Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lima tahun pertama kehidupan seorang anak yang dikenal dengan masa
keemasan atau golden period merupakan suatu periode yang sangat penting
dikarenakan adanya pertumbuhan pesat pada anak yang dapat mempengaruhi
serta menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini terbentuk dasar
kemampuan gerak, berbicara, berbahasa, bersosialisasi, serta kemampuan
intelektual dari anak. Nutrisi yang baik dan cukup, status kesehatan yang baik,
stimulasi yang tepat merupakan beberapa komponen yang penting agar
perkembangan anak terjadi secara optimal. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan merupakan salah satu hal yang signifikan dalam
pencegahan dan memperbaiki resiko terjadinya gangguan yang berat pada anak.

Program Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang


( SDIDTK ) merupakan salah satu program pokok puskesmas yang sudah
disusun oleh Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Ikatan Dokter
Anak Indonesia sejak tahun 2007 yang dilakukan secara menyeluruh dan
terkoordinasi yang diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga
( orang tua, pengasuh anak, dan anggota keluarga lainnya) , masyarakat ( kader,
organisasi profesi), dan tenaga profesional. Tiga jenis deteksi tumbuh kembang
yang dilakukan di Puskesmas dan jaringannya meliputi deteksi dini
penyimpangan pertumbuhan untuk mengetahui atau menemukan status gizi
kurang/buruk dan mikro/makrosefali, deteksi dini penyimpangan perkembangan
yaitu mengetahui gangguan perkembangan (keterlambatan), gangguan daya lihat,
gangguan daya dengar, deteksi dini penyimpangan mental emosional, autisme
dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
Salah satu komponen utama dalam upaya mendeteksi gangguan
pertumbuhan anak adalah dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi
badan. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Cilegon tahun 2019, cakupan
penimbangan balita pada tahun 2018 mencapai angka 82,7%, sedangkan capaian
penimbangan balita di wilayah kerja Puskesmas Cibeber berada pada angka 87%
di tahun yang sama.

Terhitung sejak Maret tahun 2020, WHO telah menetapkan COVID-19


sebagai pandemi. Berdasarkan petunjuk teknis pelayanan puskesmas pada masa
pandemi, Pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyrakat (UKM) tetap dilaksanakan
dengan memperhatikan skala prioritas. Program Pemantauan dan stimulasi
perkembangan balita dan anak pra sekolah merupakan salah satu program yang
tetap dijalankan dengan dilakukannya penyesuaian.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

❏ Mengevaluasi mutu kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)


Program Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
(SDIDTK) di UPTD Puskesmas Cibeber selama masa pandemi.

1.2.2. Tujuan Khusus

❏ Mengetahui Cakupan Balita yang memperoleh pemantauan pertumbuhan


dengan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cibeber selama masa
pandemi
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. Data Geografi

2.1.1 Peta wilayah kerja

Puskesmas Cibeber terletak di komplek PCI blok D 52 kelurahan Cibeber, kecamatan Cibeber, yang
merupakan daerah perbatasan kota Cilegon dan kabupaten Serang. Dengan luas wilayah 21,49 km, kecamatan
Cibeber mempunyai batas-batas sbb :
Sebelah Utara : Kecamatan Jombang
Sebelah Selatan : Kecamatan Mancak (kabupaten Serang)
Sebelah Barat : Kabupaten Cilegon
Sebelah Timur : Kecamatan Kramat Watu (kabupaten Serang)
2.2. Data Demografi
Keadaan Demografi kecamatan Cibeber dijabarkan melalui table sbb :
Tabel.1
Jumlah Penduduk, Jumlah KK Miskin Menurut Desa

Jumlah
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
NO Desa KK
Penduduk KK RT / RW Penyandu
Miskin
1. Cibeber 21786 6212 228 8/45 15
2. Kedaleman 9946 3117 480 6/25 5
3. Karang asem 10182 3011 327 6/10 7
4. Kali Timbang 7469 2245 221 4/8 6
5. Bulakan 5151 1552 105 4/14 6
6. Cikerai 3716 1082 480 3/10 7
Jumlah 58251 17219 1736 31/112 46

2.3 Sumber Daya


Sarana Prasarana
UPTD Puskesmas Cibeber mempunyai 1 gedung utama rawat jalan dan gedung rawat inap untuk sarana
penunjang kegiatan. Puskesmas dilengkapi antara lain : 4 Mobil Puskesmas Keliling dan 9 Motor dinas.
Tabel.2
Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Cibeber Tahun 2019
NO Fasilitas Kesehatan Jumalah
1. Puskesmas 1
2. Puskesmas pembantu 3
3. Posyandu 46
4. Polindes 1
5. Poskesdes 1
6. Kendaraan roda empat 4
7. Kendaraan roda dua 9
8. Balai pengobatan swasta 5
9. Praktek dokter umum 7
10. Praktek dokter gigi 6
11. Praktek dokter spesialis 1
12. Praktek bidan 13
13. Apotik swasta 5

Tabel.3
Ketenangan Puskesmas Cibeber Tahun 2019
Status
NO Kategori Tenaga Jumlah
PNS PTT/TKK Lain-lain
1. Dokter Umum 4 - - 4
2. Dokter Gigi 3 - - 3
3. SKM/S.Kep 7 - 3 10
4. Bidan D1/D3 17 - - 17
5. Perawat/Akper 11 - - 11
6. Perawat Gigi 2 - - 2
7. TU 5 - - 5
8. Asisten Apoteker 2 - - 2
9. Kesling 1 - - 1
10. Clening servis - 1 6 7
11. Supir - 1 1 2
12. Jaga Malam - - 2 2
Jumlah

Tenaga Pendukung :
o Kader KPKIA : 20 orang
o Kader Posyandu : 220 orang
o Kader TB : 6 orang
o Dukun Paraji / aktif : 25 orang
o Guru UKS : 20 orang
2.4 Data Khusus Program
KEBIJAKAN OPRASIONAL
a. Penanggulangan TB dilaksanakan diseluruh UPK (puskesmas, RS Pemerintah Swasta, BP4 serta Praktek
Dokter Swasta) dengan melibatkan PSM secara paripurna dan terpadu.
b. Peningkatan mutu pelayanan dengan menggunakan strategi DOTS.
§ Target program:
o CDR : 90%
o CNR : 90%
o SR : 90%
o TB.RO : 40%
o STATUS HIV: 60%

KEGIATAN PROGRAM TB PARU


1. Pelayanan TB setiap hari Rabu.
2. Penemuan dan diagnosis penderita TB Paru.
3. Penemuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB Paru.
4. Pemeriksaan dahak secara mikroskopik selasa dan jumat
5. Pengobatan penderita dan pengawasan pengobatan melalui PMO keluarga.
6. Penyuluhan didalam dan diluar gedung.
7. Pemeriksaan kontak serumah.
8. Pelacakan penderita mangkir.
9. Pemberian PMT berupa susu dan telor setiap hari Rabu ( Rabu Sehat )
10. Pencatatan dan pelaporan TB 01, 03, 04, dan 06.
11. Monitoring dan Evaluasi program oleh Wasor.
12. Pelatihan kader PMO ( refresh )
13. Kelas keluarga TB ( Paguyuban TB )

SASARAN
· Penduduk Cibeber : 58.251 Jiwa
· Target Suspek : 100%
· Target CDR : 132 kasus
BAB III

UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM

STIMULASI, DETEKSI, INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG

3.1. Definisi Stimulasi, Deteksi,dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak


Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh setiap orang yang
berinteraksi dengan anak, mulai dari ibu, ayah, pengasuh anak, anggota keluarga
lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan
dalam kehidupan sehari-hari. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko (fisik, biomedik, psikososial)
pada anak usia 0 – 6 tahun. Sedangkan intervensi yang dimaksud adalah suatu
kegiatan penanganan segera terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang
dengan cara yang sesuai dengan keadaan misalnya perbaikan gizi, stimulasi
perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan yang sesuai, sehingga anak
dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai dengan umurya.Tumbuh kembang
optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi
yang dimiliki oleh anak. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita sebaiknya
dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan skrining perkembangan yang
sistematis agar lebih objektif.
3.2. Jenis Kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Pada pelayanan dasar, terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang
dapat dikerjakan, yaitu:

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui


status gizi anak, serta lingkar kepala.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
terdapat penyimpangan dalam perkembangan, daya lihat, dan daya
dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk
mengetatahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan
pemusatan perhatian, serta hiperaktivitas.

Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi


Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, jenis deteksi
dini penyimpangan tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
Umur Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang Harus Dilakukan

Anak
Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini Penyimpangan
Penyimpangan Penyimpangan Mental Emosional
Pertumbuhan Perkembangan

BB/T LK KPSP TDD TDL KMME CHAT GPPH*


B *
0 bulan ✔ ✔

3 bulan ✔ ✔ ✔ ✔

6 bulan ✔ ✔ ✔ ✔

9 bulan ✔ ✔ ✔ ✔

12 ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

15 ✔ ✔
bulan

18 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

21 ✔ ✔ ✔
bulan

24 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

30 ✔ ✔ ✔ ✔
bulan
36 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

42 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

48 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

54 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

60 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

66 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

72 ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔
bulan

Tabel 2. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak

Keterangan:
BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan
LK : Lingkar Kepala
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDD : Tes Daya Dengar
TDL : Tes Daya Lihat
KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional
CHAT : Checklist for Autism in Toddlers
GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
Tanda * : Tes dilakukan atas indikasi

3.2.1. Deteksi dini Penyimpangan Pertumbuhan


Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan pada semua
tingkat pelayanan.Deteksi dini ini dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat
badan, dan lingkar kepala. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah
sebagai berikut :1,

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan

- Keluarga - Orang tua - KMS


- Masyarakat - Kader kesehatan - Timbangan dacin
- Petugas PAUD, BKB,
TPA, dan guru TK

- Puskesmas - Dokter - Tabel BB/TB


- Bidan - Grafik LK
- Perawat - Timbangan
- Ahli Gizi - Alat ukur tinggi badan
- Petugas Lainnya - Pita pengukur lingkar
kepala

Tabel 3. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan

Keterangan:

PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini

BKB : Bina Keluarga Balita

TPA : Tempat Penitipan Anak

TK : Taman Kanak-Kanak

LK : Lingkar Kepala
A. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan ( BB/TB )
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak,
normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang anak (DDTK). Pengukuran dan
penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.

Pengukuran Berat Badan/BB :

 Menggunakan timbangan bayi


o Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur
2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
o Letakan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang
o Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0
o Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan
o Baringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan
o Lihat jarum timbangan sampai berhenti
o Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbanngan atau angka
timbangan
o Jika bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,
baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan
kekiri
 Menggunakan timbangan injak
o Letakan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak
o Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0
o Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak
memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak
memegang sesuatu
o Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
o Lihat jarum timbangan sampai berhenti
o Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan
o Jika anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,
baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan
ke kiri.

Pengukuran panjang badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)

 Cara mengukur dengan posisi berbaring


o Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
o Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar
o Kepala bayi menempel pada angka 0
o Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 ( pembatas kepala )
o Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan
kanan meluruskan batas kaki ke telapak kaki
o Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur

 Cara mengukur dengan posisi berdiri


o Anak tidak memakai sandal atau sepatu
o Berdiri tegak menghadap kedepan
o Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
o Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
o Baca angka pada batas tersebut
Penggunaan Tabel BB/TB ( Direktorat Gizi Masyarakat )
 Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas
 Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil
pengukuran
 Pilih kolom berat badan untuk laki-laki ( kiri ) atau perempuan ( kanan )
sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan
berat badan anak
 Dari angka berat bdan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui
angka standar deviasi ( SD )

Interpretasi
Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik
Kurus : < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi kurang
Kurus sekali : < -3 SD atau Gizi buruk
Gemuk : > 2 SD atau Gizi lebih

B. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak ( LKA )


Pengukuran lingkar kepala anak dalah cara yang biasa dipakai untuk
mengetahui perkembangan otak anak. Biasanya besar tengkorak mengikuti
perkembangan otak, sehingga jika ada hambatan pada perkembangan tengkorak
maka perkembangan otak anak juga terhambat. LKA dapat dipakai sebagai salah
satu alat pemantau perkembangan kecerdasan anak.

Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak


dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal disesuaikan dengan umur
anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang
lebih besar umur 12-27 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan.
Pengukuran dan penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih.
 Cara mengukur lingkar kepala anak
 Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
 Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
 Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak
 Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut
umur dan jenis kelamin anak
 Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang

Interpretasi :
· Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak normal
· Jika ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka lingkaran
kepala anak tidak normal
· Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2, yaitu makrosefal jika berada diatas
“jalur hijau” dan mikrosefal jika berada dibawah “jalur hijau”.

Intervensi :
· Jika ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit
3.3. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang
digunakan adalah sebagai berikut :

Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan

- Keluarga - Orang tua - Buku KIA


- Masyarakat - Kader kesehatan, BKB,
TPA

- Petugas Pusat - KPSP


PAUDterlatih - TDL
- Guru TK terlatih - TDD

- Puskesmas - Dokter - KPSP


- Bidan - TDL
- Perawat - TDD

Tabel 4. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan

Keterangan:
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
BKB : Bina Keluarga Balita
TPA : Tempat Penitipan Anak
TK : Taman Kanak-Kanak
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDL : Tes Daya Lihat
TDD : Tes Daya Dengar
o Skrining Perkembangan
Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat,
sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko
tinggi atau dicurigai mempunyai masalah. Blackman (1992) menganjurkan agar
bayi atau anak dengan risiko tinggi (berdasarkan anamnesis atau pemeriksaan fisik
rutin) harus dilakukan skrining perkembangan secara periodik. Sedangkan bayi atau
anak dengan risiko rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang diisi atau
dijawab oleh orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan tumbuh kembang
dilanjutkan dengan skrining.

A. Skrining/ Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner Pra


Skrining Perkembangan ( KPSP )
Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening
Developmental Questionnaire(PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapa
dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun
1986.Tujuanskrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21,
24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining
tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali untuk
skrining pada umur 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya
mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining
maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih
muda.6Berdasarkan rekomendasi IDAI No.: 002/Rek/PP IDAI/I/2014tahun 2014
tentang Pemantauan tumbuh kembang anak, pemantauan dapat dilakukan secara
regular dan kontinyu dengan jadwal: 1) Usia lahir sampai 12 bulan setiap 1 bulan; 2)
Usia 12 bulan sampai 3 tahun setiap 3 bulan; 3) Usia 3 tahun sampai 6 tahun setiap 6
bulan; 4) Usia 6 tahun sampai 18 tahun setiap 1 tahun.

 Alat / instrument yang digunakan adalah :


o Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak
umur 0-72 bulan.
o Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5-5 cm sebanyak 6 buah, kismis,
kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

 Cara menggunakan KPSP :


o Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.
o Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak
lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh
: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3
bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
o Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
o KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab
oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?”
o Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi anda pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke
posisi duduk.”
o Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
o Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir.
o Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan.
o Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

 Interpretasi hasil KPSP :

· Hitunglah berapa jawaban Ya.

- Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah


atau sering ataukadang-kadang melakukannya.

- Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah


melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

 · Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai


dengan tahap perkembangannya (S)
 · Jumlah jawaban Ya =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
 · Jumlah jawaban 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
 · Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut
jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian).

B. Tes Daya Dengar ( TDD )

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran


sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak
C. Tes Daya Lihat ( TDL )

Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.

2.5.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional


Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah
kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah
emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada
anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.

Deteksi dini penyimpangan mental emosional bertujuan untuk


menemukan secara dini masalah mental emosional, autisme, serta gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.Bila penyimpangan mental emosional
terlambat diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga
kesehatan.

1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.


Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental
emosional pada anak pra sekolah.
2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan
sampai 36 bulan.
2.6 Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk


mengoreksi, memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan
perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi dan
rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika
usia anak masih di bawah lima tahun.Tindak n intervensi dini tersebut berupa
stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2
minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan.

2.7 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Rujukan diperlukan jika masalah/ penyimpangan perkembangan anak tidak


dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan
penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:

1. Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader)
dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan
atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan
tumbuh kembang buku KIA

2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini, bidan, perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk


Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang sesuai standar pelayanan. Bila kasus penyimpangan tersebut
memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di
Puskesmas.
3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka


perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik
tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta
laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai
tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang
didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT,
rehabilitasi medic, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog.
BAB III
DATA DAN HASIL EVALUASI

3.1. Metode pengumpulan data


Pengumpulan data diperoleh secara sekunder yang didapatkan dari pemegang
program SDIDTK Puskesmas DTP Cibeber selama periode Januari-Juni 2020. Data
tersebut diolah dengan metode pendekatan sistem dan dimasukkan ke dalam unsur-
unsur sistem yang terdiri atas unsur masukan/input, proses, keluaran/output, dan
lingkungan.
3.2. Hasil Rekapitulasi Data
3.2.1. Capaian Pemeriksaan SDIDTK Anak Balita (0-5 tahun) pada Bulan Januari-
Juni 2020
BULAN KELURAHAN
CIBEBERKEDALEMANKARANGKALITIMBANGBULAKANCIKERAI
ASEM

Anda mungkin juga menyukai