Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH

TEKNOLOGI BETON DAN BAHAN KONSTRUKSI


Dosen : Dr.Marike Mahmud, S.T., M.Si

OLEH:
ELMA TIANI NANI
511420045

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
TAHUN 2020
PONDASI DI ATAS TANAH LEMPUNG

PONDASI DI ATAS
TANAH LEMPUNG
Oleh : Achmad Basuki, ST., MT.

Salah satu penyebab timbulnya


retakan pada bangunan, bahkan
runtuhnya suatu bangunan adalah
ketidak-stabilan pondasi. Hal ini
bisa disebabkan oleh perencanaan
struktur pondasi yang salah atau
pondasi yang dibangun pada
kondisi tanah yang tidak stabil
atau tanah yang selalu bergerak.
Kondisi demikian masih penulis
jumpai di beberapa tempat,
diantaranya di desa Toriyo,
Bendosari
Sukoharjo, dimana setiap
didirikan bangunan, terutama
bangunan dengan struktur beton
bertulang
dan tembok bata, selalu terjadi
retakan pada dinding, balok dan
lantai setelah pada jangka waktu
tertentu. Setelah dikaji, memang
retakan tersebut terjadi karena
kondisi pondasi yang tidak stabil.
Terjadi penurunan dan
pergerakan pondasi yang
melebihi dari yang disyaratkan,
serta besarnya
tidak merata pada seluruh pondasi.
Bahkan beberapa pondasi batu
kali terlihat miring, menunggu
proses keruntuhannya. Jenis
tanahnya ternyata tanah
lempung, atau terkadang
masyarakat
menyebutnya dengan tanah hitam,
yang mempunyai nilai kembang
susut yang cukup besar.
Sehingga, walaupun struktur
pondasi dan bangunan di atasnya
sudah direncanakan cukup kuat,
tapi
kalau didirikan di atas tanah yang
tidak stabil, maka struktur
bangunan tersebut akan ikut
menjadi
tidak stabil.
PONDASI DI ATAS
TANAH LEMPUNG
Oleh : Achmad Basuki, ST., MT.

Salah satu penyebab timbulnya


retakan pada bangunan, bahkan
runtuhnya suatu bangunan adalah
ketidak-stabilan pondasi. Hal ini
bisa disebabkan oleh perencanaan
struktur pondasi yang salah atau
pondasi yang dibangun pada
kondisi tanah yang tidak stabil
atau tanah yang selalu bergerak.
Kondisi demikian masih penulis
jumpai di beberapa tempat,
diantaranya di desa Toriyo,
Bendosari
Sukoharjo, dimana setiap
didirikan bangunan, terutama
bangunan dengan struktur beton
bertulang
dan tembok bata, selalu terjadi
retakan pada dinding, balok dan
lantai setelah pada jangka waktu
tertentu. Setelah dikaji, memang
retakan tersebut terjadi karena
kondisi pondasi yang tidak stabil.
Terjadi penurunan dan
pergerakan pondasi yang
melebihi dari yang disyaratkan,
serta besarnya
tidak merata pada seluruh pondasi.
Bahkan beberapa pondasi batu
kali terlihat miring, menunggu
proses keruntuhannya. Jenis
tanahnya ternyata tanah
lempung, atau terkadang
masyarakat
menyebutnya dengan tanah hitam,
yang mempunyai nilai kembang
susut yang cukup besar.
Sehingga, walaupun struktur
pondasi dan bangunan di atasnya
sudah direncanakan cukup kuat,
tapi
kalau didirikan di atas tanah yang
tidak stabil, maka struktur
bangunan tersebut akan ikut
menjadi
tidak stabil.
PONDASI DI ATAS
TANAH LEMPUNG
Oleh : Achmad Basuki, ST., MT.

Salah satu penyebab timbulnya


retakan pada bangunan, bahkan
runtuhnya suatu bangunan adalah
ketidak-stabilan pondasi. Hal ini
bisa disebabkan oleh perencanaan
struktur pondasi yang salah atau
pondasi yang dibangun pada
kondisi tanah yang tidak stabil
atau tanah yang selalu bergerak.
Kondisi demikian masih penulis
jumpai di beberapa tempat,
diantaranya di desa Toriyo,
Bendosari
Sukoharjo, dimana setiap
didirikan bangunan, terutama
bangunan dengan struktur beton
bertulang
dan tembok bata, selalu terjadi
retakan pada dinding, balok dan
lantai setelah pada jangka waktu
tertentu. Setelah dikaji, memang
retakan tersebut terjadi karena
kondisi pondasi yang tidak stabil.
Terjadi penurunan dan
pergerakan pondasi yang
melebihi dari yang disyaratkan,
serta besarnya
tidak merata pada seluruh pondasi.
Bahkan beberapa pondasi batu
kali terlihat miring, menunggu
proses keruntuhannya. Jenis
tanahnya ternyata tanah
lempung, atau terkadang
masyarakat
menyebutnya dengan tanah hitam,
yang mempunyai nilai kembang
susut yang cukup besar.
Sehingga, walaupun struktur
pondasi dan bangunan di atasnya
sudah direncanakan cukup kuat,
tapi
kalau didirikan di atas tanah yang
tidak stabil, maka struktur
bangunan tersebut akan ikut
menjadi
tidak stabil.
PONDASI DI ATAS
TANAH LEMPUNG
Oleh : Achmad Basuki, ST., MT.
Salah satu penyebab timbulnya
retakan pada bangunan, bahkan
runtuhnya suatu bangunan adalah
ketidak-stabilan pondasi. Hal ini
bisa disebabkan oleh perencanaan
struktur pondasi yang salah atau
pondasi yang dibangun pada
kondisi tanah yang tidak stabil
atau tanah yang selalu bergerak.
Kondisi demikian masih penulis
jumpai di beberapa tempat,
diantaranya di desa Toriyo,
Bendosari
Sukoharjo, dimana setiap
didirikan bangunan, terutama
bangunan dengan struktur beton
bertulang
dan tembok bata, selalu terjadi
retakan pada dinding, balok dan
lantai setelah pada jangka waktu
tertentu. Setelah dikaji, memang
retakan tersebut terjadi karena
kondisi pondasi yang tidak stabil.
Terjadi penurunan dan
pergerakan pondasi yang
melebihi dari yang disyaratkan,
serta besarnya
tidak merata pada seluruh pondasi.
Bahkan beberapa pondasi batu
kali terlihat miring, menunggu
proses keruntuhannya. Jenis
tanahnya ternyata tanah
lempung, atau terkadang
masyarakat
menyebutnya dengan tanah hitam,
yang mempunyai nilai kembang
susut yang cukup besar.
Sehingga, walaupun struktur
pondasi dan bangunan di atasnya
sudah direncanakan cukup kuat,
tapi
kalau didirikan di atas tanah yang
tidak stabil, maka struktur
bangunan tersebut akan ikut
menjadi
tidak stabil.
PONDASI DI ATAS
TANAH LEMPUNG
Oleh : Achmad Basuki, ST., MT.

Salah satu penyebab timbulnya


retakan pada bangunan, bahkan
runtuhnya suatu bangunan adalah
ketidak-stabilan pondasi. Hal ini
bisa disebabkan oleh perencanaan
struktur pondasi yang salah atau
pondasi yang dibangun pada
kondisi tanah yang tidak stabil
atau tanah yang selalu bergerak.
Kondisi demikian masih penulis
jumpai di beberapa tempat,
diantaranya di desa Toriyo,
Bendosari
Sukoharjo, dimana setiap
didirikan bangunan, terutama
bangunan dengan struktur beton
bertulang
dan tembok bata, selalu terjadi
retakan pada dinding, balok dan
lantai setelah pada jangka waktu
tertentu. Setelah dikaji, memang
retakan tersebut terjadi karena
kondisi pondasi yang tidak stabil.
Terjadi penurunan dan
pergerakan pondasi yang
melebihi dari yang disyaratkan,
serta besarnya
tidak merata pada seluruh pondasi.
Bahkan beberapa pondasi batu
kali terlihat miring, menunggu
proses keruntuhannya. Jenis
tanahnya ternyata tanah
lempung, atau terkadang
masyarakat
menyebutnya dengan tanah hitam,
yang mempunyai nilai kembang
susut yang cukup besar.
Sehingga, walaupun struktur
pondasi dan bangunan di atasnya
sudah direncanakan cukup kuat,
tapi
kalau didirikan di atas tanah yang
tidak stabil, maka struktur
bangunan tersebut akan ikut
menjadi
tidak stabil.
Salah satu penyebab timbulnya retakan pada bangunan, bahkan runtuhnya suatu
bangunan adalah ketidak-stabilan pondasi. Hal ini bisa disebabkan oleh perencanaan struktur
pondasi yang salah atau pondasi yang dibangun pada kondisi tanah yang tidak stabil atau tanah
yang selalu bergerak.

Kondisi demikian masih penulis jumpai di beberapa tempat, diantaranya di desa Toriyo,
Bendosari Sukoharjo, dimana setiap didirikan bangunan, terutama bangunan dengan struktur
beton bertulang dan tembok bata, selalu terjadi retakan pada dinding, balok dan lantai setelah
pada jangka waktu tertentu. Setelah dikaji, memang retakan tersebut terjadi karena kondisi
pondasi yang tidak stabil. Terjadi penurunan dan pergerakan pondasi yang melebihi dari yang
disyaratkan, serta besarnya tidak merata pada seluruh pondasi. Bahkan beberapa pondasi batu
kali terlihat miring, menunggu proses keruntuhannya. Jenis tanahnya ternyata tanah lempung,
atau terkadang masyarakat menyebutnya dengan tanah hitam, yang mempunyai nilai kembang
susut yang cukup besar.

Sehingga, walaupun struktur pondasi dan bangunan di atasnya sudah direncanakan


cukup kuat, tapi kalau didirikan di atas tanah yang tidak stabil, maka struktur bangunan tersebut
akan ikut menjadi tidak stabil.

Tanah hitam/lempung
Pondasi adalah struktur bawah bangunan yang berfungsi menyalurkan beban-beban
atau berat bangunan di atasnya ke dalam tanah. Oleh karenanya, perencanaan pondasi harus
disesuaikan dengan jenis dan sifat tanah yang akan mendukungnya. Disamping, tanah tersebut
mampu menahan beban yang disalurkan pondasi, tanah juga harus mempunyai sifat stabilitas
yang baik atau perbedaan kembang susut yang rendah.

Jenis tanah lempung atau tanah hitam mempunyai nilai kembang susut yang cukup
besar. Pada musim penghujan, tanah lempung akan mengembang cukup besar, dan pada musim
kemarau/kering tanah lempung akan menyusut yang cukup besar pula. Sehingga dapat
dikatakan mempunyai pergerakan yang besar. Kestabilannya dalam mendukung bangunan di
atasnya menjadi jauh berkurang. Apalagi bila pergerakan dan penurunan bangunan ini
mempunyai tidak merata pada seluruh bangunan dan pondasi, maka akan berakibat pada
timbulnya retakan-retakan dan patahan pada konstruksi betonnya atau dinding batanya, karena
beton maupun dinding bata akan mudah sekali retak atau patah apabila menerima beban tarik.
Walaupun, retakan-retakan atau patahan tersebut diperbaiki atau ditambal, maka apabila
terjadi kembang susut lagi tentunya akan berakibat timbulnya retakan dan patahan kembali.
Pengaruh Kondisi Tanah Pada Pondasi
Tanah lempung mempunyai sifat yang khas yaitu kohesifitas tinggi, dalam keadaan
kering bersifat keras, dan jika basah akan bersifat lunak plastis,, mengembang dan menyusut
dengan cepat. Oleh karenanya kestabilannya volumenya kecil karena pengaruh air.

Untuk mengantisipasi ketidakstabilan pondasi di atas tanah lempung ini, sebaiknya


sebelum membuat pondasi, terlebih dahulu tanah lempung tersebut distabilisasi. Hal ini dapat
dilakukan diantaranya dengan mengganti lapisan tanah lempung dengan tanah dengan stabilitas
kembang susut yang baik, memasang cerucuk/tiang pancang mini, atau membuat pondasi
sumuran.

Penggantian lapisan tanah lempung dengan tanah dengan stabilitas baik dapat
dilakukan apabila lapisan tanah lempungnya tidak terlalu dalam sehingga tidak membutuhkan
penggalian dan penimbunan yang terlalu banyak. Tanah yang dapat digunakan untuk mengganti
tanah lempung misalnya tanah padas, tanah yang dicampur kapur, semen, belerang, agar tidak
terjadi kembang susut yang besar. Stabilisasi ini akan berakibat nilai indeks plastisitasnya
menjadi rendah, dimana terjadi pengurangan batas cair dan peningkatan batas plastis.

Cara lainnya adalah dengan memberikan cerucuk atau batang-batang bamboo atau kayu
yang ditancapkan pada tanah lempung sampai ke tanah keras atau tanah dengan stabilitas yang
baik. Penancapan ini dapat dilakukan manual dengan pukulan tangan. Cerucuk ini dimaksudkan
untuk menopang pondasi dan menyalurkan beban-beban bangunan sampai ke tanah keras.
Disamping itu, penggunaan cerucuk akan mengurangi pengaruh kembang susut yang besar pada
pondasi. Pondasi menjadi stabil, tidak mengalami penurunan atau perpindahan yang melebihi
yang disayaratkan. Cerucuk ini dapat ditancapkan sesuai dengan lebar pondasi dengan jarak
antar tiang cerucuk ini berkisar 30 – 50 cm.

Apabila kesulitan dalam menancapkan batang bamboo atau kayu, dapat digunakan pile-
pile beton bertulang ukuran kecil (minipile) yang dapat ditancapkan menggunakan mesin atau
dilakukan pengeboran terlebih dahulu bila memungkinkan. Tentunya jumlah yang dibutuhkan
disesuaikan dengan kebutuhan beban yang harus dipikul melalui pondasi.

Selain itu, dapat juga digunakan pondasi sumuran, dimana tanah lempung digali sampai pada
kondisi tanah yang baik dan daya dukungnya sesuai, kemudian dimasukkan langsung beton
siklop atau dapat pula dimasukkan terlebih dahulu buis beton silinder untuk menahan dinding
tanah lempungnya, kemudian dimasukkan beton siklop.

Sehingga, sebenarnya “suksesnya” suatu pondasi merupakan awal dari “suksesnya” bangunan di
atasnya. Sekuat apapun struktur atas bangunan direncanakan, namun bila pondasi (struktur
bawah) bangunan tidak didesain dengan baik sesuai dengan kondisi tanahnya, maka akan sia-
sialah perencanaan struktur atas-nya.
Daya Dukung Tanah Lempung
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan tekanan atau beban
bangunan pada tanah dengan aman tanpa menimbulkan keruntuhan geser dan penurunan
berlebihan (Najoan, 20020). Daya dukung yang aman terhadap keruntuhan tidak berarti bahwa
penurunan pondasi akan berada dalam batas%batas yang diizinkan. Oleh karena itu, analisis
penurunan harus dilakukan karena umumnya bangunan peka terhadap penurunan yang
berlebihan. Kapasitas nilai daya dukung dari suatu tanah didasarkan pada karakteristik tanah
dasar dan dipertimbangkan terhadap kriteria penurunan dan stabilitas yang diisyaratkan,
termasuk faktor aman terhadap keruntuhan.

Metode Penelitian Tanah Lempung :


 Metode tomlinson

Metode Tomlinson adalah metode yang digunakan untuk perencanaan pondasi pada
tanah kohesif berdasarkan nilai undrained shear strength (Cu) dari tanah lempung. Harga Cu ini
dapat diperoleh dari uji laboratorium triaxial dan korelasi dari uji lapangan seperti N-SPT
maupun qc sondir.

 Model tanah Mohr CoulombModel

Mohr Coulomb mengasum-sikan perilaku tanah bersifat plastis sempurna, dengan


menetapkan suatu nilai tegangan batas dimana pada titik tersebut tegangan tidak lagi
dipengaruhi oleh regangan. Input parameter meliputi 5 buah parameter yaitu modulus Young
(E), rasio Poisson (υ), kohesi (c) , sudut geser (ø), dan sudut dilatansi (Ψ). Pada pemo-delan
Mohr-Coulomb umumnya dianggap bahwa nilai E konstan untuk suatu kedalaman pada suatu
jenis tanah, namun jika diinginkan adanya peningkatan nilai E per kedalaman tertentu
disediakan input tambahan dalam program Plaxis (Brinkgreve, R.B.J. 2007. PLAXIS 2D – Versi 8).

Jenis jenis pondasi pada tanah lempung

 Pondasi Tiang Pancang

Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang
berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup
untuk memikul berat bangunan dan beban yang bekerja padanya Atau apabila tanah yang
mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang
bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman lebih dari 8
meter.

 Bored pile
Pondasi Bored Pile adalah bentuk Pondasi Dalam yang dibangun di dalam permukaan
tanah dengan kedalaman tertentu. Pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan
dengan cara membuat lobang yang dibor dengan alat khusus. Setelah mencapai kedalaman yang
disyaratkan, kemudian dilakukan pemasangan kesing/begisting yang terbuat dari plat besi,
kemudian dimasukkan rangka besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya, lalu dilakukan
pengecoran terhadap lobang yang sudah di bor tersebut. Pekerjaan pondasi ini tentunya
dibantu dengan alat khusus, untuk mengangkat kesing dan rangka besi. Setelah dilakukan
pengecoran kesing tersebut dikeluarkan kembali.

 Spun pile

Tiang pancang bulat atau sering disebut prestressed spun pile adalah tiang pancang
yang paling modern dan paling sering digunakan di dunia sebagai tiang fondasi (paku bumi).
Tiang pancang bulat ini dibuat dengan menggunakan proses spinning agar bisa menciptakan
kepadatan dan homogenitas.

 Jack in pile

jack in pile adalah suatau sistem pemancangan pondasi tiang yang pelaksanaannya
ditekan masuk kedalam tanah dengan menggunakan dongkrak hidrolis yang diberi beban
counterweight atau sistem reaksi sehingga tidak menimbulkan getaran.

 Bore pile manual

Bore pile manual adalah teknik pembuatan pondasi dalam dengan cara mengebor
secarah manual, proses pengeboran sepenuhnya menggunakan manual tenaga manusia.

Jenis jenis pondasi yang sudah dijelaskan diatas sangat disarankan Pada tanah lempung
sehingga tanah tidak mudah terpengaruhi dengan iklim dan kondisi lingkungan
sekitar,perangcangan pondasi agak sulit dilakukan karena jenis tanah ini menyatu dengan air
hingga tanah dengan mudah menjadi jenuh air.
Daftar Pustaka
https://dokumen.tipis
https://anekabangunan.com
www.neliti.com
https://nuryanto.staff.gunadarma.ac.id
https://kontemporer2013.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai