Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Penelitian dan Perguruan Tinggi

OLEH :

ASTI MARIAN SARI


720200116

DOSEN MATA KULIAH :


DR.dr.Hafni Bachtiar, MPH

PRGRAM MATRIKULASI S2 ILMU KEBIDANAN


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT, yang tiada tuhan selain
diri-Nya yang menguasai alam semesta ini, dan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
penelitian dan perguruan tinggi dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bimbingan dan pengarahan dari
semua pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak DR.dr.Hafni Bachtiar, MPH sebagai dosen mata kuliah Metodologi Penelitian yang
telah membimbing penulis.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan evaluasi demi
perbaikan penulisan makalah ini.

Bengkulu, 31 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Lat
ar Belakang............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................ 3
1.3........................................................................................................................................ Tuj
uan Penulisan................................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Ilmu pengetahuan dan Penelitian .............................................................. 4
2.2. Tujuan penelitian..........................................................................................................7
2.3. Macam-macam Penelitian.......................................................................................... 7
2.4. Pengertian Perguruan Tinggi...................................................................................... 4
2.5. Tujuan Perguruan Tinggi........................................................................................... 5
2.6. Bentuk-Bentuk Perguruan Tinggi.............................................................................. 9
2.7. Hubungan antara Penelitian dengan perguruan Tinggi.............................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1........................................................................................................................................Kesi
mpulan .......................................................................................................................... 12
3.2........................................................................................................................................Sara
n .................................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Penelitian sangat penting dalam perkembangan kehidupan dan peradaban. Melalui
penelitian, berbagai pengetahuan baru bermunculan, rentetan teknologi baru terus
dikembangkan. Berbagai kendala dan persoalan yang dihadapi umat manusia amat
mungkin ditemukan jawabannya melalui riset.
Berdasarkan data SCImago, sepanjang 1996-2016, jumlah publikasi terindeks global
Indonesia mencapai 54.146 publikasi. Bila dibandingkan Singapura, Thailand, dan
Malaysia, peringkat Indonesia masih jauh berada di bawah ketiga negara ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) . Pada 2016, di tingkat dunia, Indonesia
menempati peringkat 45 untuk jumlah dokumen yang terpublikasi internasional. Di
kawasan Asia, posisi Indonesia berada di urutan 11, sementara di tingkat ASEAN
peringkat keempat. Selain itu, tren jumlah dokumen publikasi di Singapura, Thailand,
Malaysia, dan Indonesia terus meningkat.
Tahun 2010, Malaysia menggeser posisi Singapura ke peringkat kedua. Terkait
dokumen yang terpublikasi di Indonesia, jumlahnya meningkat menjadi 46,41 persen
(11.470 publikasi) jika dibandingkan 7.834 publikasi pada 2015. Kendati naik, angka ini
masih jauh bila dibandingkan Singapura (19.992 publikasi) dan Malaysia (28.546
publikasi). Sumber: SCImago Menariknya, jumlah citation atau kutipan mengalami tren
penurunan sejak 2013. Selain itu, meski Malaysia berada di peringkat pertama dalam
jumlah dokumen yang terpublikasi, tetapi bila dilihat dari jumlah citation, Malaysia berada
di peringkat kedua (19.024 kutipan) setelah Singapura (32.504 kutipan) pada 2016.
Thailand berada di peringkat ketiga (11.331 kutipan) dan Indonesia keempat (4.604
kutipan).
Selain publikasi, cara lain untuk melihat posisi dan kontribusi penelitian adalah jumlah
paten yang dihasilkan. Bersumber dari United States Patent and Trademark Office, hingga
2015, total paten Indonesia yang terdaftar pada Kantor Paten Amerika berjumlah 333.
Angka ini masih sangat jauh dibandingkan negara ASEAN lainnya, seperti Singapura
(10.044 paten), Malaysia (2.690 paten), dan Thailand (1.043paten). Tidak hanya tertinggal,
pertumbuhan paten Indonesia juga menunjukkan tren yang stagnan sejak 2005. Sumber:
USPTO Rendahnya jumlah dokumen yang terpublikasi secara internasional, salah satunya,
disebabkan sedikitnya jumlah peneliti di Indonesia. Data Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) pada 2017 menunjukkan peneliti di Indonesia (hanya) berjumlah 9.685

