Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A Dengan Kejang Demam


di RUANG MAWAR RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI
KABUPATEN MALANG

Oleh:

Erlin Ellanda Dwi p. 1830018


Fadila Sarajane 1830019
Fitria 1830020
Riwanda Oktaviani 1830050
Sahrina Devinar Mayarani 1830051
Vira Ambarwati 1830061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ronde keperawatan merupakan suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada
kliendan kebutuhan klien akan perawatan yang dilakukan oleh perawat
primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat associate, supervisor
dan seluruh tim keperawatan dengan melibatkan klien secara langsung
sebagai fokus kegiatan (Nursalam, 2002). Kegiatan ini mempunyai
karakteristik yaitu : Klien dilibatkan langsung, klien merupakan fokus
kegiatan, PP/ PA dan konselor melakukan diskusi. Konselor memfasilitasi
kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan PP dan PA dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah keperawatan. Adapun
kriteria klien yang dilakukan ronde adalah sebagai berikut: Klien dengan
penyakit kronis, penyakit langka atau baru, klien dengan penyakit
komplikasi, klien dengan penyakit akut dan klien dengan permasalahan
keperawatan yang belum terselesaikan
Ronde keperawatan merupakan media bagi perawat untuk
membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta sebagai proses
belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat
akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan
mengaplikasikan konsep teori ke dalam praktik keperawatan. Pelayanan
keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal tersebut adalah
dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana
bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk
membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan
klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah
satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan
kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang
dialami klien dapat diatasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan keperawatan diharapkan seluruh tim keperawatan
mampu:
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistimatis dalam pemecahan
masalah keperawatan klien
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan
klien
c. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
e. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
f. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
g. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
h. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh.

C. Manfaat
a. Bagi Klien :
1. Membantu menyelesaikan masalah klien sehingga
mempercepat masa penyembuhan.
2. Mengurangi masa rawat inap
3. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada
pasien.
4. Memenuhi kebutuhan pasien.
b. Bagi Perawat :
1. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotor perawat.
2. Menjalin kerjasama tim antar multidisiplin.
3. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
c. Bagi Rumah Sakit :
1. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
2. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan
3. Meningkatkan loyalitas konsumen terhadap rumah sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Ronde Keperawatan


1. Pengertian
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat
disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksakan asuhan
keerawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh katim, konsuler,
kepala ruang dan perawat assosciate yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim. (Nursalam, 2013)
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar
dan perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran.
Ronde keperawatan dilakukan oleh pengajar atau siswa perawat dengan
anggota sifatnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit
dan efek perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).

2. Karakteristik Ronde Keperawatan


a. Pasien dilibatkan secara langsung.
b. Pasien merupakan focus kegiatan.
c. Perawat Assosciate, perawat primer, dan, konsuler merupakan diskusi
bersama.
d. Konsuler memfasilitasi kreatifitas.
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan Perawat
Assosciate, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan
mengatasi masalah.

3. Tujuan
Menurut Nursalam (20013) tujuan ronde keperawatan dibagi menjadi:
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu:
a. Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
Tujuan bagi keperawatan menurut Amola et al, (2010) adalah
a. Melihat kemampuan staf dalam manajemen pasien.
b. Mendukungan pengembangan profesional dan peluang
pertumbuhan
c. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam
format stud kasus
d. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar
meningkatkan penilaian keterampilan klinis.
e. Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta (6) meningkatkan
retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan.
Sedangkan tujuan bagi pasien menurut Clement (2011) adalah
a. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan
hari ke hari
b. Untuk mengamati pekerjaan staf
c. Untuk membuat pengamatan khusus pasien dan memberikan
laporan ke dokter, misalnya : luka, drainase, perdarahan, dsb
d. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya.
e. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan
pasien
f. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasaan pasien
g. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang
diberikan pada pasien
h. Untuk memeriksa kondisi pasien sehingga dapat dicegah
seperti ulcus decubitus, foot drop, dsb.
i. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada apsien
sehingga perawat memperoleh wawasan yang lebih baik
j. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.

