BETON
Dosen Pengajar: Frice Lahmudin Desei, S.T.,M.Sc
OLEH:
ELMA TIANI NANI
511420045
1.Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kebaikan dan keburukan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah sebagai berikut.
Kelebihan Beton :
1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan
atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban yang berat.
5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun diisikan ke
dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke tempat yang
posisinya sulit.
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan kebakaran.
Kekurangan Beton :
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja
tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint)
untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan
beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu
dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang
membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara seksama agar
setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.
Beton kelas I
Ini adalah beton yang berguna untuk pekerjaan-pekerjaan non struktural. Untuk
pelaksanaanya sendiri tidak diperlukan keahlian yang khusus. Jadi pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan pada mutu bahan-bahan saja, sedangkan pada kekuatan tekan
tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I ini terdiri dari K-100, K-125, K-150, K-175 dan K-
200.
Beton Kelas II
Beton kelas II adalah beton yang berfungsi untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Dalam pelaksanaanya membutuhkan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah
pimpinan dari tenaga-tenaga ahli.Mutu kelas II ini terdiri dari K-225, K-250, dan K275.
Beton Kelas III
Ini adalah jenis beton untuk pekerjaan-pekerjaan structural yang lebih tinggi daripada K-
225. Dalam pelaksanaannya sendiri membutuhkan keahlian khusus dan tentunya harus dilakukan
dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya sebuah laboratorium beton dengan
peralatan yang sangat lengkap dan dilayani oleh para tenaga ahli yang bisa melakukan
pengawasan mutu beton secara kontinyu. Mutu kelas III sendiri terdiri dari K-325,K-350, K-375,
K-450 dan K-500
Beton Kelas 1 biasanya digunakan untuk pekerjaan non struktur seperti jalan, pondasi
kolom dan lain sebagainya. Beton Kelas II merupakan beton khusus yang digunakan untuk
menahan beban yang lebih berat. Terakhir beton kelas III biasanya digunakan untuk area parkir
truck tronton, saluran air, dan landasan pesawat.
DEFINISI ADMIXTURE
Admixture adalah material tambahan alami maupun buatan berupa cairan maupun serbuk
yang dicampurkan ke dalam adukan beton, diolah sebelum atau selama proses mixing beton
berjalan untuk memodifikasi karakteristik beton
JENIS-JENIS ADMIXTURE
Secara umum admixture terdiri dari dua jenis bahan tambah, yaitu bahan tambah yang
berupa mineral (additive) dan bahan tambah kimiawi (chimical admixture).Bahan tambah
admixture ditambahkan pada saat pengadukan atau pada saat pengecoran. Sedangkan bahan
tambah additive ditambahkan pada saat pengadukan.Bahan tambah admixture biasanya
dimaksudkan untuk mengubah perilaku beton pada saat pelaksanaan atau untuk meningkatkan
kinerja beton pada saat pelaksanaan.Untuk bahan tambah additive lebih banyak bersifat
penyemenan sehingga digunakan dengan tujuan perbaikan kinerja kekuatannya.
Dengan menambahkanWRA ke dalam beton maka dengan fas (kadar air dan semen) yang
sama akan didapatkan beton dengan nilai slump yang lebih tinggi. Dengan slump yang
lebih tinggi, maka beton segar akan lebih mudah dituang, diaduk dan dipadatkan.
Karena jumlah semen dan air tidak dikurangi dan workability meningkat maka akan
diperoleh kekuatan tekan beton keras yang lebih besar dibandingkan beton tanpa WRA.
Menambah kekuatan tekan beton. Dengan mengurangi/memperkecil fas (jumlah air
dikurangi, jumlah semen tetap) dan menambahkan WRA pada beton segar akan diperoleh
beton dengan kekuatan yang lebih tinggi.Dari beberapa hasil penelitian ternyata dengan
fas yang lebih rendah tetapi workability tinggi maka kuat tekan beton meningkat.
Mengurangi biaya (ekonomis). Dengan menambahkan WRA dan mengurangi jumlah
semen serta air, maka akan diperoleh beton yang memiliki workability sama dengan
beton tanpa WRA dan kekuatan tekannya juga sama dengan beton tanpa WRA.Dengan
demikian beton lebih ekonomis karena dengan kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah
semen yang lebih sedikit.
Pengujian kuat tekan dari sampel tersebut diatas biasanya lebih dikenal dengan pengujian
“Beton Inti” (SNI 03-3403-1994). Alat uji yang digunakan adalah mesin tekan dengan kapasitas
dari 2000 kN sampai dengan 3000 kN.
Pemberian beban uji harus dilakukan bertahap dengan penambahan beban uji yang konstan
berkisar antara 0,2 N/mm^2 sampai 0,4 N/mm^2 per detik hingga benda uji hancur.
Bila beton yang diambil berada dalam kondisi kering selama masa layannya, benda uji silinder
beton (hasil bor inti) harus diuji dalam kondisi kering. Bila beton yang diambil berada dalam
kondisi sangat basah selama masa layannya, maka silinder harus direndam dahulu minimal 40
jam dan diuji dalam kondisi basah.
Ilustrasi pengujian, sebagai berikut:
Sedangkan kuat tekan beton dengan ketelitian sampai dengan 0.5 MPa dapat dihitung
dengan:
(SNI 03-3403-1994)
Dimana:
Co adalah faktor pengali yang berhubungan dengan arah pengambilan benda uji beton
inti pada struktur beton, dimana Co adalah sebagai berikut:
− Horisontal (tegak lurus pada arah tinggi dari struktur beton) = 1
− Vertikal (sejajar dengan arah tinggi dari struktur beton) =0.92
C1 adalah faktor pengali yang berhubungan dengan rasio panjang sesudah diberi lapisan
untuk kaping (L’) dengan diameter D dari benda uji, seperti yang diberikan pada table
berikut:
C2 adalah faktor pengali karena adanya kandungan tulangan besi dalam benda uji beton
inti yang letaknya tegak lurus terhadap sumbu benda uji dapat dihitung dengan rumus:
Kuat tekan beton pada titik pengambilan contoh dapat dinyatakan tidak membahayakan
jika kuat tekan 3 silinder beton (minimum 3 silinder beton) yang diambil dari daerah
beton tersebut memenuhi 2(dua) persyaratan sebagai berikut:
(1) Kuat tekan rata-rata dari 3 silinder betonnya tidak kurang dari 0,85 fc’
(2) Kuat tekan masing-masing silinder betonnya tidak kurang dari 0,75 fc’.
Lakukan pengujian kuat tekan dengan concrete compressive machine sesuai SNI
03-3403-1994 “ metode pengujian kuat tekan beton inti “
Tutup kembali lubang bekas pengambilan sample dengan material Grouting
Keluarkan sampel dari alat core drill dan beri bama/ID sample dikumpulkan dan dijaga
pada saat membawa ke lamoratorium agar tidak terkena sinar matahari langsung.
Lakukan drilling untuk pengambilan sample beton inti dimana sample ideal memiliki
perbandingan tinggi dan diameter (H/D)=2.
Siapkan lobang untuk baut sebagai anchor alat drill agar tidak bergerak pada saat coring.