LAPORAN PENELITIAN
“Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Teknik Kimia”
PENYUSUN:
MARLIANI 1610814120009
AVELIA EKA ALTARINA 1610814220021
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. ISNA SYAUQIAH ST., M.T
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya
dengan judul “Pembuatan Briket Bioarang Campuran Limbah Serbuk Gergaji Kayu
Meranti (Shore Spp) dan Tempurung Kelapa”. Penelitian ini merupakan salah satu
yang menjadi syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat.
Kami juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama
penyusunan laporan penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya. Rasa
terimakasih ini kami ucapkan terutama kepada :
1. Allah SWT atas rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini.
2. Orangtua yang selalu memberi dukungan kepada kami.
3. Ibu Iryanti Fatyasari Nata, ST., MT., Ph.D, selaku Ketua Program Studi Teknik
Kimia Universitas Lambung Mangkurat.
4. Ibu Dr. Isna Syauqiah, ST., MT., selaku dosen pembimbing penelitian Program
Studi Teknik Kimia Universitas Lambung Mangkurat.
5. Bapak Doni Rahmat Wicakso, ST., M.Eg, selaku koordinator penelitian
Program Studi Teknik Kimia Universitas Lambung Mangkurat.
6. Bapak Dr. Abubakar Tuhuloula, ST., MT., dan ibu Muthia Elma, ST., MSc.,
Ph.D, selaku dosen penguji penelitian yang telah membantu kami dalam
memberikan saran dan kritik untuk hasil yang terbaik pada penelitian ini.
7. Ibu Yayan Kamelia, A.Md., selaku laboran di laboratorium Teknologi dan
Proses.
8. Seluruh dosen dan staf yang banyak sekali membantu dalam penyelesaian
laporan penelitian ini.
ii
9. Teman-teman angkatan 2016 Teknik Kimia Universitas Lambung Mangkurat
yang telah memberikan saran dan masukan serta semangat dalam
menyelesaikan penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
10. Semua kakak-kakak dan adik-adik angkatan 2017, 2018 dan 2019 yang telah
memberikan saran dan masukan serta semangat dalam menyelesaikan
penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
11. Semua pihak yang telah membantu terselasainya penelitian ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
4.1 Hasil Analisis Karakteristik Briket ................................................................ 14
4.1.1 Analisis Nilai Kalor ................................................................................ 15
4.1.2 Analisis Kadar Air .................................................................................. 17
4.1.3 Analisis Kadar Abu ................................................................................ 19
4.1.4 Analisis Volatile Matter......................................................................... 21
4.1.5 Analisis fixed carbon.............................................................................. 23
4.2.6 Analisis Kuat Tekan ............................................................................... 25
4.2.7 Analisis Kecepatan Pembakaran .......................................................... 26
BAB 5. PENUTUP .................................................................................................................. 29
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 29
5.2 Saran ...................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 31
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 34
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
ABSTRAK
Menipisnya cadangan energi fosil sebagai akibat dari meningkatnya pertumbuhan penduduk
dan sektor industri. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai terobosan untuk mencegah terjadinya
krisis energi. Biomassa dapat dianggap sebagai pilihan terbaik untuk energi alternatif terbarukan. Briket
bioarang merupakan salah satu bahan bakar yang berasal dari biomassa. Biomassa yang digunakan pada
penelitian ini adalah limbah serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa. Penelitian ini bertujuan
untuk memanfaatkan limbah biomassa sebagai bahan bakar alternatif dan juga untuk mengevaluasi
kualitas briket yang dihasilkan berdasarkan analisa proksimat, nilai kalor, uji kuat tekan dan kecepatan
pembakaran dari briket campuran arang limbah serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa.
Penelitian dilakukan dengan metode karbonisasi yaitu proses pembakaran masing-masing bahan baku
dalam furnace dengan suhu 300℃ selama ±45 menit. Bioarang yang dihasilkan dari masing-masing
bahan baku diayak dan dihaluskan dengan ukuran partikel 40 dan 60 mesh. Kemudian kedua arang
tersebut dicampur sesuai variasi (25:75, 50:50 dan 75:25). Selanjutnya dicampur dengan perekat kanji
dan dicetak menjadi briket bioarang. Briket dengan variasi komposisi biomassa dan ukuran partikel
tersebut akan diuji dengan uji proksimat, uji nilai kalor, uji kuat tekan dan uji kecepatan pembakaran.
Briket bioarang hasil penelitian ini telat memenuhi standar mutu briket sebagai bahan bakar dilihat dari
nilai kalor, kadar air, kadar abu dan kadar fixed carbon. Briket dengan kondisi optimum terdapat pada
briket dengan kandungan komposisi bioarang 25% Serbuk gergaji dan 75% tempurung kelapa dengan
ukuran partikel arang 60 mesh karena memberikan hasil yang terbaik, yaitu nilai kadar volatile matter
terendah sebesar 34,25% ; kadar air terendah sebesar 2,13% ; kadar abu terendah sebesar 0,50% ; kadar
karbon (fixed carbon) tertinggi sebesar 62,60% dan nilai kalor tertinggi sebesar 6486,2985 cal/g.
Kata kunci: biomassa, briket, kayu meranti, nilai kalor, pengarangan, tempurung kelapa dan uji
proksimat.
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak bumi merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, ketersediaannya di muka bumi ini semakin lama akan semakin
sedikit, hal ini menimbulkan masalah karena konsumsi bahan bakar kian meningkat
dan terfokus kepada penggunaan bahan bakar minyak dan gas yang harganya
semakin mahal. Fakta ini mempengaruhi jumlah ketersediaan energi minyak bumi
yang semakin menipis dan akan menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan bakar
(Saleh dkk, 2017). Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai terobosan untuk
mencegah terjadinya krisis energi. Salah satu diantaranya adalah dengan mencari
bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui (renewable), ramah lingkungan dan
bernilai ekonomis.
Pada sisi lain tersedia sumber energi bahan bakar biomassa yang tersebar
dalam berbagai bentuk, khususnya limbah hasil penggergajian kayu. Khusus kota
Banjarmasin dan sekitarnya limbah hasil pengergajian kayu masih sangat jarang
digunakan sebagai bahan bakar. Limbah serbuk gergaji yang terbanyak di kota
Banjarmasin dan sekitarnya adalah limbah serbuk gergaji kayu meranti. Umumnya
sebagian limbah serbuk gergaji ini hanya digunakan sebagai bahan bakar tungku
atau dibakar begitu saja, sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.
Padahal serbuk gergaji kayu meranti merupakan biomassa yang belum
termanfaatkan secara optimal dan memiliki nilai kalor yang relatif besar. Dengan
mengubah serbuk gergaji menjadi briket, maka akan meningkatkan nilai ekonomis
bahan tersebut, serta mengurangi pencemaran lingkungan (Dewi dan Kholik 2019).
Pembuatan briket membutuhkan campuran dengan biomassa. Biomassa yang
dikembangkan selama ini sebagai campuran dalam pembuatan briket adalah
tempurung kelapa dan sabut kelapa. Bahan baku dalam pembuatan briket ini, yaitu
menggunakan serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa.
Proses pengolahan kayu akan menghasilkan limbah 54,24%, yang terdiri atas
sisa potongan dalam berbagai bentuk. Salah satu limbah yang dihasilkan dari
1
aktivitas pengolahan kayu yaitu serbuk gergaji (Bahri, 2008). Unsur kimiawi kayu
meranti terdiri dari lignin 16-33 %, sellulosa 50%, hemiselulosa dan sejumlah zat
lain 5-10% (Anggono dkk, 2009). Serbuk gergaji kayu meranti mempunyai nilai
kalor sebesar 5731,10 kcal/kg. Pada umumnya, nilai kalor yang terkandung dalam
tempurung kelapa adalah berkisar antara 4347 kcal/kg hingga 4618,81 kcal/kg
(Palungkun, 1999). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
kualitas briket campuran serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa
berdasarkan analisa proksimat, nilai kalor, uji kuat tekan dan kecepatan
pembakaran.
2
kecepatan pembakaran dari campuran arang limbah serbuk gergaji kayu
meranti dan tempurung kelapa menggunakan perekat kanji.
3. Mengevaluasi pengaruh ukuran partikel (40 mesh dan 60 mesh) terhadap
kualitas briket yang dihasilkan berdasarkan analisa proksimat, nilai kalor,
uji kuat tekan dan kecepatan pembakaran dari briket berbahan baku
campuran arang limbah serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa
menggunakan perekat kanji.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
terdiri atas sisa potongan dalam berbagai bentuk. Salah satu limbah yang dihasilkan
dari aktivitas pengolahan kayu adalah serbuk gergaji (Bahri, 2008). Nilai kalor dari
kayu miranti cukup tinggi, yaitu, 5731,10 kcal/kg (Patabang, 2013). Unsur kimiawi
kayu meranti terdiri dari sellulosa 50%, lignin 16-33 %, hemiselulosa dan sejumlah
zat lain 5- 10% (Anggono dkk, 2009).
2.4 Bioarang
Bioarang merupakan salah satu jenis bahan bakar dari aneka macam bahan
hayati atau biomassa, misalnya kayu, ranting, rumput, jerami, dan limbah pertanian
lainnya. Sedangkan arang adalah suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi (Purnama dkk, 2012). Pembuatan bioarang dapat dilakukan
dengan cara tradisional maupun dengan cara pembakaran pirolisis.
5
2.5 Pengarangan (Karbonisasi)
Karbonisasi biomassa atau yang sering disebut dengan pengarangan adalah
suatu proses untuk menaikan nilai kalor dari biomassa dan dihasilkan pembakaran
yang bersih dengan meminimalisir asap. Hasil karbonisasi adalah berupa arang
yang tersusun atas karbon dan berwarna hitam. Prinsip proses karbonisasi adalah
pembakaran biomassa tanpa adanya oksigen, sehingga yang terlepas hanya bagian
volatile matter, sedangkan karbonnya tetap tertinggal didalamnya. Dengan proses
pengarangan, biomassa dan polimer akan mengalami pemutusan ikatan membentuk
molekul-molekul dengan ukuran dan stuktur yang lebih ringkas. Faktor-faktor atau
kondisi yang mempengaruhi proses karbonisasi adalah waktu, suhu, ukuran partikel
dan berat partikel (Ramadhan dan Ali, 2010). Untuk proses pengarangan kayu biasa
secara singkat digambarkan sebagai berikut (Griffioen, 1950):
150 ºC sampai 200 ºC: Air didalam bahan baku dilepaskan bersama dengan
gas CO dan CO2 dalam jumlah kecil. Bahan baku kayu baru mengandung
50% karbon.
200 ºC sampai 300 ºC: Pembentukan gas CO dan CO2. Arang mulai
berwarna coklat tua dan kandungan karbon mencapai 70%.
300 ºC sampai 400 ºC: Disamping pembentukan gas, dijumpai sejumlah
kecil senyawa dari hidrokarbon reaksi berjalan secara eksotermik. Tar yang
berwarna coklat. Arang mulai keras dan berwarna hitam dengan kandungan
karbon mencapai 80%.
400 ºC sampai 500 ºC: Gas terbentuk dalam jumlah besar, terutama terdiri
dari senyawa hidro karbon dengan molekul CO dan CO2, juga terpisah suatu
tar yang berwarna gelap. Destilat lain hampir tidak terbentuk lagi.
Kandungan karbon mencapai 85% dan arang sudah mulai berwarna hitam
pekat agak keras.
Diatas 500 ºC : Pembentukan tar diteruskan. Gas hidrogen semakin
bertambah, terbentuknya kadar karbon mencapai 90%.
Diatas 700 ºC : Secara praktis hanyalah terbentuk gas hidrogen. Disamping
itu pula pengaruh berat jenis, kekeringan (kadar air bahan) dan suhu akhir
pengarangan dapat menentukan hasil dan kualitas arang yang diperoleh.
6
2.6 Perekat Kanji
Perekat kanji umum digunakan sebagai bahan perekat pada briket arang,
karena banyak terdapat dipasaran dan harganya relatif murah. Perekat ini dalam
penggunaannya menimbulkan asap yang relatif sedikit jika dibandingkan bahan
yang lainnya. Partikel-partikel zat dalam bahan baku pada proses pembuatan briket
membutuhkan zat pengikat, dalam hal ini perekat kanji bias dijadikan zat pengikat
sehingga dihasilkan briket yang merekat dengan baik. Penggunaan kanji akan
menghasilkan brikat berkekuatan tinggi dengan kualitas berbeda. Penggunaan
tepung kanji sebagai bahan perekat akan menghasilkan briket yang tidak berasap
dan tahan lama dibandingkan perekat molase. Kadar perekat dalam briket tidak
boleh terlalu tinggi karena dapat mengakibatkan penurunan mutu briket arang yang
sering menimbulkan banyak asap (Saleh dkk, 2017).
7
utama penyusun abu adalah silika dan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor
briket arang yang dihasilkan. Apabila semakin tinggi kadar abu maka semakin
rendah kualitas briket karena kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai
kalor briket arang (Bahri, 2008).
3. Kadar Zat Terbang (volatile matter)
Zat Terbang adalah zat (volatile matter) yang dapat menguap sebagai hasil
dekomposisi senyawa-senyawa di dalam arang selain air. Kandungan kadar zat
menguap yang tinggi di dalam briket arang akan menimbulkan asap yang lebih
banyak pada saat briket dinyalakan. Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi antara
karbon monoksida (CO) dengan turunan alcohol. Kadar zat menguap ditentukan
oleh kesempurnaan proses karbonisasi. Kadar zat menguap yang tinggi bisa
disebabkan karena tidak sempurnanya proses karbonisasi. Disamping itu kadar zat
menguap juga dipengaruhi oleh suhu dan waktu pengarangan, semakin besar suhu
pada waktu pengarangan maka semakin banyak zat menguap yang terbuang selama
proses pengarangan sehingga kandungan zat menguap akan semakin kecil (Bahri,
2008). Untuk kadar volatile matter ± 40 % pada pembakaran akan memperoleh
nyala yang panjang dan akan memberikan asap yang banyak. Sedangkan untuk
kadar volatile matter rendah antara 15 - 25% lebih disenangi dalam pemakaian
karena asap yang dihasilkan sedikit (Surest dkk, 2011).
4. Kadar Fixed Carbon
Kadar fixed carbon yang rendah dapat menyebabkan briket lebih lama untuk
dinyalakan. Hal ini dikarenakan kadar volatile matter yang tinggi. Semakin tinggi
kadar fixed carbon, maka semakin tinggi nilai kalor briket arang yang dihasilkan.
Kadar fixed carbon berpengaruh terhadap kualitas briket yang dihasilkan, semakin
tinggi kadar fixed carbon maka semakin baik kualitas briket yang dihasilkan (Dewi
dkk, 2019).
5. Nilai Kalor
Penetapan nilai kalor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai panas
pembakaran yang dapat dihasilkan briket arang. Nilai kalor menjadi parameter
mutu paling penting bagi briket arang sebagai bahan bakar, sehingga nilai kalor
sangat menentukan kualitas briket arang. Apabila nilai kalor bakar briket arang
8
semakin tinggi, maka akan semakin baik pula kualitas briket arang yang dihasilkan.
Nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air dan kadar abu yang ada dalam briket arang,
semakin rendah kadar air dan kadar abu dalam briket arang maka akan
meningkatkan nilai kalor bakar briket arang yang dihasilkan (Handoko dkk, 2019).
