Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BETON
Dosen Pengajar: Frice Lahmudin Desei, S.T.,M.Sc

Mata Kuliah : Teknologi Beton Dan Bahan Konstruksi

OLEH:
ELMA TIANI NANI
511420045

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2020 / 2021

1.Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kebaikan dan keburukan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah sebagai berikut.
Kelebihan Beton :
1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan
atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3)  Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban yang berat.
5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun diisikan ke
dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke tempat yang
posisinya sulit.
6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan kebakaran.
Kekurangan Beton :
1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja
tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint)
untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan
beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu
dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang
membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara seksama agar
setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur
tahan gempa.

Jenis-jenis Beton dan Peruntukannya


1. Beton ringan
Beton ringan adalah beton yang dibuat dengan bobot yang lebih ringan dibandingkan dengan
bobot dari beton pada umumnya. Agregat yang biasa digunakan untuk memproduksi beton ringan
mempunyai berat jenis 800-1.800 kg/m3 dengan kekuatan tekanan sekitar 6,89-17,24 Mpa.
2. Beton Normal
Beton Normal merupakan beton yang menggunakan agregat pasir sebagai agregat halus dan split
sebagai agregat kasar. Dengan demikian beton tersebut memiliki berat jenis antara 2.200-2.400
kg/m3 dengan kuat tekan sekitar 15-40 Mpa.
3. Beton Berat
Beton berat merupakan beton yang dihasilkan dari agregat yang mempunyai berat isi lebih besar
dibandingkan dengan beton normal atau lebih dari 2.400 kg/m3. Untuk bisa menghasilkan beton
berat ini biasanya menggunakan agregat yang memiliki berat jenis yang besar.
4. Beton Massa
Disebut sebagai beton massa karena jenis beton ini digunakan untuk pekerjaan beton yang besar
dan masif. Contohnya untuk bendungan, kanal, pondasi dan jembatan
5. Beton Serat
Beton serat atau fibre concrete merupakan bahan komposit yang terdiri dari beton dan bahan-
bahan lainnya yang berupa serat. Serat yang ada dalam beton ini berfungsi untuk mencegah retak-
retak sehingga menjadikan beton ini lebih daktil daripada beton normal
6. Ferro-Cement
Ferro Cement merupakan sebuah bahan gabungan yang didapatkan dengan cara memberikan satu
tulangan yang berupa anyaman kawat baja sebagai pemberi kekuatan tarik dan daktil pada mortal
semen.

Kelas dan Mutu Beton Serta Penggunaanya


Mutu dalam beton adalah pertanda dari kualitas atau kekuatan karakteristik beton yang
biasanya ditunjukan dengan satuan angka dan huruf  seperti K,FC dan lain-lainnya. Di Indonesia
satuan yang sering digunakan adalah satuan K.  Mutu beton K merupakan kuat tekan karakteristik
beton untuk per cm2 nya.
Kualitas dan mutu beton ini sendiri dibagi menjadi beberapa tingkatan yang dimulai
dengan K-100 hingga K-500, menunjukan berat yaitu kilogram. Maka diartikan jika mutu beton
K-100 adalah memiliki minimum kekuatan beton 100kg/cm2. Menurut SNI atau badan
Standarisasi nasional Indonesia, mutu beton dibagi menjadi 3 kelas, seperti berikut ini:

Beton kelas I
Ini adalah beton yang berguna untuk pekerjaan-pekerjaan non struktural. Untuk
pelaksanaanya sendiri tidak diperlukan keahlian yang khusus. Jadi pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan pada mutu bahan-bahan saja, sedangkan pada kekuatan tekan
tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I ini terdiri dari K-100, K-125, K-150, K-175 dan K-
200.
Beton Kelas II
Beton kelas II adalah beton yang berfungsi untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara
umum. Dalam pelaksanaanya membutuhkan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah
pimpinan dari tenaga-tenaga ahli.Mutu kelas II ini terdiri dari K-225, K-250, dan K275.
Beton Kelas III
Ini adalah jenis beton untuk pekerjaan-pekerjaan structural yang lebih tinggi daripada K-
225. Dalam pelaksanaannya sendiri membutuhkan keahlian khusus dan tentunya harus dilakukan
dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya sebuah laboratorium beton dengan
peralatan yang sangat lengkap dan dilayani oleh para tenaga ahli yang bisa melakukan
pengawasan mutu beton secara kontinyu. Mutu kelas III sendiri terdiri dari K-325,K-350, K-375,
K-450 dan K-500
Beton Kelas 1 biasanya digunakan untuk pekerjaan non struktur seperti jalan, pondasi
kolom dan lain sebagainya. Beton Kelas II merupakan beton khusus yang digunakan untuk
menahan beban yang lebih berat. Terakhir beton kelas III biasanya digunakan untuk area parkir
truck tronton, saluran air, dan landasan pesawat.

DEFINISI ADMIXTURE
Admixture adalah material tambahan alami maupun buatan berupa cairan maupun serbuk
yang dicampurkan ke dalam adukan beton, diolah sebelum atau selama proses mixing beton
berjalan untuk memodifikasi karakteristik beton

JENIS-JENIS ADMIXTURE
Secara umum admixture terdiri dari dua jenis bahan tambah, yaitu bahan tambah yang
berupa mineral (additive) dan bahan tambah kimiawi (chimical admixture).Bahan tambah
admixture ditambahkan pada saat pengadukan atau pada saat pengecoran. Sedangkan bahan
tambah additive ditambahkan pada saat pengadukan.Bahan tambah admixture biasanya
dimaksudkan untuk mengubah perilaku beton pada saat pelaksanaan atau untuk meningkatkan
kinerja beton pada saat pelaksanaan.Untuk bahan tambah additive lebih banyak bersifat
penyemenan sehingga digunakan dengan tujuan perbaikan kinerja kekuatannya.

Berbicara tipe admixture berikut adalah bahan tambah ADMIXTURE MENURUT ASTM


C.494
1.TIPE A : WATER REDUCING ADMIXTURE (WRA)
Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air pengaduk untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Dengan menggunakan jenis bahan tambah ini
akan dapat dicapai tiga hal, yaitu :
Hanya menambah/meningkatkan workability.

 Dengan menambahkanWRA ke dalam beton maka dengan fas (kadar air dan semen) yang
sama akan didapatkan beton dengan nilai slump yang lebih tinggi. Dengan slump yang
lebih tinggi, maka beton segar akan lebih mudah dituang, diaduk dan dipadatkan.
Karena jumlah semen dan air tidak dikurangi dan workability meningkat maka akan
diperoleh kekuatan tekan beton keras yang lebih besar dibandingkan beton tanpa WRA.
 Menambah kekuatan tekan beton. Dengan mengurangi/memperkecil fas (jumlah air
dikurangi, jumlah semen tetap) dan menambahkan WRA pada beton segar akan diperoleh
beton dengan kekuatan yang lebih tinggi.Dari beberapa hasil penelitian ternyata dengan
fas yang lebih rendah tetapi workability tinggi maka kuat tekan beton meningkat.
 Mengurangi biaya (ekonomis). Dengan menambahkan WRA dan mengurangi jumlah
semen serta air, maka akan diperoleh beton yang memiliki workability sama dengan
beton tanpa WRA dan kekuatan tekannya juga sama dengan beton tanpa WRA.Dengan
demikian beton lebih ekonomis karena dengan kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah
semen yang lebih sedikit.

2. TIPE B : RETARDING ADMIXTURE


Bahan tambah yang berfungsi untuk memperlambat proses waktu pengikatan beton.
Biasanya digunakan pada saat kondisi cuaca panas, memperpanjang waktu untuk pemadatan,
pengangkutan dan pengecoran.

2.TIPE C : ACCELERATING ADMIXTURES


Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat proses pengikatan dan
pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk memperpendek waktu
pengikatan semen sehingga mempecepat pencapaian kekuatan beton.Yang termasuk jenis
accelerator adalah : kalsium klorida, bromide, karbonat dan silikat. Pda daerah-daerah yang
menyebabkan korosi tinggi tidak dianjurkan menggunakan accelerator jenis kalsium klorida.
Dosis maksimum yang dapat ditambahkan pada beton adalah sebesar 2 % dari berat semen.

4. TIPE D : WATER REDUCING AND RETARDING ADMIXTURE


Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pengaduk
yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus
memperlambat proses pengikatan awal dan pengerasan beton. Dengan menambahkan bahan ini
ke dalam beton, maka jumlah semen dapat dikurangi sebanding dengan jumlah air yang
dikurangi. Bahan ini berbentuk cair sehingga dalam perencanaan jumlah air pengaduk beton,
maka berat admixture ini harus ditambahkan sebagai berat air total pada beton.

5. TIPE E : WATER REDUCING AND ACCELERATING ADMIXTURE


Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air pengaduk
yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan konsistensi tertentu sekaligus
mempercepat proses pengikatan awal dan pengerasan beton. Beton yang ditambah dengan bahan
tambah jenis ini akan dihasilkan beton dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang
rendah tetapi tetap workable. Dengan menggunakan bahan ini diinginkan beton yang mempunyai
kuat tekan tinggi dengan waktu pengikatan yang lebih cepat (beton mempunyai kekuatan awal
yang tinggi).

6.TIPE F : WATER REDUCING, HIGH RANGE ADMIXTURE


Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih.
Dengan menmbahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan untuk mengurangi jumlah air
pengaduk dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan
tinggi dengan jumlah air sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan (workability beton) juga
lebih tinggi. Bahan tambah jenis ini berupa superplasticizer. Yang termasuk jenis superplasticizer
adalah : kondensi sulfonat melamine formaldehyde dengan kandungan klorida sebesar 0,005 %,
sulfonat nafthalin formaldehyde, modifikasi lignosulphonat tanpa kandungan klorida. Jenis
Bahan ini dapat mengurangi jumlah air pada campuran beton dan meningkatkan slump beton
sampai 208 mm. Dosis yang dianjurkan adalah 1 % – 2 % dari berat semen.

7. TIPE G : WATER REDUCING, HIGH RANGE RETARDING ADMIXTURES


Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih
sekaligus menghambat pengikatan dan pengerasan beton. Bahan ini merupakan gabungan
superplasticizer dengan memperlambat waktu ikat beton. Digunakan apabila pekerjaan sempit
karena keterbatasan sumberdaya dan ruang kerja.

TUJUAN PENGGUNAAN ADMIXTURE


1. Tujuan utama penambahan bahan admixture adalah untuk memodifikasi karakteristik
beton dengan tujuan
2. Memperbaiki workability beton.
3. Mengatur factor air semen pada beton segar.
4. Mengurangi penggunaan semen
5. Mencegah terjadinya segregasi dan bleeding
6. Mengatur waktu pengikatan aduk beton
7. Meningkatkan kekuatan beton keras.
8. Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras.
9. Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras termasuk tahan terhadap zat-zat kimia,
tahan terhadap gesekan dan lain sebagainya.

1.Pengujian Lab Kuat Tekan :


Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengukur kekuatan beton dengan cara memberikan tekanan
pada sampel beton hingga beton mengalami kehancuran.

 Persiapan alat drilling dan mulai pengeboran


 Drilling sampai kedalaman yang telah ditentukan
 Pengeboran dihentikan
 Pengambilan sample
 Sample beton diberi ID dan disimpan di laboratorium sebelum diuji tekan.
 Beton diberi ID dan disimpan di laboratorium sebelum diuji tekan.

Pengujian kuat tekan dari sampel tersebut diatas biasanya lebih dikenal dengan pengujian
“Beton Inti” (SNI 03-3403-1994). Alat uji yang digunakan adalah mesin tekan dengan kapasitas
dari 2000 kN sampai dengan 3000 kN.
Pemberian beban uji harus dilakukan bertahap dengan penambahan beban uji yang konstan
berkisar antara 0,2 N/mm^2 sampai 0,4 N/mm^2 per detik hingga benda uji hancur.
Bila beton yang diambil berada dalam kondisi kering selama masa layannya, benda uji silinder
beton (hasil bor inti) harus diuji dalam kondisi kering. Bila beton yang diambil berada dalam
kondisi sangat basah selama masa layannya, maka silinder harus direndam dahulu minimal 40
jam dan diuji dalam kondisi basah.
Ilustrasi pengujian, sebagai berikut:

 Pesrsiapkan sample dan alat uji tekan:


 Benda uji dimasukkan ke dalam alat uji tekan.
 Pemberian beban uji harus dilakukan bertahap dengan penambahan beban uji yang
konstan berkisar antara 0,2 N/mm^2 sampai 0,4 N/mm^2 per detik hingga benda uji
hancur.
 Selanjutnya Kuat tekan beton dengan dengan ketelitian 0.95 MPa dapat dihitung sebagai
berikut:

 Sedangkan kuat tekan beton dengan ketelitian sampai dengan 0.5 MPa dapat dihitung
dengan:

(SNI 03-3403-1994)
Dimana:

 Co adalah faktor pengali yang berhubungan dengan arah pengambilan benda uji beton
inti pada struktur beton, dimana Co adalah sebagai berikut:
−  Horisontal (tegak lurus pada arah tinggi dari struktur beton) = 1
−  Vertikal (sejajar dengan arah tinggi dari struktur beton) =0.92
 C1 adalah faktor pengali yang berhubungan dengan rasio panjang sesudah diberi lapisan
untuk kaping (L’) dengan diameter D  dari benda uji, seperti yang diberikan pada table
berikut:

 C2 adalah faktor pengali karena adanya kandungan tulangan besi dalam benda uji beton
inti yang letaknya tegak lurus terhadap sumbu benda uji dapat dihitung dengan rumus:

 Kuat tekan beton pada titik pengambilan contoh dapat dinyatakan tidak membahayakan
jika kuat tekan 3 silinder beton (minimum 3 silinder beton) yang diambil dari daerah
beton tersebut memenuhi 2(dua) persyaratan sebagai berikut:
(1) Kuat tekan rata-rata dari 3 silinder betonnya tidak kurang dari 0,85 fc’
(2) Kuat tekan masing-masing silinder betonnya tidak kurang dari 0,75 fc’.

2. Pengujian Slump Menurut SNI 03-1972-1990


Slump test adalah pengujian beton yang dilakukan untuk mengetahui kadar air beton untuk
mengetahui mutu beton. 
Pengujian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh angka slump beton guna
memperkirakan tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, dituang dan dipadatkan.
Berdasarkan SNI 03-1972-1990, pengujian slump dapat dilakukan dengan menggunakan
seperangkat alat yang terdiri dari:
 Cetakan (kerucut Abrams) dengan tebal 1,2 mm, yang berbentuk kerucut terpancung
berukuran tinggi 305 mm, dengan diameter dasar 203 mm serta diameter puncak kerucut
sebesar 102 mm,
 Tongkat pemadat terbuat dari baja yang bersih dan bebas karat, berdiameter 16 mm,
panjang 600 mm, dengan bagian ujung yang dibulatkan,
 Landasan yang terbuat dari pelat baja yang kokoh dengan permukaan yang rata dan
kedap air,
 Mistar ukur, dan
 Sendok cekung.

Pelaksanaan Uji slump beton dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan berikut:


a. Beton segar yang telah siap dimasukkan secara bertahap ke dalam cetakan yang telah dilap
dengan kain basah. Pengisian kerucut Abrams dilakukan dalam tiga tahap, setiap penuangan
dilakukan untuk mengisi kurang lebih sepertiga (1/3) tinggi kerucut.
b. Pemadatan dilakukan pada setiap lapis dengan cara menusukkan baja tulangan berdiameter 16
mm sebanyak 25 kali, sampai menyentuh bagian bawah masing-masing lapisan
c. Apabila kerucut telah terisi penuh, selanjutnya permukaan benda uji diratakan dengan tongkat
dan semua sisa kotoran di sekitar benda uji dibersihkan.
d. Setelah semua siap, cetakan segera diangkat tegak lurus ke atas dengan perlahan-lahan,
kemudian dibalik dan diletakkan di samping benda uji.
e. Nilai slump diukur berdasarkan tinggi jatuh puncak kerucut. Semua langkah pengujian slump
harus diselesaikan dalam waktu maksimal 2,5 menit.
Sketsa gambar slump test dapat dilihat pada Gambar 3,

3. metode core dirll


Metode core drill adalah suatu metoda pengambilan sampel beton pada suatu struktur
bangunan. Sampel yang diambil (bentuk silinder) selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk
dilakukan pengujian seperti Kuat tekan.
Pengambilan sample beton dengan coredrill (pengeboran inti) dan uji kuat tekan beton di
laboratorium untuk Pengambilan contoh dilakukan dengan alat bor yang mata bornya berupa
“pipa” dari intan, sehingga diperoleh contoh beton berupa silinder. Coredrill yang dilakukan pada
struktur beton
Silinder beton yang diperoleh tergantung ukuran diameter mata-bornya, umumnya antara
2” sampai 8”. Dan disarankan diameter silinder tidak kurang dari 3 kali ukuran maksimum
agregat betonnya.
Sampel beton dari pengambilan dengan metode coredrill pada bagian struktur bangunan
yang diduga terdapat retakan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sample beton


adalah sebagai berikut:
1. Umur beton minimal 14 hari.
2. Pengambilan contoh silinder beton dilakukan di daerah yang kuat tekannya diragukan,
biasanya berdasarkan data hasil uji contoh beton dari masing-masing bagian struktur, atau
dari hasil NDT (Non Destructive Testing) dengan concrete hammer ataupun UPVT
(Ultrasonic Pulse Velocity Test). Dari satu daerah beton diambil satu titik pengambilan
contoh. Pengambilan contoh pada bangunan sudah lama berdiri, maka biasanya core
drill dilakukan pada bagian-bagian elemen struktur beton yang ingin diketahui kuat
tekannya
3. Dari satu pengambilan contoh diambil 3 titik pengeboran. Pengeboran harus ditempat
yang tidak membahayakan struktur, misalnya jangan dekat sambungan tulangan, momen
maksimum, dan tulangan utama.
4. Benda uji yang cacat karena terlalu banyak terdapat rongga, adanya serpihan/agregat
kasar yang lepas, tulangan besi yang lepas dan ketidakteraturan dimensi, tidak boleh
digunakan untuk
5. Diameter benda uji untuk uji kuat tekan tidak boleh kurang dari 90 mm;
6. Rasio tinggi sample (L) dengan diameter (D) lebih besar atau sama dengan 0,95 , dimana
L = panjang dan D =diameter benda uji;
7. Pengeboran harus tegak lurus dengan permukaan beton.
8. Lubang bekas pengeboran harus segera diisi dengan beton yang mutunya minimal sama.
9. Apabila ada kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti, letaknya harus tegak
lurus terhadap  sumbu benda uji;
10. Jumlah kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti tidak boleh lebih dari 2
batang;
11. Apabila jumlah kandungan tulangan besi dalam benda uji beton inti lebih dari 2 batang,
benda uji harus dikerjakan dengan gergaji beton dan gerinda, sehingga memenuhi
ketentuan dan bila tidak terpenuhi, benda uji tersebut tidak boleh digunakan untuk uji
kuat tekan
Benda uji beton inti sesudah kaping yaitu harus memenuhi ketentuan 2,00 ≥ L/D ≥ 1,00
dimana tebal lapisan untuk kaping tidak boleh melebihi 10 mm.
Langkah-Langkah pengujian :

 Lakukan pengujian kuat tekan dengan concrete compressive machine sesuai SNI
03-3403-1994 “ metode pengujian kuat tekan beton inti “
 Tutup kembali lubang bekas pengambilan sample dengan material Grouting
 Keluarkan sampel dari alat core drill dan beri bama/ID sample dikumpulkan dan dijaga
pada saat membawa ke lamoratorium agar tidak terkena sinar matahari langsung.
 Lakukan drilling untuk pengambilan sample beton inti dimana sample ideal memiliki
perbandingan tinggi dan diameter (H/D)=2.
 Siapkan lobang untuk baut sebagai anchor alat drill agar tidak bergerak pada saat coring.

4. Pengujian Hammer Test


Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. ...
Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan
beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang
besarnya tertentu.

PERSIAPAN DAN TATA CARA PENGUJIAN


1. Persiapan
a. Menyusun rencana jadwal pengujian, mempersiapkan peralatan-peralatan serta perlengkapan-
perlengkapan yang diperlukan.
b. Mencari data dan informasi termasuk diantaranya data tentang letak detail konstruksi, tata
ruang dan mutu bahan konstruksi selama pelaksanaan bangunan berlangsung.
c. Menentukan titik test.
d. Titik test untuk kolom diambil sebanyak 5 (lima) titik, masing-masing titik test terdiri dari 8
(delapan) titik tembak, untuk balok diambil sebanyak 3 (tiga) titik test masing-masing titik terdiri
dari 5 (lima) titik tembak sedang pelat lantai diambil sebanyak 5 (lima) titik test masing-masing
terdiri dari 5 (lima) titik tembak.

2. Tata Cara Pengujian


a. Sentuhan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada titik-titik yang akan
ditembak dengan memegang hammer sedemikian rupa dengan arah tegak lurus atau miring
bidang permukaan beton yang akan ditest.
b. Plunger ditekan secara periahan-lahan pada titik tembak dengan tetap menjaga kestabilan arah
dari alat hammer. Pada saat ujung plunger akan lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan
oleh plunger terhadap beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer.
c. Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah ditetapkan semula dengan
cara yang sama.
d. Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu hubungan antara nilai
pantul dengan kekuatan tekan beton yang terdapat pada alat hammer sehingga memotong kurva
yang sesuai dengan sudut tembak hammer.
e. Besar kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada sumbu vertical yaitu hasil
perpotongan garis horizontal dengan sumbu vertikal. Oleh karena itu mutu beton yang dinyatakan
dengan kekuatan karakteristik α bk didasarkan atas kekuatan tekan beton yang diperoleh pada
saat pengetesan dilaksanakan perlu dikonversi menjadi kekuatan tekan beton umur 28 hari.

Anda mungkin juga menyukai