1
orang. Angka tersebut merupakan jumlah peneliti di seluruh pejabat fungsional peneliti
dari seluruh Kementerian/LPNK di Indonesia. Memang ada tren kenaikan kuantitas sejak
2010.
Pada 2010 jumlah peneliti di Indonesia mencapai 7.502 orang, pada 2012 berjumlah
8.075 orang. Angka terus meningkat menjadi 9.128 orang pada 2014. Meski jumlahnya
terus bertambah, jumlah ini masih terbilang sedikit dibandingkan negara di kawasan
ASEAN. Sebab, rasio jumlah peneliti dengan jumlah penduduk di Indonesia adalah 90
peneliti berbanding 1 juta penduduk. Misalnya saja, rasio jumlah penelti dengan jumlah
penduduk di Singapura adalah lebih dari 7000 ribu peneliti per satu juta penduduk.
Sedangkan Malaysia sebanyak 2.590 peneliti per satu juta penduduk. Sementara di
Indonesia, rasionya sebesar 1.071 peneliti per satu juta penduduk. Keterangan: Jumlah
peneliti di seluruh pejabat fungsional peneliti dari seluruh Kementerian/LPNK di
Indonesia (Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Faktor penting lainnya adalah
anggaran riset.
Negara-negara dengan perekonomian maju memiliki komitmen tinggi untuk
berinvestasi dalam riset. Mereka percaya riset berperan dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi. Bentuk komitmen ini dilihat dari rasio pengeluaran penelitian dan
pengembangan terhadap PDB –atau Gross Expenditure on R&D (GERD). Negara-negara
dengan komitmen yang tinggi terhadap riset, berdasarkan data 2017, adalah Korea Selatan
(4,55 persen), Jepang (3,2 persen), dan Finlandia (2,76 persen). Di tingkat ASEAN, yang
memiliki rata-rata GERD per PDB tinggi adalah Singapura (2,2 persen) dan Malaysia (1,4
4persen). Sementara itu, GERD per PDB Indonesia belum mencapai angka 1 persen—
hanya sebesar 0,24 persen—dan jauh tertinggal dibandingkan GERD dunia. Di satu sisi,
komposisi belanja penelitian dan pengembangan (litbang) di Indonesia pun masih
didominasi pemerintah. Dengan kata lain, perlu dorongan agar proporsi sektor swasta atau
bisnis dalam penelitian dan pengembangan dapat meningkat.
Data dari UIS Centre tahun 2017 Anggaran yang kecil, rendahnya jumlah peneliti,
dan sedikitnya publikasi ilmiah juga berdampak pada sukarnya daya saing universitas-
universitas Indonesia di tingkat dunia. Mengacu daftar yang dibuat Times Higher
Education, dua universitas Indonesia, yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB) dan
Universitas Indonesia (UI), berada di peringkat lebih dari 800. Di Asia, ITB menempati
urutan 201-250 dan UI lebih dari 251. Sementara itu, merujuk pada data QS Ranking,
peringkat UI di dunia adalah 325 dan ITB adalah 401-410. Dari data yang sama, di tingkat
Asia, UI menempati urutan ke 67 dan ITB ke 86. Tampak korelasi positif antara jumlah

