Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PERAWATAN KELUARGA
“Perawatan Lansia”
Dosen : Dr. Andi Hudiah, M.Pd
Mitra : Dra. Sukriati Firman, M. Kes

Oleh :
Radiatul Azizah 1928040003
Nurhalizah 1928040010
Refylda Aryani 1928040017
Nur Wulan 1928040022
Mediany Juliaty 1928041006
Mega Reski Abbas 1928041014

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA 01


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan
penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Perawatan keluarga
tentang “Perawatan lansia”. Selain dari pada itu tujuan dari makalah ini juga untuk
menambah wawasan pembaca secara meluas.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun makalah menerima kritik
maupun saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik kedepannya.
Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan berharap semoga makalah dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Makassar, 12 September 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

A. Pengertian Lansia..............................................................................................................3
B. Proses Menua (Ageing Process).......................................................................................3
C. Teori Menua......................................................................................................................4
D. Karakteristik dan Klarifikasi Lansia.................................................................................6
E. Perubahan-Perubahan yang terjadi akibat proses penuaan...............................................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................16

A. Kesimpulan.......................................................................................................................16
B. Saran..................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir pada daur kehidupan manusia. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi fisiologis yang berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup (Ferry
dan makhfudli, 2009). Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia di
sebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (Dewi, S. R,
2014). Namun, menurut WHO, Batasan lansia di bagi atas : usia pertengahan (midle age)
yaitu antara 45-59 tahun lanjut usia (elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90
tahun, dan usia sangat tua (veryold) di atas 90 tahun (Notoadmojo, 2011).
Dari tahun ketahun pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan.
Jumlah penduduk usia lanjut berkisar antara 27 juta (angka nasional), dan diprediksi pada
tahun ini akan menjadi sekitar 38 juta atau 11,8 %. Situs resmi Kementrian Sosial (2007),
sebenarnya semakin meningkatnya usia harapan hidup akan menyebabkan semakin
meningkat pula jumlah penduduk lansia.
Dengan bertambahnya umur, lansia akan mengalami penurunan yang diakibatkan dari
proses penuaan. Yang dimana proses ini terjadi secara alami yang disertai penurunan kondisi
fisik, psikologis, maupun social yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan tersebut
dapat menimbulkan masalah pada kesehatan fisik maupun jiwa pada usia lanjut (Thong,
2011, h. 144). Kemunduran psikis terjadi peningkatan sensivitas emosional, rentan
mengalami perasaaan yang kurang menentu ini dapat menyebabkan perubahan fisiologis
(misalnya: gemetar, detak jantung meningkat, berkeringat dll yang dipengaruhi dari rasa
panik, tegang, kebingungan, tidak dapat berkonsentrasi). Menurunnya gairah, bertambahnya
minat terhadap diri, berkurangnya minat terhadap material dan kegiatan rekreasi tak berubah
hanya orientasi subyek yang berbeda.
Maka dari itu dibutuhkan penanganan khusus untuk menghadapi yang berhubungan
dengan lansia. Sebelum itu kita harus memahami beberapa kaitan mengenai lansia.

2. Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan lansia ?


B. Apakah yang dimaksud dengan proses menua (ageing process) ?
C. Apa saja yang terdapat pada teori menua ?
D. Bagaimanakah karakteristik dan klasifikasi pada lansia ?
E. Dan perubahan apa yang terjadi akibat proses penuaan pada lansia ?

1
3. Tujuan Penulisan

A. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan lansia


B. Agar dapat mengetahui proses menua
C. Menjelaskan tentang teori-teori menua
D. Untuk mengetahui karakter dan klasifikasi lansia
E. Menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada lansia akibat proses penuaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Lansia
Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang berumur tua
dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih (Bustan, 2007). Menurut (Fatmah, 2010)
lansia merupakan proses alamiah yang terjadi secara berkesinambungan pada manusia
dimana ketika menua seseorang akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya
akan mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan seluruh tubuh. Istilah manusia usia
lanjut belum ada yang mematenkan sebab setiap orang memiliki penyebutannya masing-
masing seperti manusia lanjut usia (manula), manusia usia lanjut (lansia), usia lanjut
(usila), serta ada yang menyebut golongan lanjut umur (glamur) (Maryam, 2008: 32).

B. Proses Menua (Ageing Process)


Proses menua merupakan proses fisiologis tubuh pada setiap manusia (Darmojo,
2004: 635). Proses menua ini ditandai dengan proses menghilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tubuh tidak mampu mempertahankan dirinya terhadap infeksi serta tubuh tidak
mampu memperbaiki kerusakan yang diderita (Azizah, 2011).
Penuaan akan mengakibatkan penurunan kondisi anatomis dan sel akibat
menumpuknya metabolit dalam sel. Metabolit bersifat racun terhadap sel sehingga bentuk
dan komposisi pembangun sel akan mengalami perubahan. (Azizah, 2011: 7-8). Seiring
dengan meningkatnya usia, sistem kerja pada jantung dan pembuluh darah pun akan
mengalami perubahan dari segi struktur dan fungsinya. Perubahan pada lansia khususnya
sistem kerja pada jantung meliputi perubahan pada ventrikel kiri dan katup jantung yang
mengalami penebalan dan membentuk tonjolan, jumlah sel pacemaker mengalami
penurunan yang mana implikasi klinisnya akan menimbulkan disritmia pada lansia,
kemudian terdapat arteri dan vena yang menjadi kaku ketika dalam kondisi dilatasi
sehigga katup jantung tidak kompeten yang akibatnya akan menimbulkan implikasi klinis
berupa edema pada ekstremitas (Stanley & Beare, 2006: 179).
Lansia dapat mengalami perubahan struktur pada jantung. Ketebalan dinding
ventrikel cenderung meningkat akibat adanya peningkatan densitas kolagen dan
hilangnya fungsi serat elastis. Sehingga dapat berdampak pada kurangnya kemampuan
jantung untuk berdistensi. Pada permukaan di dalam jantung seperti pada katup mitral
dan katup aorta akan mengalami penebalan dan penonjolan di sepanjang garis katup.
Obstruksi parsial terhadap aliran darah selama denyut sistole dapat terjadi ketika pangkal
aorta mengalami kekakuan sehingga akan menghalangi pembukaan katup secara
sempurna (Stanley & Beare, 2006: 179).

3
Perubahan struktural dapat mempengaruhi konduksi sistem jantung melalui
peningkatan jumlah jaringan fibrosa dan jaringan ikat. Dengan bertambahnya usia, sistem
aorta dan arteri perifer menjadi kaku. Kekakuan ini terjadi akibat meningkatnya serat
kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Proses perubahan akibat
penuaan ini akan menyebabkan terjadinya ateriosklerosis yaitu terjadinya peningkatan
kekakuan dan ketebalan pada katup jantung (Stanley & Beare, 2006: 180).
Proses penuaan ini mampu menjadikan lansia mengalami perubahan fungsional
dari sudut pandang sistem kardiovaskuler. Dimana perubahan utama yang terjadi adalah
menurunnya kemampuan untuk meningkatkan keluaran sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan tubuh. Seiring bertambahnya usia denyut dan curah jantung pun
mengalami penurunan, hal itu terjadi karena miokardium pada jantung mengalami
penebalan dan sulit untuk diregangkan. Katup-katup yang sulit diregangkan inilah yang
dapat menimbulkan peningkatan waktu pengisian dan peningkatan tekanan diastolik yang
diperlukan untuk mempertahankan preload yang adekuat (Stanley & Beare, 2006: 180).

C. Teori Menua
Teori-Teori Menua Berdasarkan (Fatmah, 2010: 8-10), (Aspiani, 2014: 34), dan
(Eliopoulus, 2010: 14-20):
a. Teori Penuaan ditinjau dari sudut biologis Teori ini menjelaskan bahwa perubahan sel
dalam tubuh lansia dikaitkan pada proses penuaan tubuh lansia dari sudut pandang
biologis.
1) Teori Genetik
a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutative theory) Teori ini menerangkan
bahwa di dalam tubuh setiap manusia terdapat jam biologis yang dapat
mengatur gen dan dapat menentukan proses penuaan. Pada setiap spesies
manusia memiliki inti sel yang berisi jam biologis atau jam genetik tersendiri.
Dimana pada setiap spesies memiliki batas usia yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh replikasi dari setiap sel dalam tubuh manusia. Apabila
replikasi sel tersebut berhenti maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai
kematian.
b) Teori mutasi somatik (error catastrope) Penjelasan dari teori ini adalah menua
diakibatkan oleh kerusakan, penurunan fungsi sel dan percepatan kematian sel
yang disebabkan oleh kesalahan urutan susunan asam amino. Kerusakan
selama masa transkripsi dan translasi dapat mempengaruhi sifat enzim dalam
melakukan sintesis protein. Kerusakan ini pula menjadi penyebab timbulnya
metabolit yang berbahaya sehingga dapat mengurangi penurunan fungsi sel.
2) Teori Non-genetik
a) Teori penurunan sistem imun (Auto-Immune Theory) Teori ini
mengemukakan bahwa penuaan terjadi akibat adanya penurunan fungsi dan
struktur dari sistem kekebalan tubuh pada manusia. Seiring bertambahnya
usia, hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar timus sebagai pengontrol sistem
4
kekebalan tubuh pada manusia mengalami penurunan maka terjadilah proses
penuaan. Dan pada saat yang bersamaan pula terjadi kelainan autoimun.
b) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory) Teori ini menyebutkan bahwa
radikal bebas terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh manusia akibat
adanya proses metabolisme di dalam mitokondria. Radikal bebas merupakan
sebuah molekul yang tidak berpasangan sehingga dapat mengikat molekul lain
yang akan menjadi penyebab kerusakan fungsi sel dan perubahan dalam
tubuh. Ketika radikal bebas terbentuk dengan tidak stabil, akan terjadi oksidasi
terhadap oksigen dan bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein
sehingga sel-sel dalam tubuh sulit untuk beregenerasi. Radikal bebas banyak
terdapat pada zat pengawet makanan, asap rokok, asap kendaraan bermotor,
radiasi, serta sinar ultra violet yang menjadi penyebab penurunan kolagen
pada lansia dan perubahan pigmen pada proses menua.
c) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory) Teori rantai silang menerangkan
bahwa proses penuaan diakibatkan oleh lemak, protein, asam nukleat (molekul
kolagen) dan karbohidrat yang bereaksi dengan zat kimia maupun radiasi yang
dapat mengubah fungsi jaringan dalam tubuh. Perubahan tersebut akan
menjadi penyebab perubahan pada membran plasma yang mengakibatkan
terjadinya jaringan yang kaku dan kurang elastis serta hilagnya fungsi. Proses
hilangnya elastisitas ini seringkali dihubungkan dengan adanya perubahan
kimia pada komponen protein di dalam jaringan.
Terdapat beberapa contoh perubahan seperti banyaknya kolagen pada
kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi
tebal seiring bertambahnya usia. Contoh ini dapat dikaitkan dengan perubahan
pada pembuluh darah yang cenderung menyempit dan cenderung kehilangan
elastisitasnya sehingga pemompaan darah dari jantung menuju keseluruh
tubuh menjadi berkurang dan pada permukaan kulit yang kehilangnya
elastisitasya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan
kecepatan pada sistem muskuloskeletal.
d) Teori Fisiologik Teori ini mengambil contoh dari teori adaptasi stres (stress
adaptation theory). Dimana proses menua merupakan akibat dari adaptasi
terhadap stres dan stres ini bisa berasal dari internal maupun eksternal tubuh
yang dapat memengaruhi peningkatan kasus penyakit degeneratif pada
manusia lanjut usia (manula).
e) Teori “imunologi slow virus” (immunology slow virus theory) Teori ini
menyatakan bahwa ketika manusia berada pada proses menua maka saat itulah
tubuh manusia tidak dapat membedakan sel normal dan sel yang tidak normal,
akibatnya antibodi bekerja untuk menyerang keduanya. Sistem imun pun
mengalami gangguan dan penurunan kemampuan dalam mengenali dirinya
sendiri (self recognition) akibat perubahan protein pascatranslasi atau mutasi.
3) Teori Sosiologis
5
Teori perubahan sosial menjelaskan tentang lansia yang mengalami penurunan
dan penarikan diri terhadap sosialisasi dan partisipasi ke dalam masyarakat.
a) Teori Aktivitas Teori ini menyatakan keaktifan lansia dalam melakukan
berbagai jenis kegiatan yang merupakan indikator suksesnya lansia. Lansia
yang aktif, banyak bersosialisasi di masyarakat serta lansia yang selalu
mengikuti kegiatan sosial merupakan poin dari indikator kesuksesan lansia.
Lansia yang ketika masa mudanya merupakan tipe yang aktif, maka di masa
tuanya lansia akan tetap memelihara keaktifannya seperti peran lansia dalam
keluarga maupun masyarakat di berbagai kegiatan sosial keagamaan. Apabila
lansia tidak aktif dalam melakukan kegiatan dan perannya di masyarakat
maupun di keluarga, maka sebaiknya lansia mengikuti kegiatan lain atau
organisasi yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
b) Teori Kontinuitas Teori ini menekankan bahwa perubahan ini dipengaruhi
oleh jenis kepribadian lansia tersebut. Dalam teori ini lansia akan tetap
memelihara identitas dan kekuatan egonya karena tipe kepribadiannya yang
aktif dalam bersosialisasi.
4) Teori Psikososial
Teori ini menerangkan bahwa semakin menua tingkat usia seseorang maka
semakin sering pula seseorang memperhatikan kehidupannya daripada isu yang
terjadi di lingkungan sekitar.

D. Karakteristik dan klasifikasi Lansia


a. Karakteristik Lansia
Menurut (Maryam, 2008: 33) karakteristik lansia disebutkan menjadi 3 diantaranya
adalah:
1) Seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU
No.13 tentang kesehatan)
2) Variasi lingkungan tempat tinggalnya
3) Masalah dan kebutuhan lansia yang beragam.
b. Klasifikasi lansia dibedakan menjadi 4 kelompok usia. Menurut Word Health
Organization (WHO), (Fatmah, 2010: 8) dan (Aspiani, 2014: 20):
1) Usia Pertengahan (Middle Age): Usia 45-59 Tahun
2) Usia Lansia (Elderly): Usia 60-74 Tahun
3) Usia Lansia Tua (Old): Usia 75-90 Tahun
4) Usia Sangat Tua (Very Old): Usia Diatas 90 Tahun

E. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat proses penuaan

Menurut (Nugroho, 2008); (Noorkasiani, 2009); (Aspiani, 2014) dan (Eliopoulos, 2010):

6
a. Perubahan Fisiologi
1) Sel
Setiap sel memerlukan nutrisi guna mempertahankan kehidupan. Semua sel pun
menggunakan oksigen sebagai salah satu zat utama guna membentuk energi.
Salah satu sel darah yang terpenting adalah sel darah merah (SDM), dimana sel
darah merah ini mentranspor oksigen dari paru-paru menuju jaringan diseluruh
tubuh (Guyton, 2002: 01).
Menurut Nugroho (2008: 27) dan Aspiani (2014: 35) perubahan yang terjadi pada
lanjut usia di tingkat sel yaitu berubahnya ukuran sel dimana ukuran sel menjadi
lebih besar, namun jumlah sel menjadi lebih sedikit, jumlah cairan tubuh dan
cairan intraselular berkurang, mekanisme perbaikan sel terganggu, proporsi
protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati mengalami penurunan, jumlah sel pada
otak menurun sehingga otak menjadi atrofi dan lekukan otak menjadi lebih
dangkal dan melebar akibatnya berat otak berkurang menjadi 5 sampai 20%.
2) Pembuluh darah
Pembuluh darah meupakan sistem saluran tertutup yang membawa darah dari
jantung ke jaringan dan kembali lagi ke jantung. Aliran darah ke setiap jaringan
nantinya akan diatur oleh proses kimia lokal dan persarafan umum serta
mekanisme humoral yang dapat melebarkan dan menyempitkan pembuluh darah
dijaringan (Ganong, 2008: 596).
Pembuluh darah mendistribusikan dan mengangkut darah yang dipompa oleh
jantung guna pemenuhan kebutuhan oksigen, penghantaran nutrient, pembuangan
zat sisa, dan penghantaran sinyal hormon dalam tubuh manusia. Sedangkan arteri
dalam tubuh difungsikan sebagai penyedia tekanan untuk melanjutkan
mengalirkan darah ketika jantung sedang relaksasi dan mengisi. Arteri ini
berbentuk sangat elastis sehingga dapat mengangkut darah dari jantung ke organ-
organ tubuh. Ketika manusia mengalami penuaan, akan terjadi perubahan pada
arteri dimana arteri mengalami penurunan elastisitas yang bertanggung jawab atas
perubahan vaskular ke jantung, ginjal dan kelenjar pituitari (Sherwood, 2014:
367). Terdapat dua macam pembuluh darah yang khususnya mengalami
perubahan pada saat usia lanjut yaitu:
a) Arteri
Arteri merupakan bagian dari pembuluh-pembuluh dalam tubuh yang
berfungsi sebagai reservoir tekanan untuk menghasilkan gaya pendorong bagi
darah ketika jantung dalam keadaan relaksasi (Sherwood, 2014: 372). Peran
arteri sebagai reservoir dapat dijelaskan dengan kontraksi jantung yang
bergantian untuk memompa darah ke dalam arteri dan kemudian melemas
untuk diisi oleh vena. Ketika jantung dalam keadaan melemas dan terisi
kembali maka pada saat itu tidak ada darah yang dipompa keluar (Sherwood,
2014: 373). Ketika jantung melemas dan berhenti memompa darah ke dalam
arteri, dinding arteri yang mengalami teregang secara pasif mengalami recoil,
7
dimana recoil ini menimbulkan tekanan pada darah ketika diastole (Ganong,
2008: 596) dan (Sherwood, 2014: 373).
Dinding arteri banyak mengandung jaringan elastik sehingga jaringan tersebut
bersifat elastis. Bentuk arteri yang sangat elastis inilah yang dapat berfungsi
pula sebagai pengangkut darah dari jantung ke organ-organ tubuh (Sherwood,
2014: 372). Elastisitas arteri memungkinkan pembuluh ini mengembang untuk
secara temporer menampung kelebihan volume darah yang disemprotkan oleh
jantung, menyimpan sebagian energi tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi
jantung di dinding yang teregang (Sherwood, 2014: 373).
Perubahan yang terjadi ketika seseorang mulai menua yaitu terjadinya
perubahan pada arteri, dimana arteri akan kehilangan elastisitasnya sehingga
dapat berpengaruh terhadap meningkatnya nadi dan tekanan darah pada sistem
kardiovaskuler (Sherwood, 2014: 373). Pembuluh darah arteri pun akan
mengalami kekakuan sehingga resistensi vaskuler pun meningkat dan akan
berdampak pada meningkatnya tekanan darah.
Pada pembuluh darah arteri terdapat tiga lapisan dimana masing-masing dari
lapisan tersebut dipengaruhi oleh proses penuaan. Tunika intima yang
merupakan lapisan terdalam akan mengalami perubahan yang paling
signifikan termasuk akumulasi fibrosis, kalsium dan lipid serta proliferasi
seluler. Perubahan ini dapat berkontribusi terhadap reaksi dan perkembangan
aterosklerosis. Media tunika yang merupakan lapisan tengah akan mengalami
penipisan dan pengapuran serat elastin dan peningkatan kolagen yang akan
berdampak pada terjadinya pengerasan pada pembuluh darah. Baroreseptor
dan peningkatan restriksi perifer pun akan mengalami gangguan fungsi yang
berdampak pada naiknya tekanan darah sistolik. Lapisan paling luar atau
tunika adventitia ini tidak berpengaruh terhadap proses penuaan (Eliopoulos,
2010: 54).
b) Arteriol
Pembuluh yang lainnya adalah arteriol dimana arteriol merupakan tempat
utama tahanan terhadap aliran darah. Tahanan terhadap aliran darah
ditentukan oleh jari-jari pembuluh darah dan viskositas darah. Dan viskositas
dipengaruhi oleh hematokrit yaitu persentase volume darah yang ditempati
oleh sel darah merah. Viskositas juga dipengaruhi oleh komposisi plasma dan
ketahanan sel terhadap deformasi. Tahanan perifer total akan mengalami
perubahan yang signifikan ketika terjadi sedikit perubahan pada diameter
arteriol (Ganong, 2008: 604).
Pada dinding arteriol mengandung sedikit jaringan elastis dan banyak
mengandung jaringan otot polos. Lapisan otot polos yang tebal tersebut
dipersarafi oleh serat saraf simpatis, serabut saraf noradrenergik yang
berfungsi sebagai konstriktor dan serabut kolinergik yang dapat menimbulkan
dilatasi pembuluh darah. Lapisan otot polos berjalan disekitar arteriol
8
sehingga ketika lapisan otot polos berkontraksi, lingkaran pembuluh menjadi
lebih kecil, meningkatkan resistensi, dan mengurangi aliran melalui
pembuluh. Pembuluh arteriol ini memiliki cabang yang dinamai dengan
metaarteriol yang mana pembuluh ini akan meneruskan untuk mengalirkan
darahnya ke kapiler (Ganong, 2008:596).
Vasokontriksi merupakan penyempitan pembuluh arteriol dimana terjadi
peningkatan kontraksi otot polos sirkular di dinding arteriol yang
menyebabkan peningkatan resistensi dan penurunan aliran darah melalui
pembuluh. Vasodilatasi merupakan peningkatan keliling dan jari-jari
pembuluh akibat melemasnya lapisan otot polos yang menyebabkan
penurunan kontraksi otot polos sirkular di dinding arteriol, serta menyebabkan
penurunan resistensi dan peningkatan aliran melalui pembuluh. (Sherwood,
2014: 377).
3) Tekanan darah
Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding
pembuluh, yang bergantung pada volume darah, daya regang (distensibilitas), dan
dinding pembuluh. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan darah
merupakan tenaga dan tekanan yang digunakan oleh darah pada setiap satuan
daerah pada dinding pembuluh darah (Guyton, 2002: 165). Tekanan darah
terbesar terdapat pada arteri terbesar dan tekanan darah terendah terdapat dalam
pembuluh darah (Suprapto, 2014: 13).
Tekanan darah harus diatur tersebab oleh dua alasan. Alasan yang pertama yaitu
tekanan harus tinggi untuk menjamin tekanan pendorong mendarahi seluruh
organ-organ tubuh. Alasan lain yaitu tekanan harus tidak terlalu tinggi sehingga
tidak menimbulkan tambahan kerja bagi jantung dan meningkatkan resiko
kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan pecahnya pembuluh darah halus
(Sherwood, 2014: 399). Curah jantung dan resistensi perifer total merupakan
faktor dari pengaturan tekanan arteri rerata
Angka atau nilai dari tekanan darah dapat berubah sewaktuwaktu dalam sehari
tergantung dari peningkatan aktivitas, kondisi tubuh serta kondisi psikis seseorang
seperti ketika sedang bahagia sedih atau kecewa (Prasetyaningrum, 2014: 6).
Tekanan darah biasa diukur dengan menggunakan tensi meter dan menggunakan
satuan milimeterhidrogen (mmHg). Penentuan tekanan darah dilakukan ketika
terjadi pemompaan dari jantung menuju seluruh jaringan dan organ tubuh
(Suprapto, 2014: 10). Jumlah darah yang mengalir menuju organ tertentu pun
dapat ditentukan oleh besarnya diameter internal arteriol, dimana diameter
internal arteriol ini berada dibawah kontrol sehingga aliran darah ke organ tertentu
dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan (Sherwood, 2014: 367).
Sewaktu sistole ventrikel, satu isi sekuncup darah masuk ke arteri dari ventrikel,
sementara hanya sekitar sepertiga dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri
untuk masuk ke arteriol. Sedangkan selama diastole, tidak ada darah yang masuk
9
ke arteri sementara darah terus keluar dari arteri yang didorong oleh rekoil elastis
(Sherwood, 2014: 369).
Darah mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan lebih
rendah. Kontraksi pada jantung pun menjadi faktor pencetus terjadinya tekanan
pada darah. Faktor lain yang mempengaruhi laju aliran darah melalui suatu
pembuluh adalah resistensi. Resistensi merupakan tahanan atau hambatan
terhadap aliran darah melalui suatu pembuluh akibat dari gesekan anatara cairan
darah yang mengalir dan dinding vaskuler yang diam (Sherwood, 2014: 369).
Darah akan semakin sulit melewati pembuluh jika terjadi peningkatan resistensi
sehingga laju aliran darah pun akan berkurang. Jika resistensi meningkat, jantung
harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat.
Resistensi aliran darah dipengaruhi oleh viskositas darah dan juga pembuluh
darah. Semakin besar viskositas, semakin besar resistensi dan semakin kental
cairan semakin besar pula viskositasnya. Viskositas darah ditentukan oleh jumlah
sel darah merah (Sherwood, 2014: 369).
Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah manusia. Faktor yang
mempengaruhi tekanan darah diantaranya adalah gaya hidup, aktivitas fisik,
lingkungan, dan pola makan yang dikonsumsi. Penentuan angka tekanan darah
dilakukan dengan menggunakan tensimeter, yang tentunya dilakukan dengan cara
yang benar, pasti dan akurat yaitu ketika seseorang berada pada posisi duduk dan
berbaring (Suprapto, 2014: 11).
4) Sistem persarafan menurut (Aspiani, 2014: 36)
a) Cepatnya menurun hubungan persyarafan.
b) Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam
setiap harinya)
c) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
d) Mengecilnya saraf panca indera: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e) Kurang sensitif terhadap sentuhan
5) Sistem Pendengaran (Aspiani, 2014: 37)
Menurut (Azizah, 2011: 11) perubahan pada sistem panca indera lainnya adalah
perubahan pada sistem pendengaran. Dimana perubahan ini meliputi presbiakusis
yaitu gangguan yang terjadi pada pendengaran akibat hilangnya kemampuan daya
dengar pada telinga dalam, khususnya terhadap suara dan nada yang tinggi,
terhadap suara yang tidak jelas, terhadap kata-kata yang sulit dimengerti.
6) Sistem Penglihatan
Pada lansia terjadi perubahan pada sistem indera salah satu gangguannya adalah
perubahan pada sistem penglihatan, dimana daya akomodasi dari jarak dekat
maupun jauh berkurang serta ketajaman penglihatan pun ikut mengalami
penurunan. Perubahan yang lain adalah presbiopi. Lensa pada mata pun
10
mengalami kehilangan elastisitas sehingga menjadi kaku dan otot penyangga
lensa pun lemah (Azizah, 2011: 11).
7) Sistem Kardiovaskuler
Terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu
perubahan pada pembuluh-pembuluh leher, curah jantung, bunyi jantung dan
murmur. Memanjang dan berkelok-keloknya pembuluh di leher khususnya pada
aorta dan cabang-cabangnya kadang menyebabkan arteri karotis berkelokkelok
atau tertekuk di pangkal leher, khususnya di sisi kanan. Masa berdenyut yang
terjadi pada penderita hipertensi khususnya lansia perempuan seringkali dikaitkan
sebagai kondisi aneurisma karotis atau bisa disebut sebagai dilatasi sejati arteri.
Aorta yang berkelok-kelok kadang meningkatkan tekanan di vena jugularis
sebelah kiri leher dengan mengganggu drainase vena ini di dalam thoraks.
Perubahan sistem kardiovaskuler pun dijalaskan oleh (Azizah, 2011: 12) yang
meliputi bertambahnya massa jantung, pada ventrikel kiri mengalami hipertrofi,
dan kemampuan peregangan jantung berkurang akibat terjadinya perubahan pada
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi SA node serta akibat dari
berubahnya jaringan konduksi menjadi jaringan ikat. Perubahan yang lainnya
yaitu asupan oksigen pada tingkat maksimal berkurang yang akan mengakibatkan
kapasitas pada paru menurun. Dalam hal ini aktivitas fisik maupun kegiatan
olahraga sangat diperlukan guna meningkatkan Volume O2 (oksigen) maksimum,
mengurangi tekanan darah dan guna menurunkan tekanan darah.
Menurut (Fatmah, 2010: 31) gangguan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler
pada lansia yaitu pada dinding aorta terjadi penurunan elastisitas, tidak hanya itu
kaliber pada aorta pun mengalami perkembangan.
Perubahan secara fisiologis ini dapat terjadi pada katup-katup jantung di mana inti
sel pada sel-sel katup jantung ini berkurang dari jaringan fibrosa stroma jantung,
penumpukan lipid, degenerasi kolagen, dan juga klasifikasi jaringan fibrosa
jaringan katup tersebut. Ukuran katup pun bertambah seiring penambahan usia.
Irama inheren pada jantung menurun dengan bertambahnya usia. Hal ini
disebabkan oleh menurunnya denyut jantung. Denyut jantung pada lansia tetap
rendah bila dibandingkan dengan orang dewasa, walaupun pada lansia yang sering
melakukan aktivitas fisik. Aritmia berupa ekstrasistol pada lansia, ditemukan
lebih dari 10% pada lansia yang memeriksakan EKG nya secara rutin. Hal yang
tidak berubah pada lansia adalah fungsi sistolik pada jantung.
Perubahan Sistem kardiovaskuler menurut (Nugroho, 2008: 29):
a) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b) Elastisitas dinding aorta menurun.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini yang menyebabkan kontraksi dari volume menurun
d) Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun)

11
e) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke
berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak).
f) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan.
g) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat.
Sistole normal kurang lebih 170 mmHg, diastole 95 mmHg.
8) Sistem Pernapasan
Pada sistem respirasi terjadi perubahan jaringan ikat pada paru, kapasitas total
pada paru pun tetap, namun volume cadangan pada paru berubah kemudian
perubahan yang lainnya adalah berkurangnya udara yang mengalir ke paru.
Gangguan pernapasan dan kemampuan peregangan pada thoraks pun terganggu
akibat adanya perubahan pada otot, sendi thorak dan kartilago. Pada sistem
pernapasan terjadi pendistribusian ulang kalsium pada tulang iga yang kehilangan
banyak kalsium dan sebaliknya, tulang rawan kosta berlimpah kalsium. Hal ini
menyebabkan penurunan efisiensi ventilasi paru. Perubahan ini pun memberi
dampak buruk bagi keberlangsungan hidup lansia salah satunya yaitu lansia akan
lebih rentan terkena komplikasi pernapasan akibat istirahat total oleh karena
perubahan yang terjadi, seperti infeksi pernapasan akibat penurunan ventilasi
paru.
Menurut (Nugroho, 2008) perubahan yang terjadi pada sistem respirasi:
a) Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan,
dan menjadi kaku.
b) Menurunnya aktivitas dari silia, kemampuan untuk batuk berkurang.
c) CO2 pada arteri tidak berganti, sedangkan O2 pada arteri menurun menjadi 75
mmHg.
d) Kemampuan pegas, dinding, dada dan kekuatan otot pernapasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.
9) Sistem Pencernaan
Pada sistem pencernaan lansia mengalami anoreksia yang terjadi akibat perubahan
kemampuan digesti dan absorpsi pada tubuh lansia. Selain itu lansia mengalami
penurunan sekresi asam dan enzim. Perubahan yang lain adalah perubahan pada
morfologik yang terjadi pada mukosa, kelenjar dan otot pencernaan yang akan
berdampak pada terganggunya fungsi mengunyah dan menelan, serta terjadinya
perubahan nafsu makan (Fatmah, 2010: 23).
10) Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi perubahan yang terjadi pada lansia ditandai dengan
mengecilnya ovari dan uterus, terjadi atrofi payudara. Pada laki-laki testis masih
dapat memproduksi spermatozoa meski adanya penurunan secara berangsur-
angsur, serta dorongan seks masih ada hingga usia 70 tahun (Azizah, 2011: 13).
11) Sistem Endokrin
12
Pada sistem endokrin terdapat beberapa hormon yang diproduksi dalam jumlah
besar dalam reaksi menangani stres. Akibat kemunduran produksi hormon pada
lansia, lansia pun mengalami penurunan reaksi dalam menghadapi stres (Fatmah,
2010: 28).
12) Integumen
Perubahan pada sistem integumen ditandai dengan kulit lansia yang mengalami
atrofi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Perubahan ini juga meliputi
perubahan pada kulit lansia yang mana kulit pada lansia akan menjadi kering
akibat dari kurangnya cairan pada kulit sehingga kulit menjadi berbecak dan tipis.
Atrofi sebasea dan glandula sudoritera merupakan penyebab dari munculnya kulit
kering. Liver spot pun menjadi tanda dari berubahnya sistem integumen pada
lansia. Liver spot ini merupakan sebuah pigmen berwarna cokelat yang muncul
pada kulit.
13) Muskuloskeletal
Perubahan pada jaringan muskuloskeletal meliputi:
a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin)
Kolagen merupakan pendukung utama pada kulit, tendon, tulang dan jaringan
pengikat menjadi sebuah batangan yang tidak teratur. Perubahan pada kolagen
ini menjadi penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga timbul
dampak nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,
kesulitan duduk dan berdiri, jongkok dan berjalan. Upaya yang perlu
dilakukan adalah upaya fisioterapi.
b) Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak serta mengalami granulasi yang
mana akan memberikan dampak pada meratanya permukaan sendi.
c) Tulang
Menurut (Azizah, 2011: 12) perubahan yang terjadi di tulang meliputi
berkurangnya kepadatan tulang. Berkurangnya kepadatan tulang ini menjadi
penyebab osteoporosis pada lansia. Kejadian jangka panjang yang akan terjadi
ketika lansia telah mengalami osteoporosis adalah nyeri, deformitas dan
fraktur. Oleh sebab itu, aktivitas fisik pun menjadi upaya preventif yang tepat.
d) Otot
Perubahan yang terjadi pada otot lansia meliputi penurunan jumlah dan ukuran
serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot.
Akibat terjadinya perubahan morfologis pada otot, lansia akan mengalami
penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi dan
penurunan kemampuan fungsional otot.
e) Sendi
Perubahan pada lansia di daerah sendi meliputi menurunnya elastisitas
jaringan ikat seperti tendon, ligament dan fasia. Terjadi degenerasi, erosi serta
kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Terjadi perubahan pula pada sendi
13
yang kehilangan fleksibilitasnya sehingga luas dan gerak sendi pun menjadi
menurun. Akibatnya lansia akan mengalami nyeri sendi, kekakuan sendi,
gangguan aktifitas, gangguan jalan.
14) Pengaturan suhu tubuh
Menurut (Nugroho, 2008: 29) pada pengaturan suhu, hipothalamus dianggap
bekerja sebagai suatu termostat. Faktorfaktor yang biasa ditemui yang menjadi
faktor kemunduran pada lansia yang biasa ditemui antara lain:
a) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis kurang lebih 35OC.
Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat dan gelisah.
b) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.

b. Perubahan Mental
Menurut (Aspiani, 2014: 43) terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perubahan
mental pada lansia yaitu kesehatan, tingkat pendidikan, lingkungan, keturunan, dan
perubahan fisik terutama panca indera.
c. Perubahan Psikososial menurut (Aspiani, 2014: 42):
1) Lansia cenderung merasakan sadar atau tidak sadar akan terjadinya kematian.
2) Merasakan perubahan dalam cara hidup.
3) Merasakan perubahan ekonomi akibat pemberhentian jabatan dan peningkatan
gaya hidup.
4) Merasakan pensiun (kehilangan) banyak hal seperti finansial, pekerjaan, sahabat,
dan status pekerjaan.
5) Merasakan penyakit kronis dan ketidakmampuan
6) Merasakan kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
7) Mengalami gangguan pancaindera.
8) Lansia mulai mengalami perubahan dalam konsep diri, serta lansia akan
merasakan rangkaian dari proses kehilangan
d. Perubahan Spiritual
Perubahan yang terjadi pada lansia yang berhubungan dengan perkembangan
spiritualnya adalah dari segi agama/kepercayaan lansia yang akan semakin
terintegerasi dalam kehidupan, pada perubahan spiritual ini ketika usia mencapai 70
tahun lansia akan berfikir dan bertindak dalam memberikan contoh bagaimana cara
mencintai dan bagaimana cara berlaku adil. Perubahan yang lain yaitu lansia akan
semakin matur dalam kehidupan keagamaannya yang tercermin dalam perilaku
sehari-hari (Nugroho, 2008: 36).

14
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada usia 65 tahun seseorang sudah dianggap telah memasuki tahapan lanjut usia atau
masa usia lanjut, yang dimana orang yang telah memasuki tahapan ini memiliki ciri khas
seperti : usia lanjut merupakan periode kemunduran. Menua membutuhkan perubahan peran
dan penyesuaian pada lansia.
Pada lansia biasanya mengalami banyak penurunan kualitas fisik, mental, dan social
sedikit demi sedikit hingga ia sudah tidak dapat lagi melakukan aktifitas atau tugasnya lagi.
Pada lansia telah terjadi perubahan fisik fisiologis yang dapat menyebabkan merendahnya

15
fungsi pada tubuh. Juga terjadi kemunduran pada fisiknya seperti memutihnya rambut,
rontok, keriput dan menipisnya kulit, Masalah pada lansia yang muncul sesungguhnya dapat
dicegah ataupun diatasi. Kita semua akan mengalami masa-masa tersebut.
Batasan usia lanjut dapat berbeda-beda dari zaman kezaman.

2. Saran
Pembuatan makalah ini agar pembaca dapat menambah wawasan dan menjadi tahu
tentang perkembangan yang terjadi pada lansia. Lansia merupakan masa dimana
seseorang akan mengalami perubahan tentang berbagai hal terutama pada tubuhnya
tersebut. Pada masa tersebut seseorang telah mengalami pelemahan, pada tubuh karena
sudah tidak berjalan dengan optimal lagi. Oleh karena itu alangkah baiknya sejak muda
atau masih dimasa produktif seseorang haruslah senantiasa memperhatikan kebutuhan
tubuhnya atau mempersiapkan dengan sebaik-baiknya untuk masa tua yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

PDF.UNISMUH Semarang. (online). http://repository.unimus.ac.id/2045/4/BAB%20II.pdf. Di


akses pada 12 September 2020.

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
DISKUSI TANYA JAWAB
KELOMPOK 5 (PERAWATAN LANSIA)
 Penanya : Rahmiani (1928040025)
Kelompok : 3
Pertanyaan : Saya akan mengajukan satu kasus "seseorang yang sudah lanjut usia dan
fisiknya pun sudah sangat lemah tetapi ia selalu memaksa diri untuk
melakukan pekerjaan rumah. Keluarganya pun selalu melarangnya untuk
bekerja tapi tetap saja ia bersikeras untuk tetap melakukan pekerjaan tersebut.
Nah, menurut anda apa yang harus dilakukan jika menghadapi kasus seperti
ini.
Penjawab : Radiatul Azizah (1928040003)
Jawaban : Menurut pendapat saya pribadi, jika kasus yang Anda tanyakan itu, jawaban saya
yaitu ajak orang tua berdiskusi atau bertukar pendapat dalam artian apa
sebenarnya yang di inginkan si orang tua karna bagaimanapun orang tua
merupakan orang yang lebih tua dari kita jadi adab-adab dalam sopan santun itu
masih perlu kita perhatikan. Jangan sampai orang tua merasa tersinggung dengan
perkataan kita. Jika sudah mengetahui apa yang diinginkan, dia ingin melakukan
hal seperti apa maka kita bisa memberikan ruang untuk melakukan apa pun yang
diinginkan nya tetapi tetap harus dalam batas wajar dan tidak membahayakan
untuk kesehatan orang tua. Karna kalau itu sudah berbahaya maka yang
kesusahan dan kerepotan tentu sipihak orang tua & keluarganya. Jadi kita bisa
memberi tahu apa- apa yang bisa dilakukannya dan apa yang tidak bisa
dilakukan. Namun jika orang tua masih bersikeras melakukan pekerjaan yang
berat maka kita sebagai pihak keluarga bisa membolehkan tapi tetap kita harus
memperhatikan gerak-gerik orang tua atau bisa juga ikut membantu dalam
menyelesaikan apa yang dilakukannya agar sesuatu yang tidak di inginkan tidak
terjadi. Kurang lebih seperti itu. Terimakasih.
 Penanya : Nurhazima (1928041008)
Kelompok : 4
Pertanyaan : Ada beberapa lansia yang bersikap seperti 'anak kecil' dan sulit untuk
memahami mereka. Bahkan terkadang niat baik kita seringkali
disalahartikan oleh mereka. Bagaimana cara merawat lansia yang demikian?
Penjawab : Mega Reski Abbas (1928041014)
Jawaban : Jadi, Mungkin maksud saudari zima itu terkadang niat baik kita seringkali
disalahartikan oleh mereka contohnya melarang atau tidak memperbolehkan
lansia melakukan kegiatan yang seperti bersih-bersih rumah, ada yang suka
masak, ada yang suka berkebun, bahkan ada yang mengurus cucu ya, padahal

