Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA PROFESI DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE


PADA KASUS KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

(Sebagai tugas Ujian Akhir Semester 1 mata kuliah Pendidikan Etika dan
Kearifan Lokal)

Oleh:

MUHAMAD IQBAL ALGUSYAIRI


NPM 2011031056

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala karena atas berkat Rahmat dan Pertolongan-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen sebagai
pemenuhan tugas Ujian Akhir Semester 1 dengan judul “Etika Profesi dan Good
Corporate Governance Pada Kasus Kecurangan Laporan Keuangan” ini.
Makalah ini memuat kasus kecurangan penyusunan laporan keuangan
yang melibatkan salah satu perusahaan besar. Kecurangan penyusunan laporan
keuangan di era ini merupakan suatu hal yang jarang terjadi jika perusahaan
memegang prinsip-prinsip etika profesi akuntan dan good corporate governance.
Oleh karena itu, harapan penulis terhadap penyusunan makalah ini adalah agar
para pembaca dapat memperoleh wawasan baru terkait pentingnya kedudukan
kedua aspek tersebut dalam menghindari kecurangan penyusunan laporan
keuangan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt., CA., CMA. selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Etika dan Kearifan Lokal atas bimbingan dan arahannya, dan kepada
teman-teman atas kerjasamanya.
Didalam penulisan, penulis menyadari bahwa makalah ini tentunya masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila terdapat
kesalahan dan ketidaksesuaian dalam penulisan makalah ini. Harapan penulis agar
pembaca berkenan menyampaikan kritik dan sarannya agar dapat membantu
penulis mampu menjadi lebih baik lagi.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Lampung Tengah, 15 Januari 2021

i
Muhamad Iqbal Algusyairi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................................3
2.1 Pengertian Kecurangan dan Laporan Keuangan..........................................3
2.2 Pengertian Etika Profesi dan Good Corporate Governance...........................4
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................................7
3.1 Gambaran Umum Perusahaan........................................................................7
3.2 Uraian Kasus....................................................................................................7
3.3 Korelasi Fraud dengan Etika Profesi Akuntan..............................................9
3.4 Korelasi Fraud dengan Good Corporate Governance...................................10
BAB IV PENUTUP........................................................................................................11
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................11
4.2 Saran...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan di dalam perusahaan memiliki kedudukan penting sebagai


penyedia informasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan. Laporan keuangan berfungsi sebagai dasar bagi
pengambilan keputusan oleh para stakeholder untuk menentukan kebijakan
perusahaan kedepannya. Oleh karenanya penting bagi suatu perusahaan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dengan mengedepankan
prinsip etika profesi akuntan sehingga laporan keuangan dapat digunakan
sebagai data yang valid dalam pengambilan keputusan.

Selain etika profesi, untuk menghasilkan laporan berkualitas terdapat hal


penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan, yaitu good corporate
governance. Perusahaan yang memegang teguh prinsip good corporate
governance akan memiliki kecenderungan melindungi hak-hak bagi pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan. Namun, adakalanya sebuah
perusahaan kurang memperhatikan etika profesi dan good corporate
governance dengan melakukan kecurangan (fraud) seperti memanipulasi
laporan keuangan untuk memenuhi kepentingannya.

Kecurangan (fraud) merupakan penipuan yang dilakukan dengan sengaja


untuk mendapatkan keuntungan bagi pelaku serta memberikan dampak
kerugian yang tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan. Kecurangan ini
biasanya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyimpangan atau
didorong hasrat untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya
pembenaran terhadap tindakan tersebut. [ CITATION Ani12 \l 1033 ].

1
Penyusunan laporan keuangan yang dimanipulasi ini tentunya akan
menimbulkan kerugian terhadap berbagai pihak seperti investor, pemerintah,
karyawan, masyarakat, dan bahkan perusahaan itu sendiri. Terlebih lagi, jika
perusahan yang melakukan manipulasi ini adalah perusahaan yang telah go-
public, akan sangat merugikan para shareholder.

Kecurangan (fraud) atas laporan keuangan juga kerap kali terjadi di


Indonesia, sebagai contoh kasus manipulasi laporan keuangan oleh PT KAI
pada tahun 2005. PT KAI dalam laporan keuangannya mencatat keuntungan
sebesar Rp 6,9 Miliar. Namun jika diteliti lebih lanjut, perusahaan BUMN itu
sebenarnya mengalami kerugian sebesar Rp 63 Miliar.

Selain PT KAI, masih terdapat banyak lagi perusahaan yang diidentifikasi


melakukan kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan. Salah satunya
yang akan dibahas pada makalah ini yaitu kasus manipulasi laporan
keuangan oleh PT Hanson Internasional Tbk.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologi kasus kecurangan PT Hanson Internasional?


2. Bagaimana hubungan fraud dengan etika profesi akuntan?
3. Bagaimana hubungan fraud dengan good corporate governance?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Mengetahui kronologi kasus kecurangan PT Hanson Internasional.
2. Memahami hubungan fraud dengan etika profesi akuntan.
3. Memahami hubungan fraud dengan good corporate governance.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Kecurangan dan Laporan Keuangan

Ikatan Akuntan Indonesia (2001), menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai


salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan yaitu salah
saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Kecurangan
akuntansi juga disebutkan sebagai salah saji yang timbul dari perlakuan tidak
semestinya terhadap aktiva (disebut dengan penyalahgunaan atau
penggelapan) yang berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat
laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang
Berlaku Umum (PABU) di Indonesia.

Faktor-faktor penyebab fraud sebagai berikut.


1. Tekanan atau Pressure
Tekanan atau Pressure ini berhubungan dengan niat maupun motivasi
seseorang untuk melakukan kecurangan.
2. Kesempatan atau Opportunity
Kesempatan adalah peluang seorang pekerja untuk melakukan fraud.
Penyebab timbulnya kesempatan untuk melakukan fraud adalah
sebagai berikut.

1. Kontrol dari perusahaan yang masih lemah;


2. SOP yang berjalan tidak kondusif;
3. Adanya multijob pada seorang karyawan;
4. Situasi kerja kurang kondusif.

3
3. Pembenaran atau Rationalize
Pembenaran atau Rationalize ini terjadi setelah fraud dilakukan.
Pembenaran ini adalah sebagai bentuk pembelaan diri atas kesalahan
yang dilakukan dengan menjadikan kesalahan tersebut merupakan
tindakan yang wajar.
Kecurangan pada umumnya sangat sulit ditemukan karena disembunyikan.
Pelaku akan melakukan kecurangan karena merasa yakin hasil perbuatannya
tidak akan ditemukan. [ CITATION Lus09 \l 1057 ]

Laporan Keuangan (financial statement) adalah laporan yang berisi informasi


keuangan setelah melewati rangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran
data transaksi bisnis. Laporan keuangan dapat dihasilkan setelah mengolah
seluruh data akuntansi secara kronologis dan sistematis. Laporan keuangan
ini digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangan serta kinerja
aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak
yang berkepentingan ini nantinya akan mengambil kebijakan dengan
berdasarkan data dari laporan keuangan.

2.2 Pengertian Etika Profesi dan Good Corporate Governance

Etika profesi akuntan adalah suatu pedoman perilaku dan bertindak bagi
seorang akuntan. Sebagaimana akuntan bertanggung jawab untuk
memberikan informasi kepada berbagai pihak, maka etika profesi akuntan
wajib dimiliki oleh setiap akuntan agar pihak pemakai informasi tidak
dirugikan. Prinsip etika profesi akuntan adalah sebagai berikut.

a. Tanggung jawab profesi


Sebagai seorang akuntan profesional, setiap akuntan harus selalu
mempertimbangkan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya.
b. Kepentingan publik