2
publikasi ilmiah, besaran anggaran, dan jumlah peneliti dengan peringkat universitas.
Universitas dengan negara-negara yang berkomitmen tinggi dalam hal riset masuk dalam
peringkat 50 besar dunia. Misalnya saja Singapura. Berdasarkan daftar QS tingkat dunia,
National University of Singapore menempati urutan 12 dan Nanyang Technological
University ke 13. Sementara di Asia, National University of Singapore menempati posisi
pertama dan Nanyang Technological University peringkat ke 3. Paparan data di atas
menunjukkan dunia riset Indonesia masih harus banyak dibenahi. Bukan hanya
pemerintah, tetapi juga keterlibatan sektor swasta.
Peningkatan anggaran menjadi hal penting untuk meningkatkan jumlah penelitian
dan publikasi ilmiah. Selain itu, belum nyambungnya hasil riset dengan kebutuhan industri
juga menjadi persoalan yang memerlukan solusi. Hal lain adalah pentingnya pengelolaan
dan pemanfaatan sumber daya riset yang belum optimal, seperti anggaran, fasilitas riset,
dan peneliti. Semua hal ini perlu dibarengi dengan meningkatkan budaya dan literasi ilmu
pengetahuan dan teknologi bangsa Indonesia.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa dimaksud dengan pengertian Penelitian ?
2. Apa yang dimaksud dari tujuan Penelitian?
3. Apa yang dimaksud dari Macam-macam Penelitian?
4. Apa yang dimaksud dengan Perguruan Tinggi?
5. Apa yang dimaksud dengan Tujuan Perguruan tinggi?
6. Apasajakah bentuk-bentuk Perguruan Tinggi ?
7. Bagaimanakah hubungan penelitian dengan Perguruan Tinggi?
1.3........................................................................................................................................Tujua
n Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Penelitian.
2. Untuk mengetahui tujuan Penelitian.
3. Untuk mengetahui Macam-macam Penelitian.
4. Untuk mengetahui pengertian Perguruan Tinggi.
5. Untuk mengetahui Tujuan dari Perguruan tinggi.
6. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Perguruan Tinggi.
7. Untuk mengetahui hubungan penelitian dengan Perguruan Tinggi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Dan Penelitian


Ilmu pengetahuan adalah suatu pengetahuan yang sifatnya umum atau
menyeluruh, memiliki metode yang logis dan terurai secara sistematis. Sedangkan
penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan secara terencana, penuh
kehati-hatian dan teratur terhadap suatu objek atau subyek tertentu untuk memperoleh
bukti, jawaban atau pengetahuan. Pada dasarnya ilmu pengetahuan tidak dapat
dipisahkan dengan penelitian. Penelitian yang baik didasari dengan ilmu pengetahuan,
begitu pula sebaliknya. Dengan penelitian maka ilmu pengetahuan dapat
dikembangkan. Ilmu pengetahuan akan selalu berkembang karena manusia
memilikikemampuan untuk berfikir dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tetapi,
keingintahuan yang kompleks memerlukan suatu cara yang sistematis sehingga
diperoleh suatu pengetahuan.
Kegiatan penyelidikan secara sistematis tersebut yang dinamakan penelitian.
Menurut Almack dalam Notoatmodjo (2010), hubungan ilmu pengetahuan dan
penelitian ini sebagai hasil dan prosesdimana penelitian sebagai prosesnya dan ilmu
pengetahuan sebagai hasilnya. Dalam melaksanakan suatu penelitian sebaiknya
dilakukan dengan cara ilmiah yaitu cara yang benar berdasarkan fakta serta empiris,
objektif dan logis. Kerlinger dalam Wibowo (2014)mengutarakan empat cara untuk
memperoleh pengetahuan:
1. Metode keteguhan (Method of tenacity), yaitu berpegang teguh pada pendapat
yang sudah diyakini kebenarannya sejak lama.
2. Metode otoritas(Method of authority), yaitu merujuk pada pernyataan para ahli
atau yang memiliki otoritas.

4
3. Metode Intuisi(Method of intuition), yaitu berdasarkan keyakinan yang
kebenarannya dianggap terbukti dengan sendirinya atau tidak perlu pembuktian
lagi.
4. Metode Ilmiah (Method of science), yaitu berdasarkan kaidah keilmuan, sehingga
walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda-beda namun dapat menghasilkan
kesimpulan yang sama.
Sedangkan Notoatmodjo(2014) membagi ke dalam 2 bagian besar cara untuk
meperoleh pengetahuan yaitu:
1. Cara Non Ilmiah atau Tradisional Cara yang biasa dilakukan oleh manusia saat
sebelum ditemukan cara dengan metode ilmiah. Cara ini dilakukan oleh manusia
pada zaman dulu kala dalam rangka memecahkan masalah termasuk dalam
menemukan teori atau pengetahuan baru. Cara-cara tersebut yaitu melalui: cara
coba salah (trial and error), secara kebetulan, cara kekuasaan atau otoritas,
pengalaman pribadi, cara akal sehat, kebenaran melalui wahyu, kebenaran secara
intuitif, melalui jalan pikiran, induksi dan deduksi.
2. Cara Ilmiah atau Modern Cara ilmiah ini dilakukan melalui cara-cara yang
sistematis, logis dan ilmiah dalam bentuk metode penelitian. Penelitian
dilaksanakan melalui uji coba terlebih dahulu sehingga instrumen yang digunakan
valid dan reliabel dan hasil penelitiannya dapat digeneralisasikan pada populasi.
Kebenaran atau pengetahuan yang diperoleh betul-betul dapat
dipertanggungjawabkan karena telah melalui serangkaian proses yang ilmiah.
Peneliti dalam melaksanakan penelitiannya harus menjujung tinggi etika dan
moral dan mengedepankan kejujuran. Hasil penelitian harus dilaporkan apa adanya,
tidak boleh memutarbalikkan fakta penelitian agar sesuai keinginan atau merekayasa
hasil uji statistik sesuai dengan keinginan atau kepentingan tertentu. Selain menjunjung
etika dan moral, seorang peneliti harus memahami landasan ilmu, yaitu pondasi atau
dasar tempat berpijaknya keilmuan. Tiga landasan ilmu filsafat tersebut merupakan
masalah yang paling fundamental dalam kehidupan karena memberikan sebuah
kerangka berpikir yang sangat sistematis. Ketiganya merupakan proses berpikir yang
diawali dengan pembahasan “Apa itu pengetahuan?”, “Bagaimana mendapatkan
pengetahuan?”, dan “Untuk apa pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari?”.
Pada dasarnya semua ilmu pengetahuan tidak terlepas dari tiga problem filosofis
tersebut (ontologis, epistemologis dan aksiologis). Artinya semua ilmu pengetahuan

5
pasti berbicara tentang apa yang menjadi objek kajiannya, bagaimana cara
mengetahuinya dan apa manfaatnya buat kehidupan manusia.
Oleh sebab itu, maka jelas bahwa ilmu dan penelitian merupakan hal yang
berkaitan untuk memperoleh suatu pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2014) bahwa
pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang
dimilikinya. Pengetahuan tiap orang akan berbeda-beda tergantung dari bagaimana
penginderaannya masing-masing terhadap objek atau sesuatu. Secara garis besar
terdapat 6 tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:
a) Tahu (know) Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat kembali
apa yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan pengetahuan pada tahap
ini merupakan tingkatan yang paling rendah. Kemampuan pengetahuan pada
tingkatan ini adalah seperti menguraikan, menyebutkan, mendefinisikan,
menyatakan. Contoh tahapan ini antara lain: menyebutkan definisi pengetahuan,
menyebutkan definisi rekam medis, atau menguraikan tanda dan gejala suatu
penyakit.
b) Memahami (comprehension) Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat
diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu dengan
benar. Seseorang yang telah faham tentang pelajaran atau materi yang telah
diberikan dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan menginterpretasikan objek atau
sesuatu yang telah dipelajarinya tersebut. Contohnya dapat menjelaskan tentang
pentingnya dokumen rekam medis.
c) Aplikasi (application) Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat
mengaplikasikan atau menerapkan materi yang telah dipelajarinya pada situasi
kondisi nyata atau sebenarnya. Misalnya melakukan assembling (merakit) dokumen
rekam medis atau melakukan kegiatan pelayanan pendaftaran.
d) Analisis (analysis) Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen yang ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
yang dimiliki seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), memisahkan dan
mengelompokkan, membedakan atau membandingkan. Contoh tahap ini adalah
menganalisis dan membandingkan kelengkapan dokumen rekam medis menurut
metode Huffman dan metode Hatta.
e) Sintesis (synthesis) Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang dalam
mengaitkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi suatu pola
baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan sintesisini seperti menyusun,

6
merencanakan, mengkategorikan, mendesain, dan menciptakan. Contohnya
membuat desain form rekam medis dan menyusun alur rawat jalan atau rawat inap.
f) Evaluasi (evalution) Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Evaluasi dapat digambarkan sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif
keputusan. Tahapan pengetahuan tersebut menggambarkan tingkatan pengetahuan
yang dimiliki seseorang setelah melalui berbagai proses seperti mencari, bertanya,
mempelajari atau berdasarkan pengalaman.
2.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan apa yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melakukan
penelitiannya. Tujuan dari penelitian tidak sama dengan tujuan peneliti. Sering dijumpai di
beberapa tesis atau disertasi bahwa tujuan penelitian adalah sebagai salah satu syarat lulus
pendidikan S1 maupun S2. Tujuan tersebut bukan merupakan tujuan penelitian tetapi
merupakan tujuan peneliti untuk mendapatkan gelar studinya yang disyaratkan untuk
melakukan penelitian. Dari beberapa pengertian penelitian yang telah diungkapkan
sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tersebut mempunyai
beberapa tujuan diantaranya:
a. Meningkatkan atau mengembangkan pengetahuan (Buckley dkk). Dalam penelitian
bisnis misalnya, tujuan ini merupakan tujuan yang bersifat jangka panjang karena
umumnya tidak terkait secara langsung dengan pemecahan masalah-masalah praktis. 
b. Menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. 
c. Menangkap opportunity atau peluang. Misalnya suatu penelitian dengan isu
peningkatan moral karyawan untuk peningkatan kinerja mereka. 
d. Memverifikasi fenomena yang terjadi dengan suatu teori yang telah ada. Misalnya suatu
penelitian dengan isu penggunaan ekuitas yang lebih besar dibandingkan hutang untuk
mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dan kreditur (menguji teori
keagenan yang telah ada). 
e. Melakukan pengujian terhadap suatu fenomena untuk menemukan suatu teori yang
baru. Misalnya suatu penelitian dengan isu kepemilikan manajerial yang akan
memperkuat hubungan antara peluang tumbuh perusahaan dengan kebijakan pendanaan
perusahaan (untuk menemukan teori).

2.3 Macam- Macam Penelitian

7
2.3.1 Menurut Sifat Masalahnya 
a. Penelitian Historis, bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau, secara
sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta-fakta
dan bukti-bukti guna memperoleh kesimpulan yang akurat.
b. Penelitian Deskriptif, bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, dan sifat-sifat populasi daerah tertentu.
Apabila, diambil beberapa sampelnya saja, disebut survey deskriptif.
c. Penelitian Perkembangan (Development Research), bertujuan untuk menyelidiki
pola urutan pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi waktu.
d. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study and Field Research) ;
bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: Individu, kelompok dan
masyarakat. Penelitian ini cirinya bersifat mendalam tentang suatu unit sosial
tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisisir.
e. Penelitian Eksperimen, bertujuan utnuk menyelidiki kemungkinan sebab akibat
dengan cara mengenakan kepada suatu atau lebih kondisi perlakukan dan
membandingkan hasilnya dengan sssuatu atau lebih kelompok kontrol. Contoh:
Eksperimen tentang gejala-gejala alam.
f. Penelitian Korelasional, bertujuan untuk meneliti sejauhmana variasi-variasi
pada suatu faktorberkaitan dengan variasi-variasi faktor lain berdasarkan
koefisien korelasi.
g. Penelitian Kausal Komparatif, bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan sebab
akibat terjadinya suatu fenomena.
h. Penelitian Tindakan (action research ), yaitu bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan-keteraampilan baru atau cara-cara pendekatan baru dan untuk
memecahkan masalah dengan cara penerapan langsung didunia kerja atau dunia
aktual yang lain.
2.3.2 Menurut Tujuannya 
a. Penelitian Penjajagan (Eksplorative Reserach), yaitu penelitian yang
masih terbuka dan masih mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat (UCS).
Penelitian ini biasanya belum memiliki hipotesis dan kerangka
pemikiran. Untuk mengalirkan pikiran peneliti, biasanya digunakan

8
pendekatan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian,
bukan kerangka pemikiran.
b. Penelitian Penjelasan (Eksplanatory atau Confirmatory Research), yaitu
penelitian yang menyoroti hubungan antar variabel dengan
menggunakan kerangka pemikiran terlebih dahulu, kemudian
dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
c. Penelitian Deskriptif (Developmental Research), yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau
frekuensi terjadinya sesuatu aspek fenomena sosial tertentu, dan untuk
mendeskripsikan fenomena tertentu secara terperinci (Masri
Singarimbun, 1982). Penelitian ini biasanya tanpa menggunakan
hipotesis yang dirumuskan secara ketat, tetapi adakalanya ada yang
menggunakan hipotesis tetapi bukan untuk diuji secara statistik.
2.4. Pengertian Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan satuan penyelenggara pendidikan tinggi sebagai
tingkat lanjut dari jenjang pendidikan menengah di jalur pendidikan formal. Hal ini
sesuai dengan pengertian perguruan tinggi menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 19
ayat 1 yang menyatakan bahwa: Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
2.5. Tujuan Perguruan Tinggi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, pada
pasal 1 poin ke-2, tertulis bahwa tujuan perguruan tinggi ialah untuk
menyelenggarakan pendidikan tinggi yang mencakup program diploma, program
sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta program
spesialis, berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia.

2.6 Bentuk Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi di Indonesia terdiri dari beberapa klasifikasi: pertama,


Akademi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan penerapan
dalam satu cabang ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian tertentu. kedua,
Politeknik adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam
sejumlah bidang pengetahuan khusus. ketiga, Institut adalah perguruan tinggi yang

9
menyelenggarakan pendidikan terdiri dari sejumlah fakultas, yang menjalankan
pendidikan akademik atau profesional dalam sekelompok disiplin ilmu yang sejenis.
keempat, Sekolah Tinggi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik atau professional dalam suatu disiplin ilmu tertentu. kelima, Universitas
adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terdiri atas sejumlah
fakultas,baik akademik atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu
2.7 Hubungan Penelitian dengan Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan pencetak mahasiswa, yang merupakan generasi
muda, potensi insani bangsa, yang setiap tahunnya melahirkan generasi muda dengan
predikat sarjana, magister dan doctor. Kehadiran mahasiswa dalam perguruan tinggi
sebagai bagian dari aliran generasi muda, ibarat aliran oksigen yang memberikan
vitalitas di perguruan tinggi.
 Para mahasiswa selalu tampil dengan rasa ingin tahu dan antusiasme yang
tinggi, pemikiran-pemikiran yang kritis dan kreatif, serta daya berpikir yang
tangguh. Kehadiran mahasiswa di kampus memiliki kontribusi dalam mendongkrak
produktivitas dan keberlanjutan kegiatan penelitian. Pengintegrasian sektor
penelitian dan sektor pendidikan tinggi memungkinkan terjadinya pertukaran
sumber-sumber daya penelitian dan pertukaran kepakaran yang berada di masing-
masing sektor tersebut. Sebagai ilustrasi, kegiatan-kegiatan penelitian di lembaga-
lembaga penelitian bisa mendapatkan dukungan dari kegiatan-kegiatan penelitian
mahasiswa, khususnya penyusunan tesis magister dan disertasi doktoral. Hal i ni
memberikan dukungan bagi keberlanjutan penelitian di lembaga-lembaga penelitan.
Dalam pembicaraan tentang politik, kita sering mendengar para pengamat
menyatakan bahwa "tidak ada yang abadi dalam politik, kecuali kepentingan."
Menurut hemat saya, hal demikian juga berlaku di dunia penelitian, "tidak ada yang
abadi dalam penelitian, kecuali interest atau minat penelitian." Bedanya, kepentingan
politik berkaitan dengan kekuasaan sedangkan minat penelitian berkaitan dengan ilmu
pengetahuan. Kesamaannya, pengelolaan politik dan pengelolaan penelitian sama-
sama berurusan dengan interest tersebut. Demokrasi memberikan justifikasi atas
kepentingan-kepentingan politik, sementara prinsip kebebasan akademik memberikan
justifikasi atas minat dan penelitian. Kerjasama politik memerlukan penyesuaian
kepentingan sedangkan kerjasama penelitian memerlukan penyesuaian minat. Selama
penyesuaian-penyesuaian tersebut tidak berhasil, maka penggunaan
otoritas/kewenangan formal tidak akan betul-betul efektif. Para peneliti bekerja sesuai

10
dengan minat penelitiannya masing-masing, yang mana ini dijamin oleh prinsip
kebebasanakademik.
Saat ini bangsa Indonesia masih menghadapi sejumlah permasalahan ekonomi,
sehingga pembangunan ekonomi perlu menjadi prioritas nasional. Tetapi ini bukan
alasan bagi kita untuk mengabaikan pembangunan di bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, serta ilmu-ilmu sosial-kemanusiaan (ipteks). Penting bahwa
perguruan tinggi dan lembaga penelitian meningkatkan kontribusinya dalam
pembangunan ekonomi. Tetapi perguruan tinggi dan lembaga penelitian juga
memiliki tugas yang lain, yaitu memajukan ipteks dan meningkatkan penguasaan
ipteks bangsa.
Menurut Ahmaloka (2014), kemajuan iptek dan penguasaan ipteks merupakan
pilar yang esensial bagi kemandirian dan kedaulatan sebuah bangsa. Bangsa dengan
ipteks yang terbelakang dan penguasaan ipteks yang minimal, akan selalu bergantung
pada ipteks bangsa lain. Meski bangsa tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi,
tetapi itu karena model ekonomi yang ditawarkan bangsa lain, karena ipteks yang
disediakan bangsa lain. Ketika menjalani proses demokrasi menggunakan model
demokrasi yang dikembangkan bangsa lain, dan ketika memberantas korupsi itu juga
menggunakan model pemberantasan korupsi yang ditawarkan bangsa lain. Bahkan,
ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah juga
ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh bangsa-bangsa lain. Permasalahan
ekonomi memang memiliki urgensi untuk segera dijawab. Tetapi permasalahan yang
berkaitan dengan kemajuan dan penguasaan ipteks tidak bisa diabaikan. Kalau
permasalahan ini tidak secara sungguh-sungguh dijawab, maka bangsa Indonesia akan
sulit untuk bisa betul-betul mandiri, berdaulat, dan menjadi salah satu dari bangsa-
bangsa besar dunia.

11
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Pada sebuah perguruan tinggi Peran mahasiswa dalam pembelajaran telah mengalami
perubahan yaitu: dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
pembelajaran, mengungkap kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dari berbagai
pengetahuan, dari pembelajaran sebagai aktifitas individual (soliter) menjadi pembelajaran
berkolaboratif dengan mahasiswa lain. Kompetensi penelitian dan peneliti bagi mahasiswa
pada Perguruan tinggi secara garis besar sesuai dengan teori yang relevan, menguasai
metode penelitian, desain, sampling, pendekatan dan pengumpulan data, menguasai cara
menganalisa data, dan menginterpresentasi data dan menguasai implementasi penelitian,
hingga menyusun laporan penelitian

3.2 Saran

Jumlah peneliti di Indonesia tergolong masih sedikit dengan rasio 90 peneliti


berbanding 1 juta penduduk, jumlah ini terbilang jauh di bandingkan negara Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN), untuk itu diharapkan pada perguruan tinggi untuk
menggali kemampuan mahasiswa dalam memotivasi minat meneliti, karena negara dengan
perekonomian maju memiliki komitmen yang tinggi untuk berinvestasi dalam riset, namun
saat ini factor terpenting dalam perkembangan penelitian adalah anggaran riset.

12
Daftar Pustaka

Masturoh I, Anggita N T, 2018. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Supriyanto, E. 2003. Inovasi Pendidikan Isu-Isu Baru Pembelajaran, Manajemen dan Sistem
Pendidikan di Indonesia. Surakarta: Muhammadiyah University Press

Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R & D. Surakarta:
Fairuz Media.

Subekti A, 2016. Pengelolaan Penelitian di Perguruan Tinggi ( Panduan edisi X ) dan


Program Insinas, RISTEKDIKTI

Surahman, Rachmat M, Supardi,S, 2016. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Rabbani A S, 2014. Diakses Pada 31-03-2021. Pukul 18.25 WIB. Diunduh dari
https://www.itb.ac.id/berita/detail/4542/rektor-itb-hubungan-antara-kegiatan-
pendidikan-tinggi-dan-kegiatan-penelitian-di-indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai