asertif secara verbal.
informasiyang Evaluasi dari penelitian ini ialah :
diperlukan kemudian 1. klien mampu membina hubungan saling
penulis melakukan percaya
perencanaan tindakan 2. Mampu menyebutkan penyebab, tanda
yang akan gejala akibat yang terjadi ketika marah,
dilakukan, melakukan mampu mempraktikkan teknik nafas
rencana tindakan yang dalam dan memukul-mukul bantal.
telah dibuat, dan 3. Klien dapat menyebutkan obat apa saja
mengevaluasi yang dikonsumsin dan akibat jika tidak
tindakan yang telah meminumnya secara teratur.
dilakukan. 4. Klien mampu ngontrol marah dengan
mengungkapkan, meminta, menolak
yang baik, dan mengontrol marah
dengan spiritual,
5. klien rutin melakukan sholat 5 waktu,
berdzkir, dan berdoa.

PEMBAHASAN
Armelia, Dwi, Purnomo (---), dalam artikelnya yang berjudul Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kemampuan Mengontrol
Marah Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan, melakukan atau mencari pengaruh kepada klien dengan situasi yang sedang mengalami
resiko perilaku kekerasan dengan melakukan relaksasi otot progresif; Berdasarkan tujuan penelitian Armelia, Dwi, Purnomo untuk
mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kemampuan mengontrol marah pada pasien RPK. Rancangan penelitian ini
menggunakan Quasi Eksperiment dengan metode penelitian One Group Pre Post test design
Hasil penelitian penulis menyatakan bahwa adanya pengaruh relaksasi otot progresif terhadap kemampuan mengontrol marah pada
pasien RPK.

Fathul(2017), dalam artikelnya yang berjudul Upaya Penurunan Risiko Perilaku Kekerasan Pada Dengan Melatih Asertif Secara
Verbal, melakukan atau mencari fakta kepada klien dengan situasi yang sedang mengalami harga diri rendah dengan melakukan pelatihan
asertif secara verbal. Berdasarkan tujuan penelitian Fathul (2017), ia menyatakan tujuannya agar menurunkan risiko perilaku
kekerasan setelah dilakukan latihan asertif. Metode penelitian yang digunakan penulisan yaitu dengan metode deskriptif.
Hasil penelitian penulis menyatakan bahwa Klien mampu mengetahui dan mempraktikan upaya penurunan risiko perilaku kekerasan
dengan melakukan latihan asertif secara verbal.
KASUS II
Nama Perawat : Gilang
Nama Pasien : Maridha
Umur Pasien : 23 tahun

DS :
1. Klien mengatakan “saya mau mati”
2. Keluarga mengatakan penyebab klien karena klien teledor, anaknya
tenggelam saat berenang
3. Klien mengatakan “karena saya teledor, anak saya meninggal, jadi mendingan
saya mati aja”
4. Menurut keluarga, klien sangat pendiam dan tidak mempunyai teman

DO :
1. Klien terlihat pendiam, dan tertutup
2. Pandangan mata menunduk
3. Menghindar saat diajak berinteraksi
4. Sesekali menangis tanpa sebab

DX : Resiko Bunuh Diri

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Sp-1 Pasien : Risiko bunuh diri
Pertemuan ke-1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien terus mengatakan saya ingin mati, saat interaksi klien menghindar
dan pandangan mata menunduk, klien juga sesekali menangis tanpa
sebab.
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat terlindung dari perlaku bunuh diri
3. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Melindungi klien dari perilaku bunuh diri
c. Modifikasi lingkungan klien :
- Jauhkan dari benda – benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri
- Tempatkan klien di ruangan yang nyaman dan mudah terlihat oleh
perawat
d. Awasi klien secara ketat setiap saat
e. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
”Assalamu’alaikum neng kenalkan saya adalah perawat Gilang yang
bertugas di ruangan ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2
siang.”
b. Evaluasi/validasi
”Bagaimana perasaan neng hari ini?”
c. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang
neng rasakan selama ini”
Waktu : “Berapa lama kita bicara kita akan berbincan-bincang,
bagaimana kalau 10 menit?”
Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang?”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Bagaimana perasaan neng setelah kejadian itu terjadi?”
“Apakah dengan kejadian itu Neng merasa paling menderita di dunia
ini?”
“Apakah Neng kehilangan kepercayaan diri?”
“Apakah Neng merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada
orang lain?”
“Apakah Neng merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri?”
“Apakah Neng sering mengalami kesulitan berkonsentrasi?”
“Apakah Neng berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau
berharap bahwa Neng mati?”
“Apakah Neng pernah mencoba untuk bunuh diri?”
“Apa sebabnya, bagaimana caranya?”

“Apa yang Neng rasakan?”


Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan
dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya dengan
mengatakan: “Baiklah, tampaknya Neng membutuhkan pertolongan
segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”.
”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar Neng ini untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang membahayakan Neng.”
”Nah Neng, Karena Neng tampaknya masih memiliki keinginan yang
kuat untuk mengakhiri hidup Neng, maka saya tidak akan membiarkan
Neng sendiri.”
”Apa yang Neng lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau
keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya Neng harus langsung
minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau
teman yang sedang besuk. Jadi Neng jangan sendirian ya, katakan pada
perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri
kehidupan”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
”Coba A sebutkan lagi cara tersebut”
b. Tindak lanjut klien
”Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang”
( jangan meninggalkan pasien )
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Baik Neng, bagaimana kalau besok kita berdiskusi lagi?”
Waktu : “Bagaimana kalau besok jam 9?”
Tempat : “Bagaimana kalau tempatnya disini saja?. Saya pamit dulu
Neng, Assalamualaikum”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Sp-2 Pasien : Risiko bunuh diri
Pertemuan ke-2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien masih terus mengatakan “saya mau mati”, klien sesekali menangis
tanpa sebab
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan harga diri klien
3. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi kegiatan yang telah di lakukan ( SP 1)
b. Meningkatkan harga diri klien :
- Mengidentifikasi aspek positif klien
- Mendorong klien untuk berpikir positif terhadap diri sendiri
- Membantu klien mengeksplorasikan perasaan
- Mengidentifikasi sumber – sumber harapan ( misal : hubungan
antar sesama, keyakinan, hal – hal untuk di selesaikan )
c. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
”Assalamu’alaikum Neng, masih ingat dengan saya kan?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Neng hari ini? O... jadi Neng merasa tidak
perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah Neng ada perasaan ingin bunuh
diri?”
c. Kontrak
Topik : “Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang
bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri.”
Waktu : “Mau berapa lama? 10 menit bagaimana?”
Tempat : “Dimana? Bagaimana kalau disini saja ya”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Baiklah, tampaknya Neng membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup”.
”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar Neng ini untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang membahayakan Neng.”
”Nah Neng, karena Neng tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat
untuk mengakhiri hidup Neng, maka saya tidak akan membiarkan Neng
sendiri.”
”Apa yang Neng lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau
keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya Neng harus langsung
minta bantuan kepada perawat atau keluarga dan teman yang sedang
besuk. Jadi usahakan Neng jangan pernah sendirian ya..”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Neng setelah kita bercakap-cakap? Bisa
sebutkan kembali apa yang telah kita bicarakan tadi? Bagus Neng.”
b. Tindak lanjut klien
“Bagimana Masih ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau masih ada
perasaan / dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau
perawat yang lain.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Kalau sudah tidak ada keinginan bunuh diri saya akan
ketemu B lagi, untuk membicarakan cara meninngkatkan harga diri”
Waktu : “Saya akan kembali lagi setengah jam lagi Neng”
Tempat : “Bagaimana kalau kita diskusinya disini aja? Baiklah saya
pamit dulu, Assalamualaikum”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Sp-3 Pasien : Risiko bunuh diri
Pertemuan ke-3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
klien masih nampak murung, namun sudah tidak menyendiri lagi dan mau
berinteraksi dengan lingkungan
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat
meningkatkan harga dirinya
b. Klien dapat
menggunakan mekanisme koping yang adaptif
c. Klien dapat
memobilisasi dukungan social
3. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi kegiatan yang telah di lakukan (SP 1 & 2)
b. Mengidentifikasi pola koping yang biasa di gunakan klien
c. Menilai pola koping yang dimiliki klien
d. Mengajarkan klien mekanisme koping yang adaptif
e. Membantu klien merencanankan masa depan yang realistis
f. Memobilisasi dukungan social
g. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAB
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu’alaikum Neng.”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Neng saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan?”
c. Kontrak
Topik : ““Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B
miliki.”
Waktu : “Mau berapa lama kita membahasnya? Bagaimana kalau 10
menit?”
Tempat : “Tempatnya mau dimana? Baik disini aja”
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
“Apa saja dalam hidup Neng yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira
yang sedih dan rugi kalau Neng meninggal. Coba Neng ceritakan hal-hal
yang baik dalam kehidupan Neng. Keadaan yang bagaimana yang
membuat Neng merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan Neng masih ada
yang baik yang patut Neng syukuri. Coba Neng sebutkan kegiatan apa
yang masih dapat Neng lakukan selama ini. Bagaimana kalau Neng
mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“Bagaimana perasaan Neng setelah kita bercakap-cakap? Bisa
sebutkan kembali apa-apa saja yang Neng patut syukuri dalam hidup
B?”
b. Tindak lanjut klien
“Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan Neng jika
terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (affirmasi). Bagus Neng.
Coba Neng ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih Neng miliki dan
perlu disyukuri!”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “ Baiklah Neng, untuk pertemuan selanjutnya kita akan
membahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik.”
Waktu : “Bagaimana kalau jam 12 siang nanti saya kesini lagi?”
Tempat : “Kira-kira tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada
perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!”
ANALISA JURNAL
Nama
Penulis
Tujuan Teori Metode Penelitian Hasil penelitian, kesimpulan dan saran
Jurnal dan
Tahun
HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN IDE BUNUH DIRI PADA REMAJA DENGAN ORANGTUA YANG
BERCERAI
Lita Bertujuan untuk Penulis menggunakan Penelitian ini menggunakan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
Arfandiyah mengetahui program SPSS versi tipe penelitian survey yang menunjukkan bahwa hasil penelitian
Kusuma hubungan antara 16.0 For Windows berjenis eksplanatori untuk menerima Ho dan menolak Ha, dimana
Dewi, kesepian dengan untuk melakukan membuktikan korelasi antara tidak ada hubungan yang signifikan antara
Hamidah, ide bunuh diri analisis statistik data variabel bebas (kesepian) dan kesepian dengan ide bunuh diri pada remaja
2013. pada remaja penelitian ini. Penulis variabel terikat (ide bunuh dengan orangtua yang bercerai. Remaja
dengan orangtua melakukan uji analisis diri). dengan orangtua yang bercerai yang merasa
yang bercerai deskriptif terhadap data kesepian belum tentu mempunyai ide untuk
demografis serta data bunuh diri. munculnya ide bunuh diri juga
variabel kesepian dan bukan hanya disebabkan oleh kesepian saja,
ide bunuh diri. Data tetapi bisa dari variabel lain yang
penelitian juga dikenai mempengaruhi, bahkan saling berinteraksi
uji normalitas sehingga meningkatkan resiko munculnya
(Kolmogorov-smirnov) ide bunuh diri.
dan uji linieritas (Test
of Linearity), serta uji
homogenitas untuk
mengetahui kelayakan
data dalam
menggunakan teknik
parametrik. Uji
hipotesis penelitian ini
dilakukan
menggunakan uji
korelasi nonparametrik
(Spearman’s Rank
Order).
TIPE KEPRIBADIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS SOSIAL EKONOMI DAN IDE BUNUH DIRI
NINIK Tujuan Setiap orang yang Penelitian ini termasuk jenis Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
SUNARTI, penelitian ini melakukan bunuh diri penelitian deskriptif Ada keterkaitan antara tipe kepribadian
2012. adalah untuk pernah memikirkan kuantitatif. Penelian dengan ide bunuh diri. Hasil penelitian
mengetahui atau mencoba bunuh dilakukan di Kota Surakarta. menunjukkan bahwa responden dengan tipe
keterkaitan diri, akar masalah yang Tehnik pengumpulan data kepribadian introvet memiliki ide bunuh
antara tipe mengantarkan mereka menggunakan wawancara, diri yang tinggi. Responden dengan tipe
kepribadian, ke pikiran tersebut bisa observasi dan angket. Teknik kepribadian introvet cenderung memiliki
tingkat bervariasi. Sebelum analisis data dalam penelitian ide bunuh diri yang tinggi. Sebaliknya
pendidikan dan berhasil bunuh diri, ini menggunakan analisis tesponden dengan tipe kepribadian
status sosial sekitar 30-40 % pelaku statistik non parametrik ekstrovet cenderung memiliki ide bunuh
ekonomi dengan bunuh diri pernah dengan uji Chi-Square. diri yang lebih rendah; (2) Ada keterkaitan
ide bunuh diri. melakukan setidaknya antara tingkat pendidikan dengan ide bunuh
satu kali percobaan diri. Responden dengan tingkat pendidikan
bunuh diri. Beberapa rendah memiliki ide bunuh diri yang tinggi.
faktor resiko yang bisa Responden dengan tingkat pendidikan
menyebabkan rendah cenderung memiliki ide bunuh diri
munculnya pikiran yang tinggi. Sebaliknya tesponden dengan
bunuh diri juga telah tingkat pendidikan yang lebih tinggi
diteliti. Depresi, cenderung memiliki ide bunuh diri yang
penyakit akut, tingkat lebih rendah; (3) Ada keterkaitan antara
pendidikan, status sosial ekonomi dengan ide bunuh
lingkungan, dan diri. Responden dengan status sosial
gangguan kepribadian ekonomi rendah memiliki ide bunuh diri
dalam banyak kasus yang tinggi. Responden dengan status sosial
bunuh diri selalu ekonomi rendah dan sedang cenderung
menjadi alasan para memiliki ide bunuh diri yang tinggi.
pelaku bunuh diri. Sebaliknya tesponden dengan status sosial
Tujuan penelitian ini ekonomi tinggi cenderung memiliki ide
adalah untuk bunuh diri yang lebih rendah.
mengetahui keterkaitan
antara tipe kepribadian,
tingkat pendidikan dan
status sosial ekonomi
dengan ide bunuh diri.

Pembahasan:
Lita Arfandiyah Kusuma Dewi, Hamidah, pada tahun 2013, dalam artikelnya yang berjudul Hubungan Antara Kesepian Dengan Ide
Bunuh Diri Pada Remaja Dengan Orangtua Yang Bercerai, melakukan atau mencari fakta kepada sample dengan situasi yang sedang
mengalami kesepian apakah akan ada hubungannya dengan resiko bunuh diri atau tidak. Berdasarkan tujuan penelitian ini, ia
menyatakan tujuaannya agar mengetahui hubungan antara kesepian dengan ide bunuh diri pada remaja dengan orangtua yang bercerai.
Hasil penelitian penulis menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan ide bunuh diri pada remaja
dengan orangtua yang bercerai.
Ninik Sunarti, pada tahun 2012, dalam artikelnya yang berjudul Tipe Kepribadian, Tingkat Pendidikan, Status Sosial Ekonomi Dan Ide
Bunuh Diri, melakukan wawancara atau angket kepada sample. Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterkaitan
antara tipe kepribadian, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi dengan ide bunuh diri. Hasil penelitian penulis menyatakan bahwa
ada keterkaitan antara tipe kepribadian dengan ide bunuh diri.

Anda mungkin juga menyukai