4
Akuntan memiliki kewajiban untuk senantiasa bertindak sebagai
garda terdepan dalam pelayanan terhadap publik, menghormati
kepercayaan publik, serta menunjukkan profesionalitas.
c. Integritas
Seorang akuntan yang profesional pastinya memiliki tingkat
kepercayaan publik yang tinggi. Oleh karena itu, seorang akuntan
harus senantiasa meningkatkan integritas dan tanggung jawab
profesinya.
d. Objektivitas
Dalam memenuhi kewajibannya, seorang akuntan harus
mengesampingkan kepentingan selain kepentingan profesinya untuk
menjaga objektivitas.
e. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
Seorang akuntan harus memiliki kompetensi sesuai standar yang
dibutuhkan serta melaksanakan profesinya dengan tekun dan penuh
kehati-hatian. Seorang akuntan juga diwajibkan untuk terus
mempertahankan pengetahuan dan keterampilannya secara
profesional agar pengguna jasa akuntan dapat memperoleh manfaat
maksimal.
f. Kerahasiaan
Setiap akuntan harus menghormati kerahasiaan informasi kliennya
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai dan
mengungkapkan informasi tanpa persetujuan klien, kecuali ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
g. Perilaku profesional
Setiap akuntan harus menjauhi segala tindakan yang dapat
mencoreng nama baik serta konsisten dengan reputasi profesi yang
baik.
h. Standar teknis
Setiap anggota akuntan harus melaksanakan jasa profesionalnya
sesuai dengan prosedur standar teknis dan profesional yang telah
ditetapkan sesuai dengan keahliannya dan dilakukan dengan kehati-

5
hatian. Setiap akuntan wajib melaksanakan tugas dari penerima jasa
selama tugas tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
objektivitas.

Good Corporate Governance adalah suatu sistem dan aturan yang


menunjukkan hubungan antara semua pihak yang berkepentingan dalam
perusahaan yang diwujudkan dengan suatu sistem pengendalian
perusahaan. Good Corporate Governance dalam hal ini bertujuan untuk
meningkatkan nilai tambah bagi para pihak berkepentingan (stakeholder).
[ CITATION Emi06 \l 1033 ] .

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT Hanson International Tbk yang bergerak di bidang industri, perdagangan


umum, jasa dan pembangunan ini didirikan pada tahun 1971 dengan nama PT
Mayer Textile Industri Indonesia berdasarkan Akta Notaris No. 13 dari
Notaris Henk Limanow, S.H., tanggal 7 Juli 1971. Perusahaan ini mulai
beroperasi secara komersial pada tahun 1973 denngan berpusat di Mayapada
Tower 1, Lantai 21, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 28, Jakarta Selatan 12920.
Pada tanggal 31 Oktober 1990, Perusahaan ini berevolusi menjadi perusahaan
go-public dengan mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (dulu
Bursa Efek Jakarta) melalui Penawaran Umum Perdana Saham kepada
masyarakat atas 1.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp1.000 per
lembar saham dengan harga penawaran sebesar Rp9.900 per lembar saham.
Kemudian pada tanggal 16 Agustus 2004, PT Mayer Textile Industri
Indonesia mengubah nama perusahaannya menjadi PT Hanson International
Tbk. Perusahaan yang pada awalnya merupakan perusahaan manufaktur
tekstil ini telah beralih fungsi menjadi perusahaan landbank properti yang
unggul di tahun 2013 setelah mendapatkan lebih dari 4.900 hektar lahan.

3.2 Uraian Kasus

PT Hanson Internasional Tbk pada tahun 2016, ditetapkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan telah melakukan manipulasi laporan keuangan yang menyebabkan
akun pendapatan pada Laporan Keuangan Tahunan 2016 overstated sebesar

7
Rp 613 Miliar. Dilansir dari Kompas.com, dalam pemeriksaan OJK,
ditemukan kecurangan akuntansi terkait penjualan kavling siap bangun
dengan nilai gross sebesar Rp 732 Miliar. yang menyebabkan pendapatan
meningkat tajam pada LKT 2016.

Hanson Internasional dalam aktivitas jual-belinya melakukan pelanggaran


terkait Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat (PSAK 44).
Berdasarkan PSAK 44, Pengakuan pendapatan penjualan bangunan rumah,
ruko, bangunan sejenis lainnya beserta kaveling tanahnya diakui dengan
metode akrual penuh (full accrual method). Proses penjualan dianggap telah
selesai apabila pengikatan jual beli atau perjanjian jual beli telah berlaku,
yaitu apabila pengikatan atau perjanjian tersebut (PPJB) telah ditandatangani
oleh kedua belah pihak dan telah memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam pengikatan atau perjanjian jual beli agar pengikatan atau perjanjian
tersebut berlaku.

Dalam hal ini, PT Hanson Internasional tidak dapat menunjukkan PPJB


kepada auditor yang mengaudit LKT PT Hanson Internasional, artinya
pendapatan yang seharusnya belum diakui tetap dicatat dalam Laporan
Keuangan Tahunan yang menyebabkan pendapatan PT Hanson Internasional
dalam LKT 2016 menjadi overstated sebesar Rp 613 Miliar.

Oleh karena manipulasi tersebut, OJK menetapkan sanksi denda terhadap PT


Hanson Internasional Tbk sebesar Rp 500.000.000,00. Selain itu, PT Hanson
Internasional diwajibkan melakukan koreksi dan penyajian kembali
(restatement) Laporan Keuangan Tahun 2016. Pimpinan PT Hanson
Internasional, yakni Direktur Utama Benny Tjokrosaputro dikenai denda
sebesar Rp 5 miliar. Direksi lainnya yang dikenai sanksi adalah Adnan
Tabrani dengan denda sebesar Rp 100 juta. Selain itu, Sherly Jokom selaku
Akuntan Publik yang telah mengaudit PT Hanson Internasional juga dikenai
sanksi dengan pembekuan Surat Tanda Terdaftar(STTD) selama satu tahun.

8
3.3 Korelasi Fraud dengan Etika Profesi Akuntan

Fraud yang dilakukan PT Hanson Internasional merupakan hal yang tidak


mungkin dilakukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang memungkinkan
suatu entitas melakukan kecurangan dalam pelaporan data keuangan. Masalah
keuangan (Financial Pressure), merupakan salah satu faktor penting yang
dapat menyebabkan suatu entitas melakukan kecurangan. Adanya dorongan
untuk terus memaksimalkan keuntungan karena rasa rakus (greed) dan tidak
puas dapat membuat seseorang melakukan fraud. Selain itu, tidak jarang
fraud juga dapat terjadi dengan bersumber dari hubungan antar rekan kerja
yang kurang baik.

Secara umum, kesempatan seseorang dalam melakukan fraud selalu ada di


perusahaan baik dari tingkatan tertinggi yang dimiliki para pimpinan hingga
tingkatan terendah yang dimiliki karyawan biasa. Namun, tingkat kesempatan
tersebut juga berbeda-beda. Kesempatan yang paling besar tentunya dimiliki
oleh para pimpinan dan pihak manajerial dan karyawan biasa cenderung
sedikit berkesempatan melakukan fraud.

Dalam Etika Profesi Akuntan, fraud tentu melanggar prinsip-prinsip ini.


Terlebih dalam kasus PT Hanson Internasional ini tentunya melibatkan
akuntan dalam kecurangannya. Kecurangan akuntansi ini menyebabkan
seorang akuntan dianggap tidak memenuhi prinsip-prinsip etika profesi
akuntan. Manipulasi Laporan Keuangan membuktikan bahwa akuntan tidak
menunjukkan integritas (integrity) dan objektivitas sebagai seorang akuntan
profesional. Manipulasi Laporan Keuangan ini berdampak buruk baik bagi
masyarakat luas maupun PT Hanson Internasional sendiri. Ketidakjujuran
seorang akuntan menunjukkan tindakan tidak berkomitmen atas perilaku
profesionalisme terhadap kepentingan publik.

Etika Profesi Akuntan yang mengatur tentang sistem perilaku dan tindakan
seorang akuntan memiliki kedudukan penting dalam profesi akuntan. Jika
seorang akuntan diibaratkan sebagai kelompok masyarakat, maka etika
profesi akuntansi diibaratkan sebagai norma yang mengatur batasan-batasan

9
tindakan kelompok masyarakat tersebut. Oleh karena itu, penting bagi
seorang akuntan untuk mengedepankan etika profesi akuntan sebagai
pedoman profesinya. Dengan mengutamakan etika profesi akuntan dalam
bertindak, maka kejadian seperti kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan
tentu dapat dihindarkan dan diminimalisir.

3.4 Korelasi Fraud dengan Good Corporate Governance

Kecurangan yang dilakukan PT Hanson Internasional Tbk selain melanggar


prinsip-prinsip etika profesi akuntan juga melanggar prinsip-prinsip Good
Corporate Governance. Kecurangan yang dilakukan perusahaan ini telah
melanggar tujuan dari GCG ini yakni salah satunya adalah untuk melindungi
hak dan kepentingan pemegang saham dan kepentingan para anggota
stakeholder. Selain itu, tindakan PT Hanson Internasional yang tidak
menunjukkan PPJB kepada auditor juga membuktikan bahwa telah terjadi
pelanggaran salah satu prinsip Corporate Governance yaitu prinsip
transparancy (keterbukaan).

Selain memegang prinsip etika, perusahaan yang memegang teguh prinsip-


prinsip Good Corporate Governance tentunya juga akan terhindar dari fraud.
Dalam hal ini, Good Corporate Governance berkedudukan sebagai suatu
sistem pengendalian internal yang bertujuan untuk meningkatkan pengawasan
terhadap kegiatan perusahaan. Fungsi pengawasan dalam perusahaan akan
menurunkan resiko terjadinya kecurangan-kecurangan yang mungkin akan
terjadi. Sehingga perlu bagi sebuah perusahaan untuk tetap memegang prinsip
Good Corporate Governance.

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kejadian kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan di setiap


perusahaan selalu memiliki probabilitas yang tinggi. Terlebih lagi perusahaan
besar yang memiliki lingkup struktur organisasi yang luas, akan memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya fraud. Semakin luas lingkup
organisasinya maka suatu entitas akan memiliki chance untuk melakukan
fraud.

Dalam hal ini, sebagai pengekang tindakan seorang akuntan, etika profesi
akuntan memiliki artian penting dalam menjaga integritas dan
profesionalisme aktivitas keuangan perusahaan. Selain itu, wujud hubungan
antara para stakeholder yang ditunjukkan dalam prinsip Good Corporate
Governance juga berperan penting sebagai pengawas tindakan dalam
perusahaan. Oleh karena itu, agar terhindar dari tindakan fraud, penting bagi
sebuah perusahaan untuk mengedepankan kedua aspek ini dalam setiap
aktivitasnya.

4.2 Saran

Setelah mengetahui manfaat dari Etika Profesi Akuntan dan Good Corporate
Governance sebagai pelindung dari kemungkinan terjadinya tindakan fraud,
maka sudah sepatutnya bagi masyarakat yang memiliki usaha untuk
mengimplementasikan kedua aspek tersebut secara maksimal.

11
Mahasiswa juga dapat berperan dengan cara memperdalam pengetahuannya
terkait dua aspek tersebut dengan niat tulus dan turut serta berlatih
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga diharapkan
di masa depan, melalui generasi saat ini, kejadian kecurangan (fraud) dapat
dikurangi dengan maksimal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Harti, Dwi. 2017. Akuntansi Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Harnanto. 2019. Dasar-Dasar Akuntansi. Yogyakarta: Penerbit Andi.


Hery. 2016. Akuntansi Sektor Jasa dan Dagang. Jakarta: Grasindo.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat.
Putri, Anisa. 2012. Kajian: Fraud (Kecurangan) Laporan Keuangan”. JRAK:
Jurnal Riset Akuntansi & Komputerisasi Akuntansi. 3(1)
Emirzon, J. 2006. Regulatory Driven dalam Implementasi Prinsip-Prinsip Good
Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia. Jurnal Manajemen
& Bisnis Sriwijaya. 4(8): 92-111.

Suprajadi, L. 2009. Teori Kecurangan, Fraud Awareness dan Metodologi untuk


Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Jurnal Bina Ekonomi.
12(2): 52-58.

Internet :
Idris, Muhammad. 2020. “Jejak Hitam PT Hanson Internasional, Manipulasi
Laporan Keuangan 2016”.
https://money.kompas.com/read/2020/01/15/160600526/jejak-hitam-pt-hanson-
international-manipulasi-laporan-keuangan-2016?page=all. Diakses pada 2
Januari 2021 pukul 13.00.
Syafina, Dea Chadiza. 2020. “Lika-Liku Bisnis Hanson Internasional, Biang
Keladi Kasus Jiwasraya”. https://tirto.id/lika-liku-bisnis-hanson-international-
biang-keladi-kasus-jiwasraya-esPm. Diakses pada 2 Januari 2021 pukul 13.40.

CNN Indonesia. 2019. "Sulap Lapkeu, Mantan Dirut Hanson Internasional


Didenda Rp5 M”. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190809145515-92-
419879/sulap-lapkeu-mantan-dirut-hanson-international-didenda-rp5-m. Diakses
pada 2 Januari 2021 pukul 14.00.
http://accountingunsoed.org/accounting-standar-resume-psak-44/
https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-fraud-triangle/

13

Anda mungkin juga menyukai