Nilai kalor dinyatakan sebagai heating value, merupakan suatu parameter yang
penting dari suatu thermal coal. Gross calorific value diperoleh dengan membakar
suatu sampel briket didalam bomb calorimeter dengan mengembalikan sistem ke
ambient tempertur. Net calorific value biasanya antara 93-97 % dari gross value
dan tergantung dari kandungan inherent moisture serta kandungan hidrogen dalam
briket (Dewi, 2019). Untuk penelitian ini nilai kalor yang diambil berdasarkan
Gross calorific value.
Persyaratan kualitas briket bioarang kayu menurut Standar Industri
Indonesia (SNI 01-6235-2000) adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 Syarat Mutu Briket Arang Kayu (SNI 01-6235-2000)
No. Parameter Persyaratan
1 Kadar Air Maks. 8%
2 Kadar Abu Maks. 8%
3 Kadar Volatil Maks. 15%
4 Nilai Kalor Min. 5000 kal/g
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
Tempurung kelapa diperoleh dari sisa limbah buah kelapa di daerah
Banjarmasin utara. Tempurung kelapa yang diperoleh kemudian dikeringkan di
dalam oven dengan suhu 100℃ selama 8 jam setelah itu didinginkan di desokator
selama 2 jam. Pengeringan dilakukan terus menerus selama 2 hari sehingga lama
proses mengeringkan sampel mentah selama 20 jam (Frida dkk, 2019). Proses
pengeringan bahan baku bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung
dalam tempurung kelapa dan serbuk gergaji kayu meranti.
11
adalah sebanyak 10% dari berat arang yang akan digunakan dalam pembuatan
briket tersebut (Dewi, 2019).
Nilai kuat tekan diperoleh dari gaya tekan briket dibagi dengan luas bidang
briket. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 1974-2011) rumus nilai kuat
tekan dapat dilihat pada persamaan berikut :
12
3.4 Diagram Alir Penelitian
Dihaluskan dan
serbuk gergaji diayak dengan sieve
kayu meranti & (40 dan 60) mesh
tempurung kelapa
Dikarbonisasi menggunakan
furnace dengan suhu 300℃
selama ± 45 menit Dilarutkan dan dipanaskan
hingga mendidih
10%
Bioarang Lem Kanji
Analisa Sampel:
Nilai Kalor
Kadar Air
Kadar Abu
Briket
Kadar Zat Terbang
Kadar Karbon
Uji Kuat Tekan
Uji Kecepatan Pembakaran
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.2 Hasil Analisis Karakteristik Briket Biorang Campuran Limbah Serbuk
Gergaji Kayu Meranti dan Tempurung Kelapa Ukuran Partikel 60 mesh
Komposisi (Tempurung Kelapa : Serbuk Gergaji) %
Uji Karakteristik
25:75 50:50 75:25
Nilai Kalor (cal/g) 6167,6888 6289,3482 6486,2985
Kadar Air (%) 4,95 3,69 2,13
Kadar Abu (%) 1,08 0,81 0,50
Fixed Carbon(%) 51,89 55,56 62,60
Volatile Matter (%) 41,48 39,54 34,25
14
Tabel 4.3 Hasil Analisis Kuat Tekan Briket Bioarang Campuran Limbah Serbuk
Gergaji Kayu Meranti dan Tempurung Kelapa
Variasi Nilai Kuat
Ukuran Luas Bidang Gaya Tekan
Komposisi Briket Tekan
Partikel (mm2) (N)
(TP:SB)% (N/mm2)
25:75 490,875 438 0,8923
40 mesh 50:50 490,875 729 1,4851
75:25 490,875 1538 3,1332
25:75 490,875 697 1,4199
60 mesh 50:50 490,875 983 2,0025
75:25 490,875 2390 4,8689
15
4411 kcal/kg dan serbuk gergaji kayu mempunyai nilai kalor sebesar 4289 kcal/kg
(Patabang, 2013). Hasil penelitian untuk parameter nilai kalor briket bioarang
campuran limbah serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa dilihat pada
Gambar 4.1
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa bahwa semakin kecil kandungan
komposisi serbuk gergaji kayu terhadap tempurung kelapa maka nilai kalor briket
tersebut akan semakin besar. Atau sebaliknya semakin tinggi kandungan serbuk
gergaji kayu terhadap tempurung kelapa maka nilai kalor briket tersebut akan kecil.
Hal ini disebabkan semakin meningkatnya kadar air, kadar abu dan kadar zat terbang
pada serbuk gergaji kayu sehingga kadar karbon padatnya semakin berkurang.
Berkurangnya nilai karbon padat mengakibatkan nilai kalor briket semakin rendah.
Nilai kalor terendah sebesar 5953,0142 cal/g terdapat pada komposisi arang 25%
tempurung kelapa dan 75% serbuk gergaji dengan ukuran partikel 40 mesh.
Sedangkan nilai kalor tertinggi sebesar 6486,2985 cal/g terdapat pada komposisi
arang 75% tempurung kelapa dan 25% serbuk gergaji dengan ukuran partikel 60
16
mesh. Hal ini sesuai dengan literatur (Handoko dkk, 2019), yang menyatakan bahwa
kualitas nilai kalor briket yang dihasilkan dipengaruhi oleh nilai kalor atau energi
yang dimiliki oleh bahan penyusunnya. Perbedaan jumlah nilai kalor masing-
masing perlakuan disebabkan oleh perbedaan akumulasi jumlah nilai kalor yang
terkandung pada setiap briket, yang dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusun
briket bioarang tersebut. Jika dibandingkan dengan Standar Kualitas Briket
Bioarang yang ditetapkan oleh SNI 1/6325/2000, briket bioarang campuran limbah
serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa dengan perekat kanji yang
dihasilkan memenuhi syarat mutu yang ditetapkan, yaitu min 5000 cal/g.
17
Gambar 4.2 Hubungan antara Komposisi Bioarang dengan Kadar Air
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa semakin kecil kandungan komposisi serbuk
gergaji kayu terhadap tempurung kelapa maka kadar air briket tersebut akan
semakin kecil pula. Atau sebaliknya semakin tinggi kandungan serbuk gergaji
kayu terhadap tempurung kelapa maka kadar air briket tersebut akan semakin
tinggi. Hal ini terjadi karena serbuk gergaji kayu mempunyai porositas yang besar
(kemampuan menyerap air) lebih tinggi daripada tempurung kelapa sehingga
jumlah air yang diserap pun semakin banyak mengakibatkan kandungan air pada
briket semakin bertambah. Selain itu, serbuk gergaji kayu berat jenisnya lebih
rendah dibandingkan tempurung kelapa sehingga kerapatan serbuk gergaji kayu
tersebut lebih kecil dibandingkan tempurung kelapa akibatnya kandungan air pada
sebuk gergaji kayu lebih sedikit teruapkan dibandingkan tempurung kelapa.
Kadar air semakin rendah jika jumlah arang serbuk kayu semakin sedikit.
Penurunan kadar air dari variasi komposisi bioarang (25:75, 50:50 dan 75:25)
dipengaruhi oleh perbedaan komposisi bahan pembuat briket. Perbedaan
18
komposisi ini menghasilkan luas permukaan briket yang berbeda sehingga
memberi pengaruh dalam penyerapan kadar air pada briket yang dibuat. Nilai
kadar air terendah sebesar 2,13% terdapat pada briket bioarang 75% tempurung
kelapa dan 25% serbuk gergaji dengan ukuran partikel 60 mesh. Nilai kadar air
tertinggi sebesar 5,13% terdapat pada briket bioarang 25% tempurung kelapa dan
75% serbuk gergaji dengan ukuran partikel 40 mesh. Kadar air yang tinggi juga
dipengaruhi oleh pengeringan bahan baku yang kurang sempurna, sehingga
kandungan air masih banyak terdapat di dalam briket bioarang serta ukuran
partikel bioarang yang halus sehingga lebih mudah menyerap air, yang dapat
menyebabkan penyimpanan hasil kadar air dalam briket bioarang (Tahir, 2019).
Jika dibandingkan dengan Standar Kualitas Briket Bioarang yang ditetapkan oleh
SNI 1/6235/2000, briket bioarang campuran limbah serbuk gergaji kayu meranti
dan tempurung kelapa yang dihasilkan sebagian besar telah memenuhi syarat
mutu yang ditetapkan, yaitu masih lebih kecil dari syarat maksimal kadar air yang
diperbolehkan, yaitu 8%.
19
Gambar 4.3 Hubungan antara Komposisi Bioarang dengan Kadar Abu
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi memberikan pengaruh
terhadap kadar abu yang dihasilkan. Kadar abu semakin kecil jika jumlah arang
tempurung kelapa semakin banyak dan arang serbuk kayu semakin sedikit. Hal ini
dikarenakan serbuk gergaji kayu memiliki kandungan mineral yang lebih banyak
dibandingkan tempurung kelapa. Sehingga pada masing – masing partikel arang
yang mengandung mineral akan tertinggal berupa abu setelah pembakaran briket.
Apalagi dengan jumlah partikel yang semakin banyak maka kandungan abu briket
pun semakin bertambah. Semakin rendah kadar abu maka semakin baik kualitas
briket yang dihasilkan (Surest dkk, 2011). Nilai kadar abu terendah sebesar 0,50%
terdapat pada briket bioarang 75% tempurung kelapa dan 25% serbuk gergaji
dengan ukuran partikel 60 mesh. Nilai kadar abu tertinggi sebesar 1,68% terdapat
pada briket bioarang 25% tempurung kelapa dan 75% serbuk gergaji dengan ukuran
partikel 40 mesh. Jika dibandingkan dengan Standar Kualitas Briket Bioarang yang
ditetapkan oleh SNI 1/6235/2000, briket bioarang campuran limbah serbuk gergaji
kayu meranti dan tempurung kelapa yang dihasilkan sebagian besar telah
20
memenuhi syarat mutu yang ditetapkan, yaitu masih lebih kecil dari syarat
maksimal kadar abu yang diperbolehkan, yaitu 8%.
21
Gambar 4.4 Hubungan antara Komposisi Bioarang dengan Kadar Volatile Matter
Dari Gambar 4.4 diketahui bahwa semakin kecil kandungan komposisi serbuk
gergaji kayu terhadap tempurung kelapa, maka kadar zat terbang (volatile matter)
briket tersebut akan semakin kecil pula. Atau sebaliknya semakin tinggi kandungan
serbuk gergaji kayu terhadap tempurung kelapa maka kadar zat terbang (volatile
matter) briket tersebut akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan serbuk gergaji kayu
banyak mengandung senyawa volatile yang mudah terbang jika dipanaskan
dibandingkan dengan tempurung kelapa. Partikel arang penyusun briket tersebut
mengandung gas-gas berupa H2, CO, CO2, CH4 dan uap air serta sedikit tar yang
akan hilang pada saat pembakaran briket. Selain itu, kandungan zat terbang
mempengaruhi pembakaran dan intensitas nyala api. Kandungan zat terbang yang
tinggi akan mempercepat pembakaran briket. Nilai kadar volatile matter terendah
sebesar 34,25% terdapat pada briket bioarang 75% tempurung kelapa dan 25%
serbuk gergaji dengan ukuran partikel 60 mesh. Nilai kadar volatile matter tertinggi
sebesar 42,22% terdapat pada briket bioarang 25% tempurung kelapa dan 75%
serbuk gergaji dengan ukuran partikel 40 mesh. Jika dibandingkan dengan Standar
22
Kualitas Briket Bioarang yang ditetapkan oleh SNI 1/6235/2000, briket bioarang
campuran limbah serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa yang
dihasilkan belum memenuhi syarat mutu yang ditetapkan, yaitu lebih besar dari
syarat maksimal kadar zat terbang (volatile matter) yang diperbolehkan, yaitu 15%.
23
Dari Gambar 4.5 dapat dijelaskan bahwa semakin kecil kandungan komposisi
serbuk gergaji kayu terhadap tempurung kelapa maka kadar fixed carbon briket
tersebut akan semakin besar. Atau sebaliknya semakin tinggi kandungan serbuk
gergaji kayu terhadap tempurung kelapa maka kadar fixed carbon briket tersebut
akan kecil. Hal ini disebabkan meningkatnya kadar air, kadar abu dan kadar zat
terbang pada serbuk gergaji kayu yang akan menurunkan kadar karbon padat dalam
briket dan sebaliknya. Kadar karbon padat berpengaruh terhadap waktu
pembakaran dan nilai kalor briket. Semakin besar kandungan karbon padat maka
waktu pembakaran briket akan semakin lama dan nilai kalor briket akan semakin
tinggi (Surest dkk, 2011). Nilai kadar karbon terikat (fixed carbon) terendah sebesar
51,57% terdapat pada briket bioarang 25% tempurung kelapa dan 75% serbuk
gergaji dengan ukuran partikel 40 mesh. Nilai kadar terikat (fixed carbon) tertinggi
sebesar 62,60% terdapat pada briket bioarang 75% tempurung kelapa dan 25%
serbuk gergaji dengan ukuran partikel 60 mesh.
24
Gambar 4.6 Hubungan antara Komposisi Bioarang dengan Nilai Kuat tekan
(N/mm2)
Dari Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa nilai kuat tekan semakin tinggi jika jumlah
arang serbuk kayu semakin sedikit dan tempurung kelapa semakin banyak. Hal ini
diduga karena perbedaan luas permukaaan bahan pembuat briket tersebut sehingga
mempengaruhi nilai kuat tekan. Luas permukaan arang serbuk kayu lebih luas
dibandingkan dengan luas permukaan arang tempurung kelapa. Selain itu, ukuran
partikel juga mempengaruhi nilai kuat tekan pada briket bioarang, semakin kecil
ukuran partikel arang, maka semakin rapat susunan partikel zat tersebut sehingga
nilai kuat tekan pada briket akan semakin besar. Nilai kuat tekan terendah sebesar
0,8923 N/mm2 terdapat pada variasi komposisi 25% tempurung kelapa dan 75%
serbuk gergaji dengan ukuran partikel 40 mesh. Sedangkan nilai kuat tekan tertinggi
sebesar 4,8689 N/mm2 terdapat pada variasi komposisi 75% tempurung kelapa dan
25% serbuk gergaji dengan ukuran partikel 60 mesh. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai kuat tekan pada briket adalah ukuran partikel, luas permukaan
dan jumlah perekat yang digunakan.
25
4.2.7 Analisis Kecepatan Pembakaran
Kecepatan pembakaran merupakan berkurangnya bobot per satuan menit
selama pembakaran. Pengurangan bobot semakin cepat memberikan kecepatan
yang semakin besar. Semakin besar kecepatan pembakaran, maka briket akan
menyala semakin singkat. Nilai kecepatan pembakaran diperoleh dari berat kering
briket dibagi dengan waktu pembakaran briket sampai habis menjadi abu. Hasil
analisis kecepatan pembakaran briket bioarang campuran limbah serbuk gergaji
kayu meranti dan tempurung kelapa dilihat pada Gambar 4.7
Dari Gambar 4.7 diketahui bahwa semakin besar komposisi arang tempurung
kelapa dan semakin kecil komposisi arang serbuk gergaji, maka kecepatan
pembakaran briket akan semakin kecil yang artinya waktu briket menyala semakin
lama. Kecepatan pembakaran briket terkecil terdapat pada variasi komposisi arang
75% tempurung kelapa dan 25% serbuk gergaji dengan ukuran partikel arang 40
26
mesh sebesar 0,2494 g/menit. Sedangkan kecepatan pembakaran briket tertinggi
terdapat pada variasi komposisi arang 25% tempurung kelapa dan 75% serbuk
gergaji dengan ukuran partikel arang 60 mesh sebesar 0,3429 g/menit. Kecepatan
pembakaran dipengaruhi oleh struktur bahan, kandungan karbon terikat (fixed
carbon) dan tingkat kekerasan bahan. Tempurung kelapa mempunyai struktur
bahan yang lebih padat dan tingkat kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan
serbuk gergaji sehingga kecepatan pembakarannya rendah. Ukuran partikel arang
mempengaruhi kecepatan pembakaran dimana semakin kecil ukuran partikel maka
semakin tinggi kecepatan pembakarannya. Kecepatan pembakaran juga
dipengaruhi oleh kadar air dan kadar volatil. Semakin tinggi kandungan senyawa
volatilnya, maka briket akan mudah terbakar dengan kecepatan pembakaran tinggi.
Semakin tinggi air yang terkandung dalam briket, maka semakin banyak jumlah
energi yang dan waktu yang diperlukan untuk menyalakan briket.
Adapun keunggulan dari penelitian ini dimana briket bioarang campuran
limbah serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa yaitu cara pembuatan
yang sederhana, biaya yang digunakan ekonomis dan nilai kalor tinggi. Untuk
kekurangannya, yaitu briket bioarang campuran limbah serbuk gergaji kayu meranti
dan tempurung kelapa masuh belum memenuhi kadar volatile matter (SNI No.01-
6235-2000) yang telah ditetapkan Indonesia. Perbandingan nilai briket bioarang
campuran limbah serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa dengan
standarisasi briket arang buatan Indonesia ditunjukkan pada Tabel 4.5
27
Tabel 4.5 Perbandingan Nilai Briket Bioarang Campuran Limbah Serbuk Gergaji
Kayu Meranti dan Tempurung Kelapa dengan Standarisasi Briket Arang
Buatan Indonesia
(SNI No.01- Briket arang campuran serbuk gergaji
Sifat arang briket
6235-2000) kayu meranti dan tempurung kelapa*
Nilai kalor (cal/g) Min 5000 6486,2985
Kadar air (%) 8 2,13
Kadar abu (%) 8 0,50
Kadar zat volatile (%) 15 34,25
*Ukuran partikel 60 mesh dengan komposisi arang 75% tempurung kelapa dan 25%
serbuk gergaji
Berdasarkan Tabel 4.4 briket yang diperoleh telah memenuhi standar SNI
untuk nilai kalor, kadar air dan kadar abu yang dihasilkan. Sedangkan untuk kadar
volatile matter masih belum memenuhi standar SNI, hal ini dikarenakan pada
penelitian briket bioarang campuran limbah serbuk gergaji kayu meranti dan
tempurung kelapa masih berkontak dengan udara bebas pada saat transfer sampel
dan perlakuan terhadap sampel serta pengotor yang terdapat pada bahan sehingga
mempengaruhi hasil dari briket terebut.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Semakin kecil kandungan komposisi arang serbuk gergaji kayu terhadap
tempurung kelapa maka kadar air (total moisture), kadar abu (ash content)
dan kadar zat terbang (volatile matter) briket menurun. Sedangkan kadar
karbon padat (fixed carbon) dan nilai kalornya (calorific value) meningkat.
2. Briket dengan kondisi optimum terdapat pada briket dengan kandungan
komposisi bioarang 25% Serbuk gergaji dan 75% tempurung kelapa karena
memberikan hasil yang terbaik, yaitu nilai kadar volatile matter terendah
sebesar 34,25% ; kadar air terendah sebesar 2,13% ; kadar abu terendah
sebesar 0,50% ; kadar karbon (fixed carbon) tertinggi sebesar 62,60% dan
nilai kalor tertinggi sebesar 6486,2985 cal/g.
3. Pengaruh ukuran partikel terhadap briket bioarang yang dihasilkan yaitu
semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar nilai kalor dan kadar
karbon terikat (fixed carbon). Sedangkan kadar volatile matter, kadar abu
dan kadar air semakin rendah. Untuk ukuran partikel 40 mesh dihasilkan
kadar volatile matter terendah sebesar 36,64% ; kadar air terendah sebesar
3,51% ; kadar abu terendah sebesar 1,02% ; kadar karbon (fixed carbon)
tertinggi sebesar 59,35% ; dan nilai kalor tertinggi sebesar 62,58,0415 cal/g.
Sedangkan pada ukuran partikel 60 mesh dihasilkan kadar volatile matter
terendah sebesar 34,25% ; kadar air terendah sebesar 2,13% ; kadar abu
terendah sebesar 0,50% ; kadar karbon (fixed carbon) tertinggi sebesar
62,60% dan nilai kalor tertinggi sebesar 6486,2985 cal/g.
4. Pengaruh komposisi arang dan ukuran partikel terhadap nilai kuat tekan
adalah semakin kecil komposisi serbuk gergaji kayu meranti dan semakin
besar komposisi arang tempurung kelapa, maka semakin tinggi nilai kuat
tekan briket yang dihasilkan. Selain itu, semakin kecil ukuran partikel yang
digunakan, maka semakin kecil pori-pori yang dihasilkan oleh briket
29
bioarang tersebut, sehingga menghasilkan briket yang kuat. Nilai kuat tekan
terendah sebesar 0,8923 N/mm2 terdapat pada variasi komposisi 25%
tempurung kelapa dan 75% serbuk gergaji dengan ukuran partikel 40 mesh.
Sedangkan nilai kuat tekan tertinggi sebesar 4,8689 N/mm2 terdapat pada
variasi komposisi 75% tempurung kelapa dan 25% serbuk gergaji dengan
ukuran partikel 60 mesh.
5. Pengaruh komposisi arang dan ukuran partikel terhadap kecepatan
pembakaran adalah semakin besar komposisi arang tempurung kelapa dan
semakin kecil komposisi arang serbuk gergaji, maka kecepatan pembakaran
briket akan semakin kecil yang artinya waktu briket menyala semakin lama.
Selain itu, semakin kecil ukuran partikel yang digunakan, maka semakin
kecil pori-pori yang dihasilkan oleh briket bioarang tersebut sehingga
semakin tinggi kecepatan pembakarannya. Nilai kecepatan pembakaran
briket terendah terdapat pada variasi komposisi arang 75% tempurung
kelapa dan 25% serbuk gergaji dengan ukuran partikel arang 40 mesh
sebesar 0,2494 g/menit. Sedangkan kecepatan pembakaran briket tertinggi
terdapat pada variasi komposisi arang 25% tempurung kelapa dan 75%
serbuk gergaji dengan ukuran partikel arang 60 mesh sebesar 0,3429
g/menit.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan briket bioarang
campurang limbah serbuk gergaji kayu meranti dan tempurung kelapa yang
lebih berkualitas dan penggunaannya langsung pada kompor briket. Selain
itu, untuk mengetahui manfaat lain dari limbah serbuk gergaji kayu meranti
dan tempurung kelapa dengan memanfaatkannya untuk memenuhi
kebutuhan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan dengan minyak
tanah.
2. Perlunya dilakukan untuk pemilihan komposisi arang atau penambahan
variasi perekat, sehingga diperoleh briket yang kuat dan tahan lama.
30
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, R.P. 2019. Utilization of Sawdust and Coconut Shell as Raw Materials in
Briquettes Production. The 4th International Conference On Industrial,
Mechanical, Electrical, And Chemical Engineering, AIP Conference
Proceedings 2097.
Dewi R.P., W. Anandi, S. J., Purnomo dan T. J., Saputra. 2019 Pengaruh Variasi
Konsentrasi Perekat Terhadap Kadar Fixed Carbon dan Volatile Metter
Briket Arang. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim.
Magelang.
Frida, E., Darnianti dan J. Pandia. 2019 Preparasi dan Karakterisasi Biomassa Kulit
Pinang dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Dengan Menggunakan
Tepung Tapioka Sebagai Perekat. Juitech Volume 03 No.2:1-8.
Handoko, R., Fadelan dan M. Malyadi. 2019. Analisa Kalor Bakar Briket Berbahan
Arang Kayu Jati, Kayu Asam, Kayu Johar, Tempurung Kelapa dan
Campuran. Jurnal Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Volume 1:14-21.
31
Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dari Briket Arang Secara Sederhana dari Serbuk
Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan. Bogor: Puslitbang Hasil Hutan.
Saleh, A., I. Novianty, S. Murni dan A. Nurrahma. 2017. Analisis Kualitas Briket
Serbuk Gergaji Kayu dengan Penambahan Tempurung Kelapa Sebagai
Bahan Bakar Alternatif. Jurnal A-Kimia Volume 5 No. 1:21-30.
Sudrajat, R dan S. Soleh 1994. Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutan. Bogor.
Surest, A.H., M.S. Arnaldo dan H. Afif. 2011. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk
Gergaji Kayu dan Tempurung Kelapa dengan Proses Karbonisasi. Jurnal
Teknik Kimia Volume 17 No.8:29-41.
32
Tahir, M. A. 2019. Pengaruh Variasi Komposisi dan Ukuran Partikel Terhadap
Karakteristik Briket Kombinasi Arang Tempurung Kelapa Dengan Arang
Bambu. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Alauddin.
Makassar.
33
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
Gaya Tekan
Kuat Tekan = Luas Bidang
438 N
= 490,875 mm2
= 0,8923 N/mm2
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel A.1
Tabel A.1 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Briket Campuran Limbah Serbuk Gergaji
Kayu Meranti dengan Tempurung Kelapa
Briket Panjang Diameter Luas Bidang Gaya Tekan Kuat Tekan
(TP:SB) (mm) (mm) (mm2) (N) (N/mm2)
40 mesh
25:75 50 25 490,875 438 0,8923
50:50 50 25 490,875 729 1,4851
75:25 50 25 490,875 1538 3,1332
60 mesh
25:75 50 25 490,875 697 1,4199
50:50 50 25 490,875 983 2,0025
75:25 50 25 490,875 2390 4,8689
= 0,3342 g/menit
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel A.2
Tabel A.2 Hasil Perhitungan Kecepatan Pembakaran Briket Campuran Limbah Serbuk
Gergaji Kayu Meranti dengan Tempurung Kelapa
Berat Waktu Pembakaran Kecepatan Pembakaran
Briket (TP:SB)
(gram) (menit) (g/menit)
40 mesh
25:75 24,93 74,60 0,3342
50:50 23,94 81,46 0,2939
75:25 21,02 84,29 0,2494
60 mesh
25:75 25,30 73,78 0,3429
50:50 23,68 76,44 0,3098
75:25 22,11 79,19 0,2792
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI