Disusun Oleh:
B012202071
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pemilihan Kepala Daerah atau yang biasa disingkat menjadi Pilkada, merupakan
agenda penting 5 tahun sekali di masing-masing daerah dalam negara Indonesia .
Pilkada merupakan agenda yang paling menentukan nasib suatu daerah selama 5
tahun kedepan, yaitu suksesi kepemimpinan tertinggi di wilayah eksektuif. Namun, tidak
jarang kepala daerah (petahana) kemudian melanjutkan ke periode kedua dalam masa
jabatannya atau biasa disebut dengan incumbent. Pasca runtuhnya kekuasaan orde
baru, konstitusi Indonesia beberapa kali mengalami tahapan amandemen.
Sampai pada konstitusi yang berlaku di masa sekarang yaitu, UUD NRI Tahun
1945, perubahan atau amandemen telah berlangsung empat tahap perubahan terhadap
konstitusi. Perubahan konstitusi ini tentunya berimplikasi pada peraturan di bawahnya,
khususnya adalah undangundang. Sehingga dalam hal jabatan eksekutif, mulai dari
Presiden hingga Walikota/Bupati dibatasi jabatannya maksimal sepuluh tahun atau dua
periode jabatan. Dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto, jabatan eksekutif sama
sekali tidak dibatasi, hal ini berdampak buruk terhadap pemerintahan, baik di tingkat
pusat maupun daerah.
PEMBAHASAN
Secara harfiah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos yang berarti rakyat
dan kratia yang berarti pemerintahan. Sedangkan secara istilah, demokrasi merupakan
dasar hidup bernegara yang menempatkan rakyat dalam posisi berkuasa (government
or role by people) sehingga pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara karena
kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat. Demokrasi dapat dijustifikasikan
sebagai government of, by, and for people.
Dalam perkembangannya, ide kedaulatan rakyat secara utuh sulit diterapkan selain
beragam dan seringkali saling bertentangan, rakyat juga sulit dihimpun untuk
penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari. Oleh karena itulah muncul ide demokrasi
yang terkonkretisasi dalam lembaga perwakilan, baik lembaga eksekutif, legislatif
maupun yudikatif yang anggota-anggotanya dipilih dari partai politik atau perseorangan
sebagai agregasi dari berbagai kepentingan rakyat. Sedangkan pendekatan empirik
menekankan pada perwujudan demokrasi dalam kehidupan politik sebagai rangkaian
prosedur yang mengatur rakyat untuk memilih, mendudukkan dan meminta
pertanggungjawaban wakilnya di lembaga perwakilan. Wakil-wakil inilah yang kemudian
membuat dan menjalankan keputusan publik .
Undang-undang pemilu era reformasi telah menetapkan secara konsisten enam
asas pemilu, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Termasuk Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilu sebagaimana yang disebutkan dalam
pasal 1 angka 1 pasal 2 menetapkan hal yang sama frasa langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil tanpa ditambah dan dikurangi. Hal ini menunjukkan bahwa asas
tersebut merupakan prinsip fundamental pemilu.
2. Umum ( Algemene, General) Semua warga Negara yang telah memenuhi syarat
sesuai dengan Undang-Undang berhak mengikuti pemilu tanpa ada diskriminasi. Umum
berarti pada dasaranya semua warga Negara yang memenuhi persyaratan minimal
dalam usia, yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah kawin berhak
ikut memilih dalam pemilihan umum. Warga Negara yang sudah berumur 21 (dua puluh
satu) tahun berhak dipilih. Jadi pemilihan yang bersifat umum mengandung nakna
menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga yang telah telah
memenuhu persyaratan tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasar acuan
suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial.
3. Bebas (Vrije, Independent) Bebas berarti setiap Negara yang berhak memilih
bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Didalam
melaksankan haknya, setiap warga Negara dijamin keamanannya. Didalam demokrasi,
kebebasan merupakan prinsip yang sangat penting dan utama.Dengan pemilu,
kekuasaan dapat diganti secara regular dan tertib. Dengan demikian, semua warga
Negara diberi kebebasan untuk memilih dan dipilih tanpa interverensi dan tsanpa
tekanan dari siapa pun.
4. Rahasia (Vertrouwelijk, Secret) Rahasia berarti dalam memberikan suaranya,
pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan
jalan apa pun. Kerahasiaan ini merupakan trantai dari “makna” kebebasan
sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung diatur dalam
undang-undang nomor 32 tahun 2004 3 tentang Pemerintah Daerah yang lebih spesifik
di atur dalam bagian tata cara pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pilkada langsung merupakan
koreksi atas pilkada terdahulu yang menggunakan sistem perwakilan oleh DPRD
(Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).
Digunakannya sistem pemilihan langsung menunjukkan perkembangan demokrasi
yang semakin matang di tingkat daerah. Pilkada langsung dinilai sebagai perwujudan
pengembalian hak-hak dasar masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan
yang utuh dalam rangka rekrutmen pimpinan daerah sehingga mendorong dinamika
dalam kehidupan demokrasi di tingkat lokal.
Di samping sebagai upaya meminimalkan biaya sosial, politik, dan ekonomi, pilkada
langsung secara serentak diharapkan lebih efisien dari segi waktu dan biaya. Walaupun
pilkada berlangsung di daerah, segenap dinamika yang menyertainya menyita
perhatian dan energi. Melalui pilkada serentak, segenap dinamika yang menyertai
pilkada disatuwaktukan agar perhatian dan energi bangsa selebihnya tercurah untuk
pembangunan. Efisiensi yang sama diharapkan dapat dilakukan dalam pembiayaan
pilkada.
Pada saat menjelang pilkada, APBD tersedot untuk segenap keperluan atas nama
keberhasilan pilkada. Melalui pilkada serentak, yang sebagian pembiayaannya menjadi
beban APBN, diharapkan terjadi efisiensi anggaran terkait pengeluaran untuk pesta
demokrasi lokal tersebut.
Dalam rangka meminimalkan potensi konflik sosial dan gejolak politik serta demi
lebih efektif dan efisien, pemerintah dan DPR bersepakat menyelenggarakan pilkada
langsung secara serentak secara bertahap. Diharapkan, pilkada serentak secara
nasional dapat terselenggara pada tahun 2024.
Dari Pasal 157 tersebut dapat dimaknai bahwa Badan Peradilan Khusus Pemilu
akan menangani tahapan akhir penyelenggaraan Pilkada Serentak 2015 yaitu pada
tahapan Permohonan Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP) Kepala Daerah serentak.
Sementara itu, pilkada langsung yang diselenggarakan secara serentak sejak 2015
hingga sekarang dimaksudkan untuk meminimalkan biaya, baik sosial, politik, maupun
ekonomi.
Pilkada serentak adalah sebagai suatu sistem dan sistem itu meliputi bagianbagian
sub sistem.Joko J. Prihatmoko (2005: 201) berpendapat bahwa sub sistem itu meliputi :
(1) Electoral regulation adalah segala ketentuan atau aturan mengenai pilkada
langsung yang berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi
penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing-
masing.
(2) Electoral process adalah seluruh kegiatan yang terkait secara langsung dengan
pilkada dan yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik yang
bersifat legal maupun teknikal.
(3) Electoral law enforcement adalah penegakan hukum terhadap aturanaturan
pilkada baik politis, administratif atau secara pidana.
Hal yang tidak dapat diabaikan dalam mewujudkan pemilihan yang demokratis adalah
tanggungjawab negara, yang meliputi:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemilu adalah pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan tertentu. Untuk itu
pemilihan umum sangat penting karena dalam pemilu terjadi pelaksanaan kedaulatan
rakyat. Pilkada dilakukan untuk memilih kepala daerah. Pilkada pada dasarnya sama
dengan pilpres. Keduanya diselenggarakan untuk memilih pemimpin secara langsung.
Ada enam asas pemilu di Indonesia, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Tujuan diselenggarakannya pemilu dan pilkada adalah sama-sama untuk
mewujudkan demokrasi. Pemilu dilaksanakan serentak diseluruh wilayah indonesia,
adapun pilkada dilaksanakan hanya dalam lingkup wilayah pemerintahan daerah
tertentu saja.
Penerapan Pemilu dan Pilkada secara serentak sedianya akan memberikan
efisiensi dalam terjadinya proses demokrasi diIndonesia namun harus dipahami juga
bawasanya ketertiban didalam pelaksanaannya juga harus dipikirkan dengan sebaik
mungkin guna mewujudkan kedewasaan berdemokrasi diIndonesia.
DAFTAR PUSTAKA
MD, Moh. Mahfud. 2014. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada
Prihantoro, Joko J. 2007. Mendemokratiskan Pemilu: Dari Sistem Sampai Elemen
Teknis. Semarang; Pustaka Pelajar.