27
maksud kita baik demi kesehetan mereka, agar lansia tersebut tidak kecapaian
atau lain sebagainya.
Jadi Bagaimana cara merawat atau menghadapi lansia yang sedemikian?
Nah sangat penting membiarkan para lansia melakukan kegiatan yang mereka
sukai. Contohnya Seperti yang tadi diatas, Meski kelihatannya melelahkan,
berikan mereka ruang untuk melakukan itu. “Paling tidak saat melakukan
aktivitas yang mereka suka, secara emosi mereka akan merasa bahagia.
Nah adapun Jika mereka marah karena hanya masalah sepele, lebih baik Anda
jangan memasukkannya ke dalam hati. Ingat bahwa itu sebenarnya hanya
wujud dari ketidakpuasan atau kesedihan mereka terhadap dirinya sendiri,
sehingga tak perlu ditanggapi serius.
Adapun cara mengurangi risiko lansia bersikap seperti anak kecil yaitu, Anda
bisa mengajaknya melakukan kegiatan yang melatih otak. Misalnya, membaca
buku, bernyanyi (karaoke), ikut organisasi, berkebun, memasak, ikut seminar,
dan lain sebagainya.
Semakin banyak kegiatan yang dilakukan, maka penurunan kognitifnya juga bisa
diperlambat. Dengan begitu, risiko lansia akan bersikap seperti anak kecil
pun semakin rendah.
Satu lagi, tingkatkan juga kesabaran Anda dalam merawat atau
menghadapi lansia.
 Penanya : Junita Muliana (1928041013)
Kelompok : 1
Pertanyaan : Seperti yang kita ketahui di era sekarang banyak yang mengonsumsi suplemen
untuk meningkatkan daya tahan tubuh, pertanyaan saya apakah aman jika
lansia mengonsumsi suplemen secara terus menerus? Jelaskan
Penjawab : Nur Wulan (1928040022)
Jawaban : Suplemen yang banyak ditawarkan pada lansia umumnya adalah suplemen yang
berkaitan dengan daya ingat, ketahanan tubuh, awet muda, mencegah penyakit
dan memperpanjang umur. Dan kebanyakan dari mereka percaya dengan klaim
yang ditawarkan para produsen suplemen ini. Suplemen untuk fungsi kognitif
misalnya, merupakan jenis suplemen yang cukup menarik perhatian orang
dewasa dan lanjut usia. Banyak sekali variasi suplemen yang diklaim berfungsi
membantu meningkatkan fungsi kognitif ini. Beberapa di antaranya merupakan
campuran vitamin dan mineral lengkap, atau hanya mengunggulkan satu jenis
vitamin tertentu saja.
Lansia mungkin membutuhkan suplemen, mengingat kondisi mereka yang
menurun, akan tetapi perlu diperhatikan secara saksama mengenai
28
penggunaannya. Salah-salah akibatnya justru akan berbahaya bagi lansia itu
sendiri. Suplemen yang disarankan untuk lansia mungkin lebih berupa
suplemen makanan (nutraceutical) yang bersifat fungsional dalam
meningkatkan stamina dan ketahanan tubuhnya. Atau mungkin akan lebih baik
jika mengonsumsi makanan yang bersifat fungsional dengan kandungan
antioksidan yang tinggi.
Makanan merupakan suplemen zat gizi untuk semua orang. Suplemen hanyalah
sebagai suplemen. Ia tidak dapat menggantikan makanan. Untuk orang-orang
yang memiliki keinginan untuk mencapai kondisi kesehatan optimal, tidak ada
istilah terlambat untuk memulai hidup sehat, yaitu makan dengan benar,
minum air, olah raga teratur dan gaya hidup sehat lainnya, demikian juga
dengan lansia.
Jadi ada baiknya suplemen tdk di konsumsi terus- menerus.
 Penanya : Arni idham (1928040007)
Kelompok : 2
Pertanyaan : Bagaimana cara menghadapi perubahan mental pada lansia?
Penjawab : Refylda Aryani (1928040017)
Jawaban : Hal penting dalam menyikapi perubahan psikologi/ mental yang dialami lansia
adalah peran penting keluarga dalam membina kondisi psikisnya. Pada
umumnya lansia yang masih memiliki keluarga masih sangat beruntung karena
masih memiliki keluarga yang merawat dan memperhatikan dengan penuh
kesabaran. Namun, pada lansia yang sudah tidak punya pasangan hidup, anak-
anak atau kerabat dan ada pula yang memang memilih membujang sepanjang
hidupnya seringkali menjadi terlantar karena tidak ada yang merawatnya.
Upaya yang bisa dilakukan keluarga dalam membina psikis lansia yaitu :
- Keluarga harus menyediakan waktu untuk mengajak lansia berbicara dari hati
ke hati sehingga lansia tersebut tidak merasa kesepian dan mengungkapkan
segala keluh kesahnya.
- Memberikan perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman serta motivasi.
- Memahami apa yang mereka rasakan dan mencari penyebab
permasalahannya.
- Keluarga harus dapat memberi penjelasan agar lansia tersebut menerima
perubahan dirinya dengan lapang dada dan dengan senang hati memasuki
tinkatan kehidupan yang baru.
- Berusaha meningkatkan rasa percaya diri mereka dengan membuat dirinya
bermanfaat bagi orang lain.

29
- Apabila lansia menghadapi masalah gangguan mental yang cukup menggangu
diharapkan segera dikonsultasikan kepada ahli.
 Penanya : Dita amanda (1928040024)
Kelompok : 4
Pertanyaan : Diketahui pada lansia tejadi perubahan mental salah satunya yaitu perubahan
pada konsep diri. Nah dalam lingkungan saya pernah menjumpai beberapa
lansia yang sikap dan sifat dimasa mudanya (menurut anak-anaknya) tidak
seperti saat usia lansianya. Nah apakah ada hal yang dapat dilakukan agar
bisa mengurangi perubahan konsep diri pada lansia?
Penjawab : Mediany Juliaty (1928041006)
Jawaban : Orang lanjut usia atau lansia biasanya memiliki kebutuhan khusus yang berbeda.
Apalagi, tak sedikit diantara mereka yang memiliki masalah kesehatan, yang
memengaruhi mental dan perilaku. Bahkan, tak jarang hal tersebut membuat
mereka bersikap seperti anak kecil. Gangguan kesehatan mental pada lansia,
termasuk depresi dan kecemasan akan memengaruhi lansia dalam melakukan
berbagai tugas fisik.
Jadi bukan tanpa sebab terjadi perubahan sifat pada lansia. Salah satu hal yang
bisa kita lakukan untuk mencegah stres pada lansia adalah mendorong mereka
berpartisipasi dalam kegiatan komunitas atau pertemuan sosial, misalnya
arisan, reuni dengan teman-teman sekolah, atau menjadi volunteer kegiatan
sosial. Paling tidak ketika mereka melakukan aktivitas yang mereka sukai,
secara emosi mereka akan merasa bahagia dan meningkatkan kesejahteraan
psikologis mereka.
 Kesimpulan diskusi oleh : Nurhalizah (1928040010)
Kesimpulannya adalah Pada usia 65 tahun seseorang sudah dianggap telah
memasuki tahapan lanjut usia atau masa usia lanjut, yang dimana orang yang
memasuki tahapan ini memiliki ciri khas seperti : usia lanjut merupakan
periode kemunduran. Menua membutuhkan perubahan peran dan penyesuaian
pada lansia.
Pada lansia biasanya mengalami banyak penurunan kualitas fisik, mental, dan
social sedikit demi sedikit hingga ia sudah tidak dapat lagi melakukan aktifitas
atau tugasnya lagi. Pada lansia telah terjadi perubahan fisik fisiologis yang
dapat menyebabkan merendahnya fungsi pada tubuh. Juga terjadi kemunduran
pada fisiknya seperti memutihnya rambut, rontok, keriput dan menipisnya
kulit, Masalah pada lansia yang muncul sesungguhnya dapat dicegah ataupun
diatasi. Kita semua akan mengalami masa-masa tersebut.
Batasan usia lanjut dapat berbeda-beda dari zaman kezaman.

30

Anda mungkin juga menyukai