4. Manfaat Ronde Keperawatan


a. Ronde keperawatan akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
pada perawat. Clement, (2011) menyebutkan manfaat ronde
keperawatan adalah membantu mengembangkan keterampilan
keperawatan. Melalui ronde keperawatan, perawat dapat mengevaluasi
kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Melalui
ronde keperawatan, evaluasi kegiatan, rintangan yang dihadapi oleh
perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Hal
itu juga dtegaskan oleh O’Connor (2006) pasien sebagai alat untuk
menggambarkan parameter penilaian atau teknik intervensi.
b. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan siswa
perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang
menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat (Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi siswa
perawat dengan ronde keperawatan akan mendapatkan pengalaman
secara nyata dilapangan (Clement, 2011).
c. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membantu
mengorientasikan perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang
baru masuk tidak tahu mengenai pasien yang di rawat di ruangan.
Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde keperawatan
membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien (Clement,
2011).
d. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian
Febriana (2009) ronde keperawatan meningkatkan kepuasan pasien
lima kali dibanding tidak dilakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al
(2009) dengan tindakan ronde keperawatan menurunkan anga insiden
pada pasien yang dirawat.
Sedangkan menurut Nursalam (2013) manfaat ronde keperawatan adalah
sebagai berikut:
a. Masalah pasien dapat teratasi
b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
c. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
d. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
e. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar

5. Kriteria pasien
Pasien yang dipilih untuk ronde keperawatan adalah pasien yang
mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
b. Pasien dengan kasus baru atau langka

6. Tim Pelaksana Ronde Keperawatan


a. Kepala Ruangan
b. Perawat Primer 1 dan 2
c. Perawat Associate 1 dan 2
d. Perawat Konselor

7. Peran Masing-masing Anggota Tim


a. Kepala Ruangan
b. Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
1) Menjelaskan keadaan dan data demografi pasien
2) Menjelaskan masalah keperawatan utama
3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
4) Menjelasakan hasil yang didapat
5) Menentukan tindakan selanjutnya
6) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil.
7) Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji

c. Peran Perawat Konselor :


1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement
3) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta
rasional tindakan.
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari.

8. Langkah-langkah Kegiatan Ronde Keperawatan

TAHAP PRA PP
RONDE

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

Informed Concent
Hasil Pengkajian/

TAHAP PELAKSANAAN DI NURSE STATION  keperawatan? Data apa yang mendukung?


Apa diagnosis

Penyajian  Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
Apa hambatan yang ditemukan?

TAHAP RONDE DI BED PASIEN


Validasi data

TAHAP Diskusi PP-PP,


PELAKSANAAN Konselor,KUPP, dokter,
DI NURSE
STATION Lanjutan diskusi di
Nurse Station

TAHAP PASCA Simpulan dan


RONDE rekomendasi
solusi masalah
Keterangan:
a. Pra ronde
1) Menentukan kasus dan topik
2) Menetukan tim ronde
3) Mencari sumber atau literatur
4) Membuat proposal
5) Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
6) Diskusi: apa diagnosis keperawatan, apa data yang mendukung,
bagaimana intervensi yang sudah dilakukan, dan apa hambatan
yang ditemukan selama perawatan
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau serta memilih prioritas yang perlu
didiskusikan
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau
kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang
akan dilakukan
c. Pasca ronde
1) Evaluasi pelaksanaan ronde
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis dan intervensi
keperawatan selanjunya
3) Revisi dan perbaikan

9. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
1) Persyaratan administrative (alat, informed consent dll)
2) Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan
3) Persiapan dilakukan sebelumnya
b. Proses
1) Seluruh anggota tim ronde keperawatan mengikuti kegiatan dari
awal hingga akhir
2) Seluruh anggota tim ronde keperawatan berperan aktif dalam
kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan
c. Hasil
1) Klien merasa puas dengan hasil pelayanan
2) Masalah klien dapat teratasi
3) Perawat dapat :
a) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
d) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
e) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
f) Meningkatkan kemampuan justifikasi
g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
B. Konsep Kejang Demam

1. Definisi Kejang Demam


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu 38oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya
terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu mencapai >38C). kejang demam dapat terjadi karena proses
intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4%
populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang
sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan
dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan
pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang
terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008)

2. Etiologi Kejang Demam


a. Faktor-faktor prenatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis)
e. Demam
f. Gangguan metabolisme
g. Trauma
h. Neoplasma, toksin
i. Gangguan sirkulasi
j. Penyakit degeneratif susunan saraf.
k. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal.
3. Patofisiologi Kejang Demam
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K + dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan


kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”
dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik,
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

4. Nursing Pathway

Toksik ,trauma Penyakit infeksi ekstracranial dll

Merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh

HIPERTERMI

Pengeluaran mediator kimia epinefrin dan prostaglandin

Merangsang peningkatan potensi aksi pada neuron

Merangsang perpindah ion K+ dan ion N+ secara


cepat dari luar sel menuju ke dalam sel

Meningkatkan fase depolarisasi neuron


dengan cepat

KEJANG
Spasme otot Spasme Bronkus
ekstermitas
Penurunan kesadaran

Kekakuan otot
Resiko tinggi cedra
pernafas

Pola nafas tidak


efektif
5. Tanda dan gejala klinis Klinis Kejang Demam
Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu:
a. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri
gejala klinis sebagai berikut :

1) Kejang berlangsung singkat, < 15 menit


2) Kejang umum tonik dan atau klonik
3) Umumnya berhenti sendiri
4) Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

b. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri


gejala klinis sebagai berikut :

1) Kejang lama > 15 menit


2) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
3) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

6. Klasifikasi Kejang Demam


a. Kejang demam sederhana
1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi
2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun
3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan –
6 tahun
4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit
5) Kejang tidak bersifat tonik klonik
6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau
abnormalitas perkembangan
8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat
9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha,
2014)
b. Kejang demam kompleks
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan
otomatik; mengecap-ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel
yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat
tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda
A.Sowden, 2002)

7. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam


1) Elektro encephalograft (EEG)
Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik.
EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan
terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian
hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien
kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak
dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
2) Pemeriksaan cairan cerebrospinal
Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada
bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga
harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6
bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan.
3) Darah
1) Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N
< 200 mq/dl)
2) BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
3) Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
4) Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda
infeksi, pendarahan penyebab kejang.
5) Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan
adanya lesi
6) Tansiluminasi : Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus
untuk transiluminasi kepala.

8. Penaktalaksanaan Medis
a. Pengobatan
1) Pengobatan fase akut
Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah
diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal.
Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan).
Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama
setelah 20 menit.
2) Turunkan panas
Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis.
Kompres air PAM / Os
3) Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebro spiral dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien
kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan
dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai
sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila
kejang demam berlangsung lama.
4) Pengobatan profilaksis
Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat
demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap
hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral
dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari.
5) Penanganan sportif
a) Bebaskan jalan napas
b) Beri zat asam
c) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
d) Pertahankan tekanan darah
b. Pencegahan
1) Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana.
Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai
demam.
2) Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Dapat digunakan :
Fero barbital : 5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis
Fenitorri : 2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis
Klonazepam : (indikasi khusus)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM

A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesa
a. Aktivitas atau Istirahat
Keletihan, kelemahan umum
Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
b. Sirkulasi
Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan
nadi dan pernafasan
c. Intergritas Ego
Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan
dan atau penanganan
Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
Perubahan dalam berhubungan
d. Eliminasi
1) Inkontinensia epirodik
2) Makanan atau cairan
3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang
e. Neurosensori
1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing
riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal
2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
f. Kenyamanan
1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal
g. Pernafasan
1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat
peningkatan sekresi mulus
2) Fase posektal : Apnea
h. Keamanan
1) Riwayat terjatuh
2) Adanya alergi
i. Interaksi Sosial
Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan
sosialnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas
1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot
2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
b. Integritas Ego
1) Pelebaran rentang respon emosional
c. Eleminasi
Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
d. Makanan atau cairan
1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang)
2) Hyperplasia ginginal
e. Neurosensori (karakteristik kejang)
1) Fase prodomal :Adanya perubahan pada reaksi emosi atau
respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase
area.
2) Kejang umum
Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag
peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine
3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam,
lemah kalau mental dan anesia
4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau
makanan
5) Kejang parsial
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,
berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat
konvulsif
f. Kenyamanan
Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati
Perubahan pada tonus otot
Tingkah laku distraksi atau gelisah
g. Keamanan
Trauma pada jaringan lunak
Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kekakuan otot
pernafasan
3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas

C. Rencana Keperawatan

No Dx Tujuan dan kriteria Intervensi NIC


hasil NOC
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh sesering
berhubungan asuhan keperawatan mungkin
dengan proses selama 2x24 jam 2. Monitor warna kulit
infeksi diharapkan tidak terjadi 3. Monitor tekanan darah, nadi dan
hipertermi atau RR
peningkatan suhu tubuh 4. Monitor penurunan tingkat
dengan kriteria hasil: kesadaran
a. Suhu tubuh dalam 5. Tingkatkan sirkulasi udara dengan
rentan normal (36,5- membatasi pengunjung
37oC) 6. Berikan cairan dan elektrolit sesuai
b. Nadi dalam rentan kebutuhan
normal 80- 7. Menganjurkan menggunakan
120x/menit pakaian yang tipis dan menyerap
c. RR dalam rentan keringat
normal 18- 8. Berikan edukasi pada keluarga
24x/menit tentang kompres hangat dilanjutkan
d. Tidak ada dengan kompres dingin saat anak
perubahan warna demam
kulit dan tidak ada 9. Kolaborasi dengan dokter dalam
pusing. pemberian obat penurun panas
2. Pola nafas Setelah diberikan 1. Monitor frekuensi nafas
tidak efektif asuhan keperawatan 2. Auskultasi suara nafas
berhubungan selama 2x24 jam 3. Atur posisi pasien untuk
dengan diharapkan pola nafas mengoptimalkan ventilasi
kekakuan otot kembali efektif dengan 4. Monitor warna kulit
pernafasan kriteria hasil: 5. Monitor tekanan darah dan nadi
a. RR dalam batas 6. Berikan Edukasi keluarga tentang
normal 18- hal yang dapat memicu serangan
24x/menit kejang
b. Menunjukkan jalan 7. Kolaborasi dengan dokter dalam
nafas yang paten pemasangan bronkodilator atau
c. Tidak ada sianosis pemberian oksigen.
d. Tanda-tanda vital
dalam rentan normal
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan yang
cedra tindakan keperawatan aman untuk pasien
berhubungan selama 2x24 jam 2. Identifikasi kebutuhan dan
dengan diharapkan masalah keamanan pasien
spasme otot tidak menjadi aktual 3. Menghindarkan lingkungan
ekstermitas dengan kriteria hasil: yang berbahaya
a. Tidak terjadi 4. Memasang side rail tempat
kejang tidur
b. Tidak terjadi 5. Menyediakan tempat tidur
cedra yang nyaman dan bersih
6. Membatasi pengunjung
7. Memberikan penerangan yang
cukup
8. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
9. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
10. Edukasi tentang penyakit
kepada keluarga.
BAB III
KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

Topik : Asuhan Keperawatan pasien An. A dengan Kejang Demam Simplek


Sasaran : Pasien An. A
Hari/Tgl : Jum’at / 24 Mei 2019
Waktu : 60 Menit
Tempat : Ruang Mawar Rumah Sakit Islam Gondanglegi

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan masalah-masalah pasien
dapat teratasi.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan:
a. Tim keperawatan dapat menggali masalah-masalah klien yang belum
teratasi
b. Mampu mengemukakan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan yang tepat masalah pasien
d. Mampu mendemonstrasikan tindakan yang tepat yang berhubungan
dengan masalah pasien.
e. Mampu mengadakan justifikasi terhadap rencana dan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
B. Sasaran
Pasien An. A dengan Kejang Demam

C. Materi
1. Teori asuhan keperawatan dengan Kejang Demam
2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien An. A serta intervensi
keperawatan pada pasien dengan Kejang Demam
D. Metode
1. Diskusi
2. Bed Side Teaching

E. Media
1. Dokumen/status pasien
2. Sarana diskusi : kertas dan bolpoint
3. Materi yang disampaikan secara lisan

F. Kegiatan Ronde Keperawatan

TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA KEGIATAN WAKTU


KLIEN
Pra Pra Ronde Ruang KUPP - Dua hari
Ronde a) Menetapkan kasus dan mawar sebelum
topik pelaksana
b) Menentukan tim ronde. an ronde
c) Mencari sumber dan
literatur.
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan klien
f) Informed consent kepada
keluarga
Ronde Ronde
I. Pembukaan: Nurse KUPP - 5 Menit
a) Salam pembukaan Statio
b) Memperkenalkan klien n
dan tim ronde
c) Menjelaskan tujuan
kegiatan ronde
d) Mempersilahkan PP1
menyampaikan
kasusnya
II. Penyajian data/masalah
a) Memberi salam dan Nurse PP1 - 20 Menit
memperkenalkan pasien Statio
dan keluarga n
b) Menjelaskan riwayat
penyakit dan diagnosa
keperawatan pasien
c) Menjelaskan masalah
klien yang belum
terselesaikan dan
tindakan yang telah
dilaksanakan
II. Validasi Data
a) Memberi salam dan Bed Klien Karu Memberi respon 20 Menit
memperkenalkan tim dan menjawab
ronde kepada klien dan pertanyaan
keluarga.
b) Memvalidasi data yang PP2, PA
telah disampaikan
dengan melibatkan
keluarga .
c) Karu membuka dan Nurse Karu
memimpin diskusi. Statio PP2, PA,
d) Diskusi antar anggota n Tim ronde
tim dan klien tentang
masalah keperawatan
yang belum
terselesaikan dari
validasi data antar tim
ronde
e) Pemberian justifikasi
oleh konselor tentang
masalah pasien serta
rencana tindakan yang
akan dilakukan
Pasca Pasca Ronde
Ronde a) Menyimpulkan hasil diskusi Nurse Karu - 10 menit
dan merekomendasikan Statio Tim ronde
solusi yang dilakukan n
dalam mengatasi masalah.
b) Reward dan Salam penutup KUPP

G. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan diruang Mawar
b. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat:
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis
2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
tentang tindakan keperawatan yang berorientasikan pada maslah
pasien
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
5) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
H. Pengorganisasian
Kepala ruang : Sahrina Devinar Mayarani
Katim pagi : Riwanda Oktaviani
PP pagi : Erlin Ellanda
PP sore : Fitria
Observer : Fadhila Sarajane
Notulen : Vira Ambarwati
Pembimbing : Ns. Frastiqa Fahrani,
S.Kep,M.Biomed CI : Rini Astuti, Amd. Kep

Malang, 27 Mei 2019

Kepala Ruang Mawar

(Rini Yuniastuti, Amd.Kep)


DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN

A. INDENTITAS PASIEN
B. MASALAH-MASALAH KEPERAWATAN
C. RENCANA TINDAK LANJUT
Format Evaluasi Ronde Keperawatan

Kegiatan Uraian Keterangan


Topik yang disajikan sudah tepat
Sasaran klien sesuai rencana
Persiapan Dihadiri semua tim kesehatan
Ketepan penggunaan waktu
Metode sesuai dengan rencana
Pemanfaatan media secara tepat guna
Perawat bertanggung jawab mempersiapkan
ronde
Perawat penanggung jawab menjelaskan
kondisi pasien
Ada diskusi antar anggota ronde tentang
Pelaksanaan temuan yang ada pada pasien
Menetapkan rencana yang perlu dilaksanakan
terkait dengan kondisi dan asuhan keperawatan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan kondisi
pasien dan asuhan keperawatan
Menetapkan tindak lanjut terkait kondisi
pasien dan asuhan keperawatan
Mendokumentasikan hasil kegiatan ronde
keperawatan terkait dengan kondisi pasien dan
asuhan keperawatan
Total
Prosentase

Keterangan :
1 : dilakukan
0 : tidak dilakukan
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini
: Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Untuk : Diri sendiri Istri
Suami Anak
Orang tua Lainnya
Nama klien :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
No. RM :
Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah :
Memberikan persetujuan dan telah mendapatkan penjelasan yang sejelasnya
tentang maksud dilakukan ronde keperawatan dan tidak akan melakukan
tuntutan/gugatan dikemudian hari atas tindakan tersebut.
Demikian persetujuan ini diberikan agar dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Gondanglegi, Mei 2019


Perawat yang menerangkan Keluarga pasien

(………………………..) (………………………..)

Saksi-saksi Tanda Tangan

1.…………………….. ……………………..

