Anda di halaman 1dari 7

HITAM PUTIH

Suatu hari di sebuah desa hiduplah sepasang suami istri yamg saling menyayangi satu
sama lain. Mereka hidup harmonis seakan dunia ini hanya milik mereka berdua. Mereka
tidak mempedulikan orang – orang disekitar mereka, namun mereka tetap bahagia. Putri
merupakan istri dari saudagar kaya bernama Yusuf. Namun kekayaan suaminya itu membuat
dia sombong. Suatu hari…
Putri : “Mas wes mangan urung?”
Yusuf : “Enggeh uwes dek.”
Putri : “Yo wes, Mas arek ngopi ora?”
Yusuf : “Iyo, arep dek.”
Putri : “Yo wes tak gawekke dikek.”
Putri : “Iki Mas kopine mbok diombe.”
Yusuf : “Enggeh dek, suwon yo.”
Putri : “Mas… engko mbengi arek mangan opo?”
Yusuf : “Terserah dek opo waelah.”
Putri : “Ohh… yo weslah aku tuku sayur disek yo…”
Yusuf : “Iyo dek, ati – ati yo…”
Panji : “Dipilih dipilih dipilih, sayur mantap cukup mantap mantap kali!”
Panji : “Dipilih dipilih dipilih, sayur mantap sayur lezat sayur segar!”
Putri W: “Oii ibuk ada abang sayur ganteng disini, abang gantengku…”
Putri W: “Bang, bang yang ini sayurnya berapa?”
Panji : “Ooo… itu tante, murah ajalh kalo buat tante lima ribu ajalah tante.”
Gita : “Eii bang ini berapa lah bang?”
Panji : “Sama ajalah tante dapatin harganya itu, murah meriah lima ribu aja.”
Gita : “ Ish la hang masa lima ribu, dua ribu ajlah dua ribu.”
Panji : “Bapak kau main mobilejen di ps dua ribu.”
Putri W: “Bang abang enaknya aku beli sayur apa ya bang? Beli kangkung atau bayam?”
Panji : “ Asek-asek. Adek pilih yang mana kangkung atau bayam? Kangkung lebih segar bayam
lebih menawan. Asek-asek.’
Putri W: “ Ya udah aku pilih bayam aja deh, soalnya aku suka bayam.”
Panji : “Lah, kau dulu kan gak suka bayam.”
Putri W: “Bukan gitulah bang, aku itu suka membayamkan wajah abang setiiiiap saat.”
Panji : “Dek, gigi kau kek jagunglah kutengok.”
Putri W: “Kenapa bang cantik yaaa?”
Panji : “Bukan, kuning.”
Putri W: “Iiiih, abang.”
Panji : “Oiii…oiii…oiii
Panji : “Oiii adek bejilbab ungu cantik manis cak ulat bulu data salam dari ayah ibu tamat kuliah
jadi menantu.”
Panji : “Umi… umi… sinilah umi, belilah sayurku ini.”
Putri : “Heh! Emolah aku, nggak steril sayurannya.”
Putri W: “Iiiw… hii sembarangan aja sih buk.”
Gita : “Iya kok ngomongnya gitu. Kan sayurnya mas ganteng itu bersih dan seger seger.”
Putri : “Suka-suka saya dong! Saya mau beli sayur ditempat yang lebih terjaga kebersihannya. Dari
pada sayuran abang!”
Gita : “Idiiih, ibu itu sombongnya kebangetan!”
Putri W: “Iiih iya nih, nanti kalo dapet karma baru tau rasa!”
Gita : “Iiih dasar sok bersih ibu itu, parah
Slamet : “ Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarokatuh.”
Semua : “Wa’alaykumussalam ustadz.”
Slamet : “Ibu-ibu, apa gerangan pagi-pagi udah pada ribut?”
Gita : “Tau tuh ustadz, ibu itu sombongnya kelewatan nian.”
Slamet : “Kelewatan nian apo kelewatan bae? Hayo?”
Putri W: “Niaaaaan,ustadz.”
Slamet : “Ibu-ibu, sesungguhnya kita tidak boleh mengghibah orang lain. Barang siapa…”
Gita : “Sssst… tapi ustadz ibu itu sombong banget. Masa dia gak mau beli sayurnya si abang
ganteng.”
Putri W: “Ia ustadz, katanya dia gak biasa makan sayuran yang kayak gini.”
Slamet : “Tapi ibu-ibu, barang siapa…
Gita : “Sssst… padahal yang kaya itukan suaminya bukan dia, usatadz.”
Slamet : “Ia tapi ibu-ibu, barang siapa…
Gita : “Sssst… tapi sombongnya kelewatan banget, gila parah ustadz!”
Slamet : “Sssst… sudah-sudah, ibu-ibu cukup. Jadi kita itu tidak boleh mengghibah orang lain,
sesuai dengan Surat Al-Hujurat ayat 12 yang artinya :Dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang telah
mati,maka tentulah kamu merasa jijik padanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Semua : “Astaghfirullahal’adzim.”
Panji : “Hei tante, mbak, adek jadi nggak kalin beli sayurku ini?”
Putri W: “ Iya jadi dong abang ganteng.”
Gita : “Iya iya makasih bang.”
Setelah memasak makanan untuk suaminya, Putri menghampiri suaminya ke kamar.
Tetapi…
Putri : “Mas bangun Mas, makan dulu yuk.”
Tetapi suaminya tetap tidur dan tidak menjawab
Putri : “Mas bangun Mas, Maaas bangun, Masss Masss, Innalillahi wainna ilaini roji’un.”
Putri : “Mas jangan tinggalin aku sendirian, Masssss. Tidaaak! Massss.”
Gita : “Ya ampun, baru berapa tahun nikah, tapi malah udah ditinggalin suaminya. Kasihan
banget yaaa.”
Putri W: “Iya buk, mana belum punya anak lagi. Haduh, pasti dia jatuh miskin buk.”
Gita : “Ah iya ya, nggak bisa sombong lagi dong dia. Syukurin makanya jadi orang itu nggak
boleh sombong.”
Putri : “ Masss…”
Tiga bulan kemudian, Putri semakin miskin. Sekarang untuk makan pun dia
kesusahan. Dia harus berhutang kesana kemari untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ia malu
untuk berhutang karena takut digunjing warga. Suatu hari…
Panji : “Ngapo umi ko ambo tengok lesu nian eh?”
Putri : “Nggak papa, Pak.”
Panji : “Aiii, sedih nian ambo tengok umi ko. Umi lah makan belum?”
Putri : “Belum…”
Panji : “Alamak cak mano pulo umi ko, belum makan.”
Putri : “Kasian nian umi ko, lah ditinggal suami, hidup susah, makan susah. Nah ambik lah mi,
umi bayar pas ado duit bae kasian pulo ambo.”
Putri : “ Terima kasih ya pak.”
Putri W: “Eh abang, buk Putri tadi belanja kesini ya?”
Panji : “Iyolah maso idak pulo.”
Gita : “Lah, belanja apa dia kesini? Emang dia punya uang.”
Putri W: “ Iya bang, kan dia jatuh miskin sekarang.”
Panji : “Itulah kasian nian ambo nengoknyo, susah nian nak makan nak ngutang dulu baru bisa
makan.”
Berdua : “Ha! Ngutang!”
Putri : “Apa yang mereka lakukan tadi? Mengapa mereka mempermalukanku? Gusti Allah,
mengapa harus aku? Mengapa harus aku yang menaggung senua ini? Apa gunanya shalatku selama
ini? Mengapa harus aku? Semua ini tidak adil!”
Gita : “Huahahahaha, Putri tingglakanlah shalat. Ikutlah bersamaku, nikmatilah dunia ini.
Huahahahaha.”
Laila : “Jangan Putri, jangan. Kembalilah kejalan Tuhanmu yang telah menciptakanmu.”
Gita : “Hei! Dia berbohong Putri, Tuhanmu tidak mempedulikanmu lagi. Semua ini sia-sia Putri,
ikutlah denganku. Huahahahaha.”
Putri : “ Aaaaaa diam!”
Kala pagi menyapa, dia sudah mulai baikan. Sebab dia tahu apa yang harus
dilakukannya untuk mengubah semua keadaannya. Kemudian Putri berjalan menuju daerah
pepohonan dipinggir desa, namun secara tidak sengaja ia melihat sebuah jimat dengan
segulung mantra. Seolah lupa diri, ia segera membawa barang tersebut kerumah untuk
membuktikan kesaktian jimat serbaguna itu.
Putri : “ Aku arek duek poko’e duek seng akeh tenan ( 3 kali ), buahhhh!”
Putri : “Hah! Uang. Hahahahaha, sekarang aku sudah menjadi kaya. Hahahahaha.”
Sekarang Putri yang seorang janda, sudah menjadi kaya raya berkat bantuan jin
dalam kalung itu. Namun, jin itu lama kelamaan menguasai tubuh Putri dan bersarang
didalamnya. Hingga suatu hari…
Laila : “ Assalamu’alaykum, halo bulek.”
Putri : “Maaf iki sopo yo?”
Laila : “Ini aku bulek Lala.”
Putri : “Oooo Lala, piye kabare? Kok wes suwi enggak ketemu.”
Laila : “Alhamdulillah sehat bulek, bulek apa kabar?”
Putri : “Alhamdulillah bulek juga sehat.”
Laila : “Jadi bulek, minggu depan aku mau liburan ke desa bulek.”
Putri : “Oooo ngono to.”
Laila : “Iya bulek, aku rencananya mau nginap dirumah bulek. Boleh nggak bulek?”
Putri : “Y owes oleh-oleh wae to.”
Laila : “Enggeh bulek, matur suwon bulek Assalamu’alaykum.”
Putri : “Yo, Wa’alaykumussalam.”
Putri : “Halah, wong iki isone yo nek ngrepoti uwon wae. Wong aku ijek enak-enak ngumpulke
duek, de’e malah arek teko. Heh ngeseli awak wae.”
Satu minggu kemudian…
Laila : “Assalamu’alaykum bulek, bulek…”
Putri : “Wa’alaykumussalam, ooo…Lala to yok masok-masok.”
Putri : “Kepiye perjalananne La?”
Laila : “Agak sedikit macet sih bulek, tapi Alhamdulillah lancar-lancar aja. Wah… rumah bulek
sekarang besar ya, banyak juga isinya. Emang bulek kerja apa?”
Putri : “Emm…emm…kamu pasti capek to? Ayo bulek tunjukke kamare.”
Putri : “Iki kamarmu, maaf yo kalo iki berantakan.”
Laila : “Rapi kok bulek, makasih ya bulek sudah mengizinkan aku menginap disini.”
Tak lama kemudian azan berkumandang, Lala segera melaksanakan shalat. Setelah itu
dia pun mengaji surat Al-Kautsar. Tetapi…
Laila : “ ( Membaca surat Al-Kautsar )”
Putri : “Aaaa… panas… panas…”
Laila : “Astaghfirullahal’adzim, iki bulek kenapa? Aduh gimana ini gimana.”
Putri : “Aaaa… panas… aaaa…panas… aaaa.”
Laila : “Aduh, apa aku panggil warga sekitar aja kali yaa?”
Putri : “Aaaa… diam… diam… diam… aaaa.”
Putri W: “Ada apa ini?”
Gita : “Astaghfirullahal’adzim, bu Putri kenapa?”
Laila : “Nggak tau bu, tolong.”
Laila : “ Kerasukan yaa…”
Slamet : “ Astaghfirullahal’adzim. Lah kenapa bu putri bisa seperti ini?”
Laila : “Nggak tau ustadz, tiba-tiba langsung teriak kepanasan setelah mendengar saya mengaji.”
Slamet : “Baiklah ibu-ibu bantuin saya. Pakaikan dia mukenah.”
Slamet : “ ( Membaca Ta’uz dan Ayat Kursi)”
Putri : “ Aaaa…panasss… panaaasss…”
Slamet : “Astaghfirullahal’adzim La ila haillallahu la ila haillallah Allahu Akbar Bum!”
Putri : “ Aaaa…”
Slamet : “Lala, bulekmu ini telah tersesat ke jalan yang salah. Tubuhnya telah dikuasai oleh jin, saat
ini dia telah sadar tetapi dia masih berada dalam dibawah kendali jin itu. Tuntunlah ia untuk
menunaikan shalat.”
Laila : “Baik, terima kasih ustadz.”
Di perjalanan pulang…
Gita : “buk, tadi kok saya merinding ya lihat kejadian tadi.”
Putri W: “Iya buk, rasanya bulu kuduk saya berdiri.”
Gita : “Bukannya gimana ya buk, kok saya curiga sama dia.”
Putri W: “Curiga apa buk?”
Gita : “Lah bukannya dari dulu kita curigaan ya sama dia hahaha.”
Putri W: “ Iya ya kok saya sampe lupa hahaha.”
Gita : “Saya tadi sekilas lihat kaya ada dupa deh buk.”
Putri W: “Oh iya, pantesan saya nyium-nyium bau aneh gitu kaya bau mbah-mbah dukun gitu ya
kaaann.”
Gita : “Nah, jadi saya curiga sama dia buk, karena biasanya yang berbau gitu-gitu pasti ada gitu-
gitunya.”
Putri W: “Jangan su’udzon deh buk, tapi betul juga sih. Jangan-jangan dia…
Gita : “ Jangan-jangan apa buk?”
Putri W: “Pesugihan.”
Gita : “Hah!”
Putri W: “Iya bener.”
Gita : “Ih masa sih ada-ada aja, udah jadi tambah merinding saya. Udah yuk pulang aja yuk.”
Putri W: “ Astaghfirullahal’adzim Ya Allah, saya lupa matikan kompor. Saya pulang duluan ya buk,
iihh Ya Allah.”
Keesokan harinya, setelah kejadian malam tadi Putri menjadi linglung dan tak
bersemangat.Ia kehilangan akal seperti orang gila.
Putri : “Duek… duek… oalah duekku iki okeh hahahaha aku kaya.”
Laila : “Bulek, bulek kenapa? Bulek sudah makan? Bulek bulek.”
Putri : “ Hahahahha.”
Laila : “Apa sebaiknya aku panggil ustadz lagi aja ya? Soalnya bulek kan belum sembuh total. Ia deh
panggil ustadz aja.”
Slamet : “Assaalmu’alaykum.”
Laila : “Wa’alaykumussalam eh ustadz, kebetulan ustadz dateng. Ustadz tolong sembuhkan bulek
saya, semenjak kejadian malam tadi ia jadi tambah aneh.”
Slamet : “Eh baiklah, sebenarnya ada yang mau saya sampaikan. Saya sudah mengetahui apa yang
telah bu Putri lakukan. Bu Putr iini telah berpaling dari jalan Allah. Ia berlaku musyrik dan
mengikuti pesugihan. Dan semua itu ada pada kalung yang dipakainya.Yang harus kita lakukan
sekarang adalah merukiyah bu Putri dan memusnahkan kalung itu. Sebaiknya kta merukiyahnya
sekarang.”
Laila : “ Baik ustadz, saya akan ambil Al-Qur’an dan mukenah dahulu.”
Slamet : “Baiklah kita mulai. ( Membaca ta’udz dan basmala ).”
Putri : “Hahahahaha kau pikir kau bia mengeluarkanku hahahahah.”
Slamet : “ ( Membaca Al- Fatihah )”
Putri : “Tidak, aku tidak akan keluar dari tubuh manusia ini kamu tidak akan bisa mengeluarkanku
hahhahah.”
Putri : “ Aaa… panas… aaa… panas.”
Slamet : “Kau setan yang terkutuk pergilah dari tubuh waniat ini.”
Putri : “ Tidak, aku tidak akan keluar.”
Slamet : “La ilaha illallahhu wallahu akbar.”
Putri : “Aaa… panas …panas.”
Slamet : “ Pergilah dari tubuh wanita ini dan jangan kau kembali.”
Putri : “ Aaa… ( terbatuk ).”
Slamet : “Lepaskan kalung itu, ikuti saya ( membaca kalimat syahadat ).”
Putri : “ (Mengikuti ).”
Slamet : “Nah sekarang bertaubatlah janganlah sekali-kali engkau meminta kepada selain Allah, dan
ingatlah bahwa tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah.”
Slamet: “ Emmm, ibu ini saudaranya bu Putri kan?”
Laila : “ Iya ustadz, benar.”
Slamet : “Sebaiknya ibu tetap berada disini menemani bu Putri untuk beberapa saat.”
Laila : “ Baik ustadz.”
Tiga bulan kemudian…
Berdua : “Assalamu’alaykum, Assalamu’alaykum bu Putri
Putri : “Wa’alaykumussalam, iya iya tunggu sebentar.”
Putri : “ Ayo ibu-ibu,saya sudah siap ayo pergi.”
Berdua : “ Iya iya ayo.”
Setelah kejadian kelam yang telah menimpa kehidupan Putri, sekarang ia telah
kembali ke jalan kebenaran di jalan Allah Subhanahu Wata’ala. Putri pun sekarang dapat
hidup dengan damai.
Semua : “Wahai saudara-saudaraku ingatlah bahwa tiada Tuhan selain Allah, hanya kepada-Nya
kamu meminta hanya kepada-Nya kamu memohon pertolongan. Dan tiada seorang pun yang patut
kamu sembah selain Dia.”

Selesai

Anda mungkin juga menyukai