2.…………………….. ……………………..
DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Tempat Praktik :

NIM : Tanggal Praktik :

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A No Reg : 213033

Usia : 1,5 Tahun Tanggal MRS : 21/5/2019

Nama orang tua : Tn. Hendri ( Ayah ) Tanggal Pengkajian : 22/5/2019

Ny. Salsa ( Ibu )

Pekerjaan orang tua : Wiraswasta

Alamat : Kedok - Turen

Suku : Jawa

Agama : Islam

Pendidikan orang tua: Ayah (SD), Ibu (SMK)

Diagnosa Medis : KDS

2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya mengalami demam tinggi
dari pagi tidak turun

b. Saat Pengkajian : Ibu pasien mengatakan bahwa sejak hari Selasa 21 Mei 2019 anaknya
demam tinggi dari pagi disertai kejang 1x kurang lebih 5 menit. Lalu
An. A dibawa ke IGD RSI Gondanglegi oleh orangtuanya.
3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
a. Prenatal : Ibu pasien mengatakan bahwa selama kehamilan tidak mengalami
kelainan
b. Natal : Ibu pasien mengatakan usia kehamilan anaknya 9 bulan 7 hari. persalinan
dilakukan secara normal dibantu oleh Bidan di Puskesmas Turen
c. Post Natal : Ibu pasien mengatakan BB lahir anaknya 3,2 kg dan PB 49 cm

4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Penyakit masa lalu : Ibu pasien mengatakan anaknya pernah mengalami
typus dan kejang sebelumnya
b. Riwayat dirawat di RS : Ibu pasien mengatakan anaknya pernah MRS di RS Cakra
karena panas dan kelebihan WBC dan pernah MRS di RS
Bokor karena Typus dan step.
c. Riwayat pengobatan : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah berobat
d. Riwayat tindakan Medis : Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak pernah
melakukan operasi
e. Riwayat alergi : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mempunyai
riwayat alergi
f. Riwayat kecelakaan : Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya tidak pernah
mengalami kecelakaan
g. Riwayat imunisasi : Ibu pasien mengatakan bahwa imunisasi campak masih
belum dilakukan
h. Pola Asuh : Pasien An. A diasuh oleh orangtuanya
i. Riwayat tumbuh kembang yang lalu :
1) Motorik kasar
An. A mulai bisa tengkurap saat umur 5 bulan, bisa duduk saat umur 6 bulan, bisa
merangkak saat umur 8 bulan dan bisa berdiri saat umur 13 bulan.
2) Motorik halus
An. A mulai bisa mengoceh dan berbicara saat umur 3 bulan

3) Sosialisasi
An. A sudah mulai bisa bersosialisasi saat umur 1 tahun

4) Bahasa
An. A sudah mulai bisa berbahasa saat umur 1 tahun
j.G am :
enogr

Keterangan

: Laki-laki X : Pasien

: Wanita : Tinggal serumah


5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ibu pasien mengatakan di keluarganya ada yang menderita hipertensi yaitu ibu mertuanya
(nenek pasien dari ayah )

6. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


Kebutuhan Dasar Sebelum MRS MRS

1. Pola Nutrisi
Makan 3-4x dengan nasi + Makan 1-2 sendok saja
- Makanan
lauk dan pauk/ hari
Minum sedikit
- Cairan Minum 1-2 gelas/ hari

ASI...

2. Pola Eliminasi BAB : 1-2x/hari BAB: belum BAB saat


pengkajian
BAK : 5-6 x/hari
BAK : 5-6 x /hari

3. Pola Istirahat & Tidur Tidur : +/- 10 jam (19.30 – Tidur : +/- 10 jam (19.30 –
05.30) 05.30 )

4. Personal hygiene Mandi : 2x sehari ( pagi dan Mandi : diseka 2x sehari


sore ) (pagi – sore )

Keramas : 3 hari sekali Keramas : belum

Memotong kuku : saat kuku Memoton kuku : belum


panjang

5. Aktivitas Kegiatan An. A saat dirumah Kegiatan An. A saat di RS


yaitu bermain dengan bermain di kamar dan
temannya dan keluarganya digendong berkeliling sekitar
ruangan
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : k/u : cukup, GCS : 4-5-6, Kes: CM
b. Tanda-tanda Vital : N: 156x/menit, S: 38ᵒC, RR: 24x/menit
c. Pemeriksaan Kepala :
Inspeksi : kepala simetris, tidak ada lesi, warna rambut hitam, kepala mesochepal
Palpasi : tidak adanya pembengkakan atau benjolan, tekstur rambur lebat
- Mata :
Inspeksi : konjungtiva ananemis dan sklera putih anikterik
- Hidung :
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada polip
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Mulut :
Inspeksi : mukosa lembab, tidak ada sianosis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
- Telinga :
Inspeksi : telinga simetris, tidak ada serumen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
d. Pemeriksaan Leher : bentuk simetris, tidak ada pembesaran vena jugularis
e. Pemeriksaan Thorax :
1) Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : teraba ictus cordis di SIC V-VI
Perkusi : pekak
Auskultasi : terdengar BJ 1 dan 2 normal
2) Paru :
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi : vokal premitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi paru normal (vesikuler)
3) Mammae : normal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
4) Ketiak : normal, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
f. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : bentuk cembung
Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Auskultasi : bising usus normal ( 5 x/menit)
Perkusi : tympani
g. Pemeriksaan Ekstremitas : tidak ada edema, terpasang infus di
tangan sebelah kanan
h. Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang : tidak ada kelainan
i. Pemeriksaan Genetalia : tidak terpasang kateter, bersih
j. Pemeriksaan Integumen : tidak ada kelainan
k. Pemeriksaan Neurologi : tidak ada kelainan

8. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI (DDST)


a. Motorik Kasar : …………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

b. Motorik Halus : …………………………………………………………………………………………………………


…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

c. Sosialisasi : …………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………
d. Bahasa : …………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
NAMA HASIL SATUAN
RBC 4,68 4.10-5.50 106/mL
HGB 11,4 (L) 12,0-14,0 g/dL
HCT 35,3 (L) 36,0-44,0 %
MCV 75,5 73,0-89,0 mm3
MCH 24,3 24-30 pg
MCHC 32,3 32,0-36,0 g/dL
RDW-CV 14,7 11,0-16,0 %
PLT 338 200-400 103/mL
MPV 7,4 6,0-11,0 mm3
WBC 6,06 5,0-15,0 103/mL
NEU 38,4 % (L) 40,0 – 73,0 %
LYM 47,1% (H) 15,0 – 45,0 %
MON 11,4 % 4,0 – 12,0 %
EOS 0,4 % (L) 0,5 – 7,0 %
BAS 2,3 % (H) 0,0 – 2,0 %
SGOT 30,7 (H) 5 – 17 U/L
SGPT 6,5 5 – 23 /L

10. TERAPI
- Infus C1:4 (41 tpm)
- Injeksi Opimox 150mg
- Injeksi Pamol 125mg
ANALISA DATA

Nama: An. A No. RM: 213033

Diagnosa Medis : KDS

Data penunjang Penyebab Masalah

DS : Ibu pasien mengatakan


anaknya panas Toksik ,trauma Penyakit
infeksi ekstracranial dll

Hipertermi
DO :
Merangsang hipotalamus untuk
S: 38ᵒC meningkatkan suhu tubuh

N: 120x/menit
Hipertermi
RR : 24x/menit

Kulit terasa hangat

Anak tampak rewel

Data penunjang Penyebab Masalah

DS : Ibu pasien mengatakan Kejang


anaknya demam dan disertai
dengan kejang - kejang
Kerja otot tidak terkendali Resiko cidera

DO:
Dapat terjadi trauma
Kejang berlangsung lamanya
kurang lebih 5 menit

Resiko cidera
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : An. A No. RM:

Dx Medis : KDS

No. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi b.d proses infeksi

2. Resiko cidera b.d kejang


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : An. A No.RM : 213033


Diagnosa Medis : KDS
Tgl Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Hipertermi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam, 1. Monitor suhu dan tanda-tanda vital
diharapkan kriteria hasil : 2. Berikan kompres hangat
3. Ajarkan kompres yang benar pada keluarga
1. Tidak ada perubahan warna kulit 4. Anjurkan kepada keluarga untuk klien berpakaian yang
2. Kulit tidak teraba hangat mudah menyerap keringat
3. Suhu dalam batas normal (36 – 37,5) 5. Anjurkan anak agar tidak memakai selimut yang tebal/
4. Tidak terjadi kejang berbulu
5. TTV dalam batas normal 6. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat

Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 1. Observasi kesadaran klien dan aktifitas klien
jam diharapkan kriteria hasil : 2. Bantu klien dalam melakukan aktivitas
1. Klien sudah bisa melakukan aktifitas sesuai 3. Sediakan lingkungan yang aman
pertumbuhan dan perkembangannya 4. Hindarkan lingkungan yang berbahaya
2. Klien sudah tidak kejang lagi 5. Pasang side rail tempat tidur
3. Klien terbebas dari cidera 6. Batasi pengunjung
IMPLEMENTASI

Nama Klien : Tanggal Pengkajian :

Diagnosa Medis :

Tanggal No. Dx Jam Implementasi Evaluasi TTD &


Kprwtn Nama
Terang

22/05/2019 1 1. Menganjurkan kepada keluarga untuk klien S: Ibu pasien mengatakan anaknya
berpakaian yang mudah Monitor suhu dan masih panas
tanda-tanda vital
B:
2. Memberikan kompres hangat
3. mengajarkan kompres yang benar pada - Infus C1:4 (41 tpm)
keluarga - injeksi Opimox 150 mg
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk klien - injeksi Pamol 125 mg
berpakaian yang mudah menyerap keringat
5. Menganjurkan anak agar tidak memakai visite dr.irfan
selimut yang tebal/ berbulu
injeksi genta 1x40 mg
6. Berkolaborasi dengan dokter tentang
pemberian obat A : ku cukup
- Infus C1:4 (41 tpm)
- injeksi Opimox 150 mg S: 380C (masuk pamol 120 mg)
- injeksi Pamol 125 mg Pilek +
kejang –

ma/mi +/+

R : Terapi lanjut

1. Mengobservasi kesadaran klien dan aktifitas


2 klien S : Ibu pasien mengatakan anaknya
2. Membantu klien dalam melakukan aktivitas sudah tidak kejang
3. Menyediakan lingkungan yang aman B : pasang side rail tempat tidur
4. Menghindari lingkungan yang berbahaya
5. Memasang side rail tempat tidur A : k/u cukup GCS 4,5,6
6. Membatasi pengunjung
R : Observasi pasien
Tanggal No. Dx Jam Implementasi Evaluasi TTD &
Kprwtn Nama
Terang

23/05/2019 1 1. Menganjurkan kepada keluarga untuk klien S: Ibu pasien mengatakan anaknya
berpakaian yang mudah Monitor suhu dan sudah tidak panas
tanda-tanda vital
B:
2. Memberikan kompres hangat
3. mengajarkan kompres yang benar pada - Infus C1:4 (41 tpm)
keluarga - injeksi Opimox 150 mg
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk klien - injeksi Pamol 125 mg
berpakaian yang mudah menyerap keringat - Injeksi genta 40 mg
5. Menganjurkan anak agar tidak memakai
selimut yang tebal/ berbulu A : ku cukup
6. Berkolaborasi dengan dokter tentang
S: 370C
pemberian obat
- Infus C1:4 (41 tpm) Pilek +
- injeksi Opimox 150 mg
injeksi Pamol 125 mg kejang –

ma/mi +/+

R : Terapi lanjut
1. Mengobservasi kesadaran klien dan aktifitas
2 klien S : Ibu pasien mengatakan anaknya
2. Membantu klien dalam melakukan aktivitas sudah tidak kejang
3. Menyediakan lingkungan yang aman B : pasang side rail tempat tidur
4. Menghindari lingkungan yang berbahaya
5. Memasang side rail tempat tidur A : ku cukup GCS 4,5,6
6. Membatasi pengunjung
R : Observasi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Sefrizal 2017. Asuhan Keperawatan pada Anak. Fakultas Ilmu Kesehatan
UMP,http://repository.ump.ac.id.

Clement, I. (2011). Management nursing services and education. Edition 1. India:


Elsevier

Febriana, N. (2009). Pengaruh nursing round terhadap kepuasan pasien pada


pelayanan keperawatan di Rumah Sakit MMC Jakarta. Tesis kekhususan
kepemimpinan dan manajemen keperawatan program pascasarjana FIK UI. Tidak
dipublikasikan.

Herdman, T.H., Kamitsuru, S. (2015). NANDA international nursing diagnoses:


definitions & classification 2015

Hidayat, aziz alimun. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Nanda international. 2015. Nursing Diagnoses Definitions And
Classification.Jakarta : EGC

Nursalam, 2013. Menejemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika

O’Connor, A. B. (2006). Clinical instruction and evaluation: Teaching resource.


Second edition. Canada: Jones & Bartlett publishers

Smeltzer, Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth,
Edisi 8.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai